PENDAHULUAN
berbatasan dengan Provinsi Aceh. Batas wilayah Negeri Langkat meliputi: sebelah
utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Aceh, sebelah selatan berbatasan
dengan Tanah Karo, sebelah timur berbatasan dengan Kesultanan Deli, dan
sebelah barat berbatasan dengan Negeri Tamiang. Langkat sekarang menjadi nama
sebuah kabupaten, yang merupakan bagian dari wilayah provinsi Sumatera Utara.
Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat Provinsi Sumatara Utara. Sebelumnya
Kecamatan ini dilalui oleh salah satu sungai terpanjang di Sumatra Utara
daerah ini bernama “Wam Fu”. Ia diserang oleh Raja Cola yang berasal dari India
sehingga pusat kerajaan yang berkedudukan di Besitang itu hancur, maka Raja
Gohor Lama dekat dengan kota Stabat sekarang. Itulah sebabnya sungai dekat
kota Stabat kemudian menjadi Sungai Wampu, yaitu mengambil nama dari Raja
merupakan wilayah Kerajaan Stabat. Peninggalan Langkat mulai dari awal berdiri
pada tahun 1500 oleh Dewa Syahdan sampai sebelum berdirinya Kesultanan
Langkat oleh Tengku Musa, hanya sedikit yang diketahui oleh masyarakat Stabat
yang berada di wilayah pesisir timur pulau Sumatra (sekarang disebut sebagai
menyatakan bahwa nama leluhur Kerajaan Langkat yang terjauh diketahui adalah
Dewa Sahdan yaitu pada tahun 1500 M. Kemudian setelah Dewa Syahdan
meninggal tahta Pemimpin Langkat digantikan oleh Dewa Sakti dan sesudah
bahwa sesudah marhum Guri, memerintah Raja Kahar. Raja Kahar diganti oleh
Hitam, 2. Raja Wan, 3. Syahdan dan 4. Indra Bongsu. Keempat putera ini
Jentera Malai, sebuah kampung dekat Kota Dalam (H. Mohammad Said, 1981:
613-615).
berimbas ke wilayah Langkat, adalah tembakau. Pada tahun 1861, seorang yang
mengaku dari keturunan kerajan Melayu bersama Said Abdullah menemui seorang
tempat yang memiliki tanah yang sangat bagus untuk ditanami tembakau. Ia
tempatnya. Nienhuys tertarik dan pergi bersama Abdullah melihat lokasi yang
dimaksud.
Sumatera cukup bagus untuk ditanami tembakai. Nienhuys pun memulai usahanya
perkebunan pun dimulai. Konsesi tanah oleh raja Deli dilakukan untuk membuka
Langkat. Konsesi tak lagi hanya pada raja di Deli, melainkan pada raja-raja di
Pada awalnya, menurut Jan Breman (1997) Langkat tak langsung tunduk
pada Belanda. Pada saat itu Langkat berada di bawah pengaruh Aceh dan Inggris
berada di belakang mereka. Namun setelah beberapa kali pameran militer dan
terjadi, Langkat takluk juga kepada Belanda. Lalu dimulailah babak baru bagi
kesultanan Langkat.
kekayaan yang berlimpah ruah. Konon masyarakat juga yang sempat menikmati
enggan untuk berpisah dengan Belanda dan enggan untuk menjadi bagian wilayah
Indonesia. Pada tahun 1946 muncul sebuah peristiwa yang lahir dari keengganan
keluarganya. Banyak yang terbunuh dan kondisi Langkat menjadi tidak keruan.
juga dibantai. Hak kekuasaan jatuh ke tangan para kaum revolusioner tersebut.
Langkat?
1.5 Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya revolusi sosial di Kesultanan
Langkat.
2. Mengidentifikasi dampak kehidupan sosial sebelum dan setelah terjadinya
Langkat.
