Anda di halaman 1dari 22

PAPER UAS ARSITEKTUR LINGKUNGAN

Oleh:
Andi Yeshua B12210069
Jennifer Puspadewi B12210094

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB 1 2

PENDAHULUAN 2
A. Latar belakang 2
B. Permasalahan 3
C. Tujuan 3

BAB 2 4

KAJIAN PUSTAKA 4
A. Keanekaragaman Hayati 4
B. Ekologi 7
C. Pemanasan Global dan perubahan iklim 7
D. Iklim tropis dan kenyamanan 9

BAB 3 12

PEMBAHASAN 12
A. Desain Bangunan yang Memperhatikan Lingkungan yang Bertujuan untuk Melestarikan
Keanekaragaman 12
B. Desain Lingkungan di Daerah Tropis 17

BAB 4 19

KESIMPULAN 20

DAFTAR PUSTAKA 21

1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kerusakan alam telah menjadi tragedi yang biasa di telinga para masyarakat hari-hari ini. Sebagian
masyarakat seringkali mengaitkan kerusakan alam dengan asap polusi yang disebabkan oleh kendaraan bermotor dan
asap pabrik. Sayang sekali, tidak banyak yang tahu bahwa bangunan selain pabrik juga turut berperan dalam jumlah
besar atas perusakan alam yang terjadi ini. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa pembangunan dan
pengoperasian gedung menyumbang lebih dari sepertiga emisi karbon dioksida secara global pada tahun 2019
(Okezone, 2020). Karbon dioksida tersebut bisa diperoleh dari proses pembangunan yang tidak berkelanjutan, seperti
pemilihan bahan yang memerlukan pengiriman yang jauh, sehingga menghasilkan lebih banyak karbon dioksida dan
gas berbahaya lainnya oleh asap kendaraan. Bisa pula diperoleh dari tingginya pemakaian listrik dengan bahan bakar
fosil, yang disebabkan oleh penggunaan alat elektronik yang berlebihan. Tak hanya karbon dioksida saja, namun
pemakaian listrik berbahan bakar fosil juga menghasilkan belerang dioksida dan nitrogen dioksida yang sangat
berbahaya bagi lingkungan sekitar.
Emisi gas yang dihasilkan oleh pembangunan dan pemakaian bangunan menyebabkan peningkatan
pemanasan global yang serius. Menurut ilmuwan, suhu bumi kini berada pada titik terpanas yang pernah ada sejak
peradaban manusia (Inews, 2021). Akibat dari panas bumi sudah nyata di depan mata kita. Kebakaran hebat yang
sering terjadi akhir-akhir ini, meningkatnya sea level, berbagai bencana alam seperti tornado, perubahan iklim yang
semakin tak menentu, dan korban-korban jiwa yang terus bertambah akibat bencana maupun penyakit. Bila suhu
masih semakin naik kedepannya, maka sangat memungkinkan segala keanekaragaman hayati, tak terkecuali manusia
akan punah semuanya karena tidak dapat bertahan hidup.
Oleh karena tantangan alam yang ada, arsitektur hijau menjadi pusat perhatian sebagai penanggulangan
global warming. Arsitektur hijau, atau kerap dikenal juga sebagai green architecture adalah konsep arsitektur yang
menegakkan perlindungan lingkungan sekitar sebagai upaya memperbaiki kondisi alam, dengan merancang desain
yang berkelanjutan mulai dari pembangunan hingga pemakaian bangunan tersebut. Ketika berbicara tentang green
architecture, yang sering terlintas di benak adalah bangunan bertingkat-tingkat dengan vegetasi di tiap tingkatnya.
Atau, bisa jadi bangunan dengan jendela atau kaca yang lebar, yang dirancang dengan motif untuk meminimalisir
penggunaan lampu.
Namun, di balik banyaknya vegetasi rimbun dan kaca yang mengundang sinar mentari, masih tersembunyi
jejak karbon. Meskipun tampak dan tujuannya ramah lingkungan, namun tak jarang bangunan-bangunan bertopeng
green architecture tak kalah merugikan alam dibandingkan dengan bangunan yang tidak dilabel demikian. Contohnya
saja, vegetasi di tiap tingkat bangunan membutuhkan air. Tentunya, air tersebut harus dipompa karena letaknya yang
jauh dari permukaan tanah. Pemompaan air yang intensif pada akhirnya mengakibatkan penggunaan listrik yang tidak
sedikit, dan menyumbang karbon dioksida. Kecuali, listrik tersebut tidak menggunakan bahan bakar fosil. Namun,
hingga saat ini masih jarang pemakaian listrik menggunakan bahan bakar yang berkelanjutan. Contoh berikutnya
adalah penggunaan jendela atau kaca yang lebar. Pemasangan jendela atau kaca yang lebar sangat resiko
memerangkap panas matahari ke dalam ruangan, terutama di iklim tropis. Tanpa perancangan yang tepat, bukannya
ruangan tersebut menjadi terang dan sejuk, namun malah menjadi tempat pemanggangan karena suhu ruangan yang
tinggi. Hal tersebut kemudian menyebabkan penggunaan AC yang menyumbang karbon dioksida juga. Itulah mengapa

2
pentingnya belajar bagaimana membangun suatu bangunan yang tak hanya terlihat ramah lingkungan, namun
memang berkelanjutan demi pelestarian alam kita semua.

B. Permasalahan
Dengan latar belakang yang ada, didapatkan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana perancangan bangunan yang baik dalam upaya pemulihan global warming dan pelestarian
keanekaragaman hayati?
b. Bagaimana perancangan bangunan yang berkelanjutan pada wilayah beriklim tropis dengan tantangan suhu
panas?

C. Tujuan
Dengan penulisan makalah ini, diharapkan pembaca terutama perancang bangunan mendapatkan manfaat
sebagai berikut:
a. Mengerti bagaimana merancang bangunan yang baik dalam upaya pemulihan global warming dan pelestarian
keanekaragaman hayati.
b. Mengerti bagaimana merancang bangunan yang berkelanjutan pada wilayah beriklim tropis dengan tantangan
suhu panas.

