Anda di halaman 1dari 12

KOTA KUPANG

Nama Kupang sebenarnya berasal dari nama seorang raja, yaitu Nai
Kopan atau Lai Kopan, yang memerintah Kota Kupang sebelum bangsa Portugis
datang ke Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1436, pulau Timor mempunyai 12 kota
bandar namun tidak disebutkan namanya. Dugaan ini berdasarkan bahwa kota
bandar tersebut terletak di pesisir pantai, dan salah satunya yang strategis
menghadap ke Teluk Kupang. Daerah ini merupakan wilayah kekuasaan Raja
Helong dan yang menjadi raja pada saat itu adalah Raja Koen Lai Bissi.
Pada tahun 1613, VOC yang berkedudukan di Batavia (Jakarta), mulai melakukan
kegiatan perdagangannya di Nusa Tenggara Timur dengan mengirim 3 kapal yang
dipimpin oleh Apolonius Scotte, menuju pulau Timor dan berlabuh di Teluk Kupang.
Kedatangan rombongan VOC ini diterima oleh Raja Helong, yang sekaligus
menawarkan sebidang tanah untuk keperluan markas VOC. Pada saat itu VOC
belum memiliki kekuatan yang tetap di tanah Timor.
Pada tanggal 29 Desember 1645, seorang padri Portugis yang bernama Antonio de
Sao Jacinto tiba di Kupang. Dia mendapat tawaran yang sama dengan yang diterima
VOC dari Raja Helong. Tawaran tersebut disambut baik oleh Antonio de Sao Jacinto
dengan mendirikan sebuah benteng, namun kemudian benteng tersebut
ditinggalkan karena terjadi perselisihan di antara mereka. VOC semakin menyadari
pentingnya Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu kepentingan perdagangannya,
sehingga pada tahun 1625 sampai dengan 1663, VOC melakukan perlawanan ke
daerah kedudukan Portugis di pulau Solor dan dengan bantuan orang-orang Islam di
Solor, Benteng Fort Henricus berhasil direbut oleh VOC.
Pada tahun 1653, VOC mendarat di Kupang dan berhasil merebut bekas benteng
Portugis Fort Concordia, yang terletak di muara sungai Teluk Kupang di bawah
pimpinan Kapten Johan Burger. Kedudukan VOC di Kupang langsung dipimpin
olehOpenhofd J. van Der Heiden. Selama menguasai Kupang sejak tahun 1653
sampai dengan tahun 1810, VOC telah menempatkan sebanyak 38 Openhofd dan
yang terakhir adalah Stoopkert, yang berkuasa sejak tahun 1808 sampai dengan
tahun 1810.
Nama Lai Kopan kemudian disebut oleh Belanda sebagai Koepan dan dalam
bahasa sehari-hari menjadi Kupang. Untuk pengamanan Kota Kupang, Belanda
membentuk daerah penyangga di daerah sekitar Teluk Kupang dengan
mendatangkan penduduk dari pulau Rote, Sabu dan Solor. Untuk meningkatkan
pengamanan kota, maka pada tahun 23 April 1886, Residen Creeve menetapkan
batas-batas kota yang diterbitkan pada Staatblad Nomor 171 tahun 1886. Oleh
karena itu, tanggal 23 April 1886 ditetapkan sebagai tanggal lahir Kota Kupang.

