Anda di halaman 1dari 12

Rumah modern adalah hasil dari eksplorasi

bentuk massa, struktur, dan proporsi,


didukung dengan desain inovatif juga
teknologi canggih, semua difokuskan dalam
rangka untuk mendapatkan penciptaan
merek baru. Dengan mengeksplorasi ide
kreatif , rumah ini fitur membungkus estetika
dan desain fungsional. Ridwan Kamil,
desainer juga pemilik telah berhasil
dirancang rumah modern di lahan trapesium
dengan struktur dan elemen mengambang.
Bangunan utama berbentuk huruf U,
sehingga membuat tata letak interior
dipisahkan. Ridwan mengkomposisikan
kamar antar kamar, sehingga membuka satu
ke yang lain melalui bermain transparan dan
dominasi garis panggangan di interior. Setiap
kamar menghubungkan satu sama lain
dengan ruang samping berikutnya. Sebagai
contoh, ruang tamu depan langsung
terhubung dengan ruang keluarga, tetapi
dipisahkan dengan perbedaan lantai.
Untuk interior, Ridwan Kamil membuat
tempat yang senyaman mungkin. Untuk

ruang tamu, ia menempatkan Arne Jacobsen


kursi Telur dalam warna kontras merah ke
kamar sehingga membuat ini begitu menarik.
Sebuah lounge malas merah di halaman
akan menjadi titik fokus di tempat (Anda
dapat melihat struktur beton yang
membungkus kursi malas merah). Mungkin
Anda mendapatkan inspirasi tentang rumah
modern. Ada cat minim digunakan. Sebagai
substitusi, ada bahan bertekstur seperti batu
alam, wallpaper, panel kayu, panggangan
besi, dan beberapa bahan yang memenuhi
papan interior. Saya suka idenya untuk
menghias kamar mandi modern dalam
warna merah. Dengan tambahan batu alam
sebagai pembungkus lantai, mengkilap
keramik dalam nuansa tempat ini menjadi
lebih menarik dan eye catching.

Ridwan Kamil adalah arsitek muda Indonesia dengan reputasi Internasional. Nama besar dan
karya-karyanya menjadi inspirasi bagi banyak arsitek muda lainnya di Indonesia. Selain sibuk
berprofesi sebagai arsitek, Ridwan Kamil juga menjadi penggagas dan Direktur dari Bandung
Creative City Forum. Salah satu masterpiecearsitektur Ridwan Kamil adalah rumah tinggalnya
sendiri.
Terletak di kota berhawa sejuk, Bandung, Indonesia, arsitek yang akrab disapa dengan sebutan
Emil ini membangun rumahnya dari 30,000 botol kaca bekas minuman energi. Emil memilih
botol minuman berenergi merk terkenal ini karena menurutnya botol minuman ini tidak
dikumpulkan kembali oleh si pemilik industri untuk diisi ulang, seperti yang biasanya dilakukan
oleh minuman ringan kemasan botol yang banyak beredar di pasaran. Emil mengumpulkan
puluhan ribu botol kaca bekas itu selama 2 tahun! Ini menunjukkan komitmennya yang sangat
tinggi terhadap konsep rancangan dan idenya untuk sekaligus mengurangi sampah di kotanya.
"Saya sempat kesal ketika kota kelahiran saya, Bandung, pernah dijuluki sebagai Bandung
Lautan Sampah," ujarnya dalam sebuah kesempatan memberikan ceramah di TEDx, event TED
independen yang dilaksanakan di Jakarta pada Juli 2010 lalu. Selain itu ide menggunakan botol
kaca berwarna coklat ini juga datang dari kebiasaannya memperhatikan para pekerjanya yang
sering mengkonsumsi minuman tersebut. "Warna coklat kacanya juga selaras dengan warna
kayu," demikian ujarnya seperti yang dikutip dari HomeDezign.com.
Selain memadupadankan rancangan rumah botolnya dengan kayu, Emil juga menggabungkan
susunan botol dengan glass block di beberapa bagian. Guna meminimalkan penggunaan cat di
bagian luar bangunan, sang arsitek juga membiarkan beberapa bagian beton terekspos dan
menampilkan warna natural betonnya. Aksentuasi kontras diperoleh dari penggunaan furnitur
dan elemen interior lainnya di bagian dalam rumah.
Kerja kerasnya ini tidak sia-sia, pada tahun 2009 Emil dianugrahi Green Design Award 2009 oleh
BCI Asia, mengalahkan sedikitnya 80 partisipan lain dari 8 negara yaitu Indonesia, Malaysia,
Singapore, Thailand, Vietnam, Philippines, Hong Kong dan China. Rumah yang berdiri di atas
lahan berbentuk trapesium seluas 373 meter persegi ini layak diberi label green bukan hanya
karena dibangun dari limbah botol kaca lokal, melainkan juga karena sifat kaca yang tembus
pandang memungkinkan cahaya matahari masuk pada siang hari membuat bangunan ini
mampu menghemat penggunaan cahaya lampu pada siang hari.

