Anda di halaman 1dari 4

Majas atau gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan

memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang
lebih umum. Majas adalah bahasa kiasan yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan
menimbulkan konotasi tertentu. Majas dapat dimanfaatkan oleh para pembaca atau penulis untuk
menjelaskan gagasan mereka (Tarigan, 1985).

Berikut ini adalah beberapa pengertian majas dari beberapa sumber:

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 (2005), Gaya bahasa atau majas merupakan
pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyatakan pikiran dan
perasaan baik secara lisan maupun tertulis.

Menurut Nurgiyantoro (1998:297), Majas merupakan teknik pengungkapan bahasa, penggaya bahasan
yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata yang mendukung, melainkan pada makna
yang ditambah, makna yang tersirat.

Menurut Laksmi Wijaya (2012:132), Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang
dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pemikiran dari pengarang.

Fungsi Majas

Penggunaan majas dalam sebuah karya sastra untuk menciptakan efek yang lebih kaya, lebih efektif, dan
lebih sugestif dalam karya sastra. Menurut Djoko (2010:62), majas menyebabkan karya sastra menjadi
menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, lebih hidup, dan menimbulkan kejelasan gambaran angan.

Majas secara umum berfungsi untuk (Waluyo, 1995:83):

Menghasilkan kesenangan imajinatif.

Menghasilkan imaji tambahan sehingga hal-hal yang abstrak menjadi kongkrit dan menjadi dapat
dinikmati pembaca.

Menambah intensitas perasaan pengarang dalam menyampaikan makna dan sikapnya.

Mengkonsentrasikan makna yang hendak di sampaikan dan cara-cara menyampaikan sesuatu dengan
bahasa yang singkat.

Jenis-jenis Majas

Majas atau gaya bahasa memiliki beragam jenis. Secara umum terbagi menjadi empat kategori, yaitu:
Majas Perbandingan, Majas Penegasan, Majas Pertentangan dan Majas Sindiran. Menurut Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (2007), berikut adalah penjelasan masing-masing
majas tersebut
Majas Penegasan

Majas penegasan adalah majas yang digunakan untuk menekankan sebuah hal agar tampak lebih tegas
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bagi pendengar atau pembacanya. Berikut ini jenis majas
penegasan beserta contohnya.

1. Majas Pleonasme Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk memperjelas maksud dengan menggunakan
kata berulang dan maknanya sudah dikandung oleh kata yang mendahului. Contoh: Burung itu sudah
naik ke atas kemudian turun ke bawah lagi.

2. Majas Hiperbola Adalah gaya bahasa yang dipakai untuk melukiskan keadaan secara berlebihan
Contoh: Anak tiu berlari sangat cepat bagai kilat

3. Majas Litotes Dipakai untuk melukiskan hal sekecil-kecilnya utnuk merendahkan diri. Contoh:
Terimalah pemberianku yang tidak berharga ini.

4. Majas Repetisi Adalah gaya bahasa mengulang kata-kata tertentu beberapa kali. Gaya ini sering
digunakan dalam berpidato.

Contoh: a. Jangan ragu-ragu Saudara, selama matahari masih beredar, selama bulan masih bersinar dan
selama hayat masih dikandung badan saya akan memperjuangkan hak rakyat.

b. Engkaulah satu-satunya yang kunantikan

c. Bapaklah manusia yang membuatku bisa sampai seperti ini

d. Mari kawan semua, kita sambut revolusioner bangsa kita

5. Majas Klimaks Adalah gaya bahasa yang menggunakan sesuatu secara berturut-turut makin lama
makin memuncak.

Contoh: a. Jangankan seratus ribu, lima ratus ribu atau satu juta, satu miliar pun kalau dijual akan aku
beli.

b. Ditoko kami menjual barang-barang fashion mulai dari 5.000, 10.000 hingga milyaran.

Majas Perbandingan

merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan suatu objek
dengan objek lain melalui proses penyamaan, pelebihan, ataupun penggantian. Dalam majas
perbandingan, teman-teman akan menjumpai beberapa subjenisnya.

1.Majas Metafora Adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain secara
langsung. Contoh: Usahanya bangkrut karena memiliki hutang dengan lintah darat.

2. Majas Personifikasi Adalah gaya bahasa yang melukiskan benda mati yang diungkapka seperti
manusia. Contoh: Angin malam telah melarang aku ke luar.
3. Majas Tropen Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang tepat dan sejajar dengan
pengertian yang dimaksud. Contoh: Dia telah terbang menggunakan pesawat Garuda, maka jangan
biarkan dirimu hanyut dalam kesediahan.