3. Sebagai informasi dalam kajian sejarah lokal, khususnya di Sumatera
Utara.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
temukan,yang banyak penulis dapatkan hanya tulisan ataupun skripsi yang hanya
menjadi Kesultanan serta sejarah Langkat di tempat atau lokasi lain bukan di
Stabat. Seperti jurnal dari Sri Windari dengan judul Kesultanan Langkat di
Sumatera Utara pada masa Sultan Abdul Aziz (1827-1927 M). Dalam
Kesultanan, dan hanya membahas secara umum tentang Negeri Langkat tidak
Maka dari itu penulis ingin menulis tentang Langkat di Stabat beserta jejak situs
khusu dan jelas serta mendalam mengenai jejak situs peninggalan Langkat di
Stabat.
lain:
Di dalam Buku tulisan dari John Anderson yang berjudul Mission to the
Sungai Wampu John Anderson menemui Wan Sopan ayahanda Sutan Mat Syekh
dan telah menyaksikan bahwa Sungai Wampu pada saat itu dikawal 9 kapal
perang Jongkong yang berdinding kayu tebal dan berlapis besi dan hanya
kilogram) yang berguna untuk menjaga keamanan negeri serta menjaga jalur-jalur
pelayaran Negeri Langkat yang pada masa itu mempunyai jalur perdagangan
dengan Inggris, Arab, Mesir dan Cina. Pada kunjungan John Anderson ini Sutan
Dewa Sakti. Ia bergelar Kejeruan Hitam. Dewa Sakti mangkat digantikan oleh
Buluh Cina, Hamparan Perak sekarang. Dewa Sakti hilang raib kemungkinan
tahun 1539. Marhom Guri digantikan oleh puteranya Raja Kahar, anak-anaknya
yang lain ialah Sultan Husin keturunan Bangsawan Bahorok dan seorang puteri
bernama Dewi Tahrul. Raja Kahar pendiri Kerajaan Langkat dan berpusat di Kota
Dalam, daerah antara Stabat dengan Kampung Inai, kira-kira pertengahan abad
bergelar Sutan Bendahara, seorang berpribadi kuat dan dengan cara damai telah
Badiulzaman mempunyai 4 orang anak laki-laki yaitu Kejeruan Tuah Hitam, Wan
Jabar yang mendirikan Selesai, Syahban di Punggai dan Indra Bongsu yang tetap
tertua Kejeruan Tuah Hitam, ia menetap di Jentera Malai, sebuah kampung dekat
dengan Kejeruan Hitam sebagai pimpinan tertinggi hingga memasuki abad ke-19,
pada saat itu Langkat merupakan daerah taklukan Siak yang menyerang dan
menaklukkan Langkat peristiwa itu pada tahun 1815. Kejeruan Hitam bergabung
dengan Sultan Panglima Mengedar Alam dari Deli untuk merebut pemerintahan
kembali dari tangan Siak dan pergi ke Deli untuk keperluan itu guna mendapatkan
bantuan manusia, senjata dan amunisi. Setelah memperoleh bantuan lalu ia
sejumlah mesiu meledak karena tidak pada ditempatnya. Tatkala itu mereka pun
sedang asik mandi. Akibat dari ledakan mesiu itu menewaskan mereka. Putranya
pemerintahan dengan bantuan Sultan Panglima dari Deli. Oleh karena konflik itu
putera tertua Raja Tuah Hitam(Raja Langkat ke V) yang telah meninggal, menjadi
Raja Langkat yang keenam menggantikan ayahnya yang tewas. Pada saat itu
Langkat adalah wilayah taklukan Siak pada tahun 1815. Untuk jaminan kesetiaan
Langkat, dua orang putera Langkat yaitu putera dari Kejeruan Tuah Hitam
bernama Nobatsyah dan seorang putera dari Indera Bongsu bernama Raja Ahmad,
dengan Tengku Fatimah dan Raja Ahmad kawin dengan Tengku Kanah.
Perkawinan Raja Ahmad inilah melahirkan seorang putera bernama Tengku Musa.