3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

A. Keanekaragaman Hayati
a. Pengertian Keanekaragaman Hayati
Kata “hayati” memiliki arti sesuatu yang hidup. Jadi, keanekaragaman hayati artinya keberagaman
makhluk hidup karena adanya perbedaan-perbedaan masing-masing makhluk hidup yang dapat meliputi
perbedaan bentuk, ukuran, tekstur, penampilan, dan juga sifat-sifatnya. Makhluk hidup itu sendiri mencakup
hewan, tumbuhan, hingga manusia.
b. Manfaat Keanekaragaman Hayati
- Segi Ekonomi
Adanya keanekaragaman hayati berperan besar dalam kegiatan jual beli dalam skala nasional
maupun global (ekspor impor). Contoh: Indonesia mengekspor jenis-jenis kayu untuk menambah
devisa negara, lautan menjadi sumber perikanan yang berpotensi ekonomi, banyak industri yang
memanfaatkan makhluk hidup untuk meraih pendapatan.
- Segi Wisata dan Ilmu Pengetahuan
Keanekaragaman hayati yang berbeda di tiap negara juga memancing perhatian turis-turis
yang ingin belajar mengenai makhluk hidup lain. Contoh: Masyarakat Indonesia ingin berkunjung ke
Australia untuk bertemu dengan Koala dan Kangguru.
- Segi Sosial dan Budaya
Pola hidup masyarakat setempat akan menyesuaikan dengan keanekaragaman hayati
setempat. Contoh: Rakyat di negara A suka mengkonsumsi daging karena populasi dan
keanekaragaman sapi yang tinggi di negara tersebut.
- Bidang Ekologi
Keanekaragaman hayati terutama tumbuhan menjadi faktor terpenting dalam menjaga
kestabilan iklim global.
- Bidang Farmasi
Tak jarang obat-obatan yang manjur diperoleh dari tumbuhan. Bahkan, mikroorganisme juga
berperan aktif dalam bidang kesehatan yaitu sebagai bahan pembuatan antibiotik.
- Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sampai saat ini masih banyak dari flora dan fauna yang belum dipelajari dan diketahui
manfaatnya. Dengan pengembangan pengetahuan akan keanekaragaman hayati maka tentunya akan
membantu manusia dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari terlebih lagi.

c. Tingkatan Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan rendah tingginya organisme.
- Tingkat Gen
Keanekaragaman tingkat gen disebabkan oleh variasi dalam susunan/struktur gen dalam
suatu species makhluk hidup. Gen sendiri merupakan faktor pembawa sifat keturunan yang dapat

4
dijumpai di dalam kromosom. Contoh keanekaragaman hayati tingkat gen pada tumbuhan adalah
varian buah mangga: mangga arumanis, mangga manalagi, mangga golek, dan lainnya. Contoh pada
hewan adalah ras-ras anjing: ras anjing golden retriever, anjing poodle, anjing pomeranian, dan lain
sebagainya.
- Tingkat Spesies
Tidak seperti tingkat gen, keanekaragaman tingkat spesies dapat dilihat secara jelas
perbedaannya. Contoh tingkat spesies pada tumbuhan adalah sayur bayam dengan kentang. Contoh
pada hewan adalah tikus dengan kucing.
- Tingkat Ekosistem
Keanekaragaman ekosistem disebabkan oleh perbedaan letak geografis yang menyebabkan
perbedaan iklim. Perbedaan tersebut mencakup suhu, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan
lamanya penyinaran matahari. Karena perbedaan lingkungan tersebut, maka flora dan fauna yang
tinggal di masing-masing lingkungan juga pastinya bervariasi.

d. Nilai Keanekaragaman Hayati


- Nilai Eksistensi: memiliki hak hidup sebagai bagian dari alam.
- Nilai Jasa Lingkungan: memiliki perannya masing-masing dalam menjaga stabilitas alam.
- Nilai Warisan: dibutuhkan oleh generasi yang mendatang sehingga dilestarikan.
- Nilai Pilihan: sebuah pilihan bagi manusia dalam memanfaatkannya untuk beradaptasi.
- Nilai Konsumtif: mencukupi kebutuhan sandang manusia, baik pangan maupun papan.
- Nilai Produktif: bisa menjadi sumber penghasilan secara lokal, nasional, maupun global.
- Nilai Ekonomi: sebagai pemasok devisa negara.
- Nilai Biologis: sebagai penunjang kehidupan bagi makhluk hidup lain (contoh: O2 & pangan)
- Nilai Ekologis: sebagai penjaga stabilitas iklim.
- Nilai Sosial: sebagai hiburan dan rekreasi.
e. Perbedaan antara Nilai Keanekaragaman Hayati Global dengan Keanekaragaman Hayati Lokal

GLOBAL LOKAL

Nilai pemanfaatan tidak langsung dan Nilai pemanfaatan langsung sama penting atau
nonpemanfaatan adalah prioritas lebih penting daripada nilai nonpemanfaatan dan
pemanfaatan tidak langsung

Penekanan pada konservasi, dengan atau tanpa Penekanan pada pemanfaatan berkelanjutan
pemanfaatan berkelanjutan

Biasanya tidak ada kelompok pengguna khusus Ada kelompok pengguna khusus

Spesies endemik dan langka diberi nilai tinggi Spesies endemik mempunyai nilai sama dengan
spesies lain

Fokus pada genotip (informasi genetis) Fokus pada fenotip (Sifat yang dapat dilihat)

