Anda di halaman 1dari 10

PEMBUATAN KARAWO ASLI

DISUSUN

KELOMPOK6

XIIPS 1

RISKA PATRISIA
RAHMAT

RAHMAD KASAN

SYARIF AHMAD

RAHMIYATI
IBRAHIM

SMANEGER
1T
BIAIWA
KABUPATENGORONTALO
TAHUNAJARAN2022
10
/22
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan


kami kesehatan, kekuatan dan kesempatan sehingga kami
sebagai kelompok penulis mampu menyelesaikan tugas
penyusun makalah tentang ‘’ PEMBUATAN KARAWO ASLI ‘’

Sholawat dan salam kepada nabi muhammad SAW yang


telah memberikan teladan,kepada para sahabat nabi,kepada
keluarga nabi,dengan harapan semua petunjuk sampai kepada
kita semua.

Menyadari bahwa makalah ini belum sempurna yang belum


mencapai harapan yang di harapkan,dan untuk itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik supaya kami mampu menyusun
makalah menjadi lebih baik lagi.

baw
Ti a 7 oktober

2021 Penyusun

oK
mp
el ok6 XI IPS 1
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................... i

Daftar isi ............................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian .......................................... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Karawo .......................................... 4


2.2 Jenis- jenis Karawo ........................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................... 6

3.2 Saran ............................................................... 7


Daftar pustaka

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karawo merupakan salah satu jenis motif hias seni rupa dua dimensi yang berasal dari
Gorontalo. Karawo adalah kerajinan sulaman benang dengan motif tertentu di atas kain yang
sudah dilubangi. Kata karawoberasal dari kata “Mokarawo” yang merupakan bahasa asli
Gorontalo, yang artinya mengiris atau melubangi. Keunikan dari kerajinan sulaman
karawoterletak pada proses pengerjaannya, yaitu yang harus didahului dengan pengirisan dan
pencabutan benang. Proses ini sangat membutuhkan kesabaran, keuletan dan ketelitian para
pengrajin agar kain tidak rusak. Selain itu pada saat mengiris para pengrajin harus
menyesuaikan jumlah benang kain yang akan diiris dengan pola desain karawo yang akan
diterapkan pada kain. Jika jumlah benang yang diiris dan dicabut tidak sesuai, maka akan
mengurangi keindahan hasil sulaman. Proses pengirisan dan pencabutan benang disesuaikan
dengan jenis serat kain, ketebalan dan kerapatan kain. Sulaman karawoterdiri dari dua jenis
yakni karawoikat dan karawomanila. karawoIkat adalah karawo yang bentuk sulamannya
berupa ikatan simpul pada lubang kain. KarawoIkat biasanya dibuat dengan menggunakan
benang jahit biasa. Karawo jenis ini dapat kita lihat pada kreasi “Lenso” (sapu tangan) dan
kipas karawo.

Sementara itu karawoManila adalah karawo yang sulamannya berupa garis- garis lurus
membentuk pola motif tertentu. Karawojenis ini biasanya dibuat menggunakan benang emas
atau yang dikenal dengan benang manila, dan paling banyak dibuat pada pakaian. Karawo lahir
di Gorontalo dan ditekuni masyarakat setempat sejak awal abad ke- 18 yaitu sekitar tahun
1713 di Desa Ayula, Kecamatan Tapa,Kabupaten Bone Bolango. Pada awalnya, karawohanya
dikerjakan oleh perempuan- perempuan di Desa Ayula untuk mengisi waktu kosong,
sedangkan hasilnya digunakan untuk keperluan pribadi. Adapun motif atau desain gambaryang
disulam diatas kain sangatmonoton pada gambar seperti anggur dan daun. Selanjutnya,
sulaman karawo mulai dibuat pada kain- kaintertentu, seperi pakaian koko untuk digunakan ke
masjid dan pakaian putih yang biasanya digunakan untuk melayat dan ta’ziah. Perkembangan
ini jika dilihat sepintas memang tidak signifikan, namun pada saat bersamaan terjadi hal yang
menggembirakan, yaitu mulai merambahnya pengrajin karawokeluar daerah Ayula. Karawo
mulai digemari oleh perempuan- perempuan Gorontalo, tidak hanya di Kecamatan Tapa, tapi
diluar Kecamatan Tapa seperti Kecamatan Bongomeme, Kecamatan Telaga dan Kecamatan
Batudaa pantai. Menjelangtahun 1970- an animo masyarakat untuk menggunakan karawo
semakin berkembang, dengan kreatifitas yang juga semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan
dengan munculnya kreasi karawo dalam bentuk selendang dan pakaian untuk pesta berupa
kain shifon. Perkembangan ini juga dibuktikan dengan permainan warna benang dalam
sulaman.

Jika sebelumnya pengrajin hanya menggunakan satu warna yakni benang putih atau warna
senada dengan warna kain, maka pada masa ini pengrajin mengkreasikan warna agar sulaman
karawo terlihat timbul dan lebih menarik.