Nobatsyah dan Ahmad yaitu salah seorang putera dari Wan Jabar (penguasa
daerah Selesai) telah menetap di Stabat dan menjadi Raja di Stabat. Anak Raja
Wan Jabar tersebut yaitu Wan Sopan yang bergelar Sutan Japura yang menjadi
Raja di Stabat.
terjadi, tiada berapa lama terjadilah perebutan kekuasaan antara Nobatsyah dan
Ahmad pada tahun 1820. Kemudian Nobatsyah mati terbunuh, setelah wafatnya
Nobatsyah maka Raja Ahmad lah satu-satunya yang memerintah Langkat yang
diakui Kesultanan Siak. Pada tahun 1840 Raja Ahmad wafat di Kota Dalam
Langkat, belum ada langsung calon pengganti Raja Langkat. Tiada beberapa lama
setelah wafatnya Raja Ahmad maka Wan Sopan Raja Stabat meninggal dunia
pula. Ia digantikan oleh anaknya Sutan Mat Syekh (Djohar Arifin Husin 2013:17).
Ngah) yang dibesarkan dan sudah dewasa di Siak datang ke Langkat. Semula
menurut ketentuan Sultan Siak, anak Nobatsyah yang lahir di Siak (Tengku
Ngah menduduki Kerajaan dengan pengakuan Sultan Siak. Kepadanya diberi oleh
Sultan Siak gelaran Sutan Bendahara. Tapi setelah Nobatsyah terbunuh masih ada
seorang paktuanya yang lain, yaitu Raja Wan Sopan, yang beranak laki-laki. Anak
Raja Wan Sopan, Sutan Muhammad Syekh (Mat Syekh) mewakili Stabat. Setelah
Raja Wan Sopan meninggal, Mat Syekh lah menggantikannya. Matseh ingin
menguasai Langkat seluruhnya menggantikan kursi Tengku Ngah. Dalam hal ini
Deli menyokong Mat Syekh, diantara sebabnya ialah bahwa saudara perempuan
Sultan Deli menjadi isteri Mat Syekh. Mula-mula Mat Syekh mempergunakan
jalan yang mudah. Seorang adik perempuannya dikawinkan dengan Tengku Ngah.
Kelihatannya maksud ini akan tercapai, tapi Tengku Ngah sadar kembali
sesudah istrinya (adik Mat Syekh) meninggal dunia. Tengku Ngah berusaha keras
mengatasi tekanan Mat Syekh, dalam mengahadapi itu Tengku Ngah tidak lagi
dapat mengaharapkan bantuan dari Siak, sebab Siak pun sedang kusut. Dalam
pada itu baiklah diingatkan bahwa perkembangan disekitar masa itu di Langkat
masa pancaroba disana. Pertama, perebutan kursi Kerajaan antara Tengku Ngah
dan Mat Syekh. Kedua, kegiatan beberapa Raja kecil lain untuk mendapat atau
Tengku Ngah adalah beribu puteri Siak, dibesarkan dan dididik disana. Tiada
Karena peristiwa ini terjadi dalam rangka kegiatan Belanda untuk merongrong
wilayah Aceh bagian pantai terjauh di sebelah timur, maka terasalah bahwa
kekusutan disana bertalian dengan kegiatan itu, dan kesibukan disanapun tidak
Sutan Mat Syekh dilahirkan tahun 1821 di pusat Kerajaan Langkat yakni
Jentera Malai yang dikenal sekarang dengan nama Stabat ibu kota Kabupaten
Langkat. Kerajaan ini berbatas dengan Kerajaan Aceh. Sutan Mat Syekh adalah
satu-satunya pewaris tahta Kerajaan Langkat memerintah negeri ini dengan adil,
arif, dan bijaksana serta menjadi tumpuan harapan dan sanjungan rakyat, karena
dan mengandung banyak perhatian serta daya tarik yang sangat memikat
terrmasuk Belanda. Pada saat itu peradaban Negeri Langkat yang berpusat di
Jentera Malai berada dipinggir Sungai Wampu telah maju ditandainya dengan hilir
dengan dikunjunginya negeri ini oleh Jhon Anderson salah seorang utusan
Gubernur Inggris di Penang. Pada kunjungan ini Sutan Mat Syekh diperkirakan
Negeri Langkat yang dipimpin oleh Sutan Mat Syekh memiliki daerah
yang amat subur yang kemudian dikenal dengan tumbuhnya tembakau Deli dikala
itu amatlah tersohor keseluruh penjuru dunia membuat Belanda sangat tergiur.
