Anda di halaman 1dari 3

MATERI NOVEL

(BAGIAN 3)

D. Unsur Kebahasaan Novel


Pengarang sering melukiskan sesuatu untuk menggambarkan tokoh, watak tokoh, dan suasana
latar belakang cerita. Hal tersebut dapat ditemukan dalam bentuk majas/ gaya bahasa. Gaya bahasa
adalah sarana yang digunakan pengarang untuk mencapai keindahan dalam karya sastra, termasuk
novel.
Gaya bahasa dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu gaya bahasa perbandingan,
perulangan, pertautan, pertentangan, dan penegasan.
1. Gaya Bahasa Perbandingan
Gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata dalam bentuk
perbandingan untuk meningkatkan kesan terhadap pendengar atau pembaca.
Macam-macam gaya bahasa perbandingan
a. Metonomia
Penamaan terhadap suatu benda dengan menggunakan nama yang sudah terkenal atau melekat
pada suatu benda tersebut.
Contoh:
Ayah pergi ke Surabaya naik garuda.
b. Personifikasi
Gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak
bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
Contoh:
Daun nyiur melambai-lambai.
c. Perumpamaan
Gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berlainan, tetapi dianggap sama.
Contoh:
Hari-hariku tanpamu seperti buku tanpa halaman.
d. Metafora
Gaya bahasa yang membandingkan secara implisit yang tersusun singkat, padat, dan rapi.
Contoh:
Roni menjadi tulang punggung keluarga.
e. Simile
Perbandingan bersifat eksplisit atau langsung menyatakan sesuatu sama dengan yang lain.
Kepiting batu cocok untuk menggambarkan sifat kikirnya.
2. Gaya Bahasa Perulangan
Gaya bahasa perulangan adalah gaya bahasa yang mengulang kata demi kata, baik di bagian
depan, tengah, maupun akhir sebuah kalimat.
Macam-macam gaya bahasa perulangan
a. Aliterasi
Gaya bahasa yang mengulang kata pertama yang diulang lagi pada kata berikutnya.
Contoh:
Malam kelam suram membuat hatiku semakin suram.
b. Anafora
Repetisi yang berwujud pengulangan kata pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya.
Contoh:
Kita tidak boleh lengah, kita tidak boleh kalah. Kita harus tetap semangat.
3. Gaya Bahasa Pertautan
Gaya bahasa pertautan atau ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan
makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian karta-katanya.
Macam-macam gaya bahasa pertautan
a. Sinisme
Gaya bahasa sebagai suatu sindiran berbentuk kesangsian yang mengandung ejean terhadap
keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh:
Tidak usah kau perdengarkan suaramu yang merdu dan memecahkan telinga itu.
b. Ironi
Gaya bahasa yang berupa sindiran halus berupa pernyataan yang maknanya bertentangan
dengan makna sebenarnya.
Contoh:
Anda datang ketika rapat sudah akan berakhir. Jadi, silakan tutup pintunya dari luar.
c. Sarkasme
Suatu acuan yang lebih kasar dari ironi yang mengandung kepahitan dan celaan getir.
Contoh:
Mulutmu berbisa bagai mulut ular kobra.
d. Satire
Gaya bahasa yang berbentuk ungkapan dengan maksud menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh:
Sekilas tampangnya seperti anak berandal, tetapi kita jangan langsung menuduhnya, jangan
melihat dari penampilan luarnya saja.
4. Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-
kata yang ada.
Macam-macam gaya bahasa pertentangan
a. Hiperbola
Gaya bahasa yang mengandung pernyataan berlebihan dari kenyataan.
b. Litotes
Gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikurangi (dikecilkan dari makna sebenarnya).
Contoh:
Mampirlah ke gubug saya.
gubug = rumah
c. Paradoks
Gaya bahasa yang kata-katanya mengandung pertentangan dengan fakta yang ada.
Contoh:
Saya tidak akan bahagia jika mendapat hadiah satu miliar
d. Antitesis
Gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan dengan menggunakan kata-
kata atau keompok kata yang berlawanan.
Contoh:
Suka duka akan kita lalui bersama.
5. Gaya Bahasa Penegasan
Gaya bahasa penegasan adalah gaya bahasa yang mengulang kata-kata tertentu dalam satu
baris kalimat.
Macam-macam gaya bahasa penegasan
a. Paralelisme
Gaya bahasa yang berusaha mengulang kata atau yang menduduki fungsi gramatikal sama untuk
mencapai suatu kesejajaran.
Contoh:
Hidup adalah perjuangan, hidup adalah persaingan, hidup adalah hal yang harus kita jalani.
b. Epifora
Pengulangan kata pada akhir kalimat atau di tengah kalimat.
Contoh:
Aku merindu kasihmu. Aku mendamba kasihmu.
c. Erotesis
Semacam pertanyaan yang digunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan mencapai efek
lebih mendalam, penekanan wajar dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban.
Contoh:
Dimana hatimu ketika melihat anak-anak kelaparan dan sengsara?
d. Klimaks
Gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran. Makna gagasan atau pikiran tersebut
semakin meningkat dari gagasan sebelumnya.
Contoh:
Generasi muda harus menyediakan, mencurahkan, dan mengorbankan jiwa raganya kepada
bangsa.
e. Repetisi
Perulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang nyata.
Contoh:
Merdeka, merdeka, sekali merdeka tetap merdeka.
f. Antiklimaks
Gaya bahasa yang gagasan-gagasannya diurutkan dari terpenting berturut-turut ke gagasan
kurang penting.
Contoh:
Bukan hanya kepala sekolah dan guru yang mengumpulkan dana untuk korban kerusuhan, para
siswa pun ikut menyumbang semampu mereka.

Anda mungkin juga menyukai