Oleh:
Andi Yeshua B12210069
Jennifer Puspadewi B12210094
DAFTAR ISI 1
BAB 1 2
PENDAHULUAN 2
A. Latar belakang 2
B. Permasalahan 3
C. Tujuan 3
BAB 2 4
KAJIAN PUSTAKA 4
A. Keanekaragaman Hayati 4
B. Ekologi 7
C. Pemanasan Global dan perubahan iklim 7
D. Iklim tropis dan kenyamanan 9
BAB 3 12
PEMBAHASAN 12
A. Desain Bangunan yang Memperhatikan Lingkungan yang Bertujuan untuk Melestarikan
Keanekaragaman 12
B. Desain Lingkungan di Daerah Tropis 17
BAB 4 19
KESIMPULAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kerusakan alam telah menjadi tragedi yang biasa di telinga para masyarakat hari-hari ini. Sebagian
masyarakat seringkali mengaitkan kerusakan alam dengan asap polusi yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan
asap pabrik. Sayang sekali, tidak banyak yang tahu bahwa bangunan selain pabrik juga turut berperan dalam jumlah
besar atas perusakan alam yang terjadi ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa pembangunan dan
pengoperasian gedung menyumbang lebih dari sepertiga emisi karbon dioksida secara global pada tahun 2019
(Okezone, 2020). Karbon dioksida tersebut bisa diperoleh dari proses pembangunan yang tidak berkelanjutan, seperti
pemilihan bahan yang memerlukan pengiriman yang jauh, sehingga menghasilkan lebih banyak karbon dioksida dan
gas berbahaya lainnya oleh asap kendaraan. Bisa pula diperoleh dari tingginya pemakaian listrik dengan bahan bakar
fosil, yang disebabkan oleh penggunaan alat elektronik yang berlebihan. Tak hanya karbon dioksida saja, namun
pemakaian listrik berbahan bakar fosil juga menghasilkan belerang dioksida dan nitrogen dioksida yang sangat
berbahaya bagi lingkungan sekitar.
Emisi gas yang dihasilkan oleh pembangunan dan pemakaian bangunan menyebabkan peningkatan
pemanasan global yang serius. Menurut ilmuwan, suhu bumi kini berada pada titik terpanas yang pernah ada sejak
peradaban manusia (Inews, 2021). Akibat dari panas bumi sudah nyata di depan mata kita. Kebakaran hebat yang
sering terjadi akhir-akhir ini, meningkatnya sea level, berbagai bencana alam seperti tornado, perubahan iklim yang
semakin tak menentu, dan korban-korban jiwa yang terus bertambah akibat bencana maupun penyakit. Bila suhu
masih semakin naik kedepannya, maka sangat memungkinkan segala keanekaragaman hayati, tak terkecuali manusia
akan punah semuanya karena tidak dapat bertahan hidup.
Oleh karena tantangan alam yang ada, arsitektur hijau menjadi pusat perhatian sebagai penanggulangan
global warming. Arsitektur hijau, atau kerap dikenal juga sebagai green architecture adalah konsep arsitektur yang
menegakkan perlindungan lingkungan sekitar sebagai upaya memperbaiki kondisi alam, dengan merancang desain
yang berkelanjutan mulai dari pembangunan hingga pemakaian bangunan tersebut. Ketika berbicara tentang green
architecture, yang sering terlintas di benak adalah bangunan bertingkat-tingkat dengan vegetasi di tiap tingkatnya.
Atau, bisa jadi bangunan dengan jendela atau kaca yang lebar, yang dirancang dengan motif untuk meminimalisir
penggunaan lampu.
Namun, di balik banyaknya vegetasi rimbun dan kaca yang mengundang sinar mentari, masih tersembunyi
jejak karbon. Meskipun tampak dan tujuannya ramah lingkungan, namun tak jarang bangunan-bangunan bertopeng
green architecture tak kalah merugikan alam dibandingkan dengan bangunan yang tidak dilabel demikian. Contohnya
saja, vegetasi di tiap tingkat bangunan membutuhkan air. Tentunya, air tersebut harus dipompa karena letaknya yang
jauh dari permukaan tanah. Pemompaan air yang intensif pada akhirnya mengakibatkan penggunaan listrik yang tidak
sedikit, dan menyumbang karbon dioksida. Kecuali, listrik tersebut tidak menggunakan bahan bakar fosil. Namun,
hingga saat ini masih jarang pemakaian listrik menggunakan bahan bakar yang berkelanjutan. Contoh berikutnya
adalah penggunaan jendela atau kaca yang lebar. Pemasangan jendela atau kaca yang lebar sangat resiko
memerangkap panas matahari ke dalam ruangan, terutama di iklim tropis. Tanpa perancangan yang tepat, bukannya
ruangan tersebut menjadi terang dan sejuk, namun malah menjadi tempat pemanggangan karena suhu ruangan yang
tinggi. Hal tersebut kemudian menyebabkan penggunaan AC yang menyumbang karbon dioksida juga. Itulah mengapa
2
pentingnya belajar bagaimana membangun suatu bangunan yang tak hanya terlihat ramah lingkungan, namun
memang berkelanjutan demi pelestarian alam kita semua.