Setelah Indonesia merdeka, melalui Surat Keputusan Gubernemen tanggal 6


Februari 1946, Kota Kupang diserahkan kepada Swapraja Kupang, yang kemudian
dialihkan lagi statusnya pada tanggal 21 Oktober 1946 dengan bentuk Timor Elland
Federatie atau Dewan Raja-Raja Timor dengan ketua H. A. A. Koroh, yang juga
adalah Raja Amarasi.
Berdasarkan Surat Keputusan Swapraja Kupang Nomor 3 tahun 1946 tanggal 31 Mei
1946 dibentuk Raad Sementara Kupang dengan 30 anggota. Selanjutnya pada
tahun 1949, Kota Kupang memperoleh status Haminte dengan wali kota
pertamanya Th. J. Messakh. Pada tahun 1955 ketika menjelang Pemilu, dengan
Surat Keputusan Mendagri Nomor PUD.5/16/46 tertanggal 22 Oktober 1955, Kota
Kupang disamakan statusnya dengan wilayah kecamatan.
Pada tahun 1958 dengan Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958, Provinsi Sunda
Kecil dihapus dan dibentuk 3 daerah Swantara, yaitu Daerah Swantara Tk I Bali,
Daerah Swantara Tk I Nusa Tenggara Barat dan Daerah Swantara Tk I Nusa Tengara
Timur. Kemudian Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Tingkat II (Kabupaten) yang antara lain Kabupaten Kupang. Dengan
Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Nusa Tenggara Timur
Nomor 17 Tahun 1969 tanggal 12 Mei 1969 dibentuk wilayah kecamatan yakni
Kecamatan Kota Kupang.
Kecamatan Kota Kupang mengalami perkembangan pesat dari tahu ke tahun.
Kemudian pada tahun 1978 Kecamatan Kota Kupang ditingkatkan statusnya
menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
1978, yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 September 1978. Pada waktu
itu Drs. Mesakh Amalo dilantik menjadi Walikota Administratif yang pertama dan
kemudian diganti oleh Letkol Inf. Semuel Kristian Lerik pada tanggal 26 Mei
1986 sampai dengan perubahan status menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II
Kupang. Perkembangan Kota Administratif Kupang sangat pesat selama 18 tahun,
baik di bidang fisik maupun non fisik.
Usulan rakyat dan Pemerintah Kota Admnistratif Kupang untuk mengubah status
menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang disetujui oleh DPR RI dengan
disahkannya Rancangan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1996 tentang
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang menjadi Undang-Undang pada
tanggal 20 Maret 1996 dan ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia dan
tertuang pada Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3632 Tahun 1996.
Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang diresmikan oleh Mendagri
Mohammad Yogi S. M. pada tanggal 25 April 1996.
Kemudian dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka
Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang berubah menjadi Kota Kupang.

Geograf

Terletak pada 103614-103958 LS dan 12332231233701BT; Luas wilayah


180,27 Km2, dengan peruntukan Kawasan Industri 735,57 Ha, pemukiman
10.127,40 Ha, Jalur Hijau 5.090,05 Ha, perdagangan 219,70 Ha, pergudangan
112,50 Ha, pertambangan 480 Ha, pelabuhan laut/udara 670,1 Ha, pendidikan
275,67 Ha, pemerintahan/perkantoran 209,47 Ha, lain-lain 106,54 Ha;
Suhu rata-rata di Kota Kupang berkisar antara 23,8 C sampai dengan 31,6 C.
Tempat-tempat yang letaknya dekat dengan pantai memiliki suhu udara yang ratarata relatif lebih tinggi. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 73 persen
sampai dengan 99 persen.
Curah hujan selama tahun 2010 tercatat 1.720,4 mm dan hari hujan sebanyak 152
hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu tercatat 598,3 mm,
sedangkan hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dengan 28 hari hujan.
Batas Wilayah Utara berbatasan dengan Teluk Kupang, Timur berbatasan dengan
Kabupaten Kupang, Barat berbatasan dengan Selat Semau dan Kabupaten Kupang,
sedangkan Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kupang.

Penduduk
Kota Kupang adalah kota yang multi etnis dari
suku Timor, Rote, Sabu, Flores,Alor, Lembata, Tionghoa sebagian kecil suku
pendatang dari Ambon dan beberapa suku bangsa lainnya seperti Bugis, Jawa dan
Bali. Tetapi terlepas dari keragaman suku bangsa yang ada, penduduk Kota Kupang
akan menyebut diri mereka sebagai "Beta orang Kupang".
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kupang tahun 2013, penduduk Kota
Kupang berjumlah 378.425 yang terbagi atas 192.966 jiwa laki-laki dan 185.429
jiwa perempuan. yaitu 18 dinas, 8 badan, 3 kantor dan 8 bagian. Di samping itu
terdapat 3 instansi vertikal, yaitu Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Kementrian Agama. Wilayah
pemerintahan Walikota Kupang meliputi 6 daerah kecamatan.