Namun bila ditinjau dari strategi perang, Langkat merupakan daerah yang amat
strategis sekali yang mau tidak mau mengundang selera Kerajaan Aceh dan
- Bagi Kerajaan Aceh Negeri Langkat adalah pintu gerbang utama Belanda
bagaimanapun bila perlu dengan cara dalih dan tipu muslihat, Langkat
Saat itu Negeri Langkat merupakan sebuah bom waktu yang kelak akan
mempunyai akidah yang kuat sudah dapat kita duga bahwa ia beserta rakyatnya
berpihak kepada Kerajaan Aceh. Setelah melihat kenyataan ini Belanda semakin
gelisah dan menyadari benar bahwa untuk merebut Negeri Langkat jalannya
tidaklah mudah seperti yang diharapakan, dengan segala macam usaha, dalih, dan
bial perlu dengan cara tipu muslihat agar Langkat dapat direbut dan dikuasai.
Seperti seorang yang mengantuk diberikan bantal, bak kata pepatah pucuk dicinta
ulam pun tiba, Kerajaan Siak memohon kepada Belanda untuk mengamankan
wilayah taklukannya pada tahun 1858 yang dikenal dengan nama “Traktat Siak”.
Belanda pada tanggal 1 Pebruari 1858 yang mana dimasukkan begitu saja
Sumatera Timur dan Tamiang menjadi sebahagian wilayah Siak, hanyalah tipuan
belaka dan tidak sah sama sekali baik ditinjau dari sudut de jure maupun de fakto
belah dan kemudian dikuasai. Belanda yang bersekutu dengan Siak pada saat itu
mulai gencar melakukan cara dan strategi untuk dapat menguasai Negeri Langkat.
mengutus seorang Raja yang dapat bekerjasama dengan Belanda dan Siak di
Negeri Langkat, sudah tentu ini merupakan tantangan yang berat bagi Sutan Mat
Syekh, sungguh ia benar-benar menyadari bahwa semua ini adalah tingkah pola
Belanda dan Siak untuk merongrong kewibawaan serta kekuasaan yang mutlak
atasnya di Negeri Langkat. Sebagai seorang Raja Sutan Mat Syekh adalah sangat
bijaksana, terlebih dahulu mencari jalan diplomasi politik dengan mengawinkan
adik kandung Sutan Mat Syekh dengan Raja utusan Belanda yaitu Tengku Musa
yang merupakan anak dari Raja Ahmad yang lama tinggal di Siak. Inilah tindakan
Sutan Mat Syekh yang amat bijaksana, namun usaha ditangan hamba tetapi Tuhan
kembali bangkit niatnya untuk segera merebut tahta Negeri Langkat dari Sutan
Mat Syekh. Sutan Mat Syekh yang secara adat Melayu diakui sebagai Raja
Langkat ini pada saat itu sudah menjalin kerjasama yang baik dengan Tuanku
Raja yang ingin merongrong Sutan Matsyekh sebagai Raja Langkat. Sutan Mat
Syekh yang didukung oleh berbagai pihak termasuk rakyat Langkat dan Aceh
Musa kembali ke Siak memohon bantuan Belanda dan Siak agar ia dapat merebut
Matsyekh dikenal tidak mau berkompromi dengan Belanda, pada tahun 1862
Matsyekh menolak dan mengusir serta menghina kontelir Belanda itu. Cast baron
de Raet merasa usahanya gagal bahkan menerima hinaan dari Sutan Mat Syekh
mat Syekh. Ultimatum Belanda ini secara spontan dijawab oleh Sutan Mat Syekh
yaitu: KALAU LANGKAT HENDAK DIZARAH TUAN BAYAR DENGAN
DARAH.