http://ghozyal.blogspot.com/2012/12/rumah-botol-ridwan-kamil.html

KOMPAS.com - Seorang arsitek merancang berdasarkan bentuk dan fungsi.


Dengan kata lain, hasil rancangan seorang arsitek yang umumnya berbentuk hunian
untuk manusia haruslah berfungsi dengan sangat baik dan nyaman digunakan. Di
sisi lain, rancangan itu harus indah dipandang.
Oleh Ridwan Kamil, arsitek terkemuka Indonesia saat ini, pakem itu diterapkan
dengan sangat baik pada rumah pribadinya yang diselesaikan pada 2007. Terletak di
kawasan atas Kota Bandung, tepatnya di Cigadung Selatan, rumah Ridwan yang
dijuluki Rumah Botol itu sungguh nyaman, indah, bahkan sangat hijau dan unik.
Hijau?
Memang, di tengah isu soal green attitude saat ini, rumah Ridwan sangat cinta
lingkungan. Hal terpenting adalah sirkulasi udara yang sangat baik terjadi di sana,
juga pemakaian cahaya alami yang sangat efisien.
Namun, soal hijau lain yang sekaligus menjadikan rumah itu unik adalah pemakaian
30.000 (ya, tiga puluh ribu buah) botol bekas minuman energi sebagai elemen
estetika utama. Pemakaian botol bekas itu selain mengurangi limbah yang tak
mudah terurai, juga menghasilkan estetika bangunan yang luar biasa.
Unik dan indah
Kalau Anda sudah sampai di kawasan Jalan Tubagus Ismail, Bandung, lalu Anda
bertanya kepada tukang ojek mana pun soal Rumah Botol, Anda dengan mudah
akan mencapainya.
"Julukan Rumah Botol memang julukan rumah saya. Dari depan pun sudah tampak,
bahwa dinding ruang tamu sepenuhnya terbuat dari susunan botol," kata Ridwan
sambil mengusap botol-botol itu.
Selanjutnya ia menyambung, "Bayangkan, betapa ribuan cerita tersimpan di dalam
botol-botol ini. Mungkin, salah satu bekas Anda bukan? Atau bekas artis terkenal,
bekas tukang becak, atau bahkan bekas dipakai orang penting lain. Tiap botol pasti
punya kisah menarik."
Permainan cahaya
Umumnya orang yang belum melihat rumahnya secara langsung atau setidaknya
belum melihat foto rumahnya, tentu yang terbayangkan tentang rumah Ridwan Kamil
adalah bentuk aneh dan tak wajar. Maklum, tumpukan botol bekas umumnya
menimbulkan bayangan akan sampah yang tak karuan bentuknya.