B. Permasalahan
Dengan latar belakang yang ada, didapatkan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana perancangan bangunan yang baik dalam upaya pemulihan global warming dan pelestarian
keanekaragaman hayati?
b. Bagaimana perancangan bangunan yang berkelanjutan pada wilayah beriklim tropis dengan tantangan suhu
panas?
C. Tujuan
Dengan penulisan makalah ini, diharapkan pembaca terutama perancang bangunan mendapatkan manfaat
sebagai berikut:
a. Mengerti bagaimana merancang bangunan yang baik dalam upaya pemulihan global warming dan pelestarian
keanekaragaman hayati.
b. Mengerti bagaimana merancang bangunan yang berkelanjutan pada wilayah beriklim tropis dengan tantangan
suhu panas.
3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
A. Keanekaragaman Hayati
a. Pengertian Keanekaragaman Hayati
Kata “hayati” memiliki arti sesuatu yang hidup. Jadi, keanekaragaman hayati artinya keberagaman
makhluk hidup karena adanya perbedaan-perbedaan masing-masing makhluk hidup yang dapat meliputi
perbedaan bentuk, ukuran, tekstur, penampilan, dan juga sifat-sifatnya. Makhluk hidup itu sendiri mencakup
hewan, tumbuhan, hingga manusia.
b. Manfaat Keanekaragaman Hayati
- Segi Ekonomi
Adanya keanekaragaman hayati berperan besar dalam kegiatan jual beli dalam skala nasional
maupun global (ekspor impor). Contoh: Indonesia mengekspor jenis-jenis kayu untuk menambah
devisa negara, lautan menjadi sumber perikanan yang berpotensi ekonomi, banyak industri yang
memanfaatkan makhluk hidup untuk meraih pendapatan.
- Segi Wisata dan Ilmu Pengetahuan
Keanekaragaman hayati yang berbeda di tiap negara juga memancing perhatian turis-turis
yang ingin belajar mengenai makhluk hidup lain. Contoh: Masyarakat Indonesia ingin berkunjung ke
Australia untuk bertemu dengan Koala dan Kangguru.
- Segi Sosial dan Budaya
Pola hidup masyarakat setempat akan menyesuaikan dengan keanekaragaman hayati
setempat. Contoh: Rakyat di negara A suka mengkonsumsi daging karena populasi dan
keanekaragaman sapi yang tinggi di negara tersebut.
- Bidang Ekologi
Keanekaragaman hayati terutama tumbuhan menjadi faktor terpenting dalam menjaga
kestabilan iklim global.
- Bidang Farmasi
Tak jarang obat-obatan yang manjur diperoleh dari tumbuhan. Bahkan, mikroorganisme juga
berperan aktif dalam bidang kesehatan yaitu sebagai bahan pembuatan antibiotik.
- Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sampai saat ini masih banyak dari flora dan fauna yang belum dipelajari dan diketahui
manfaatnya. Dengan pengembangan pengetahuan akan keanekaragaman hayati maka tentunya akan
membantu manusia dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari terlebih lagi.
4
dijumpai di dalam kromosom. Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan adalah
varian buah mangga: mangga arumanis, mangga manalagi, mangga golek, dan lainnya. Contoh pada
hewan adalah ras-ras anjing: ras anjing golden retriever, anjing poodle, anjing pomeranian, dan lain
sebagainya.
- Tingkat Spesies
Tidak seperti tingkat gen, keanekaragaman tingkat spesies dapat dilihat secara jelas
perbedaannya. Contoh tingkat spesies pada tumbuhan adalah sayur bayam dengan kentang. Contoh
pada hewan adalah tikus dengan kucing.
