PENDAHULUAN
dibangun pada 2 Desember 1918 oleh Pemerintah Hindia Belanda atas hasil
Amsterdam yang didirikan pada tahun 1910 oleh Eduard Cuypers (1859- 1927) dan
Raja Belanda kala itu, yaitu Raja Willem I. Namun, gedung ini baru beroperasi
sebagai Bank dalam pengertian sesungguhnya pada 24 Januari 1828 melalui Surat
Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda No. 25. Kemudian, kantor pertama
Maret 1829. Baru disusul daerah lainnya, seperti: Batavia, Surabaya, Bandung,
Cirebon, Yogyakarta, Solo, Kediri, Malang, Surabaya, Manado, Padang, dan Banda
Aceh.
Sampai saat ini, gedung Bank Indonesia ini tetap berdiri dan masih dalam
bentuk gedung De Javasche Bank seperti masa belanda dahulu. Walaupun ada
1
limasan dan bentuk kerucut dengan jendela, juga ventilasi yang hampir memenuhi
seluruh dinding bangunan, dan pada tingkat dasar maupun pada tingkat atas. Sejak
awal gedung ini sudah difungsikan sebagai gedung bank, maka kesan bentuk sebagai
bangunan pemerintah terlihat pada bagian halaman depannya. Garis-garis lurus, tiang
semu pada jendela dan ventilasi hanya berfungsi sebagai penghias atau unsur-unsur
dekoratif.
Aceh?
Aceh?
Aceh?
2
3. Untuk mengatahui metode kritik terukur terhadap bangunan Bank Indonesia
di Banda Aceh
di Banda Aceh
3
BAB II
LANDASAN TEORI
terkadang disertai dengan uraian penjelasan mengenai baik dan buruknya suatu
sebuah ingkungan, yang meliputi tanggapan yang bersifat negative dan positif yang
a) Kritik Normatif
pedoman baku normative. Kritik ini berkaitan dengan keyakinan yang digunakan
sebagai pedoman baku untuk menilai rancangan bangunan atau kota. Kebenaran
dari kritik normative adalah meyakini bahwa setiap bangunan yang dibangun
dilingkungan manapun selalu dibangunan dengan suatu model, pola, standard atau
sandaran sebagai sebuah prinsip. Sehingga dengan keyakinan ini kualitas dan
kesuksesan sebuah lingkungan dapat dinilai. Norma bisa dikatakan sebuah standar
4
yang memiliki sfat fisik, tetapi juga bersifat kualitatif dan tidak dapat
dikuantitifikasikan. Kadangkala norma juga sesuatu yang tidak konkrit dan juga
bersifat umum bahkan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah
benda konstruksi. Kritik normative perlu dibedakan dalam metode sebagai berikut:
1. Kritik Doktrin
Paparan yang disajikan dalam kritik ini menggunakan norma yang bersifat
pandangannya dan biasanya mengacu pada satu ISME yang dianggap paling
baik.
2. Kritik Sistematik
Pilihan lain dari keterbatasan kritik dengan satu dokrin ini dalam paparannya
dibuat dengan adanya jalinan prinsip dan factor yang dapat dibangun sebagai
kompleksitas.
3. Kritik Terukur
Kritik ini memiliki karakter pernyataannya sering menggunakan hukum-
untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Pengolahan data melalui statistik
atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang
objek yang terukur dan wawasan tertentu. Atau dapat dikatakan bahwa
5
penggunaan kritik sistematik ini dibanding dengan kritik-kritik lain pada
4. Kritik Tipikal
Studi tipe bangunan saat ini telah menjadi pusat perhatian para sejarawan
arsitektur. Hal ini dapat dipahami karena desain akan menjadi lebih mudah
dengan mendasarkannya pada type yang telah standard, bukan pada innovative
originals (keaslian inovasi). Studi tipe bangunan lebih didasarkan pada kualitas,
utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi dan kesemuanya
6
BAB III
METODE
cagar budaya ini dilakukan dengan kritik arsitektur. Di kota banda Aceh terdapat banyak
bangunan kuno yang telah masuk list cagar budaya yang dilindungin. Pada pembahasan ini,
kami mengangkat kasus dengan mengambil bangunan Bank Indonesia yang terletak di
pusta kota Banda Aceh. Dengan penganalisaan kritik normative terhadap responsibilitas
iklim tropis. Sementara pada kritik arsitektur terdapat dua jenis kritik lainnya. Sehingga
masih sangat terbuka untuk mengkaji suatu bangunan peninggalan colonial Belanda yatu
Bank Indonesia.