Sutan Mat Syekh mempersiapkan sejak dini kekuatan serta membahas medan
pertempuran pada perang akbar yang akan dihadapi nanti serta menjaga daerah-
daerah yang merupakan kantung-kantung strategis dan cara berperang yang akan
dukungan dari Raja tetangga dengan Negeri Langkat terutama Kerajaan Aceh
memberi strategi serta siasat-siasat bila situasi perang dapat berubah sewaktu-
waktu dan kemungkinan yang akan terjadi maupun kebijaksanaan lain. Tekad dan
mempertahankan tanah tumpah darah dari Belanda. Tiada kenal kata dan istilah
darah dari pada kalah dan menyerah serta terjajah (MABMI Langkat 1996:8).
walaupun masih adanya terdapat perselisihan kecil di Langkat saat itu, namun
Negeri Langkat yang berbatas dengan Kerajaan Aceh di diami dan di huni
oleh 5 suku bangsa seperti Melayu, Aceh, Karo, Alas dan Gayo terlihat
sambal terhadap Sutan Mat Syekh hal ini ditandai dengan, Netscher (Agustus
oleh kekuatan pertahanan Tuanku Hasyim, penyerbuan dari daratpun tidak dapat
dilakukan (H. Mohammad Said 1981:624). Armada laut Netscher tercatat 4 kali
mencoba menjamah Langkat dari laut maupun daratan, akhirnya dengan perasaan
gabungan Sutan Mat Syekh yang bertempur di darat dan Tuanku Hasyim dilaut
Kerajaan Aceh dipusatkan di Pulau Kampai yang sangat strategis serta dikawal
oleh lebih kurang 200 kapal perang yang diperlengkapi dan persenjatai dengan
perang yang tinggi mengalami banyak kemajuan di daratan Langkat dengan amat
Belanda di Batavia (Pulau Jawa). Karena sudah tidak dapat lagi menahan
masih ingkar mengakui pertuanannya, dan jika masih melawan Raja-Raja tersebut
menjadi daerah langsung Hindia Belanda. Ekspedisi ini berangkat dari Betawi
sebagai berikut:
hitam.
2. Kapal-kapal perang dan transport terdiri dari kapal-kapal : Djambi,
Armada laut Belanda yang dilengkapi dengan ribuan serdadu dan peralatan
perang yang modern, akhirnya tiba di Pulau Kampai. Setelah bertempur dalam
beberapa hari akhirnya Belanda berhasil memukul mundur armada laut Kerajaan
Kampai sudah jatuh ketangan Belanda, namun untuk menaklukkan Sutan Mat
Syekh bukanlah hal yang mudah, karena disamping masih mempunyai kekuatan
tempur darat yang handal Sutan Mat Syekh juga mendapat dukungan dari segenap
diperkirakan menghadapi pasukan tempur Sutan Mat Syekh akan jatuh korban
yang tidak sedikit dipihak Belanda. Sadar akan sulitnya menaklukkan Mat Syekh
mengambil jalan pintas menggunakan akal liciknya yaitu dengan jalan tipu
Syekh yang berada diluar Kerajaan Langkat, dan sengaja mengundang dan
menjamu Sutan Mat Syekh dalam acara adat perkawinan yang merupakan
perangkap ampuh untuk memancing Mat Syekh keluar dari Langkat lalu
kemudian dikepung dan di sergap. Karena bagi seorang Muslim sejati, undangan
adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi dengan kehadiran apalagi undangan
ini datang dari orang yang sangat dihormatinya. Tipu muslihat ini berhasil, Sutan
Mat Syekh akhirnya disergap di Hamparan Perak dan kemudian di tawan Belanda
Sudah menjadi kesepakatan dipihak Belanda dikala itu bahwa apabila ada
seorang Raja yang melawan dan mempunyai pengaruh besar serta mampu
memberikan perlawanan sengit dan berarti serta dapat ditawan Belanda, maka
Diponegoro, Cut Nyak Dien, Imam Bonjol dan lain sebagainya. Beradasarkan
Beslit Pemerintah Hindia Belanda tanggal 27 Mei tahun 1866 Nomor 7 Sutan Mat
Syekh dibuang ke Cilacap. Sutan Mat Syekh dibuang dengan menggunakan kapal
perang khusus Belanda bernama “Dassoon” dan sampai akhir hayatnya tetap tidak
Di dalam Nota Politik Kontrak Langkat 1893 diakui bahwa Mat Syekh
yang berasal dari Leon Trotsky yang juga dikenal sebagai paham dari Komunis
yang baru. Dalam suatu pergolakan, maka akan terbuka suatu zaman baru dalam
fundamental.