Namun, rumah Ridwan sungguh rumah yang indah secara umum, bahkan terpuji
secara arsitektur modern. Rumah itu mendapatkan penghargaan Green Design
Award 2009 dari Building Construction Information Asia, menyisihkan delapan puluh
peserta lain dari delapan negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand,
Vietnam, Filipina, Hongkong, dan China.
Botol-botol bekas minuman energi itu ditata Ridwan dengan pembingkaian batang
besi sehingga menghasilkan sebuah jajaran merata yang brwarna coklat. Di sisi
rumah yang lain, jajaran botol itu dibagi-bagi lagi dalam kelompok-kelompok yang
lebih kecil. Yang mungkin membuat Anda sama sekali tak percaya, rumah itu tak
punya gambar rancangan apa pun selayaknya karya seorang arsitek.
"Rumah ini dibangun dengan perintah lisan saja," kata Ridwan.
Bagi Ridwan, rumah pribadi harus sesuai dengan keinginan pribadi.
"Maka, saya rancang sambil jalan. Saya selesaikan satu blok demi satu blok
tergantung dana yang ada. Kalau ada dana lagi, baru bagian lain dibuat. Rancangan
bukan berdasarkan gambar, tetapi berdasarkan perasaan saja," katanya.
Bahkan, pemakaian 30.000 botol bekas pun datang dari ide yang mengalir saat
pembangunan berlangsung, bukan sejak awal.
"Saya perhatikan, ada tumpukan botol bekas minuman energi yang diminum para
tukang. Kena cahaya sore, timbul pendaran yang indah. Saya lalu terpikir untuk
memakai botol-botol itu sebagai elemen estetika rumah saya," katanya.
Kemudian, selama enam bulan penyelesaian rumah itu tertunda karena perlu sekitar
30.000 botol yang dikumpulkan dari seluruh pemulung yang bisa dijumpai Ridwan di
Jawa Barat. Harga per botolnya memang hanya Rp 50, tetapi mencari botol bekas
begitu banyak memang perlu waktu tak sedikit.
Ruang bioskop
Pendekatan pribadi terpenting dari Rumah Botol adalah adanya sebuah "ruang
bioskop" di dalamnya. Di ruang itu, Ridwan senang berbagi cerita atau memutar film
bersama sahabat-sahabatnya.
"Ruang bioskop" itu semata sebuah ruang terbuka yang merupakan perbatasan
antara bangunan ruang tamu dan ruang keluarga. Sebagai tempat duduk, tangga
yang ada termanfaatkan dengan baik, bahkan telah dirancang "kursi" untuk orang
gemuk dan kursi untuk orang yang ukuran tubuhnya normal.

Sisi layar adalah dinding belakang ruang tamu. Sebuah multifungsi yang cerdas.
Selain itu, Ridwan juga memakai jasa pelukis lokal, Ian Mulyana (almarhum), untuk
memberi imbangan pada elemen-elemen permanen yang ada.
"Di antara batu dan logam, lukisan-lukisan Ian Mulyana yang saya pesan khusus
memberi aksen dan penegasan pada aliran rancangan," katanya sambil
menggerakkkan tangannya mengikuti pola lantai dari batu menuju tangga, lalu pintu,
dan berakhir di lukisan Ian yang bercorak abstrak dengan tiga bulatan di dalamnya.
Ridwan bahkan mengecat sendiri dinding kamar anaknya demi keselarasan semua
elemen desain yang dibuatnya.
"Bagi saya, rumah ini sangat mewakili segenap pikiran dan proses hidup saya,"
katanya.
http://properti.kompas.com/read/2011/07/14/1430181/Rumah.Botol.Ridwan.Rum
ah.dari.30.000.Botol.

Rumah botol milik arsitek kondang dari Bandung M. Ridwan Kamil, ini memang patut diacungi
jempol. Rumah yang memanfaatkan botol bekas minuman berenergi ini mendapat gelar juara
dalam Green Design Award 2009, yang diselenggarakan oleh BCI Asia. Rumah itu ternyata
berhasil menyisihkan karya delapan puluh peserta lain dari delapan negara, yaitu Indonesia,
Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Hongkong, dan Cina.
Rumah ini menghabiskan 30.000 botol bekas yang berdiri di atas tanah seluas 373 meter
persegi, di kawasan Cigadung Selatan, Bandung. Selain ramah lingkungan, rumah botol juga
berjasa dalam penghematan energi. Dindingnya yang terbuat dari kaca, membuat sinar matahari
lebih mudah masuk sehingga tidak perlu menyalakan lampu pada siang hari.
Bermula dari ide saat melihat pekerja bangunan di rumahnya yang sering minum minuman
berenergi, ide memanfaatkan botol bekas pun muncul. Setelah nanti resmi dilantik sebagai Wali
Kota Bandung periode 2013-2018,rencana rumah botol ini akan dijadikan sebagai galery seni
atau galery foto.