- Tingkat Ekosistem
Keanekaragaman ekosistem disebabkan oleh perbedaan letak geografis yang menyebabkan
perbedaan iklim. Perbedaan tersebut mencakup suhu, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan
lamanya penyinaran matahari. Karena perbedaan lingkungan tersebut, maka flora dan fauna yang
tinggal di masing-masing lingkungan juga pastinya bervariasi.
GLOBAL LOKAL
Nilai pemanfaatan tidak langsung dan Nilai pemanfaatan langsung sama penting atau
nonpemanfaatan adalah prioritas lebih penting daripada nilai nonpemanfaatan dan
pemanfaatan tidak langsung
Penekanan pada konservasi, dengan atau tanpa Penekanan pada pemanfaatan berkelanjutan
pemanfaatan berkelanjutan
Biasanya tidak ada kelompok pengguna khusus Ada kelompok pengguna khusus
Spesies endemik dan langka diberi nilai tinggi Spesies endemik mempunyai nilai sama dengan
spesies lain
Fokus pada genotip (informasi genetis) Fokus pada fenotip (Sifat yang dapat dilihat)
5
Keanekaragaman hayati yang liar dan budidaya Tidak ada batasan perlakuan antara
(pertanian) diperlakukan berbeda keanekaragaman hayati liar dan hasil budidaya
B. Ekologi
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan
sekitarnya. Ekologi yang paling ditekankan merupakan ekologi manusia, ilmu yang mempelajari mengenai
hubungan manusia dengan sumber materi dan pola sosial yang tercipta dari hubungan tersebut. Terdapat
komponen yang saling mempengaruhi dan tergantung dengan satu sama lain yaitu; manusia, daya dukung alam,
ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi, alam, dan sosial (Widigdo, 2021, Arsitektur & Ekologi). Ketergantungan
tersebut membentuk suatu sistem yang disebut ecological complex, yaitu hasil dari hubungan timbal balik yang
mencerminkan keadaan masyarakat terhadap alamnya.
7
Pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan Global adalah isu lingkungan hidup yang
mengakibatkan perubahan pada iklim global, berakhibat terhadap perubahan iklim secara meso dan mikro.
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim mulai menjadi perhatian pada saat PBB membentuk
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 1988. Pemanasan Global berkaitan dengan
fenomena Efek Rumah Kaca / Glass House Effect, Urban Heat Island (UHI), dan lubang pada lapisan Ozon.
Efek rumah kaca / Glass House Effect. Gelombang pendek infrared merupakan gelombang panas.
Gelombang pendek tersebut menembus kaca, memanaskan tanah, dan udara dalam rumah kaca. Gelombang
panjang infrared akan di pantulkan, dan keluar menembus kaca, sedangkan gelombang pendek infrared yang
di pantulkan tidak bisa menembus kaca, sehingga panas terjebak di dalam rumah kaca tersebut. Efek Rumah
Kaca / Glass House Effect diperlukan untuk menjaga suhu bumi. Tanpa ERK suhu bumi hanya -18 °C.
TETAPI, Efek Rumah Kaca yang berlebih menyebabkan Pemanasan Global.
Faktor efek rumah kaca. Penyebab efek rumah kaca adalah gas-gas rumah kaca yaitu gas-gas dalam
atmosfer yang menyerap gelombang panas. Gas rumah kaca yang terpenting adalah karbon dioksida (CO2).
Gas-gas rumah kaca lainnya:
a. Metana menghasilkan efek pemanasan 23x dari CO2
b. Dinitrogen Oksida menghasilkan efek pemanasan 300x dari CO2
c. CFC menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2
Penyebab efek rumah kaca:
a. (CO2) dari asap buangan kendaraan dan industri yang menggunakan bahan bakar fosil.
b. Metana (CH4) dihasilkan agrikultur dan peternakan.
c. Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk.
d. Gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC).