Metoda Kritik Arsitektur ini menjadi salah satu materi kuliah penting pada program
pendidikan Arsitektur Strata II di Indonesia dan telah banyak pula pengamatan dilapangan
7
Tabel 1. Bentuk Respon Bangunan Di Daerah Beriklim Tropis
(Prianto, Wahyudi, & Kusumastuti, 2015)
ATAP
Diantara banyak bentukl atap bangunan,
1 OPTIMALKAN ALIRAN sebenarnya
atap berbentuk miring atau menyerupai
pelana adalah yang optimal dapat melindungi
semua bagian badan bangunan.
DINDING
8
• Pelobangan dinding akan berfungsi
optimal, bilamana terletak searah sudut datang
angin. Bilamana tidak, didain parapet
bangunan akan menjadi solusinya.
LANTAI
DINDING
9
menatisipasi gangguan
tanaman liar/jamur bahkan lumut pada
musim hujan. Dan pilihan pelapis yang licin
dan berbahan keras, merupakan solusi yang
tepat, seperti pelapisan dinding keramik
ataupun pelapisan cat yang gilap/licin.
LANTAI
di bawahnya.
10
DINDING
LANTAI
11
• Pasda daerah yang relatif sering kena
air/ daerah rob, pilihan dan disain bagian
bawah bangunan seyognyanya difungsikan
memperoleh pancaran sinar matahari yang
optimal agar ruangan dalam/bangunan tidak
lepuk/cepat lembab
Lingkup kajian pada paper ini adalah mengungkap dan menggali secara
mendalam responsibilitas disain Bank Indonesia Banda Aceh terhadap iklim tropis.
Kajian akan dilakukan terhadap 4 (empat) kajian dalam kritik Normatif ini
2. Kritik Sistematik dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal
3. Kritik terukur, Perbedaan tegas dari kritik terukur ini terhadap kritik normatif
lainnya adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi
4. Dan Kritik Tipikal, yaitu suatu kritik yang lebih didasarkan pada kualitas,
utilitas dan ekonomi dalam lingkungan yang telah terstandarisasi, bukan pada
Sedangkan 3 (tiga) variabel aspek iklim tropis adalah: aspek gerakan udara,
aspek pancaran sinar matahari, aspek kelembaban dan aspek curah hujan. Dan element
12
bangunan yang hendak dikaji, meliputi 3 (tiga) zona : zona atas bangunan (atap), zona
badang bangunan dan zona bagian bawah bangunan. Secara diagramatis pola
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Secara prinsip, kritik Dokrinal ini mendasarkan norma yang bersifat general
dengan pernyataan yang tidak terukur. Bangunan Bank Indonesia ini merupakan
Desember 1918 yang dulunya dikenl sebagai kantor cabang De Javasche Bank
sebelum di ambil alih oleh BI pada1 juli 1953 yang hingga kini masih dimanfaatkan
Salah satu norma general yang coba kami kaji adalah form follow function.
Salah satu kaidah arsitektur modern yang dikemukakan oleh louis Sullivan dan
denahbangiuan Bank Indonesia, dapat dikatakan bahwa sang arsitek Vernont cuypers
dan Huswit menganut salah satu kaidah form follow function. Bentuk denah yang
Norma form follow function tidak hanya diterapkan pada bentuk bangunan
terkait dengan fungsi secara ergonomis saja, tapi juga terkait desain yang tanggap
iklim tropis. Massa bangunan yang dengan bentang panjang biasanya mengharuskan
penggunaan energi yang besar pula (Rahim H. R., 2012. Hal 1).