Walikota

Drs. Mesakh Amalo (?-?)

Letkol Inf. Semuel Kristian Lerik (1986-2007)

Drs. Daniel Adoe (2007-2012)

Jonas Salean, SH., MSi. (2012-2017)

Daftar Kecamatan
Saat ini Kota Kupang dibagi menjadi 6 wilayah kecamatan, yaitu:

1. Alak (11 kelurahan)


2. Kelapa Lima (7 kelurahan)
3. Kota Raja (6 kelurahan)
4. Kota Lama (10 kelurahan)
5. Maulafa (9 kelurahan)
6. Oebobo (7 kelurahan)

Transportasi
Udara
Kota Kupang memiliki sebuah bandar udara dengan nama Bandar Udara
Internasional El Tari. Dahulu bernama pelabuhan udara Penfui. Pada mulanya adalah
bekas peninggalan jaman penjajahan Belanda yang hanya berupa sebuah airstrip.
Untuk pertama kali bandar udara ini didarati oleh pesawat udara pada tahun 1928
oleh penerbang Amerika Lamij Johnson. Selanjutnya dikembangkan oleh Australia
pada tahun 1944-1945 dan diberi nama Lapangan Terbang Penfui, yang dalam
bahasa Timor; Pena=jagung dan Fui=hutan.
Pelabuhan Udara Penfui dikuasai dan dipergunakan untuk kepentingan Angkatan
Udara. Tanggal 6 Mei 1950 Lapangan Terbang Penfui diserahkan oleh militer
Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia dan dengan berkembangnya
kebutuhan akan Angkutan Udara pada tahun 1960 mulai didarati oleh pesawat
Garuda jenis DC 3. Penanganan dan pengaturan terhadap kegiatan
penerbangannya dilakukan oleh Angkatan Udara, karena pada saat itu belum ada
organisasi perhubungan udara.
Pelabuhan Udara Penfui mulai dikelola oleh kepala pelabuhan udara dengan dibantu
bendaharawan dari Dinas Meteorologi Departemen Perhubungan Udara, dan sejak
itu dikenal dengan nama penerbangan sipil.
Pelabuhan udara ini ditetapkan sebagai pelabuhan udara kelas III. Dengan makin
meningkatnya arus lalu lintas melalui Bandar Udara Kupang, maka untuk kelancaran
pelaksanaan tugas dan meningkatkan fungsi bandara, maka diterbitkan Surat
Keputusan Bersama antara Menteri Perhubungan, Menteri Pertahanan Keamanan
dan Menteri Keuangan dengan nomor : KEP/30/IX/75, KM 393/3/PHB 75 dan KEP.
927.A/MK/IV/8/75, yaitu tentang Penggunaan Bersama Pangkalan dan Pelabuhan
Udara. Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan Pelabuhan Udara Penfui menjadi
Pelabuhan Udara Sipil Kelas II.
Sejak tanggal 20 Desember 1988, Pelabuhan Udara Penfui diubah dan ditetapkan
menjadi Pelabuhan Udara El Tari Kupang untuk mengenang jasa (almarhum) mantan