5
Keanekaragaman hayati yang liar dan budidaya Tidak ada batasan perlakuan antara
(pertanian) diperlakukan berbeda keanekaragaman hayati liar dan hasil budidaya

f. Kebijakan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Mengutamankan pendekatan pengelolaan keanekaragaman hayati secara lestari telah dilakukan baik
di tingkat global maupun lokal. Konvensi PBB mengenai keanekaragaman hayati (KKH atau United Nations
Conventions on Biological Diversity), salah satu produk Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi 1922 di Rio de
Janeiro, Brazil, mulai berlaku di Indonesia tahun 1994, melalui ratifikasi dalam bentuk UU No.5/1994.
Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) adalah vocal point nasional bagi pelaksanaan KKH.
Tujuan utama KKH yaitu, konservasi keanekaragaman hayati, pemanfaatan berkelanjutan dari
komponennya, pembagian keuntungan yang adil dan merata dari penggunaan sumber daya genetis, termasuk
akses yang memadai serta ahli teknologi, dan melalui sumber pendanaan yang sesuai.
Sesuai dengan tujuannya KKH mewajibkan negara-negara yang meratifikasinya, termasuk Indonesia,
untuk, membuat strategi dan rencana aksi nasional (seperti BAPI 1993 dan IBSAP 2003); Memfasilitasi
partisipasi masyarakat adat dan lokal dalam pelaksanaan KKH; Mendukung pengembangan kapasitas bagi
pendidikan dan komunikasi keanekaragaman hayati; Menerapkan pendekatan ekosistem, bilamana
memungkinkan, dan memperkuat kapasitas nasional serta lokal; Mengembangkan peraturan tentang akses
pada sumber daya genetis dan pembagian keuntungan yang adil.

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Keanekaragaman Hayati di Indonesia


- Faktor teknis:
a. Kegiatan manusia:
b. Teknologi yang digunakan
c. Kondisi alam itu sendiri
- Faktor struktural:
Paradigma pembangunan selama era 1970-an hingga 1990-12 an belum mempertimbangkan
kepentingan pengelolaan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, sebagai sumber daya yang
berharga, dilikuidasi dalam rangka perolehan devisa, percepatan pertumbuhan ekonomi serta
diversifikasi basis perekonomian (Dauvergne dalam Sunderlin dan Resosudarmo, 1997). Pengelolaan
KH yang lestari dan berkelanjutan memerlukan tata kelola (good governance) yang baik, dicirikan oleh
pemerintah yang bersih, bertanggung gugat, representatif dan demokratis. (KLH, 2002).

h. Upaya Perlindungan dan Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Indonesia


Di Indonesia telah dilaksanakan semenjak pemerintahan Hindia Belanda, lebih tepatnya pada tahun
1912, yang berpusat di Bogor. Setelah Indonesia merdeka, perlindungan alam dilaksanakan oleh Departemen
Kehutanan dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
a. Tiga macam upaya perlindungan alam:
1. Perlindungan alam ketat: keadaan alam dibiarkan menurut kehendak alam tanpa adanya campur
tangan manusia, kecuali jika diperlukan. Biasanya, ini digunakan untuk kepentingan ilmiah atau
penelitian, misalnya, Ujung Kulon dan Pulau Panaitan.
6
2. Perlindungan alam terbimbing: keadaan alam di suatu daerah dibina oleh para ahli, misalnya, Kebun
Raya Bogor.
3. Taman nasional: memerlukan daerah yang luas, tidak boleh ada bangunan tempat tinggal, dan
biasanya berfungsi sebagai tempat rekreasi.

B. Ekologi
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan
sekitarnya. Ekologi yang paling ditekankan merupakan ekologi manusia, ilmu yang mempelajari mengenai
hubungan manusia dengan sumber materi dan pola sosial yang tercipta dari hubungan tersebut. Terdapat
komponen yang saling mempengaruhi dan tergantung dengan satu sama lain yaitu; manusia, daya dukung alam,
ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi, alam, dan sosial (Widigdo, 2021, Arsitektur & Ekologi). Ketergantungan
tersebut membentuk suatu sistem yang disebut ecological complex, yaitu hasil dari hubungan timbal balik yang
mencerminkan keadaan masyarakat terhadap alamnya.

C. Pemanasan Global dan perubahan iklim


Iklim Adalah kebiasaan dan karakter cuaca yang terjadi di suatu tempat atau daerah. Kurun waktu yang
menjadi acuan penentuan iklim rata-rata berdurasi 30 tahun. Termasuk di dalamnya adalah iklim Tropis Lembab,
iklim Tropis Kering, iklim Sedang, iklim Kutub, dsb.
a. Jenis iklim global, diidentifikasi berdasarkan:
1. Kedudukan bumi terhadap matahari
2. Posisi lintang
3. Posisi ketinggian
4. Distribusi daratan dan lautan
5. Peradaban manusia
b. Jenis iklim berdasarkan skala terjadinya
1. Iklim mikro, merupakan iklim dalam satu wilayah spesifik dalam satu area ukuran satuan
panjang satuan meter dan satuan waktu dengan ukuran menit
2. Iklim meso, merupakan iklim dalam ukuran panjang satuan kilometer dan ukuran waktu dalam
satuan jam atau beberapa jam
3. Iklim ruangan, merupakan iklim yang dibuat dalam ruangan tertutup dan terkontrol karena
karakter dan tujuan ruangnya
c. Jenis iklim berdasarkan ciri lingkungannya
1. Iklim benua, merupakan iklim yang memiliki daratan luas skala benua
2. Iklim Bahari, ditemukan di pulau-pulau yang kecil
3. Iklim Muson, ditentukan berdasarkan perubahan unsur-unsur iklim secara musiman
4. Iklim Mediteran, bercirikan pada musim panas, cuaca sangat cerah sedangkan pada musim
dingin, hujan sering terjadi.
5. Iklim Tundra, memiliki suhu yang sangat rendah, tetapi tidak tertutup salju.
6. Iklim Gunung, memiliki lingkungan yang semakin dingin dan bertekanan rendah pada wilayah
yang semakin tinggi.

