Nama Kupang sebenarnya berasal dari nama seorang raja, yaitu Nai
Kopan atau Lai Kopan, yang memerintah Kota Kupang sebelum bangsa Portugis
datang ke Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 1436, pulau Timor mempunyai 12 kota
bandar namun tidak disebutkan namanya. Dugaan ini berdasarkan bahwa kota
bandar tersebut terletak di pesisir pantai, dan salah satunya yang strategis
menghadap ke Teluk Kupang. Daerah ini merupakan wilayah kekuasaan Raja
Helong dan yang menjadi raja pada saat itu adalah Raja Koen Lai Bissi.
Pada tahun 1613, VOC yang berkedudukan di Batavia (Jakarta), mulai melakukan
kegiatan perdagangannya di Nusa Tenggara Timur dengan mengirim 3 kapal yang
dipimpin oleh Apolonius Scotte, menuju pulau Timor dan berlabuh di Teluk Kupang.
Kedatangan rombongan VOC ini diterima oleh Raja Helong, yang sekaligus
menawarkan sebidang tanah untuk keperluan markas VOC. Pada saat itu VOC
belum memiliki kekuatan yang tetap di tanah Timor.
Pada tanggal 29 Desember 1645, seorang padri Portugis yang bernama Antonio de
Sao Jacinto tiba di Kupang. Dia mendapat tawaran yang sama dengan yang diterima
VOC dari Raja Helong. Tawaran tersebut disambut baik oleh Antonio de Sao Jacinto
dengan mendirikan sebuah benteng, namun kemudian benteng tersebut
ditinggalkan karena terjadi perselisihan di antara mereka. VOC semakin menyadari
pentingnya Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu kepentingan perdagangannya,
sehingga pada tahun 1625 sampai dengan 1663, VOC melakukan perlawanan ke
daerah kedudukan Portugis di pulau Solor dan dengan bantuan orang-orang Islam di
Solor, Benteng Fort Henricus berhasil direbut oleh VOC.
Pada tahun 1653, VOC mendarat di Kupang dan berhasil merebut bekas benteng
Portugis Fort Concordia, yang terletak di muara sungai Teluk Kupang di bawah
pimpinan Kapten Johan Burger. Kedudukan VOC di Kupang langsung dipimpin
olehOpenhofd J. van Der Heiden. Selama menguasai Kupang sejak tahun 1653
sampai dengan tahun 1810, VOC telah menempatkan sebanyak 38 Openhofd dan
yang terakhir adalah Stoopkert, yang berkuasa sejak tahun 1808 sampai dengan
tahun 1810.
Nama Lai Kopan kemudian disebut oleh Belanda sebagai Koepan dan dalam
bahasa sehari-hari menjadi Kupang. Untuk pengamanan Kota Kupang, Belanda
membentuk daerah penyangga di daerah sekitar Teluk Kupang dengan
mendatangkan penduduk dari pulau Rote, Sabu dan Solor. Untuk meningkatkan
pengamanan kota, maka pada tahun 23 April 1886, Residen Creeve menetapkan
batas-batas kota yang diterbitkan pada Staatblad Nomor 171 tahun 1886. Oleh
karena itu, tanggal 23 April 1886 ditetapkan sebagai tanggal lahir Kota Kupang.
Geograf
Penduduk
Kota Kupang adalah kota yang multi etnis dari
suku Timor, Rote, Sabu, Flores,Alor, Lembata, Tionghoa sebagian kecil suku
pendatang dari Ambon dan beberapa suku bangsa lainnya seperti Bugis, Jawa dan
Bali. Tetapi terlepas dari keragaman suku bangsa yang ada, penduduk Kota Kupang
akan menyebut diri mereka sebagai "Beta orang Kupang".
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kupang tahun 2013, penduduk Kota
Kupang berjumlah 378.425 yang terbagi atas 192.966 jiwa laki-laki dan 185.429
jiwa perempuan. yaitu 18 dinas, 8 badan, 3 kantor dan 8 bagian. Di samping itu
terdapat 3 instansi vertikal, yaitu Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Pusat
Statistik (BPS) dan Kementrian Agama. Wilayah
pemerintahan Walikota Kupang meliputi 6 daerah kecamatan.
Walikota
Daftar Kecamatan
Saat ini Kota Kupang dibagi menjadi 6 wilayah kecamatan, yaitu:
Transportasi
Udara
Kota Kupang memiliki sebuah bandar udara dengan nama Bandar Udara
Internasional El Tari. Dahulu bernama pelabuhan udara Penfui. Pada mulanya adalah
bekas peninggalan jaman penjajahan Belanda yang hanya berupa sebuah airstrip.
Untuk pertama kali bandar udara ini didarati oleh pesawat udara pada tahun 1928
oleh penerbang Amerika Lamij Johnson. Selanjutnya dikembangkan oleh Australia
pada tahun 1944-1945 dan diberi nama Lapangan Terbang Penfui, yang dalam
bahasa Timor; Pena=jagung dan Fui=hutan.