Gubernur Nusa Tenggara Timur, El Tari. Istilah Pelabuhan Udara kemudian diubah
menjadi Bandar Udara sejak tanggal 1 September 1985.
Tanggal 20 Juni 1988 ditandatangani Naskah Persetujuan Bersama antara Kepala
Staf TNI-AU dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, nomor :
SEPERJAN/01/V/1988 DAN DJU/1861/KUM.060/SS tentang Penggunaan Sebagian
Areal Tanah Pangkalan TNI - AU El Tari Kupang untuk pengembangan/ pembangunan
Bandar Udara El Tari Kupang beserta fasilitasnya.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 4/1995 tanggal 13
Januari 1995 tentang Penyempurnaan dan Penataan Kelas Bandar Udara, Bandar
Udara Udara El Tari ditingkatkan menjadi Bandar Udara Kelas I.
Sejak tanggal 1 April 1999, Bandar Udara El Tari secara operasional masuk ke dalam
manajemen PT (PERSERO) Angkasa Pura I dengan Berita Acara Serah Terima
Nomor : AU / 125 / UM.234/ 99 dan BA.25/PL.50/1999/DU tanggal 30 April 1999 dari
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kepada Direktur Utama PT (PERSERO)
Angkasa Pura I. Penyerahan ini sebagai tindak lanjut dari Surat Menteri Keuangan
No.S-4608/A/53/1997 tanggal 08 Oktober 1997 yang pada dasarnya menyetujui
penggabungan Bandar Udara El Tari Kupang ke dalam manajemen PT (PERSERO)
Angkasa Pura I, menghapuskan dari daftar inventaris Departemen Perhubungan dan
ditetapkan sebagai tambahan Penyertaan Modal Pemerintah ke dalam PT
(PERSERO) Angkasa Pura I.
Sebagai pengelola Bandar Udara selanjutnya, PT (PERSERO) Angkasa Pura I
mengadakan perbaikan dan perluasan terminal ataupun fasilitas lainnya secara
bertahap antara lain perluasan ruang kedatangan domestik pada tahun 2006,
penggantian fasilitas VASI dengan PAPI pada tahun 2007 dan pembuatan jalan
langsung ke Gudang Kargo pada tahun 2008.
Bandar udara yang beroperasi sejak pagi hingga malam untuk penerbangan
domestik dan internasional, yang menghubungkan Kota Kupang dengan beberapa
kota di provinisi Nusa Tenggara Timur, beberapa kota besar lain
di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Mataram, Denpasar,
Pontianak, Lombok, Makassar, dll. Beberapa maskapai penerbangan regional dan
nasional, baik komersil dan perintis telah membuka kantornya di Kota Kupang,
seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Wings Air,Sriwijaya Air, TransNusa, Batik
Air, Aviastar, Citilink, Kalstar, Nam Air, Susi Air. Dulu, bandara ini pernah melayani
penerbangan langsung dari dan ke luar negeri, yaitu keAustralia dan Timor Leste,
tetapi karena terjadi masalah maka penerbangan luar negri dari bandara ini
diberhentikan. Namun seiring berjalannya waktu, bandara inipun akan
menjadi bandar udara internasional yang melayani penerbangan menuju Dili,
dan Darwin Berdasarkan rencana Presiden mengenai perhubungan KDD (KupangDilli-Darwin) melalui jalur Udara dan Laut.

Laut

Senja di Pelabuhan Tanjung Karang, Tenau, Kupang.jpg

Pelabuhan Kupang pada tahun 1912


Pelabuhan Tanjung Karang Kupang dapat melayani kapal-kapal barang maupun
penumpang. Dahulu melalui dermaga ini sering melayani kapal penumpang
menuju Pante Makasar, Ruteng, Baa, Dili, Kalabahi dan lain-lain. Saat ini Pelabuhan

Niaga dan Pelabuhan Komersil terletak di daerah Tenau dan Bolok, yang merupakan
wilayah Kabupaten Kupang. Di wilayah Kota Kupang terdapat Pelabuhan Rakyat di
Namosain dan Pelabuhan Laut Kupang. Pelabuhan Rakyat Kupang di Namosain
merupakan pelabuhan laut alam yang sekarang telah ditata dengan lebih baik.
Pelabuhan ini kapal-kapal kayu melayani transportasi laut menuju Rote, Semau dan
beberapa daerah di sekitar Kota Kupang. Sebelumnya juga digunakan oleh para
nelayan sebagai tempat berlabuh dan bongkar muat hasil tangkapan. Pelabuhan
Kupang yang merupakan pelabuhan laut tua, saat ini menjadi tempat berlabuhnya
kapal-kapal layar dari luar negeri dan menjadi salah satu tempat persinggahan
dalam kegiatan Sail Indonesia dari Darwin, Australia menuju beberapa pulau di
Indonesia.