7
Pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan Global adalah isu lingkungan hidup yang
mengakibatkan perubahan pada iklim global, berakhibat terhadap perubahan iklim secara meso dan mikro.
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim mulai menjadi perhatian pada saat PBB membentuk
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 1988. Pemanasan Global berkaitan dengan
fenomena Efek Rumah Kaca / Glass House Effect, Urban Heat Island (UHI), dan lubang pada lapisan Ozon.
Efek rumah kaca / Glass House Effect. Gelombang pendek infrared merupakan gelombang panas.
Gelombang pendek tersebut menembus kaca, memanaskan tanah, dan udara dalam rumah kaca. Gelombang
panjang infrared akan di pantulkan, dan keluar menembus kaca, sedangkan gelombang pendek infrared yang
di pantulkan tidak bisa menembus kaca, sehingga panas terjebak di dalam rumah kaca tersebut. Efek Rumah
Kaca / Glass House Effect diperlukan untuk menjaga suhu bumi. Tanpa ERK suhu bumi hanya -18 °C.
TETAPI, Efek Rumah Kaca yang berlebih menyebabkan Pemanasan Global.
Faktor efek rumah kaca. Penyebab efek rumah kaca adalah gas-gas rumah kaca yaitu gas-gas dalam
atmosfer yang menyerap gelombang panas. Gas rumah kaca yang terpenting adalah karbon dioksida (CO2).
Gas-gas rumah kaca lainnya:
a. Metana menghasilkan efek pemanasan 23x dari CO2
b. Dinitrogen Oksida menghasilkan efek pemanasan 300x dari CO2
c. CFC menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2
Penyebab efek rumah kaca:
a. (CO2) dari asap buangan kendaraan dan industri yang menggunakan bahan bakar fosil.
b. Metana (CH4) dihasilkan agrikultur dan peternakan.
c. Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk.
d. Gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC).

Dampak pemanasan global dan perubahan iklim.


Pengaruh cuaca:
a. Musim salju bisa singkat/hilang, salju menipis dan lebih cepat cair
b. Daerah tropis lembab semakin lembab karena lebih banyak penguapan.
c. Di suatu tempat banjir, di tempat lain kekeringan
d. Terjadinya angin tornado krn suhu di atas laut menyebabkan perbedaan tekanan yang ekstrim
e. Perubahan cuaca yang menjadi ekstrim
f. Pergeseran musim yang lebih cepat atau lebih lambat dari semestinya
g. Munculnya fenomena alam pada beberapa tempat dan waktu yang tidak semestinya, seperti hujan
asam, hujan es, ds
Pengaruh kenaikan permukaan laut:
a. Luas daratan berkurang, bahkan pulau-pulau kecil menghilang
b. Ketinggian air pasang meningkat dan mencapai daratan melalui muara sungai
c. Air di darat tercemar, menyebabkan kelangkaan air bersih.
d. Ekosistem pantai rusak, rawa pantai hilang dan terbentuk rawa baru
Pengaruh terhadap pertanian:
a. Menurunnya produktivitas pertanian, khususnya pada wilayah pantai akibat naiknya temperatur bumi

8
b. Terjadinya iklim ekstrim, akibat bencana kekeringan dan banjir yang silih berganti sehingga sektor
pertanian akan kehilangan produksi
c. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan ham

D. Iklim tropis dan kenyamanan


I. Iklim
a. Pengertian Iklim: Iklim merupakan daerah dengan kondisi suhu, kelembaban, angin, dan cahaya
tertentu yang dipengaruhi oleh letak geografisnya.
b. Tingkatan Iklim
- Iklim Makro (skala paling luas): benua, benua bagian, negara.
- Iklim Meso (skala sedang): negara bagian, kota.
- Iklim Mikro (skala kecil): bagian kota, kawasan, tapak, taman.
- Iklim Ruangan (skala terikat karena besar ruang): bagian dari bangunan, bagian dari taman.
- Iklim Mikro (skala sangat kecil): kanopi pohon, elemen-elemen landscape, bagian dari ruang.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Iklim
- Yang terutama: matahari, rotasi dan revolusi bumi (angin), perbedaan lintang geografi dan
lingkungan fisik.
- Yang sekunder: curah hujan, topografi, suhu udara, tekanan udara, kelembaban udara.
d. Faktor-Faktor Pembentuk Iklim
- Letak pada garis lintang
- Letak tinggi tempat dari permukaan laut
- Pengaruh luas daratan
- Lokasi daerah
- Suhu udara dan awan
- Kelembaban udara dan awan
- Jumlah curah hujan
- Pengaruh arus laut
- Panjang pendeknya musim
- Pengaruh topografi dan vegetasi
II. Iklim Tropis
a. Pengertian iklim tropis: Suatu daerah yang terletak di antara garis isoterm pada bumi bagian Utara dan
bagian Selatan, pada posisi 23,5 derajat lintang Utara dan 23,5 derajat lintang Selatan, terletak pada
garis khatulistiwa.
b. Ciri-ciri iklim tropis adalah:
- terletak di antara garis 23,5LU - 23,5LS
- Memiliki rata-rata temperatur udara yang tinggi
- Pergantian suhu tidak terlalu ekstrim
- Amplitudo suhu rata-rata tahunan kecil
- Cenderung memiliki tekanan udara rendah
- Penguapan air laut tinggi