Menurut Paul B. Horton (1984) Revolusi sosial berlangsung secara besar-
berarti tidak mungkin tercipta bilamana sistem sosial yang ada tetap berlaku.
sistem sosial yang berlangsung dapat diganti dan kaum elit disingkirkan.
untuk meruntuhkan rezim penguasa. Setelah itu terjadilah persaingan sengit antar-
Sistem sosial budaya Indonesia adalah sebagai totalitas nilai, tata sosial, dan tata
laku manusia Indonesia harus mampu mewujudkan pandangan hidup dan falsafah
(Muttaqin, 2010: 15-30). Asas yang melandasi pola pikir, pola tindak, fungsi,
berkepribadian Indonesia.
Raymond Firth mengemukakan bahwa konsep struktur sosial merupakan
alat analisis yang diwujudkan untuk membantu pemahaman tentang tingkah laku
manusia dalam kehidupan sosial. Dasar yang penting dalam struktur sosial ialah
relasi-relasi sosial yang jelas penting dalam menentukan tingkah laku manusia,
yang apabila relasi sosial itu tidak dilakukan, maka masyarakat itu tak terwujud
lagi. Struktur sosial juga dapat ditinjau dari segi status, peranan, nilai-nilai, norma,
dan institusi sosial dalam suatu relasi. Nilai adalah pembentukan mentaliatas yang
dirumuskan dari tingkah laku manusia sehingga menjadi sejumlah anggapan yang
hakiki, baik, dan perlu dihargai. Dari pendapat Raymond Firth dan Max Weber,
pancasila sebagai dasar falsafah atau ideologi Negara (Ritzer, 2012: 1031).
Jadi, struktur sistem sosial budaya Indonesia dapat merujuk pada nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila yang terdiri atas tata nilai, seperti: nilai agama
(nilai kebenaran, nilai moral, nilai vital, nilai material), tata sosial, dan tata laku.
Dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka tata laku harus
Negara.
Kerajaan Melayu yang berada diwilayah pesisir timur pulau Sumatra (sekarang
yang terjauh diketahui adalah Dewa Sahdan. Sampai saat ini asal usulnya masih
menjadi simpang siur. Menurut Tuanku Luckman Sinar dalam Bangun dan
Kesultanan Langkat menyatakan bahwa nama leluhur dinasti Langkat yang paling
awal adalah Dewa Syahdan. Diperkirakan masa kekuasaannya tahun 1500 sampai
1580. Menurut teromba Langkat, Dewa Syahdan datang dari arah pantai yang
berbatas dengan Kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di
Tanah Karo.