8
b. Terjadinya iklim ekstrim, akibat bencana kekeringan dan banjir yang silih berganti sehingga sektor
pertanian akan kehilangan produksi
c. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan ham
9
- Memiliki curah hujan tinggi dan lebih lama
- Memiliki 2 musim
- Memiliki suhu udara sangat tinggi
c. Iklim tropis berdasarkan keadaannya juga dibagi menjadi 2, yaitu:
- Tropis kering: meliputi stepa, sabana kering, dan juga gurun pasir. (Memiliki wilayah dengan
kelembaban udara relatif rendah atau umumnya dibawah 50%; curah hujan yang rendah;
kondisi atmosfer jarang terjadi awan; perubahan suhu ekstrim; Arab Saudi bagian Selatan,
Oman, Uni Emirat Arab, dsb)
- Tropis lembab: meliputi hutan hujan tropis, sabana, serta daerah-daerah yang memiliki musim
basah. (Memiliki kelembaban udara yang relatif tinggi umunya diatas 90%; curah curah hujan
yang tinggi; kondisi atmosfer sebagian besar berawan; perubahan suhu tidak ekstrim)
III. Kenyamanan Manusia
a. Makna Kenyamanan Manusia
Kenyamanan Manusia adalah tingkat kenyamanan yang dianalisa berdasarkan manusia
sebagai subjeknya. Kenyamanan manusia dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya, termasuk di
dalamnya adalah lingkungan alami, lingkungan buatan, elemen abiotik, elemen biotik dan kemampuan
manusia untuk berinteraksi pada lingkungan hidupnya.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Manusia
1. Suhu/panas
2. Pergerakan udara
3. Kelembaban
4. Radiasi matahari
c. Kenyamanan manusia akan suhu/ / panas
Manusia memiliki tingkat kenyamanan yang bervariasi terhadap suhu/panas lingkungan. Suhu
normal tubuh manusia adalah 37 °C (98,6 °F) dengan batasan suhu didalam tubuh manusia antara 35
– 40 °C ( 95 - 104 °F)Sensor suhu pada permukaan kulit manusia akan menjadi sensitif ketika suhu
sekitar mencapai 34°C.
Tubuh manusia menghasilkan panas yang diteruskan ke kulit dengan batas suhu 37°C. Lebih
dari 37°C, maka sisanya akan dilepaskan kelingkungan sekitar tubuh manusia untuk mencapai
keseimbangan panas tubuh. Untuk mencapai keseimbangan panas dalam tubuh manusia, suhu udara
disekitar manusia harus lebih rendah dari suhu permukaan kulit manusia (< 33,7 °C ).
Bila suhu manusia mencapai 40°C, maka manusia akan mengalami heat stroke/hyperthermia.
Pada suhu 41°C, manusia akan berhenti berkeringat dan mengalami koma dengan kemungkinan
terjadinya kerusakan pada otak. Pada suhu 42°C, normalnya manusia akan mati. Sedangkan, bila
suhu manusia berada pada suhu 35°C, manusia akan mengalami hipotermia. Maksimal manusia bisa
bertahan hingga suhu 25°C, setelah itu mati.
Ada beberapa cara panas dari lingkungan pindah ke tubuh manusia. Panas diterima
permukaan tubuh manusia dari lingkungan melalui :
1. Konduksi: bersinggungan dengan materi yang bersuhu lebih tinggi dari manusia
2. Konveksi: suhu udara disekitar tubuh lebih tinggi dari suhu tubuh.
10
3. Radiasi atau reradiasi dari matahari dan benda-benda yang memancarkan radiasi atau panas
Panas dari tubuh manusia juga bisa berpindah kepada lingkungan sekitarnya. Panas
dikeluarkan dari tubuh manusia ke lingkungan disekitarnya melalui kulit dan pernapasan dengan cara :
11
BAB 3
PEMBAHASAN
a. Energi
Suzlon One Earth memiliki pembangkit listrik on-site menggunakan energi terbarukan. Listrik yang
diproduksi on-site adalah 80% energi angin dan 20% energi fotovoltaik. Sebanyak 18 kincir angin dan 243
solar panel mampu menghasilkan sebesar 2,30,000 KWH per tahunnya. Karenanya, sebesar 8% dari
kebutuhan listrik tahunan bangunan ini terpenuhi dan berhasil menghemat sebanyak 11% biaya. Oleh sebab
itu, Suzlon One Earth termasuk kategori bangunan carbon neutral (bebas emisi karbon).
b. Efisiensi Air
12
Suzlon One Earth mempraktekkan keberlanjutan sumber daya air dengan sangat baik. Dengan
adanya on-site rainwater harvest, mereka dapat memaksimalkan sumber daya air yang ada untuk berbagai
kepentingan.
