Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sejak awal keberadaannya, seluruh manusia di muka bumi ini memerlukan suatu tempat
untuk bernaung maupun berlindung, baik yang bersifat tetap maupun sementara. Pada
zaman dahulu, sekalipun cara berpikir manusia masih sangat primitif, manusia sudah
berupaya memiliki suatu tempat tinggal. Kala itu mereka tinggal di gua-gua atau tempat
apapun yang dapat mereka gunakan untuk bernaung, melindungi diri dari cuaca panas dan
hujan serta dari ancaman binatang buas.

Sebenarnya tempat apapun yang dapat digunakan untuk bernaung dan berlindung bagi
manusia dapat dikatakan sebagai tempat tinggal. Akan tetapi, tempat tersebut sudah
seharusnya memenuhi kriteria-kiteria tertentu sebagai tempat tinggal yang layak. Tempat
tinggal atau dapat pula dikatakan sebagai hunian ada banyak macamnya. Jenis tempat
tinggal yang paling umum diantara sekian banyak adalah rumah. Tempat tinggal, yang
dalam konteks ini adalah rumah, merupakan salah satu jenis kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi oleh semua orang disamping sandang dan pangan.
Rumah merupakan suatu tempat dimana seseorang, keluarga, atau sekelompok orang
tinggal atau menghabiskan banyak waktu mereka, atau dimana seseorang merasa aman dan
nyaman. Fungsi rumah tinggal tidak hanya sekedar untuk berlindung dari segala gangguan
alam dan iklim, akan tetapi juga untuk berkarya dan mengembangkan kreativitas serta
profesi. Oleh karena itu, sebenarnya makna dan fungsi sebuah rumah tinggal sangatlah
kompleks.
Rumah telah mengalami berbagai perkembangan seiring dengan kemajuan zaman, baik
dari segi fisik maupun dari segi penambahan fungsi. Jika pada awalnya hanya sebagai
tempat berlindung, kini lebih dari itu. Misalnya saja, ada rumah yang juga difungsikan
sebagai kantor, sebagai toko, atau yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas tertentu
sebagai penunjang aktivitas ataupun kegemaran tertentu dari penghuninya. Semua hal
tersebut pada akhirnya kembali kepada kepentingan pemiliknya. Secara umum, rumah
1

dapat mencerminkan tingkatan sosial-ekonomi pemiliknya di masyarakat. Namun, pada


dasarnya tempat tinggal atau rumah diciptakan untuk mempermudah manusia serta
menunjang kepentingan manusia untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.

Berpijak dari fenomena tersebut, maka peran akan perencanaan dan perancangan sebuah
rumah tinggal memegang peranan yang sangat penting untuk membuat agar rumah tinggal
yang dibangun bisa betul-betul sesuai dengan fungsi dan kebutuhan, aktifitas serta
kemampuan penghuninya.

Rumah sebagai bagian penting dalam kehidupan manusia yang selalu berubah, senantiasa
ikut berubah sesuai dengan masanya. Dulu, ketika arsitektur Klasik sedang dalam masa
keemasannya, semua bangunan termasuk rumah tinggal nyaris seragam, memperlihatkan
ciri-ciri fisik yang kental dengan nuansa Klasik. Akhir-akhir ini, ketika gaya minimalis
sedang marak di mana-mana, tidak terkecuali di Indonesia, sejumlah besar bangunan
maupun rumah tinggal, terutama di kota-kota besar dibangun dengan gaya minimalis pula.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam perkembangannya, rumah pun memiliki suatu tren
sesuai dengan zamannya.

Kata tren merujuk kepada sesuatu yang sedang populer. Jika sesuatu sudah disebut
sebagai sebuah tren, maka yang tidak mengikuti tren tersebut dianggap ketinggalan zaman.
Kemudian, jika mendapat sambutan baik, tren tersebut akan meluas mulai dari golongan
masyarakat tertentu hingga lingkup yang lebih besar dan selanjutnya akan menjadi bagian
dari sebuah gaya hidup.

Uraian di atas menunjukkan bahwa saat ini, minimalis dalam kaitannya dengan hunian
tidak hanya sekedar menjadi bagian dari desain dan arsitektur, namun telah berkembang
menjadi sebuah tren di tengah-tengah masyarakat, khususnya masyarakat urban golongan
menengah ke atas.