4. Majas Metonimia Adalah gaya bahsa yang menggunakan benda yang dimaksud dengana sebuah nama
(merek dagang). Contoh: Belikan saya sebungkus Gudang Garam di warung.

5. Majas Sinekdoke Gaya bahasa ini terdiri atas dua macam yaitu: a. Pars Prototo : menyebutkan
sebagian untuk menyatakan keseluruhan.

Contoh: Sejak tadi tidak kelihatan batang hidungnya, ke mana?

Majas Sindiran

Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun
perilaku dan kondisi. Jenis ini terbagi menjadi tiga subjenis, yaitu sebagai berikut.

1. Majas Ironi Adalah gaya bahasa sindiran yang paling halus. Kadang yang disindir sampai tidak
terasa.Gaya bahasa ini dipakai dengan cara menggunakan kata-kata yang mengandung arti kebalikan
yang dimaksud. Contoh: a. Manis sekali kopi yang kau buat (maksudnya sangat pahit) b. Pagi benar kau
datang. Jauh ya?

2. Majas Sinisme Adalah gaya bahasa sindiran yang agak kasar. Contoh: Dengan jarang mengikuti
pelajaran, semog kau lulus dengan nilai terbaik.

3. Majas Sarkasme Adalah gaya bahasa sindiran yang paling kasar sehingga sangat menyakitkan hati bagi
orang yang disindir. Contoh: Hai, penjilat! Belum puas kau merampas hak orang lain!

4. Majas Alusio Adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan peribahasa/ungkapan yang sudah lazim.
Contoh: Anda ini senang kura-kura dalam perahu, bukanlah sudah gaharu cendana pula. (pura-pura tidak
tahu, bertanya pula).

5. Majas Satire Majas Satire adalah salah satu majas sindiran yang serupa dengan sarkasme. Majas
sindiran ini menggunakan gaya bahasa sindiran agar bertujuan menimbulkan makna tersirat kepada yang
dituju. Contoh: a. Kopi ini begitu manis sekali, sampai-sampai seperti malam yang gelap gulita. b. Itutu si
gendhis, dia tu kalau ngomong tu cantik banget, masak bisa-bisanya aku dikatakan wanita galak di depan
ibu-ibu komplek. c. Rumahnya kayak istana sultan lhoo.. masak air saja harus ambil di belakang rumah.

Majas Pertentangan

Majas pertentangan merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata-kata kias yang bertentangan
dengan maksud asli yang penulis curahkan dalam kalimat tersebut. Jenis ini dapat dibagi menjadi
beberapa subjenis, yakni sebagai berikut.
1.Majas Paradoks Adalah gaya bahasa pertentangan yang di dalamnya jika diteliti ternyata tidak ada
pertentangan, sebab pokok pembicaraan sudah berlainan. Contoh: a) Orang itu sangat kaya di daerah ini,
tetapi sangat miskin di hadapan Tuhan. b) Setelah ditinggal pergi anaknya, ibu itu merasa sepi hidup di
kota yang ramai ini.

2. Majas Antitesis Adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan artinya.
Contoh: Sedih-gembira, berat-ringan harus kita hadapai dengan bersera kepada Allah SWT.

3. Majas Hiperbola Majas Hiperbola adalah gaya bahasa dengan model melebih-lebihkan daripada
kenyataan atau bahasa kekinian adalah lebay, sehingga memberikan kesan tertentu bagi yang membaca
atau mendengarnya. Contoh majas hiperbola: a. Mulutnya begitu berbisa sehingga membuatku tak
sadarkan diri. b. Wajahnya benar-benar mengalihkan duniaku

4. Majas Litotes Majas litotes adalah gaya bahasa kebalikan dari majas hiperbola atau majas yang
terkesan merendahkan perumpamaan agar memberikan kesan santun atau merendah. Contoh dari
majas litotes: a.Minumlah air putih ini seadanya. b. Janganlah mengandalkan orang tidak tau apa apa
seperti saya ini.

5. Majas Oksimoron Majas Oksimoron adalah bagian dari majas pertentangan yang menggunakan gaya
bahasa seperti majas paradoks, hanya saja gaya bahasa dalam majas oksimoron menggunakan kata-kata
yang berlawanan dalam satu kata. Contoh: a. Kita akan selalu bersama sayangku, dalam keadaan suka
maupun duka. b. Ayah adalah sosok yang tidak akan tergantikan, beliau selalu berusaha bahagia
sekalipun sedang dalam keadaan susah dalam mendidik kami. c. Dalam keadaan senang maupun susah,
kita harus selalu bersyukur pada-Nya.

Anda mungkin juga menyukai