mempunyai regalia rantai emas buatan Aceh dan kain buatan Minangkabau. Tiada
berapa lama kemudian ia turun ke Deli Tua, kemudian ia pindah ke Guri atau
Pemimpin Langkat digantikan oleh Dewa Sakti dan sesudah Dewa Sakti
sesudah marhum Guri, memerintah Raja Kahar. Raja Kahar diganti oleh anaknya
Wan, 3. Syahdan dan 4. Indra Bongsu. Keempat putera ini membantu ayahnya
memerintah, sebagai orang-orang besar. Badiuzzaman meninggal diganti oleh
Pada saat itu Langkat merupakan daerah taklukan Siak yang menyerang dan
menaklukkan Langkat peristiwa itu pada tahun 1815. Kejeruan Hitam bergabung
dengan Sultan Panglima Mengedar Alam dari Deli untuk merebut pemerintahan
kembali dari tangan Siak dan pergi ke Deli untuk keperluan itu guna mendapatkan
sejumlah mesiu meledak karena tidak pada ditempatnya. Tatkala itu mereka pun
sedang asik mandi. Akibat dari ledakan mesiu itu menewaskan mereka. Putranya
pemerintahan dengan bantuan Sultan Panglima dari Deli. Oleh karena konflik itu
putera tertua Raja Tuah Hitam(Raja Langkat ke V) yang telah meninggal, menjadi
Raja Langkat yang keenam menggantikan ayahnya yang tewas. Pada saat itu
Langkat adalah wilayah taklukan Siak pada tahun 1815. Untuk jaminan kesetiaan
Langkat, dua orang putera Langkat yaitu putera dari Kejeruan Tuah Hitam
bernama Nobatsyah dan seorang putera dari Indera Bongsu bernama Raja Ahmad,
Perkawinan Raja Ahmad inilah melahirkan seorang putera bernama Tengku Musa.
Kesultanan Langkat. Selain itu, masyarakat Stabat juga justru lebih mengetahui
ditambah dengan literatur yang penulis baca bahwasanya Stabat pada saat itu
Kerajaan yang maju dikarenakan letak yang berada dipinggiran sungai. Serta
banyak menjalin hubungan kerja sama dengan Kerajaan lain maupun pihak lain
yang mana pusat Kerajaan Langkat pada waktu itu yang berada di pinggiran
METODOLOGI PENELITIAN
sejarah yang bersifat heuristik. Seperti yang dinyatakan Carrad dalam Sjamsudin
deskriptif kualitatif, yang mana sumber data yang diperoleh dari lapangan (field
research). Study Lapangan (field research) ini dilakukan dengan mencari dan
mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari data yang ada dilapangan, baik dari
tempat yang menjadi identifikasi awal adalah arsip Pemkab Langkat yang ada di
Stabat.
Adapun sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
kesaksian dari pada seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan
pancaindera yang lain, atau dengan alat mekanis seperti diktafon, yakni orang atau
alat yang hadir pada peristiwa yang diceritakannya (di sini selanjutnya secara
Berhubung kejadian dalam peristiwa yang penulis bahas tidak ada satupun
seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan panca indera hadir langsung
pada peristiwa ini hidup hingga sekarang dikarenakan jarak waktu yang cukup
lama hingga sekarang ini, maka yang penulis jadikan sumber primer dalam
penelitian ini adalah arsip-arsip yang menceritakan peristiwa pada kondisi itu.
2. Data Sekunder
merupakan kesaksian dari pada siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan
mata, yakni seseorang yang tidak hadir pada peristiwa yang dikisahkannya”.
Dalam penelitian ini peneliti mencari sumber informasi dari buku-buku atau
keruntuhannya.
1. Observasi
dalam penelitian ini seperti situs makam dan peninggalan lainnya. Dalam hal ini
2. Wawancara
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini peneliti mencari gambaran dan fakta historis mengenai
Analisis data bertujuan untuk mengelola data agar akurat. Adapun teknis
analisis data yang dilakukan penulis dalam memperoleh hasil yang akurat yaitu:
2. Kritik Sumber
dilaksanakan selanjutnya adalah kritik sumber. Data yang diperoleh dari literature
dan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian hendaknya diuji terlebih dahulu
3. Interprestasi Data
sejarah. Bukti sejarah diperoleh dari hasil penelitian melalui wawancara dan
bersangkutan. Sehingga dapat diperoleh suatu rangkaian data yang menjadi suatu
informasi.
4. Historiografi (Penulisan)
hasil penelitian.
Daftar Pustaka