- Kebutuhan Air untuk Lansekap
Suzlon One Earth meminimalisir penggunaan air untuk lansekap dengan berbagai cara. Pemilihan
spesies yang ditanam, pemulsaan bagi kesuburan tanaman dan tanah, pengendalian hama, pengontrolan air
bekas, penggunaan air yang tidak dapat diminum, dan masih banyak cara lainnya.
13
Credit: Environmental Design Solutions Pvt Ltd. 2009
c. Material Bangunan
Secara keseluruhan, proyek bangunan ini menggunakan 80% material lokal, hampir 15% materialnya
mengandung bahan highly recycled, dan 10% menggunakan Rapidly Renewable Sources.
- Outdoor
Untuk bahan bangunan, Suzlon One Earth menggunakan beton ready-mix, yaitu beton yang
diproduksi melalui pengolahan formulasi khusus yang dilakukan di pabrik batch/batching plant. Beton
ready-mix ini mempunyai keunggulan terutama pada nilai keberlanjutannya, bila dibandingkan dengan beton
site-mix yang diolah di tempat pembangunan langsung oleh tenaga yang kurang profesional dibandingkan
dengan pabrik batch. Keunggulan beton ready-mix dilihat dari nilai keberlanjutannya adalah sebagai berikut:
● Ramah lingkungan : Pengolahan beton on-site (site-mix) dapat membahayakan lingkungan
oleh karena emisi debu ditambah dengan paparan panas matahari. Beton ready-mix
menghapus kemungkinan tersebut karena diproduksi di suatu tempat khusus oleh tenaga
profesional. Terlebih lagi, beton ready-mix mengurangi polusi suara yang timbul oleh proses
pengolahannya.
● Hemat pemakaian : Penanganan yang lebih profesional dan teknik pengolahan yang lebih
maju menghemat penggunaan semen hingga 10-12%. Proses pengolahan dengan takaran
dan cara yang fixed juga memastikan kualitas yang terjaga sehingga meminimalisir kegagalan
dalam pengolahan yang berakhir dibuang sia-sia.
Selain itu, sebanyak 15% dari penggunaan semen digantikan oleh bahan abu terbang, membuatnya
lebih ramah lingkungan karena semen merupakan bahan berbahaya. Sedangkan, abu terbang yang
merupakan sisa dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tidak lagi dikategorikan sebagai limbah B3.
Pembangunan Suzlon One Earth juga mengadopsi metode konstruksi dengan teknologi yang energy-efficient.
Oleh karena itu, kontraktor berhasil menghemat penggunaan beton mencapai 47% dan baja sebesar 50%.
Gambar di kiri bawah menunjukkan penerapan teknologi/material rendah energi pada aplikasi
struktural. Sedangkan, gambar di kanan bawah merupakan penerapan teknologi/material rendah energi pada
aplikasi non-struktural
14
- Indoor
Interior pada bangunan ini menggunakan low-energy material, yaitu material yang diproduksi dengan
pemakaian energi dan emisi karbon yang rendah. Dengan menggunakan bahan daur ulang, rapidly renewable
materials (seperti bambu, kapas, dan bahan alami lainnya), low-emitting materials (bahan dengan rendah
VOC, yaitu zat kimia yang biasa ditemukan pada bahan bangunan yang berbahaya bagi kesehatan), dan juga
penggunaan bahan-bahan lokal/regional, Suzlon One Earth tak hanya menghemat biaya pengeluaran untuk
bahan-bahan bangunan mahal, namun juga menjaga kualitas hidup hayati dengan menggunakan material
yang tidak memancarkan bahan kimia dan meminimalisir emisi karbon dari kendaraan, dengan menggunakan
bahan lokal.
15
Tabel berikut menunjukkan persentase area dengan DF (Daylight Factor: perbandingan antara
iluminan di satu titik di dalam ruangan dengan titik di luar ruangan) >2.5%
Sedangkan untuk pencahayaan artifisial, Suzlon One Earth menggunakan lampu dengan sensor
otomatis yang bisa menyesuaikan intensitas cahaya dari 0%-100%, mengikuti kebutuhan cahaya yang
diperlukan. 90% dari lampu yang ada dipasang dengan Dimmable Ballast dan tersambung antara dengan
Occulux sensor, daylight sensor, atau Occuswitch sensor.
e. Penanganan Sampah
Suzlon One Earth juga mengkhawatirkan limbah yang dihasilkannya. Dari tahap pembangunan,
mereka meminimalisir limbah yang terproduksi dan menangani limbah yang dihasilkan juga. Dengan
pemilahan limbah hingga penampungan limbah, semua telah terorganisir. Suzlon One Earth juga menerapkan
zero waste policy atau peraturan bebas sampah. Hal ini mendorong aksi daur ulang dan mengajak
orang-orang untuk menjadi mindful akan limbah yang dihasilkan.