Satu bagian dari karawo yang masih monoton pada saat itu adalah desain motif. Inofasi-
inofasi pengrajin karawo ternyata menarik perhatian tidak hanya masyarakat lokal Gorontalo,
namun juga masyarakat luar daerah Gorontalo.Pembuatan karawoini dulunya hanya dilakukan
oleh individu- individu di ibu- ibu rumah tangga, maka dewasa ini pembuatan karawo telah
dilakukan oleh kelompok ibu- ibu rumah tangga dalam satu desa atau kelurahan, bahkan ada
beberapa kelompok yang terdapat dalam satu desa.Kelompok pengrajin karawoini yang
selanjutnya disebut Komunitas Pengrajin Karawo, dalam melakukan pekerjaannya sering
terlibat dalam interaksi sosial, disamping itu pola kehidupan sosial pengrajin karawosangat
dinamis.Komunitas pengrajin karawo ini sangat menarik untuk diteliti dengan formulasi judul
“Interaksi Sosial Komunitas Pengrajin Karawo (Suatu Penelitian di Kecamatan Batudaa
Kabupaten Gorontalo)”
1.2 Identifikasi Masalah

a. Kurangnya pemahaman kelompok pengrajin sulaman karawo tentang

bagaimana jenis dan penerapan desain motif karawo.

b. Para pengrajin dalam membuat produk berdasarkan pesanan, sehingga

penerapan desain motif karawo pun disesuaikan dengan keinginanan

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimana jenis kain dan

penerapan desain motif karawo pada kelompok pengrajin karawo di Desa

Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo”.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini, yaitu :

a. Untuk mengetahui jenis motif yang digunakan pada sulaman karawo pada

kelompok pengrajin karawo di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo

Kabupaten Gorontalo.

b. Untuk mengetahui penerapan desain motif karawo yang digunakan pada

sulaman karawo pada kelompok pengrajin karawo di Desa Tabongo Barat

Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo.


BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Karawo
2.1 Karawo adalah kain tradisional khas Gorontalo yang
pembuatannya merupakan hasil kerajinan tangan. Tak ada kain
karawo yang bukan hasil kerajinan tangan. Karawo merupakan
Bahasa Gorontalo yang artinya sulaman dengan tangan Orang-
orang di luar Gorontalo mengenalnya dengan sebutan
Kerawang.

2.2 Jenis- jenis karawo


Ada dua jenis karawo yaitu:
1.Karawo manila
Karawo manila dibuat dengan teknik mengisi benang
sulam secara berulang sesuai dengan motif yang sudah
ada.
2. Karawo ikat
Karawo ikat dilakukan dengan cara mengikat bagian-
bagian bahan yang telah di iris dan dicabut serta
benangnya mengikuti motif yang telah dibuat.
BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dari semua data yang di kumpulkan satu yang saya simpulkan bahwa produksi kain kerawang
di bilang rumit mengapa demikian karena dari segi kain kerawang yang harus di cari dan
pembuatan Motif dan corak yang terbilang susah karena hanya dari segi tenaga kerja yang
terampil yang hanya bisa mengerjakan kain kerawang tersebut.

SARAN

Dengan hasil semua wawancara yang saya lakukan dengan beberapa konsumen dan
pembuktian nya bahwa kain kerawang di gorontalo masih kurang diminati oleh kalangan muda
terkecuali pejabat / petinggi- petinggi daerah,

sehingga saya menyarankan kepada produksi kain kerawang bahwa kinerja nya lebih di
tingkatkan berupa segi motif dan coraknya harus beda dari sebelumnya seperti dibuatnya
gambar yang di minati oleh kalangan muda agar kain kerawang tersebut terlihat beda.saya
juga menyarankan kepada mereka produksi kain kerawang bahwa penyuluhan cara pembuatan
kain kerawang ini harus di bantu oleh pemerintah karena kain kerawang ini adalah kain
kebanggaan gorontalo,agar kedepan nya masih lahir bibit- bibit pengrajin pembuat kain
kerawang.
DAFTAR PUSTAKA

Prof Dr. Arikunto, Suharsimi, 2010, Prosedur Penelitian, Jakarta,


Rineka CiptaDr. Basrowi, M.pd dan Dr Suwandi, M.Si, 2008,
Penelitian Kualitatif, Jakarta, Rineka Cipta.H. Nawawi Hadari dan
Martini Mimi, 2005, Penelitian Terapan, Yogyakarta Gadjah Mada
University Press.Dr. Ngiu Zulaecha, Mpd, 2014, Perencanaan
Pembelajaran (Teori dan Praktis),Yogyakarta, Deepublish.Prof.
Dr. Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan
kuantitatif, kualitatif, dan R dan D, Bandung, Alfabeta.Drs. H.
Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur, 2003, Ilmu Pendidikan, Jakarta,
Rineka Cipta.Sudana I Wayan,S.S.n, M.S.n, 2010, Bahan Ajar
Mata Kuliah Ornamen Kriya.(Tidak Terbit)Prof.Dr Sugiyono, 2014.
Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (mixed
methods). Bandung, Alfabeta.Suleman Dangkua, dkk. 2015.
Penciptaan Desain Ragam Hias Kreatif Khas Gorontalo Untuk
Produk Fashion. Surabaya. Jurusan Teknik Kriya. Fakultas
Teknik. Universitas Negeri Gorontalo.Toekio Soegeng, 1987.
Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung, Angkasa.Suhersono
Hery, 2006. Desain Bordir Motif Flora Dan Fauna Nusantara.
Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.Hasdiana, dkk. 2013.
Peningkatan Brand Image Kerawang Melalui Penciptaan Desain
Ragam Hias Kreatif Beridentitas Kultural Budaya Gorontalo Untuk
Mendukung Industri Kreatif.Hasdiana, Naini Ulin, Adiatmono,
2012, Peningkatan Brand Image Kerawang Melalui Penciptaan
Desain Ragam Hias Kreatif Beridentitas Kultural Budaya
Gorontalo Untuk Mendukung Industri Kreatif, Laporan Penelitian
Strategis Nasional Tahun 1, Tidak Terbit.Dr.cd. Dirman, M.pd.
dan Juarsih Cicih, M.pd. 2014. Kegiatan Pembelajaran Yang
Mendidik.Jakarta, PT Rineka Cipta.Drs. Aryo Sunaryo. Mpd. Seni.
2009. Ornamen Nusantara Kajian Khusus Tentang Ornamen
Indonesia.Semarang, Dahara Prize.

Anda mungkin juga menyukai