Darat

Bemo Kota Kupang


Sistem transportasi darat Kota Kupang dilayani oleh minibus angkutan kota yang
biasa disebut bemo. Ada pula layanan taksi dan beberapa rute dilayani oleh bus
kota. Sebagian besar rute dalam kota dilayani oleh bemo yang menghubungkan
beberapa terminal seperti Terminal Kupang, Terminal Oepura dan Terminal Oebobo.
Untuk keberangkatan jalan darat ke luar kota dilayani di Terminal Oebobo.
Khusus untuk angkutan bemo, memiliki ciri khas tersendiri. Rute setiap bemo
ditandai oleh warna dan angka yang terdapat pada bagian atas depan bemo.

Aksesoris bemo yang sangat banyak ditambah dengan dentuman musik yang
sangat keras. Selain itu terdapat juga jasa layanan transportasi roda dua yang lebih
dikenal dengan ojek yang banyak dijumpai di setiap sudut Kota Kupang.
Melalui jalan darat pula dilayani bus antar kota dalam provinsi
ke SoE, Kefa dan Atambua, serta antar negara, yakni ke Dili, Timor Leste. Bus ini
disediakan oleh berbagai penyedia layanan termasuk DAMRI. Layanan
imigrasi Indonesia-Timor Leste dilaksanakan di Tasifeto Timur-Batugade.

Perhotelan
Kota Kupang memiliki 65 hotel yang terdiri atas hotel kelas melati sampai hotel
berbintang 4. Berikut adalah hotel-hotel berbintang di Kota Kupang.
Hotel berbintang 1.

Bahtera Int. Hotel

Cendana Hotel

Flobamor Hotel

King Stone Hotel

Royal Hotel

Hotel berbintang 2

Sasando Hotel

Ima Hotel

Amaris Hotel Kupang

Astiti Hotel

Silvia Hotel

Hotel berbintang 3

On The Rock Hotel

Neo-Hotel by Aston

Swiss Bellin Kristal Hotel Kupang

T-More Hotel

Hotel berbintang 4

Aston Hotel Kupang

Sotis Hotel Kupang

Pendidikan
Kota Kupang memiliki sarana pendidikan milik pemerintah dan yang dikelola oleh
swasta untuk pendidikan formal dan informal dari tingkat PAUD, PlayGroup,TK, SD,
SLTP dan SLTA serta Perguruan Tinggi.
Taman Kanak-Kanak
Kota Kupang memiliki Sekolah Taman Kanak-Kanak Lebih dari 90 sekolah.
Sekolah Dasar
Sekolah Dasar/Ibtida'iyah yang ada di Kota Kupang tak kurang dari 130 sekolah.
Sekolah Menengah Pertama
Jumlah Sekolah Menengah Pertama/MTs yang tersebar di Kota Kupang sebanyak
lebih dari 58 sekolah.

Sekolah Menengah Atas


Sekolah Menengah Atas/MA yang ada di Kota Kupang sebanyak 64 sekolah, yang
terdiri dari lebih dari 44 SMA dan tak kurang 20 Sekolah Kejuruan/SMK.
Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi yang ada di Kota Kupang sebanyak 19 perguruan tinggi yang
terdiri dari 4 Perguruan Tinggi Negeri yaitu:

Universitas Nusa Cendana, Kupang

Politeknik Negeri Kupang

Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang

dan 15 Perguruan Tinggi Swasta, yaitu:

Universitas Katholik Widya Mandira

Universitas Kristen Artha Wacana

Universitas Muhammadiyah Kupang

Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Kupang

Universitas PGRI Kupang

Akademi Teknik Kupang

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Oemathonis

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Putra Timor (pindahan dari Dilli)

Akademi Pekerjaan Sosial

Akademi Keuangan dan Perbankan Effata Kupang

Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi dan Informasi Uyelindo

Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Mentari Kupang

Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa Asing Cakrawala Nusantara Kupang

Akademi Koperasi Kupang Ratu Jelita Kupang

Akademi Pariwisata Kupang.