9
- Memiliki curah hujan tinggi dan lebih lama
- Memiliki 2 musim
- Memiliki suhu udara sangat tinggi
c. Iklim tropis berdasarkan keadaannya juga dibagi menjadi 2, yaitu:
- Tropis kering: meliputi stepa, sabana kering, dan juga gurun pasir. (Memiliki wilayah dengan
kelembaban udara relatif rendah atau umumnya dibawah 50%; curah hujan yang rendah;
kondisi atmosfer jarang terjadi awan; perubahan suhu ekstrim; Arab Saudi bagian Selatan,
Oman, Uni Emirat Arab, dsb)
- Tropis lembab: meliputi hutan hujan tropis, sabana, serta daerah-daerah yang memiliki musim
basah. (Memiliki kelembaban udara yang relatif tinggi umunya diatas 90%; curah curah hujan
yang tinggi; kondisi atmosfer sebagian besar berawan; perubahan suhu tidak ekstrim)
III. Kenyamanan Manusia
a. Makna Kenyamanan Manusia
Kenyamanan Manusia adalah tingkat kenyamanan yang dianalisa berdasarkan manusia
sebagai subjeknya. Kenyamanan manusia dipengaruhi oleh kondisi sekitarnya, termasuk di
dalamnya adalah lingkungan alami, lingkungan buatan, elemen abiotik, elemen biotik dan kemampuan
manusia untuk berinteraksi pada lingkungan hidupnya.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Manusia
1. Suhu/panas
2. Pergerakan udara
3. Kelembaban
4. Radiasi matahari
c. Kenyamanan manusia akan suhu/ / panas
Manusia memiliki tingkat kenyamanan yang bervariasi terhadap suhu/panas lingkungan. Suhu
normal tubuh manusia adalah 37 °C (98,6 °F) dengan batasan suhu didalam tubuh manusia antara 35
– 40 °C ( 95 - 104 °F)Sensor suhu pada permukaan kulit manusia akan menjadi sensitif ketika suhu
sekitar mencapai 34°C.
Tubuh manusia menghasilkan panas yang diteruskan ke kulit dengan batas suhu 37°C. Lebih
dari 37°C, maka sisanya akan dilepaskan kelingkungan sekitar tubuh manusia untuk mencapai
keseimbangan panas tubuh. Untuk mencapai keseimbangan panas dalam tubuh manusia, suhu udara
disekitar manusia harus lebih rendah dari suhu permukaan kulit manusia (< 33,7 °C ).
Bila suhu manusia mencapai 40°C, maka manusia akan mengalami heat stroke/hyperthermia.
Pada suhu 41°C, manusia akan berhenti berkeringat dan mengalami koma dengan kemungkinan
terjadinya kerusakan pada otak. Pada suhu 42°C, normalnya manusia akan mati. Sedangkan, bila
suhu manusia berada pada suhu 35°C, manusia akan mengalami hipotermia. Maksimal manusia bisa
bertahan hingga suhu 25°C, setelah itu mati.
Ada beberapa cara panas dari lingkungan pindah ke tubuh manusia. Panas diterima
permukaan tubuh manusia dari lingkungan melalui :

1. Konduksi: bersinggungan dengan materi yang bersuhu lebih tinggi dari manusia
2. Konveksi: suhu udara disekitar tubuh lebih tinggi dari suhu tubuh.
10
3. Radiasi atau reradiasi dari matahari dan benda-benda yang memancarkan radiasi atau panas

Panas dari tubuh manusia juga bisa berpindah kepada lingkungan sekitarnya. Panas
dikeluarkan dari tubuh manusia ke lingkungan disekitarnya melalui kulit dan pernapasan dengan cara :

1. Konveksi: dipercepat bila ada udara yang bergerak disekitar tubuh.


2. Radiasi: pancaran panas dari tubuh manusia
3. Evaporasi: lebih cepat bila kelembaban udara rendah melalui keringat dan napas.
4. Konduksi: bersinggungan dengan sesuatu yang bersuhu lebih rendah

Pergerakan udara mempengaruhi kenyamanan manusia terhadap panas. Perbedaan antara


suhu pada permukaan kulit dan suhu udara di sekitarnya menimbulkan perpindahan panas secara
konveksi, dan pergerakan udara mempercepat perpindahan panas tersebut.
IV. Analisis Iklim
Analisis iklim bertujuan untuk membandingkan tuntutan kenyamanan manusia terhadap panas
sepanjang tahun, disebut sebagai bio-climatic analysis. Bio-climatic analysis merupakan strategi desain yang
peduli akan iklim, kenyamanan penghuni dan lingkungan disekitar manusia, disebut sebagai bio-climatic
design. Bio-climatic analisis membandingkan iklim dan kenyamanan panas menggunakan:
a. Bioclimatic chart
- Dibuat berdasarkan:
1. Manusia dengan kegiatan tetap
2. Berpakaian 1 stel
3. Beradaptasi pada kondisi di Inggris (16-22°C
- Daerah nyaman didefinisikan dengan:
1. Suhu udara kering (DBT)
2. Kelembaban relatif (RH)
3. Udara tenang
4. Tidak ada panas radiasi yang diterima/dilepas
- Perlu data sepanjang tahun terhadap:
1. Maksimum dan minimum suhu (DBT) rata-rata
2. Maksimum dan minimum kelembaban relatif (RH) rata-rata tiap bulannya.
Dimana nantinya DBT maks bertemu dengan RH min, dan DBT min bertemu dengan RH
maks membentuk sebuah garis pada bulan tersebut. Dari garis-garis tersebut dapat disimpulkan
apa yang dibutuhkan untuk mencapai kenyamanan termal.
b. Psychrometric chart
Psychrometric chart menampilkan faktor-faktor atmosfer, berupa:
- Suhu udara DBT dan WBT
- Kelembaban udara relatif (RH), jenuh (SH) dan mutlak (AH)
- Volume spesifik (Spv) dari uap air dalam udara
- Enthalpy (E), kandungan panas pada massa udara di atmosfer dibandingkan dengan kandungan
panas dalam udara kering pada suhu 0°C

11
BAB 3
PEMBAHASAN

Pembahasan (cakupan Asia) berupa :


A. Desain Bangunan yang Memperhatikan Lingkungan yang Bertujuan untuk Melestarikan Keanekaragaman
Suzlon One Earth, India

Fotografi: A. Ramprasad Naidu

Data Umum Bangunan


Nama Proyek : Suzlon One Earth Corporate Global Headquartera
Lokasi : Pune, India
Tipe Bangunan : Kampus Dua Lantai
Arsitek : Christopher Benninger
Luas : 45,392 m2
Kapasitas : 3000 orang
Tahun Proyek : 2009
Green Building Consultant : Environmental Design Solution, Tanmay Tathagat, Kavita Jain
Prime Contractor : Vascon Engineers Ltd., R. Vasudevan, Kumar Krishnan, Narendra Badave
Structural Design : Santhosh, Vastech
Interior Design : Space Matrix, Manish Banker, Tao Architects
Penghargaan : LEED Platinum, Teri Griha 5 Star

a. Energi
Suzlon One Earth memiliki pembangkit listrik on-site menggunakan energi terbarukan. Listrik yang
diproduksi on-site adalah 80% energi angin dan 20% energi fotovoltaik. Sebanyak 18 kincir angin dan 243
solar panel mampu menghasilkan sebesar 2,30,000 KWH per tahunnya. Karenanya, sebesar 8% dari
kebutuhan listrik tahunan bangunan ini terpenuhi dan berhasil menghemat sebanyak 11% biaya. Oleh sebab
itu, Suzlon One Earth termasuk kategori bangunan carbon neutral (bebas emisi karbon).

b. Efisiensi Air

12
Suzlon One Earth mempraktekkan keberlanjutan sumber daya air dengan sangat baik. Dengan
adanya on-site rainwater harvest, mereka dapat memaksimalkan sumber daya air yang ada untuk berbagai
kepentingan.
- Kebutuhan Air untuk Lansekap
Suzlon One Earth meminimalisir penggunaan air untuk lansekap dengan berbagai cara. Pemilihan
spesies yang ditanam, pemulsaan bagi kesuburan tanaman dan tanah, pengendalian hama, pengontrolan air
bekas, penggunaan air yang tidak dapat diminum, dan masih banyak cara lainnya.