14
4.2 KRITIK SISTEMATIK BANGUAN BANK INDONESIA
Kritik Sistematik ini dipandang cukup lebih baik daripada doktrin yang tunggal
materi kajian (inadequate) atau suatu kajian yang kadaluarsa (out of dated ). Untuk
itu kajian seperti diatas,seyogyanya dilakukan dari beberapa dokrin, walaupun saling
terpisah. Pada kajian sistematik Bank Indonesia ini, kami kaji dari aspek penggunaan
seperti baja dan beton bertulang (Yulianto Sumalyo,1997, hal 9). Gedung ini
dibangun dengan semangat kolonialisme yang tinggi. Arsitektur yang bercorak neo
kolonial terlihat dari penggunaan pondasi yang tinggi, atap yang tinggi dan landai
juga beton dan dinding yang tebal.Penggunaan arsitektur bergaya kolonial tidak
terlepas dari konsep politik pemerintah Hindia Belanda saat itu yang ingin
menunjukkan kekuasaannya melalui arsitektur. Hal yang lazim kita kenal sebagai
Seluruh bahan utama terbuat dari beton bangunan. Bentuk menara yang
terletak di kiri dan kanan bangunan induk berlantai tiga, beratap sirap dan berbentuk
kuba. Setiap sisi dinding lantai tiga menara dikelilingi oleh jendela sebanyak empat
buah. Pada dinding lantai dasar terdapat dua buah jendela yang masing-masing
15
berukuran besar dan kecil. Pada lantai dasar bangunan terdapat lima ruang dan lima
buah jendela.
limasan dan bentuk kerucut dengan jendela, serta ventilasi hampir memenuhi
keseluruhan dinding bangunan, baik pada tingkat dasar maupun pada tingkat atas.
Sebagai bangunan pemerintah yang didirikan pada masa Kolonial maka tidak
mengherankan apabila bangunan ini tampak begitu kokoh dengan dua menara yang
empat. Bangunan terdiri atas tiga bagian yaitu, bangunan induk terletak ditengah-
tengah yang diapit oleh dua bangunan yang menyerupai menara yang saling
berhubungan.
Perbedaan kritik terukur ini terhadap kritik normatif lainnya adalah terletak pada
metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan
terukur secara matematis. Dengan penggunaan bilangan atau angka maka polakritik
terukur ini dapat mengungkapkan kajian terhadap iklim tropis ini secara cermat dan
tepat. Pada kajian ini, kami mengambil standarisasi yang tentunya terkait respon
disain terhadap faktor-faktor iklim tropis, yaitu, terkait tinggi plafond, kenyamanan
area sirkulasi didalam ruang dan proporsi lebar tritisan serta pilihan finishing
16
Pertama, tingkat kenyamanan dapat dihitung dengan tingkat standar tinggi
udara yang cukup, sehingga mengatur tingkat kenyamanan pengguna ruang. Secara
Bank Indonesia , didominasi warna putih, dengan demikian pilihan warna putih ini
tepat dalam usaha mempengaruhi tingkat suhu udara dalam bangunan menjadi lebih
terangkum dalam satu tipologi. Salah satu ciri arsitektur modern adalah penggunaan
material baja dan kaca dan diperkenalkannya struktur kolom balok beton bertulang
bangunan Bank Indonesia ini ada dua hal: Pertama aspek kualitas maupun kuantitas
dari pemakaian bahan baja. Ketepatan akan pemakaian bahan ini telah membuktikan
kebertahanan bangunan Bank Indonesia ini pada kejadian tsunami 2004. Pada
bangunan ini, penggunaan material ini sangat mendominasi pada setiap konstruksi
bangunannya, baik dari disain kolom, disain rangka tritisan, rangka kuda-kuda atap
bangunan hingga bahan penutup atap. Bahkan tuntutan bentang lebar suatu suatu
bangunan seperti Bank Indonesia ini pun terakomodir dengan pemakaian material
ini.
17
Kedua, aspek kualitas dan kuantitas rancangan Bank Indonesia terhadap aspek
penerangan alami secara optimal. Dari pembahasan diatas, dapatlah kita rekap point-
point disain Bank Indonesia dalam usaha merespon iklim tropis, sebagaimana
KRITIK NORMATIF
18
e Material struktural Dominasi penggunaan material baja berkualitas „terbaik‟
untuk struktur utama hingga konstruksi kuda-kuda atap
bahkan material penutup atap. Bangunan ini sangat kuat
dan kokoh karena saat bencana dahsyat yang melanda
banda aceh yaitu tsunami pada tahun 2004 bangunan ini
tetap kokoh dan berdiri tegak. Keberadaan bangunan ini
sampai hingga kini masih tetap eksis dan tetap berdiri
kokoh.
f Fungsi Tuntutan kenyamanan pada bangunan berbentang besar
didaerah tropis, adalah keberhasilan menghadirkan
penerangan alami semaksimal mungkin dan
menghadirkan kulitas udara, membuat bangunan
terhindar dari ketidaknyamanan karena kelembaban.