Secara menyeluruh, upaya Suzlon One Earth dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan
sumber daya sangat baik dan mendetail. Upaya tersebut terlihat dalam hampir segala aspek, mulai dari cara dan
16
pemilihan bahan pembangunan, produksi energi terbarukan, pemakaian energi dan sumber daya alam pada
bangunan, hingga pertanggungjawaban atas limbah yang dihasilkan.
Playhouse adalah struktur terbuka dengan platform persegi yang ditinggikan yang ditetapkan pada berbagai
tingkatan. Struktur ini pada dasarnya adalah tempat penampungan berdiri bebas yang dapat digunakan secara bebas
oleh siapa saja di masyarakat sebagai tempat untuk beristirahat. Keunikan bangunan ini terdapat pada tiga puluh satu
dek persegi identik yang terletak di berbagai ketinggian yang tampaknya acak, menciptakan pemandangan lantai tiga
dimensi yang menyenangkan. Di atas tingkat lantai adalah struktur modular berulang yang seluruhnya terbuat dari
bambu. Dari tengah setiap dek, kolom seperti pohon naik untuk mendukung atap. 'Rumah pohon', dalam bentuk
keranjang bambu, digantung di kolom dan mereka menambahkan elemen 'main-main' lain ke paviliun.
Poin parameter pada bangunan ini terdapat pada material utama-nya sendiri yaitu bambu, dimana bambu
sendiri cocok digunakan dalam arsitektur tropis dikarenakan warna material-nya yang tidak mencolok dan menyatu
dengan alam. Bambu juga merupakan material yang sustainable dimana ia tidak memberikan dampak negatif pada
alam sekitarnya tetapi dia dapat memberikan struktur yang kuat terhadap bangunan itu sendiri termasuk tahan
17
gempa. Selain itu dengan desain yang terbuka seperti ini, bangunan ini dapat memanfaatkan udara luar sebagai
sirkulasi udara-nya.
Tropical Pavilions didesain sesuai dengan iklim di Australia yaitu tropis, dengan potensi siklon sehingga
daya tahan dan kekuatan menjadi prioritas. Desain ini mengoptimalkan suasana di sekitarnya dengan cara
meminimalkan penggunaan bahan dan memanfaatkan cahaya dan ventilasi alami. Kayu adalah material utama
yang digunakan untuk karbon rendah. Hidup tanpa AC di daerah tropis memang membutuhkan bangunan terbuka
dengan ventilasi alami.
18
3. Green Village, Bali
Green village Bali terletak di Sungai Ayung dikelilingi oleh hutan Bali yang rimbun. Setiap vila dan
rumah mewah di Green Village ini dibangun dengan hampir seluruhnya dari bambu, dirancang khusus oleh tim
arsitektur IBUKU dan dibangun dengan tangan. Struktur yang indah ini menunjukkan bagaimana bambu dapat
dikombinasikan dengan material lainnya untuk menciptakan suasana yang nyaman dan sejuk layaknya
wilayah tropis.
Salah satu bangunan yang akan kita bahas kali ini adalah CACAO HOUSE pada Green Village. Cacao
House adalah rumah bambu 3 lantai dengan furnitur campuran dari bambu dan material lainnya seperti kayu,
dibangun di dalam kebun kakao dan dikelilingi oleh taman permakultur.
Kelebihan bangunan ini juga hampir sama persis seperti bangunan sebelumnya dimana ia terbuka
lebar di segala sisi untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya dengan maksimal dengan begitu dapat
menghemat energi. Poin parameter pada bangunan ini terletak pada penggabungan material-material dimana
ia menggunakan material bambu sebagai utama, dan kayu, batu, kuningan, dll, sebagai pendukung-nya
seperti untuk perabotan. Material-material yang dipilih juga tidak mencolok warnanya untuk menjaga kesatuan
bangunan ini dengan alam di sekitarnya.