- Penggunaan Air untuk Bangunan


Suzlon One Earth cukup berupaya untuk meminimalisir penggunaan air untuk kebutuhan bangunan.
Yang pertama, bangunan ini menggunakan dual flush toilet yang lebih hemat air bila dibandingkan dengan
single flush toilet karena pengguna dapat memilih seberapa banyak air yang dibutuhkan. Yang kedua,
bangunan ini menggunakan urinoir berbasis sensor yang menghemat pengeluaran air karena mesin otomatis
tersebut bisa mengukur seberapa air yang pas untuk digunakan. Dengan demikian, tidak akan ada pengguna
yang bisa menyiram urinoir secara berlebihan.
Selanjutnya, untuk plambing, Suzlon One Earth memanfaatkan Pressure Reducing Device dan Water
Conserving Shower Heads. Pressure Reducing Device atau dikenal juga dengan Pressure Regulating Valve
mengontrol tekanan air di dalam saluran pipa sehingga menghemat biaya pengeluaran air dengan mencegah
kerusakan pada plumbing karena tekanan tinggi. Sedangkan Water Conserving Shower Heads adalah kepala
keran yang meminimalisir jumlah air yang dikeluarkan.
- Penggunaan Air saat Proses Konstruksi
Tak hanya memikirkan pemakaian air setelah bangunan ini selesai terkonstruksi, namun mulai dari
pembangunan Suzlon One Earth penghematan air telah ada di benak para kontraktor. Di dalam proses
pembangunan, air digunakan secara efisien pada proses pembuatan beton hingga proses curing. Air daur
ulang juga dimanfaatkan untuk proses pemotongan keramik dan membersihkan batching plant.
Tabel dibawah ini menunjukkan bagaimana Suzlon One Earth menangani sumber daya air. Bila di
total, tingkat pendauran ulang air dalam setahunnya mencapai 58,33%.

13
Credit: Environmental Design Solutions Pvt Ltd. 2009

c. Material Bangunan
Secara keseluruhan, proyek bangunan ini menggunakan 80% material lokal, hampir 15% materialnya
mengandung bahan highly recycled, dan 10% menggunakan Rapidly Renewable Sources.
- Outdoor
Untuk bahan bangunan, Suzlon One Earth menggunakan beton ready-mix, yaitu beton yang
diproduksi melalui pengolahan formulasi khusus yang dilakukan di pabrik batch/batching plant. Beton
ready-mix ini mempunyai keunggulan terutama pada nilai keberlanjutannya, bila dibandingkan dengan beton
site-mix yang diolah di tempat pembangunan langsung oleh tenaga yang kurang profesional dibandingkan
dengan pabrik batch. Keunggulan beton ready-mix dilihat dari nilai keberlanjutannya adalah sebagai berikut:
● Ramah lingkungan : Pengolahan beton on-site (site-mix) dapat membahayakan lingkungan
oleh karena emisi debu ditambah dengan paparan panas matahari. Beton ready-mix
menghapus kemungkinan tersebut karena diproduksi di suatu tempat khusus oleh tenaga
profesional. Terlebih lagi, beton ready-mix mengurangi polusi suara yang timbul oleh proses
pengolahannya.
● Hemat pemakaian : Penanganan yang lebih profesional dan teknik pengolahan yang lebih
maju menghemat penggunaan semen hingga 10-12%. Proses pengolahan dengan takaran
dan cara yang fixed juga memastikan kualitas yang terjaga sehingga meminimalisir kegagalan
dalam pengolahan yang berakhir dibuang sia-sia.
Selain itu, sebanyak 15% dari penggunaan semen digantikan oleh bahan abu terbang, membuatnya
lebih ramah lingkungan karena semen merupakan bahan berbahaya. Sedangkan, abu terbang yang
merupakan sisa dari pembakaran batu bara pada pembangkit listrik tidak lagi dikategorikan sebagai limbah B3.
Pembangunan Suzlon One Earth juga mengadopsi metode konstruksi dengan teknologi yang energy-efficient.
Oleh karena itu, kontraktor berhasil menghemat penggunaan beton mencapai 47% dan baja sebesar 50%.
Gambar di kiri bawah menunjukkan penerapan teknologi/material rendah energi pada aplikasi
struktural. Sedangkan, gambar di kanan bawah merupakan penerapan teknologi/material rendah energi pada
aplikasi non-struktural

14
- Indoor
Interior pada bangunan ini menggunakan low-energy material, yaitu material yang diproduksi dengan
pemakaian energi dan emisi karbon yang rendah. Dengan menggunakan bahan daur ulang, rapidly renewable
materials (seperti bambu, kapas, dan bahan alami lainnya), low-emitting materials (bahan dengan rendah
VOC, yaitu zat kimia yang biasa ditemukan pada bahan bangunan yang berbahaya bagi kesehatan), dan juga
penggunaan bahan-bahan lokal/regional, Suzlon One Earth tak hanya menghemat biaya pengeluaran untuk
bahan-bahan bangunan mahal, namun juga menjaga kualitas hidup hayati dengan menggunakan material
yang tidak memancarkan bahan kimia dan meminimalisir emisi karbon dari kendaraan, dengan menggunakan
bahan lokal.