Kualitas dan kuantitas penerangan alami tercipta di
bangunan ini
g Bentuk Bentuk bangunan Bank Indonesia menghadap ke arah
timur berdenah segi empat. Bangunan terdiri atas tiga
bagian yaitu bangunan induk terletak di tengah bangunan
yang di apit oleh dua bangunan yang menyerupai menara
yang saling berhubungann. Bangunan Bank Indonesia ini
dari bentuk dan façade nya sudah terlihat bentuk
pemerintahan
Lawang Sewu adalah bangunan kuno yang dibangun pada zaman Belanda dan
dipergunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api milik Belanda atau
19
dan BJ Queendag adalah arsitek yang bertanggung jawab atas bangunan yang
terletak di sisi timur Tugu Muda Semarang ini. Bangunan ini memiliki tiga lantai
dengan gaya arsitektur art deco. Arsitektur Lawang Sewu disesuaikan dengan
kondisi cuaca di Indonesia yang selalu disinari matahari. Agar lantai selalu dingin,
dibuatlah lorong bawah tanah yang digenangi air dan dilengkapi dengan lorong-
lorong yang berfungsi sebagai ventilasi pada setiap ruangan di atasnya. Desain atap
dan langit-langit dibuat dengan perencanaan yang baik supaya dapat menyirkulasi
Pada awal 2012 bangunan utama Lawang Sewu sudah selesai direnovasi dan
NIS.
Gedung Bank Indonesia atau yang disebut de Javasche Bank pada zaman
penjajahan, diresmikan pada 1 April 1879 sebagai kantor cabang ke-8 di Nusantara.
20
Bangunan yang hingga kini masih megah dan kokoh tersebut, dirancang oleh Arsitek
kemegahan arsitektural bergaya Eropa. Secara struktur, gedung BI Jogja, terdiri dari
bangunan dengan tiga lantai dengan fungsi yang berbeda di setiap lantainya. Lantai
paling bawah difungsikan sebagai ruang penyimpanan bisa dilihat dari ruang
khazanah yang berfungsi menyimpan uang. Ruang utama dan kasir terdapat di lantai
satu, sedangkan lantai dua dulunya adalah tempat tinggal bagi direksi dan
keluarganya.
Setelah lebih dari 100 tahun, bangun dari gedung ini pun tidak banyak berubah.
bagian dalam gedung, perubahan juga lebih karena pergeseran fungsi atau
tampilan fisiknya yang anggun dan megah ala bangunan neo-renaissance, konstruksi
gedung peninggalan Belanda ini juga sangat kuat. Masyarakat yang kerap melewati
kawasan Kilometer nol Yogyakarta pasti akan ikut mengagumi tampilan fisiknya.
21
BAB V
KESIMPULAN
terutama pada produk bangunan kuno/ cagar budaya, maka akan didapatkan
informasi disain yang respond terhadap iklim setempat, yang telah teruji lewat
waktu/jaman.
persepsi masyarakat awam terhadap kata „kritik‟ yang sering biasa menjadi
sesuatu yang menelanjangi/ jelek atau mengaburkan masalah dari pada solusi
yang diharapkan
informasi secara mendalam aspek disainnya yang respond terhadap iklim tropis.
Kajian Kritik Normatif dari kajian terhadap tinjauan suatu norma general yang
dan terukur matematis hingga pada penelaahan yang didasari aspek kualitas,
4. Pemakaian material baja dan beton secara dominan dan tepat serta berkualitas
baik telah membuktikan kebertahanan bangunan ini hingga 2019 dari tahun
1918.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kuliah Arsitektur. (2008, Nopember 14). Retrieved Oktober 14, 2014, from Sejarah,
23