Ditinjau dari segi desain, desain minimalis merupakan suatu upaya penyederhanaan desain
yang berorientasi kepada fungsi atau pembatasan terhadap hal-hal yang tidak perlu. Desain
minimalis memiliki tiga konsep utama sebagai dasarnya, yaitu geometri, kesederhanaan
dan kejujuran. Semua konsep tersebut merujuk kepada hal-hal yang dasar dalam setiap
aspeknya.
2

Apabila desain minimalis merujuk kepada hal-hal yang dasar, maka sudah pasti tidak akan
dijumpai bentuk-bentuk dengan detil yang rumit maupun finishing material yang
berlebihan dalam aplikasi desain ini. Artinya, penerapan desain minimalis dapat
meminimalisir penggunaan material serta bahan-bahan lainnya, namun dengan tetap
mempertahankan kualitasnya.

Upaya pembatasan terhadap jumlah dan komposisi benda dalam suatu ruangan sebagai
implementasi desain minimalis harus diimbangi dengan peningkatan kualitas ruang dan
kualitas material agar tetap bisa menghadirkan nilai keindahan yang besar dari suatu
kesederhanaan dan menjaga agar kekosongan dalam minimalis tidak menjemukan. Namun
di Indonesia, pada banyak kasus yang terjadi justru anggaran menjadi semakin mahal
akibat tingginya harga material yang berkualitas. Selain itu, lagi-lagi produsen produkproduk minimalis mengutamakan tujuan pada keuntungan semata, mengingat tren ini
cenderung menjadi mode di kalangan menengah ke atas.

Penelitian ini mencoba mengkaji tentang implementasi hunian minimalis dengan studi
kasus hunian minimalis di kota Bandung yang akan dikaitkan dengan konsistensi terhadap
konsep minimalis serta penyesuaian-penyesuaian terhadap kondisi geografis kota
Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah


Cikal bakal Minimalisme berawal dari sebuah gerakan avant garde di bidang seni pada
abad XIX, berupa munculnya modernisme radikal dalam kehidupan seni. Dalam
modernisme radikal tersebut terdapat berbagai aliran seperti Kubisme, Fauvisme,
Eksitensialisme, dan lain-lain. Pada masa ini pula timbul aliran seni Futurisme di Italia,
Blue Rider di Jerman, dan kelompok De Stijl di Belanda.

Minimalisme pertama kali diaplikasikan pada pergerakan artistik yang berkembang pada
akhir tahun 60-an di Amerika Serikat sebagai bentuk reaksi melawan subjektivitas aliran
Abstrak-Ekspresionisme dan menentang sifat masyarakat saat itu yang haus akan

visual/tampilan. Karena alasan tersebut, karya-karya seni kaum minimalis diminimalisir


dalam warna, nilai, bentuk, garis, dan tekstur.

Gerakan seni avant garde ini berusaha lepas dari bentuk dan gaya masa lampau dan terus
merambah hingga ke wilayah arsitektur, yang kemudian memunculkan gaya arsitektur
Internasional Modern atau The International Style. Ciri khas arsitektur The International
Style adalah tabu terhadap ornamen. Berlawanan dengan arsitektur Klasik yang
mendewakan kerumitan ornamen. Konsep bangunan "bersih" tersebut kemudian
melahirkan aliran Purisme atau Rasionalisme yang menonjolkan kesederhanaan, berupa
komposisi bidang, balok, dan kubus.
Aliran-aliran baru dalam arsitektur ini, seperti Purisme, Rasionalisme, Kubisme, dan
Fungsionalisme, nyaris tidak bisa dibedakan dari segi fisik. Semua aliran mengacu pada
pandangan bahwa sisi yang satu dengan sisi lain pada bangunan tidak saling terlepas,
tetapi seluruhnya merupakan suatu kesatuan bentuk. Minimalisme yang ada sekarang
merupakan akumulasi dari semua konsep arsitektur Minimalis yang pernah ada
sebelumnya.

Ide-ide yang serupa dengan pemikiran Minimalisme juga telah muncul pada era
Modernisme tahun 1950-an yang dipelopori oleh Mies van de Rohe. Pada masa itu, seusai
Perang Dunia II, banyak kota yang mengalami kehancuran dan butuh waktu cepat untuk
membangun kembali gedung-gedung. Maka dengan memanfaatkan material yang bisa
diproduksi massal dan dengan anggaran yang minim, para arsitek membangun kembali
kota dengan menekankan aspek fungsional seraya mengorbankan estetika. Mereka
membuang detail-detail yang tidak jelas fungsinya, baik pada pintu, jendela, tiang, maupun
elemen lain. Mereka juga memangkas ornamen seperti ukiran dan pahatan.