Credit: Environmental Design Solutions Pvt Ltd. 2009

d. Kualitas Pencahayaan dan Penghawaan dalam Ruang


Suzlon One Earth memaksimalkan
pemanfaatan cahaya matahari pada pagi dan siang hari.
Desain green architecture ini menyediakan 75% dari
bangunan dengan cahaya alami dan pemandangan
outdoor. Meskipun begitu, Suzlon One Earth
memastikan bahwa panas dari matahari tidak akan
mendominasi ruangan dalam bangunan dengan adanya
glazing, shading device, fasad, dan insulasi atap.

15
Tabel berikut menunjukkan persentase area dengan DF (Daylight Factor: perbandingan antara
iluminan di satu titik di dalam ruangan dengan titik di luar ruangan) >2.5%

Sedangkan untuk pencahayaan artifisial, Suzlon One Earth menggunakan lampu dengan sensor
otomatis yang bisa menyesuaikan intensitas cahaya dari 0%-100%, mengikuti kebutuhan cahaya yang
diperlukan. 90% dari lampu yang ada dipasang dengan Dimmable Ballast dan tersambung antara dengan
Occulux sensor, daylight sensor, atau Occuswitch sensor.

e. Penanganan Sampah
Suzlon One Earth juga mengkhawatirkan limbah yang dihasilkannya. Dari tahap pembangunan,
mereka meminimalisir limbah yang terproduksi dan menangani limbah yang dihasilkan juga. Dengan
pemilahan limbah hingga penampungan limbah, semua telah terorganisir. Suzlon One Earth juga menerapkan
zero waste policy atau peraturan bebas sampah. Hal ini mendorong aksi daur ulang dan mengajak
orang-orang untuk menjadi mindful akan limbah yang dihasilkan.

Secara menyeluruh, upaya Suzlon One Earth dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan
sumber daya sangat baik dan mendetail. Upaya tersebut terlihat dalam hampir segala aspek, mulai dari cara dan

16
pemilihan bahan pembangunan, produksi energi terbarukan, pemakaian energi dan sumber daya alam pada
bangunan, hingga pertanggungjawaban atas limbah yang dihasilkan.

B. Desain Lingkungan di Daerah Tropis


1. The Bamboo Playhouse, Kuala Lumpur, Malaysia

The Bamboo Playhouse merupakan bangunan karya


Arsitek Eleena Jamil. Bamboo Playhouse adalah paviliun
publik yang terletak di taman tertua dan bisa dibilang
paling indah di Kuala Lumpur. Taman ini terletak pada
jantung kota itu sendiri dan sangat terkenal di antara
kalangan wisatawan maupun penduduk setempat. Paviliun
itu sendiri terletak di sebuah pulau kecil di sebuah danau
besar yang membentang melalui pusat taman.

Playhouse adalah struktur terbuka dengan platform persegi yang ditinggikan yang ditetapkan pada berbagai
tingkatan. Struktur ini pada dasarnya adalah tempat penampungan berdiri bebas yang dapat digunakan secara bebas
oleh siapa saja di masyarakat sebagai tempat untuk beristirahat. Keunikan bangunan ini terdapat pada tiga puluh satu
dek persegi identik yang terletak di berbagai ketinggian yang tampaknya acak, menciptakan pemandangan lantai tiga
dimensi yang menyenangkan. Di atas tingkat lantai adalah struktur modular berulang yang seluruhnya terbuat dari
bambu. Dari tengah setiap dek, kolom seperti pohon naik untuk mendukung atap. 'Rumah pohon', dalam bentuk
keranjang bambu, digantung di kolom dan mereka menambahkan elemen 'main-main' lain ke paviliun.

Poin parameter pada bangunan ini terdapat pada material utama-nya sendiri yaitu bambu, dimana bambu
sendiri cocok digunakan dalam arsitektur tropis dikarenakan warna material-nya yang tidak mencolok dan menyatu
dengan alam. Bambu juga merupakan material yang sustainable dimana ia tidak memberikan dampak negatif pada
alam sekitarnya tetapi dia dapat memberikan struktur yang kuat terhadap bangunan itu sendiri termasuk tahan

17
gempa. Selain itu dengan desain yang terbuka seperti ini, bangunan ini dapat memanfaatkan udara luar sebagai
sirkulasi udara-nya.

2. Tropical Pavilions, Australia

Tropical Pavilions didesain sesuai dengan iklim di Australia yaitu tropis, dengan potensi siklon sehingga
daya tahan dan kekuatan menjadi prioritas. Desain ini mengoptimalkan suasana di sekitarnya dengan cara
meminimalkan penggunaan bahan dan memanfaatkan cahaya dan ventilasi alami. Kayu adalah material utama
yang digunakan untuk karbon rendah. Hidup tanpa AC di daerah tropis memang membutuhkan bangunan terbuka
dengan ventilasi alami.

Kelebihan bangunan ini terdapat


pada ruang terbuka-nya yang sangat
luas, dengan begitu akan ada
sirkulasi udara dan cahaya alami.
Poin parameter bangunan ini-pun
juga terletak pada kelebihan
bangunan itu sendiri dimana
bangunan tersebut menggunakan material utama kayu. Dengan menggunakan kayu sebagai material utama,
hunian ini akan lebih terasa menyatu dengan alam di sekitarnya. Selain itu bangunan ini juga memiliki atap
miring, dimana atap miring cocok diterapkan pada bangunan untuk iklim tropis karena akan lebih tahan cuaca
apalagi hujan.
Bukaan yang terdapat pada bangunan ini juga berguna untuk sirkulasi udara dan cahaya yang luas pada
bangunan ini, dengan begitu tidak akan boros daya untuk menggunakan AC ataupun lampu yang berlebihan.

18
3. Green Village, Bali

Green village Bali terletak di Sungai Ayung dikelilingi oleh hutan Bali yang rimbun. Setiap vila dan
rumah mewah di Green Village ini dibangun dengan hampir seluruhnya dari bambu, dirancang khusus oleh tim
arsitektur IBUKU dan dibangun dengan tangan. Struktur yang indah ini menunjukkan bagaimana bambu dapat
dikombinasikan dengan material lainnya untuk menciptakan suasana yang nyaman dan sejuk layaknya
wilayah tropis.