Pelabuhan Udara Penfui dikuasai dan dipergunakan untuk kepentingan Angkatan
Udara. Tanggal 6 Mei 1950 Lapangan Terbang Penfui diserahkan oleh militer
Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia dan dengan berkembangnya
kebutuhan akan Angkutan Udara pada tahun 1960 mulai didarati oleh pesawat
Garuda jenis DC 3. Penanganan dan pengaturan terhadap kegiatan
penerbangannya dilakukan oleh Angkatan Udara, karena pada saat itu belum ada
organisasi perhubungan udara.
Pelabuhan Udara Penfui mulai dikelola oleh kepala pelabuhan udara dengan dibantu
bendaharawan dari Dinas Meteorologi Departemen Perhubungan Udara, dan sejak
itu dikenal dengan nama penerbangan sipil.
Pelabuhan udara ini ditetapkan sebagai pelabuhan udara kelas III. Dengan makin
meningkatnya arus lalu lintas melalui Bandar Udara Kupang, maka untuk kelancaran
pelaksanaan tugas dan meningkatkan fungsi bandara, maka diterbitkan Surat
Keputusan Bersama antara Menteri Perhubungan, Menteri Pertahanan Keamanan
dan Menteri Keuangan dengan nomor : KEP/30/IX/75, KM 393/3/PHB 75 dan KEP.
927.A/MK/IV/8/75, yaitu tentang Penggunaan Bersama Pangkalan dan Pelabuhan
Udara. Dalam surat keputusan tersebut dinyatakan Pelabuhan Udara Penfui menjadi
Pelabuhan Udara Sipil Kelas II.
Sejak tanggal 20 Desember 1988, Pelabuhan Udara Penfui diubah dan ditetapkan
menjadi Pelabuhan Udara El Tari Kupang untuk mengenang jasa (almarhum) mantan
Gubernur Nusa Tenggara Timur, El Tari. Istilah Pelabuhan Udara kemudian diubah
menjadi Bandar Udara sejak tanggal 1 September 1985.
Tanggal 20 Juni 1988 ditandatangani Naskah Persetujuan Bersama antara Kepala
Staf TNI-AU dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, nomor :
SEPERJAN/01/V/1988 DAN DJU/1861/KUM.060/SS tentang Penggunaan Sebagian
Areal Tanah Pangkalan TNI - AU El Tari Kupang untuk pengembangan/ pembangunan
Bandar Udara El Tari Kupang beserta fasilitasnya.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 4/1995 tanggal 13
Januari 1995 tentang Penyempurnaan dan Penataan Kelas Bandar Udara, Bandar
Udara Udara El Tari ditingkatkan menjadi Bandar Udara Kelas I.
Sejak tanggal 1 April 1999, Bandar Udara El Tari secara operasional masuk ke dalam
manajemen PT (PERSERO) Angkasa Pura I dengan Berita Acara Serah Terima
Nomor : AU / 125 / UM.234/ 99 dan BA.25/PL.50/1999/DU tanggal 30 April 1999 dari
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kepada Direktur Utama PT (PERSERO)
Angkasa Pura I. Penyerahan ini sebagai tindak lanjut dari Surat Menteri Keuangan
No.S-4608/A/53/1997 tanggal 08 Oktober 1997 yang pada dasarnya menyetujui
penggabungan Bandar Udara El Tari Kupang ke dalam manajemen PT (PERSERO)
Angkasa Pura I, menghapuskan dari daftar inventaris Departemen Perhubungan dan
ditetapkan sebagai tambahan Penyertaan Modal Pemerintah ke dalam PT
(PERSERO) Angkasa Pura I.
Sebagai pengelola Bandar Udara selanjutnya, PT (PERSERO) Angkasa Pura I
mengadakan perbaikan dan perluasan terminal ataupun fasilitas lainnya secara
bertahap antara lain perluasan ruang kedatangan domestik pada tahun 2006,
penggantian fasilitas VASI dengan PAPI pada tahun 2007 dan pembuatan jalan
langsung ke Gudang Kargo pada tahun 2008.
Bandar udara yang beroperasi sejak pagi hingga malam untuk penerbangan
domestik dan internasional, yang menghubungkan Kota Kupang dengan beberapa
kota di provinisi Nusa Tenggara Timur, beberapa kota besar lain
di Indonesia seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Mataram, Denpasar,
Pontianak, Lombok, Makassar, dll. Beberapa maskapai penerbangan regional dan
nasional, baik komersil dan perintis telah membuka kantornya di Kota Kupang,
seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Wings Air,Sriwijaya Air, TransNusa, Batik
Air, Aviastar, Citilink, Kalstar, Nam Air, Susi Air. Dulu, bandara ini pernah melayani
penerbangan langsung dari dan ke luar negeri, yaitu keAustralia dan Timor Leste,
tetapi karena terjadi masalah maka penerbangan luar negri dari bandara ini
diberhentikan. Namun seiring berjalannya waktu, bandara inipun akan
menjadi bandar udara internasional yang melayani penerbangan menuju Dili,
dan Darwin Berdasarkan rencana Presiden mengenai perhubungan KDD (KupangDilli-Darwin) melalui jalur Udara dan Laut.