Untuk Sekolah/Perguruan Tinggi Negeri Kesehatan yang ada di Kota Kupang adalah
Politeknik Kesehatan Depkes Kupang dan untuk swasta ada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan CHMK dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha.

Kesehatan
Kota Kupang memiliki sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun yang
dikelola oleh swasta.
Rumah Sakit Pemerintah

RSUD W. Z. Johannes Kupang

RS Bhayangkara Kupang

RS Korem 161 Wira Sakti Kupang

Rumkital Kupang

RSUD S.K Lerik Kupang

Rumah Sakit/Klinik Swasta

RS Mamami

RS Dedari

RS Kartini

RS Leona

Siloam Hospital Kupang

RS Carolus Boromeus

Daftar Puskesmas

Puskesmas Alak

Puskesmas Naioni

Puskesmas Bakunase

Puskesmas Pasir Panjang

Puskesmas Kupang Kota

Puskesmas Oebobo

Puskesmas Oepoi

Puskesmas Sikumana

Puskesmas Penfui

Puskesmas Manutapen

Laboratorium Kesehatan

Laboratorium Klinik Prodia

Kartini Diabetes and Eye Center

Laboratorium RS Prof W Z Yohanes

Laboratorium Tito

Objek Wisata

Pantai Lasiana

Pantai Lasiana mulai dibuka untuk umum sekitar tahun 1970-an. Sejak Dinas
Pariwisata NTT memoles dengan membangun berbagai fasilitas pada tahun 1986,
Pantai Lasiana ramai dikunjungi turis asing. Sesuai rencana pengembangan Pemkot
Kupang, Pantai Lasiana akan dijadikan Taman Budaya Flobamora, yakni sebutan

yang mengacu pada keseluruhan suku bangsa di dekat Pantai Lasiana, antara lain,
Flores, Sumba, Timor dan Alor.
Di pantai Lasiana ini terdapat sebuah Cafe, dan banyak didapati Lopo-lopo dan
tempat makanan ringan seperti pisang bakar dan jagung bakar yang berderet.
Lopo-lopo adalah sebutan lokal untuk pondok yang dibangun menyerupai payung
dengan tiang dari batang pohon kelapa atau kayu dan beratapkan ijuk, pelepah
kelapa atau lontar, alang-alang, dan yang berbahan semen, Bisa juga beratapkan
seng yang bagian luarnya dilapisi ijuk, pelepah kelapa atau lontar dan alang-alang.

Taman Nostalgia

Berlokasi di Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Taman Nostalgia dirancang


sebagai taman kota. Dengan fasilitas jogging track, arena olah raga dan wisata
kuliner. Di Taman Nostalgia terdapat Gong Perdamaian Nusantara. Gong Perdamaian
Nusantara (GPN) merupakan sarana persaudaraan dan pemersatu bangsa. Berasal
dari Desa Pakis Aji, Kecamatan Plajan, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah.
Gong yang berusia 450 tahun itu milik Ibu Musrini, yang adalah ahli waris generasi
ketujuh dari pencetus gong. GPN terbuat dari bahan campuran kuningan (bronze)
dan perunggu, berdiameter 2 meter dengan berat 100 kg. GPN bermakna
keseimbangan kehidupan dan memberi nilai lebih, kebanggaan, citra baik dan
sumber pendapatan sepanjang masa bagi daerah yang menerimanya. Pantai Nunsui

Gua Kristal

Pantai Manikin

Gua Monyet Tenau

Anda mungkin juga menyukai