Salah satu bangunan yang akan kita bahas kali ini adalah CACAO HOUSE pada Green Village. Cacao
House adalah rumah bambu 3 lantai dengan furnitur campuran dari bambu dan material lainnya seperti kayu,
dibangun di dalam kebun kakao dan dikelilingi oleh taman permakultur.
Kelebihan bangunan ini juga hampir sama persis seperti bangunan sebelumnya dimana ia terbuka
lebar di segala sisi untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya dengan maksimal dengan begitu dapat
menghemat energi. Poin parameter pada bangunan ini terletak pada penggabungan material-material dimana
ia menggunakan material bambu sebagai utama, dan kayu, batu, kuningan, dll, sebagai pendukung-nya
seperti untuk perabotan. Material-material yang dipilih juga tidak mencolok warnanya untuk menjaga kesatuan
bangunan ini dengan alam di sekitarnya.

19
BAB 4
KESIMPULAN

Pelajaran yang dapat dipetik dari contoh-contoh yang telah dipaparkan di atas adalah bahwa
sustainability dalam arsitektur tidak bisa dinilai hanya semata-mata dari desainnya yang terlihat hijau. Namun, yang
menilai suatu bangunan sustainable adalah seberapa besar emisi gas serta efisiensi energi dan sumber daya alam
oleh bangunan tersebut yang ditentukan dari pemilihan material, desain, dan penanganan energi dan sumber daya
yang ada termasuk limbah yang dihasilkan. Suzlon One Earth telah menjadi contoh yang baik sebagai bangunan
yang menjaga kelestarian alam, terutama keunikannya yaitu menggunakan energi terbarukan on-site yang sangat
menunjang keberlanjutan, karena meminimalisir bahkan menghapus emisi gas karbon. Cara tersebut bisa dicontoh
untuk bangunan-bangunan lain untuk lebih mengurangi emisi gas karbon yang ada. Dengan demikian,
permasalahan global warming dapat lebih cepat teratasi.

Untuk bangunan daerah tropis, kami dapat memetik kesimpulan bahwa arsitektur bangunan tropis
biasanya menggunakan material-material yang tidak mencolok warnanya atau warna netral dan alami seperti
bambu, kayu, atau batu, sehingga dapat menyatu dengan alam sekitar untuk menciptakan suasana yang rukun
dengan alam. Dengan begitu kesan tropis dapat muncul pada bangunan-bangunan yang menggunakan material
seperti bambu maupun kayu. Arsitektur pada bangunan tropis juga cenderung memanfaatkan bukaan yang lebar
pada bangunan untuk memanfaatkan sirkulasi udara dan cahaya dari luar sehingga dapat menghemat energi listrik
pada bangunan. Dengan begini dapat dikatakan bahwa arsitektur tropis juga merupakan sustainable building.

Bangunan tropis dapat kita sebut juga sebagai sustainable building karena kemampuannya untuk
menjaga dan tidak merusak lingkungan sekitar, melainkan memanfaatkannya dengan maksimal dan optimal. Dan
dari bangunan tropis di atas kita juga tahu bahwa sustainable building bukan masalah hijau atau tidaknya warna
bangunan, melainkan bagaimana bangunan tersebut membawa dampak bagus pada lingkungan sekitarnya atau
setidaknya tidak merugikan lingkungannya. Terlihat di atas bahwa bangunan tropis tidak menggunakan
bahan-bahan yang berwarna hijau pada bangunan mereka tetapi mereka tetap dapat menyatu dan tidak merusak
alam di sekitar bangunannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Green Village Bali: Home. Retrieved December 10, 2021, from https://greenvillagebali.com/

D, R. (2021, February 26). Sisi Buruk Arsitektur Hijau di Perkotaan. detikNews. Retrieved December 10,

2021, from https://news.detik.com/kolom/d-5470093/sisi-buruk-arsitektur-hijau-di-perkotaan

Dewi, I. R. (2021, January 31). Suhu Bumi saat Ini Berada di Titik Terpanas dalam 12.000 Tahun. iNews.

Retrieved December 10, 2021, from

https://www.inews.id/techno/sains/suhu-bumi-saat-ini-berada-di-titik-terpanas-dalam-12000-tahun

Gallery of The Bamboo Playhouse / Eleena Jamil Architect - 1. (n.d.). ArchDaily. Retrieved December 10,

2021, from

https://www.archdaily.com/777325/the-bamboo-playhouse-eleena-jamil-architect/564b43a8e58ece8c420000b4

-the-bamboo-playhouse-eleena-jamil-architect-photo

Indoprecast. (2020, September 17). Definisi Ready Mix Concrete - Sebagai Pemahaman Dalam

Pengecoran. Beton precast. Retrieved December 10, 2021, from

https://indoprecast.com/pemahaman-ready-mix-concrete-sebagai-pertimbangan-pengecoran/

Nieuwoudt, M. (2021, January 14). Tropical Pavilions. Sustainable House Day. Retrieved December 10,

2021, from https://sustainablehouseday.com/listing/tropical-pavilions/

Ramaiaha, R. (n.d.). Suzlon One Earth Global Corporate Headquarters | Christopher Charles Benninger

Architects. Archello. Retrieved December 10, 2021, from

https://archello.com/project/suzlon-one-earth-global-corporate-headquarters

Susanti, S. (2020, December 18). Kerusakan Lingkungan Akibat Pembangunan Gedung Capai Rekor

Tertinggi. Okezone News. Retrieved December 10, 2021, from

https://news.okezone.com/read/2020/12/17/18/2329577/kerusakan-lingkungan-akibat-pembangunan-gedung-c

apai-rekor-tertinggi

Suzlon One Earth Global Corporate Headquarters / Christopher Benninger. (2014, January 14). ArchDaily.

Retrieved December 10, 2021, from

https://www.archdaily.com/466958/suzlon-one-earth-global-corporate-headquarters-christopher-benninger

21

Anda mungkin juga menyukai