Minimalisme itu sendiri dapat didefinisikan sebagai sebuah upaya pengurangan unsur
hingga jumlah terkecil yang masih mungkin dihadirkan atau sebuah upaya untuk
menghadirkan hal-hal yang penting saja. Jika ditilik dari sudut pandang desain, desain
minimalis dapat diartikan sebagai suatu rancangan sederhana dengan orientasi bentuk
primer dan eliminasi unsur ornamen sehingga menghasilkan suatu keadaan yang murni.
Desain minimalis menekankan hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional. Bentuk-

bentuk geometris elementer tanpa ornamen, kejujuran material serta pilihan warna yang
memberi kesan lengang seperti putih, abu-abu muda, atau pastel menjadi ciri-cirinya.
Saat ini, hunian minimalis tidak hanya sebatas bagian dari desain dan arsitektur, tetapi
telah berkembang menjadi suatu tren di kalangan masyarakat urban. Jika semula gerakan
ideologisnya berusaha untuk memberontak terhadap arsitektur Klasik, maka saat ini
menjadi lebih berorientasi kepada gaya. Minimalisme menghadirkan sesuatu yang murni,
dingin, halus, dan segar, sehingga dapat membuat perasaan menjadi rileks dan tenang. Di
Indonesia, kondisi ini kontras dengan situasi dan kondisi masyarakat perkotaan yang
hidup dengan tingkat stress yang tinggi. Maka sangat masuk akal jika kemudian hunian
minimalis menjadi sebuah pilihan menarik bagi masyarakat urban. Gaya minimalis begitu
mudah diterima oleh hampir seluruh kalangan karena desainnya yang simpel, rapi, dan apa
adanya, selain karena dianggap sejalan dengan pola hidup masyarakat urban yang serba
cepat dan praktis. Fenomena ini menunjukkan bahwa Minimalisme telah berkembang
menjadi sebuah tren di kalangan urban yang berarti juga telah memiliki sebuah prestise
tersendiri.
Sebuah desain diciptakan untuk menunjang kehidupan manusia agar lebih baik.
Sedangkan terwujudnya kenyamanan penghuni adalah hal terpenting yang ingin dicapai
dari sebuah rumah tinggal. Rumah tinggal minimalis yang saat ini sedang marak di kotakota besar di Indonesia, termasuk kota Bandung diharapkan bukan hanya menjadi tren
semata, namun dapat memenuhi faktor fungsional, keamanan dan kenyamanan dari segi
desain.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah
Mengkaji apakah implementasi hunian minimalis di kota Bandung telah sesuai dengan
konsep Minimalisme serta bagaimanakah implementasi desain minimalis diterapkan pada
hunian terkait dengan kondisi geografis kota Bandung

1.3 Lingkup Kajian

Gaya minimalis yang berasal dari negara Barat mulai marak di kota Bandung pada
beberapa tahun terakhir. Hal ini dapat dilihat dari bermunculannya bangunan-bangunan
bergaya minimalis, tidak terkecuali rumah tinggal.

Lingkup kajian penelitian ini adalah sejumlah rumah tinggal dengan arsitektur dan desain
minimalis, karena penerapan visualisasi desain selalu terkait antara ruang interior dengan
eksteriornya. Lingkup kajian ini akan dibatasi oleh :

Pembahasan desain minimalis sebagian besar berkisar pada sisi interiornya, dan
sebagian kecil pada sisi eksteriornya karena berhubungan dengan penerapan desain
terhadap bentuk fisik bangunan.

Objek penelitian adalah dua buah rumah tinggal minimalis yang berlokasi di
Bandung Utara dan dua buah rumah tinggal minimalis yang berlokasi di Bandung
Selatan.

Permasalahan penghuni sebagai pengguna dikaitkan dengan aktivitas dan kebutuhan


ruang, serta pemahaman penghuni terhadap konsep Minimalisme.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini, diantaranya adalah :

Untuk mengetahui latar belakang penggunaan gaya minimalis pada sejumlah rumah
tinggal di kota Bandung.

Untuk mengetahui sejauh mana implementasi desain minimalis yang diwujudkan


pada hunian minimalis di kota Bandung dikaitkan dengan lokasi yang berbeda-beda.

Untuk mengetahui kesesuaian konsep Minimalisme dengan implementasinya pada


rumah tinggal di kota Bandung, melalui suatu kajian desain hunian minimalis.

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat untuk :

Menambah wawasan ilmu mengenai konsep Minimalisme dalam konteks desain


interior yang diterapkan pada rumah tinggal

Menambah data dan informasi dalam kegiatan perancangan, terutama untuk


perancangan interior minimalis pada rumah tinggal

Mendukung bidang keilmuan lain yang berhubungan dengan desain interior rumah
tinggal minimalis.

Menumbuhkan penelitian tentang hal yang sama dalam kadar yang lebih detail,
khususnya kaitan antara konsep, tren, implementasi, serta kesesuaiannya baik yang
berkaitan dengan arsitektur maupun interior di dalam rumah tinggal.