19
BAB 4
KESIMPULAN
Pelajaran yang dapat dipetik dari contoh-contoh yang telah dipaparkan di atas adalah bahwa
sustainability dalam arsitektur tidak bisa dinilai hanya semata-mata dari desainnya yang terlihat hijau. Namun, yang
menilai suatu bangunan sustainable adalah seberapa besar emisi gas serta efisiensi energi dan sumber daya alam
oleh bangunan tersebut yang ditentukan dari pemilihan material, desain, dan penanganan energi dan sumber daya
yang ada termasuk limbah yang dihasilkan. Suzlon One Earth telah menjadi contoh yang baik sebagai bangunan
yang menjaga kelestarian alam, terutama keunikannya yaitu menggunakan energi terbarukan on-site yang sangat
menunjang keberlanjutan, karena meminimalisir bahkan menghapus emisi gas karbon. Cara tersebut bisa dicontoh
untuk bangunan-bangunan lain untuk lebih mengurangi emisi gas karbon yang ada. Dengan demikian,
permasalahan global warming dapat lebih cepat teratasi.
Untuk bangunan daerah tropis, kami dapat memetik kesimpulan bahwa arsitektur bangunan tropis
biasanya menggunakan material-material yang tidak mencolok warnanya atau warna netral dan alami seperti
bambu, kayu, atau batu, sehingga dapat menyatu dengan alam sekitar untuk menciptakan suasana yang rukun
dengan alam. Dengan begitu kesan tropis dapat muncul pada bangunan-bangunan yang menggunakan material
seperti bambu maupun kayu. Arsitektur pada bangunan tropis juga cenderung memanfaatkan bukaan yang lebar
pada bangunan untuk memanfaatkan sirkulasi udara dan cahaya dari luar sehingga dapat menghemat energi listrik
pada bangunan. Dengan begini dapat dikatakan bahwa arsitektur tropis juga merupakan sustainable building.
Bangunan tropis dapat kita sebut juga sebagai sustainable building karena kemampuannya untuk
menjaga dan tidak merusak lingkungan sekitar, melainkan memanfaatkannya dengan maksimal dan optimal. Dan
dari bangunan tropis di atas kita juga tahu bahwa sustainable building bukan masalah hijau atau tidaknya warna
bangunan, melainkan bagaimana bangunan tersebut membawa dampak bagus pada lingkungan sekitarnya atau
setidaknya tidak merugikan lingkungannya. Terlihat di atas bahwa bangunan tropis tidak menggunakan
bahan-bahan yang berwarna hijau pada bangunan mereka tetapi mereka tetap dapat menyatu dan tidak merusak
alam di sekitar bangunannya.
20
DAFTAR PUSTAKA
(n.d.). Green Village Bali: Home. Retrieved December 10, 2021, from https://greenvillagebali.com/
D, R. (2021, February 26). Sisi Buruk Arsitektur Hijau di Perkotaan. detikNews. Retrieved December 10,
Dewi, I. R. (2021, January 31). Suhu Bumi saat Ini Berada di Titik Terpanas dalam 12.000 Tahun. iNews.
https://www.inews.id/techno/sains/suhu-bumi-saat-ini-berada-di-titik-terpanas-dalam-12000-tahun
Gallery of The Bamboo Playhouse / Eleena Jamil Architect - 1. (n.d.). ArchDaily. Retrieved December 10,
2021, from
https://www.archdaily.com/777325/the-bamboo-playhouse-eleena-jamil-architect/564b43a8e58ece8c420000b4
-the-bamboo-playhouse-eleena-jamil-architect-photo
Indoprecast. (2020, September 17). Definisi Ready Mix Concrete - Sebagai Pemahaman Dalam
https://indoprecast.com/pemahaman-ready-mix-concrete-sebagai-pertimbangan-pengecoran/
Nieuwoudt, M. (2021, January 14). Tropical Pavilions. Sustainable House Day. Retrieved December 10,
Ramaiaha, R. (n.d.). Suzlon One Earth Global Corporate Headquarters | Christopher Charles Benninger
https://archello.com/project/suzlon-one-earth-global-corporate-headquarters
Susanti, S. (2020, December 18). Kerusakan Lingkungan Akibat Pembangunan Gedung Capai Rekor
https://news.okezone.com/read/2020/12/17/18/2329577/kerusakan-lingkungan-akibat-pembangunan-gedung-c
apai-rekor-tertinggi
Suzlon One Earth Global Corporate Headquarters / Christopher Benninger. (2014, January 14). ArchDaily.
https://www.archdaily.com/466958/suzlon-one-earth-global-corporate-headquarters-christopher-benninger
21