Rumah botol karya arsitek Ridwan Kamil ini adalah peraih penghargaan
Green Design Award 2009, mengalahkan 80 peserta dari beberapa negara.
Dengan luas 373 meter persegi yang berlokasi di daerah Cigedung Selatan.
Rumah ini adalah rumah pribadi Ridwan Kamil, idenya muncul ketika
melihat banyak botol bekas minuman berenergi yang banyak dibuang tanpa

didaur ulang oleh produsennya, melihat warna coklatnya yang mirip kayu,
Ridwan Kamil lalu terinspirasi untuk membuat rumah botol ini.
Botol disusun dan ditata seperti pola papan catur menyelimuti dinding
utama bangunan yang menggunakan kaca bening (sebagai kulit kedua dari
dinding). Sehingga hasilnya adalah bidang-bidang partisi transparan
Rumah ini terbuat dari 30.000 botol bekas minuman berenergi yang ia
kumpulkan selama kurang lebih 2 tahun.
Keunikan Desain
Selain memakai material yang unik yaitu botol bekas (sebagai kulit kedua),
rumah ini ternyata hemat energi antara lain karena sifat dari botol bekas ini
yang dapat meneruskan cahaya sehingga tidak perlu menyalakan lampu
pada siang hari dan ruangan di dalamnya mendapat kesan yang bagus dari
pencahayaan pada sore hari

Kolam renang yang terdapat di rumah ini berfungsi sebagai ruang terbuka
yang akan menambah aliran udara ke dalam rumah sehingga menghemat
penggunaan AC.

Komposisi ruangannya terbuka satu sama lain dengan kisi kisi dan dinding
geser transparan (tidak ada sekat permanen) sehingga menjamin sirkulasi
udara antar ruangan.
Dan hebatnya rumah pribadi Ridwan Kamil ini dibangun tanpa
menggunakan gambar kerja. Rumah ini adalah salah satu alternatif
penyelesaian masalah limbah yang indah dipandang dan bermanfaat.
http://himaartra.wordpress.com/2011/11/23/rumah-botol-ridwan-kamil/

Salah satunya rumah karya arsitek urban, Ridwan Kamil yang banyak orang menyebutnya Rumah
Botol karena terbuat dari botol bekas. Usaha dan ide kreatif ini awalnya timbul secara tidak sengaja
ketika pria kelahiran 4 Oktober 1971 ini, selalu melihat tukang yang bekerja pada proyek
pembangunan rumahnya selalu mengkonsumsi salah satu minuman berenergi yang botolnya selalu
dibuang. Dari situ ide unik bapak dua anak ini, mengemasnya menjadi bagian dalam desain
rumahnya. Dengan begitu, mau tidak mau akhirnya niat untuk mengumpulkan satu macam botol
bekas dilakukannya.
Kolaborasi botol bekas yang menghiasi rumahnya merupakan bagian bangunan yang ramah
lingkungan. Rumah yang didesain tanpa gambar kerja ini sangat memuaskan keinginannya
mengidamkan rumah yang bernuansa resort.

Bangunan dengan luas


tanah 373 m2 hampir seluruh lapisan luarnya terbungkus botol bekas berwarna cokelat yang tersusun
rapi. Sengaja menampilkan keragaman tekstur nampak jelas pada bangunan ini. Eksplorasi terhadap
desain tanpa batas menghasilkan gaya baru terhadap fasade, kontruksi dan proporsi ruang.
Memasuki teras rumah disambut pemandangan susunan botol yang menjadi secondary skin tertata
rapi dengan menggunakan rangka besi berpola bujur sangkar.