1.6 Kerangka Penelitian


Kerangka penelitian merupakan suatu alur berpikir serta prosedur yang akan digunakan
sebagai panduan dalam membahas pemasalahan yang sedang diteliti.

Berikut ini adalah skema kerangka penelitian mengenai Kajian Desain Hunian Bercitra
Minimalis.

Skema Kerangka Penelitian :

Berdasarkan skema kerangka penelitian di atas, maka pada penelitian ini, penulis :

Mengkaji latar belakang penggunaan gaya minimalis pada sejumlah hunian di kota
Bandung.

Mengkaji implementasi desain minimalis pada sejumlah rumah tinggal di kota


Bandung.

Mengkaji kesesuaian konsep Minimalis dengan implementasinya pada sejumlah


rumah tinggal di kota Bandung, sebagai sebuah studi kasus.

1.7 Metode Penelitian


1. Pada penelitian ini, cara meneliti yang digunakan merupakan penggabungan antara
teori dan observasi lapangan.
2. Cara penulisan penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, artinya
mengkaji suatu keadaan atau fenomena secara urut dan lengkap, tanpa melakukan
suatu eksperimen tertentu, disertai dengan melakukan analisa terhadap data-data yang
telah diperoleh.
3. Cara memilih kasus hunian minimalis untuk tinjauan studi kasus adalah dengan
memilih secara acak (random sampling) pada lokasi yang telah ditentukan sesuai
dengan lingkup kajian penelitian.
4. Cara untuk memperoleh data pada penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yaitu
:

Interview, melakukan kegiatan wawancara kepada salah seorang dosen desain


interior serta pihak-pihak yang terkait dengan objek penelitian yaitu penghuni,
untuk mencari informasi terhadap keadaan yang aktual di lapangan mengenai
kondisi rumah tinggal.

Observasi, yaitu melakukan pengamatan lapangan secara langsung untuk


melihat keadaan yang asli, dengan cara pengambilan visualisasi (foto/sketsa)
dan peninjauan langsung terhadap ruang interior dan eksterior pada sejumlah
rumah tinggal minimalis di kota Bandung yang dijadikan objek penelitian.

Studi literatur, yaitu mencari landasan-landasan teori yang berkaitan dengan


topik penelitian, seperti data mengenai minimalisme secara umum, teori-teori

mengenai konsep minimalisme, serta teori minimalisme dalam konteks desain


dan penerapannya pada interior.

Kuisioner (angket), memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan


penelitian kepada sejumlah masyarakat umum dan penghuni hunian minimalis
di kota Bandung untuk mengetahui pengetahuan dan tingkat pemahaman
mereka terhadap konsep minimalisme.

1.8 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang latar belakang masalah dilakukannya penelitian, identifikasi
masalah dan rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka
pemikiran, metode penelitian, dan penjelasan mengenai sistematika penulisan penelitian.

BAB II

DESAIN MINIMALIS PADA RUMAH TINGGAL DALAM KONTEKS

ARSITEKTUR DAN INTERIOR


Bab ini membahas tentang pemikiran dasar yang diperoleh dari studi literatur yang
berkaitan dengan penelitian ini, yaitu mengenai teori konsep minimalis dalam arsitektur
dan interior, teori rumah tinggal dalam arsitektur dan interior, serta teori rumah tinggal
dalam kaitannya dengan penghuni.

BAB III

TINJAUAN DESAIN HUNIAN BERCITRA MINIMALIS DI KOTA

BANDUNG
Bab ini berisi tentang tinjauan desain hunian minimalis dengan studi kasus dua buah
rumah tinggal bercitra minimalis di kawasan Bandung Utara dan dua buah rumah tinggal
berkonsep minimalis di kawasan Bandung Selatan yang dibuat berdasarkan studi
lapangan dan studi literatur. Pemilihan lokasi sampel yang berbeda bertujuan agar terlihat
letak perbedaannya dalam penerapan desain minimalis pada dua kondisi wilayah yang
berbeda. Pada bab ini dikemukakan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang
berhubungan langsung dengan studi kasus.

10

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN HUNIAN BERCITRA MINIMALIS DI


KOTA BANDUNG
Bab ini berisi analisa-analisa dan pembahasan-pembahasan dari data-data yang diperoleh
selama penelitian, yaitu mengenai kesesuaian konsep desain minimalis dengan
implementasinya pada rumah tinggal serta sejauh mana implementasi konsep desain
minimalis tersebut diwujudkan pada hunian berkonsep minimalis di kota Bandung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran-saran dalam penelitian ini, sehingga
memberikan gambaran yang jelas tentang hasil penelitian, serta saran-saran bagi
perkembangan perancangan interior, khususnya desain interior minimalis pada rumah
tinggal.

11

Anda mungkin juga menyukai