Laut
Niaga dan Pelabuhan Komersil terletak di daerah Tenau dan Bolok, yang merupakan
wilayah Kabupaten Kupang. Di wilayah Kota Kupang terdapat Pelabuhan Rakyat di
Namosain dan Pelabuhan Laut Kupang. Pelabuhan Rakyat Kupang di Namosain
merupakan pelabuhan laut alam yang sekarang telah ditata dengan lebih baik.
Pelabuhan ini kapal-kapal kayu melayani transportasi laut menuju Rote, Semau dan
beberapa daerah di sekitar Kota Kupang. Sebelumnya juga digunakan oleh para
nelayan sebagai tempat berlabuh dan bongkar muat hasil tangkapan. Pelabuhan
Kupang yang merupakan pelabuhan laut tua, saat ini menjadi tempat berlabuhnya
kapal-kapal layar dari luar negeri dan menjadi salah satu tempat persinggahan
dalam kegiatan Sail Indonesia dari Darwin, Australia menuju beberapa pulau di
Indonesia.
Darat
Aksesoris bemo yang sangat banyak ditambah dengan dentuman musik yang
sangat keras. Selain itu terdapat juga jasa layanan transportasi roda dua yang lebih
dikenal dengan ojek yang banyak dijumpai di setiap sudut Kota Kupang.
Melalui jalan darat pula dilayani bus antar kota dalam provinsi
ke SoE, Kefa dan Atambua, serta antar negara, yakni ke Dili, Timor Leste. Bus ini
disediakan oleh berbagai penyedia layanan termasuk DAMRI. Layanan
imigrasi Indonesia-Timor Leste dilaksanakan di Tasifeto Timur-Batugade.
Perhotelan
Kota Kupang memiliki 65 hotel yang terdiri atas hotel kelas melati sampai hotel
berbintang 4. Berikut adalah hotel-hotel berbintang di Kota Kupang.
Hotel berbintang 1.
Cendana Hotel
Flobamor Hotel
Royal Hotel
Hotel berbintang 2
Sasando Hotel
Ima Hotel
Astiti Hotel
Silvia Hotel
Hotel berbintang 3
Neo-Hotel by Aston
T-More Hotel
Hotel berbintang 4
Pendidikan
Kota Kupang memiliki sarana pendidikan milik pemerintah dan yang dikelola oleh
swasta untuk pendidikan formal dan informal dari tingkat PAUD, PlayGroup,TK, SD,
SLTP dan SLTA serta Perguruan Tinggi.
Taman Kanak-Kanak
Kota Kupang memiliki Sekolah Taman Kanak-Kanak Lebih dari 90 sekolah.
Sekolah Dasar
Sekolah Dasar/Ibtida'iyah yang ada di Kota Kupang tak kurang dari 130 sekolah.
Sekolah Menengah Pertama
Jumlah Sekolah Menengah Pertama/MTs yang tersebar di Kota Kupang sebanyak
lebih dari 58 sekolah.
Untuk Sekolah/Perguruan Tinggi Negeri Kesehatan yang ada di Kota Kupang adalah
Politeknik Kesehatan Depkes Kupang dan untuk swasta ada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan CHMK dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maranatha.
Kesehatan
Kota Kupang memiliki sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah maupun yang
dikelola oleh swasta.
Rumah Sakit Pemerintah
RS Bhayangkara Kupang
Rumkital Kupang
RS Mamami
RS Dedari
RS Kartini
RS Leona
RS Carolus Boromeus
Daftar Puskesmas
Puskesmas Alak
Puskesmas Naioni
Puskesmas Bakunase
Puskesmas Oebobo
Puskesmas Oepoi
Puskesmas Sikumana
Puskesmas Penfui
Puskesmas Manutapen
Laboratorium Kesehatan
Laboratorium Tito
Objek Wisata
Pantai Lasiana
Pantai Lasiana mulai dibuka untuk umum sekitar tahun 1970-an. Sejak Dinas
Pariwisata NTT memoles dengan membangun berbagai fasilitas pada tahun 1986,
Pantai Lasiana ramai dikunjungi turis asing. Sesuai rencana pengembangan Pemkot
Kupang, Pantai Lasiana akan dijadikan Taman Budaya Flobamora, yakni sebutan
yang mengacu pada keseluruhan suku bangsa di dekat Pantai Lasiana, antara lain,
Flores, Sumba, Timor dan Alor.
Di pantai Lasiana ini terdapat sebuah Cafe, dan banyak didapati Lopo-lopo dan
tempat makanan ringan seperti pisang bakar dan jagung bakar yang berderet.
Lopo-lopo adalah sebutan lokal untuk pondok yang dibangun menyerupai payung
dengan tiang dari batang pohon kelapa atau kayu dan beratapkan ijuk, pelepah
kelapa atau lontar, alang-alang, dan yang berbahan semen, Bisa juga beratapkan
seng yang bagian luarnya dilapisi ijuk, pelepah kelapa atau lontar dan alang-alang.
Taman Nostalgia
Gua Kristal
Pantai Manikin