Selain berfungsi sebagai pembatas ruang, secondary skin difungsikan sebagai filter masuknya sinar
matahari. Dengan begitu akan mendapatkan efek cahaya yang bagus saat pagi hari. Selain itu,
Botolbotol yang disusun dan direkatkan satu sama lain tersebut, selain berguna sebagai partisi antara
ruang luar dan ruang tamu, juga nampak seperti lukisan dinding yang permanen bila ditembus
cahaya matahari dilihat dari dalam.
Tidak ada dinding pemisah antara ruang tamu dengan ruang keluarga hanya ditandai dengan
perbedaan ketinggian lantai, bahan dan warna lantai yang digunakan. Integrasi antar ruang sengaja
dibuat agar setiap ruang dapat menyatu dengan ruang yang lain.

Saat menikmati TV
diruang keluarga nampak partisi yang mempunyai celah horizontal menembus ruang mushola. Disisi
lain, tepat membelakangi sofa terdapat dinding berlapis kayu yang sengaja didesain melayang
sehingga tembus bisa memandang ke arah kolam renang. Bentuk bangunan utama yang menyerupai
tapal kuda ini, menghasilkan ruang terbuka tepat berada ditengah bangunan. Menyadari
keterbatasan lahan dan untuk memenuhi kebutuhan ruang maka diterapkan struktur split level
dimana terbagi dalam dua komposisi yaitu dua lantai dibagian depan dan tiga lantai dibagian
belakang. Kedua komposisi ini disatukan dengan ruang terbuka yang berada tepat ditengah bangunan
yang berfungsi sebagai ruang publik atau rekreasi.

Melewati anak tangga,


kita akan menemui pantry yang minimalis sekaligus maksimalis dengan ruang makan. Warna interior
dan perabot cenderung didominasi warna putih terang, sebagai penetralisir warna dipasang lukisan
abstrak berwarna kuning yang berhadapan langsung dengan dinding transparan bangunan. Suara
musik alam dari gemericik air kolam yang dihiasi tanaman iris di tengah courtyard menambah alami
suasana ruang. Tanpa disengaja dibalik dinding dapur akan ditemui ruang kecil yang difungsikan
sebagai ruang kerja.
Permainan efek tembus pandang dengan permainan bukaan garis berupa kisi-kisi nampak
mendominasi yang menghasilkan kesatuan ruang. Penthouse pada ruang tidur utama dibentuk
proposional dengan dilengkapi kamar mandi dan ruang kerja . Furniture rak buku yang menempel di
dinding menyiasati untuk mendapatkan keleluasaan ruang. Ruang kerja yang masih mempunyai
secondary skin dengan balutan botol-botol bekas memakai pola papan catur agar bisa mendapatkan
pemandangan luar.
Proporsi aksebelitas dan kenyamanan untuk menuju setiap ruangan dituntut menyesuaikan bagi si
pengguna. Ramp yang terdapat disamping tangga dengan pemisah kisi-kisi vertical yang tembus
pandangdirancang untuk akses ke ruang tidur anak. Pada dinding koridor sisi luar terdapat bukaan
jendela yang cukup lebar.

Warna-warna yang cerah


sesuai dengan karakter anak menempel di dinding dan furniture-nya. Keunikan dalam rancangan
seorang Ridwan Kamil nampak jelas pada setiap detailnya. Minimalisasi penggunaan cat tembok
sengaja dilakukan dan sebagai pengganti dipakai material bertekstur seperti batu alam, panel kayu,
acian dinding yang dibentuk tekstur, kisi-kisi besi dan bahan lainnya. Begitu juga pada frame beton
disamping kolam renang yang struktur beton penopangnya dibuat agak kedalam sehingga
menimbulkan kesan melayang dan Chaise longe berwarna merah terang sangat pas diletakkan
didalam frame menambah keseimbangan komposisi ruang yang dihasilkan.

Efek pencahayaan
tersembunyi yang diberikan saat malam hari menambah efek visual melayang. Rumah yang banyak
menyunting unsur alam dan keterbukaan sangat sesuai dengan keinginan perancang. Harmonisasi
setiap ruang seakan berbicara dengan si pengguna untuk melakukan aktivitas dengan nyaman. Nilai
green achitecture layak diberikan pada rumah botol karya Emil.

http://marketplus.co.id/2010/12/rumah-botol-pola-ruang-menyatukan-aktivitaspengguna/

Anda mungkin juga menyukai