Anda di halaman 1dari 6

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Lantas ada berapa gaya
bahasa dalam bahasa Indonesia?
Dikutip dari buku "Mengenal Gaya Bahasa dan Peribahasa" oleh Arni Susanti Oktavia, gaya
bahasa juga diartikan sebagai pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam
bertutur atau menulis.

Biasanya, pemakaian ragam bahasa tertentu digunakan untuk memperoleh efek-efek tertentu.
Seperti menggunakan keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra atau memiliki
cara khas menyatakan pikiran dan perasaan yang indah.

Secara umum, gaya bahasa yang baik setidaknya mengandung tiga unsur yakni kejujuran,
sopan santun, dan menarik.

Gaya bahasa juga memiliki hubungan erat timbal-balik dengan kosakata. Semakin kaya
kosakata seseorang, semakin beragam pula gaya bahasa yang dipakai.

Gaya bahasa juga kerap disebut dengan istilah majas. Berdasarkan buku Bahasa Indonesia
Kelas XII oleh Dra Yustinah; buku Bahasa Indonesia oleh Nani Darmayanti; dan buku Apresiasi
Puisi oleh Zherry Putria Yanti, gaya bahasa dibagi menjadi empat kelompok, yaitu
perbandingan, pertentangan, pertautan dan penegasan.

Macam-Macam Gaya Bahasa:


Gaya Bahasa Perbandingan
1. Asosiasi atau Perumpaan

Membandingkan dua hal yang hakikatnya lain dan sengaja dianggap sama. Gaya bahasa ini
sering menggunakan kata seumpama, seperti, bagai, bagaikan, dan laksana.

Contoh:
- Mukanya pucat bagai bulan kesiangan. (Artinya, bulan yang masih tampak ketika matahari
sudah terbit, warna kuning pucat, menimbulkan asosiasi terhadap muka yang dilukiskan).
- Bagaikan mencari jarum dalam tumpukan jerami
- Semangatnya keras bagai baja.

2. Metafora

Gaya bahasa yang digunakan untuk membandingkan perbandingan baik secara fisik, sifat,
benda, maupun ide.

Contoh:
- Dia dianggap anak emas oleh majikannya.
- Gelombang demonstrasi melanda pemerintahan Orde Baru.
- Perpustakaan adalah gudang ilmu.
3. Personifikasi

Gaya bahasa yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa dan seolah olah
membuatnya memiliki sifat hidup.

Contoh:
- Kupu-kupu aneka warna menari-nari mengitar bunga yang sedang mekar
- Bulan tersenyum menyaksikan kebahagiaan kedua mempelai.

4. Alegori

Gaya bahasa yang umumnya digunakan untuk membangun cerita yang rumit dengan maksud
terselubung. Di dalamnya kerap mengandung sifat moral dan spiritual.

Contoh:
Seorang guru adalah nahkoda bagi murid-muridnya. Ketika sang nahkoda tepat jalur, maka
kemudi pun akan tenang-tenang saja.

5. Koreksio

Gaya bahasa yang terwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa
dan memperbaiki mana yang salah.

Contoh:
Bapak Kepala Dinas baru saja datang dari Sumatera Selatan, maaf bukan, dari Sulawesi
Selatan.

Gaya Bahasa Pertentangan


1. Hiperbola

Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata berlebihan, padahal maknanya biasa-biasa saja.

Contoh:
- Bandung dilanda musibah akibat sampah yang menggunung.
- Teriakannya menggelegar membelah angkasa.
- Keringatnya menganak sungai.

2. Litotes

Gaya bahasa yang di dalam pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan
bentuk yang negatif. Atau bisa juga diartikan sebagai suatu cara mengemukakan sesuatu
dengan maksud merendahkan diri.

Contoh:
- Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
- Jakarta sama sekali bukanlah kota kecil dan sepi.
- Jika anda tidak berkeberatan, silahkan datang ke gubuk saya!

3. Ironi

Gaya bahasa yang mengatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk memberikan
sindiran atau berolok-olok.

Contoh:
- Suaramu merdu seperti kaset kusut.
- Aduh bersihnya kamar ini, pakaian dan kertas-kertas berhamburan di mana-mana.
- Wah, pintar memang kamu, mengerjakan soal semudah itu tidak ada satu pun yang betul.

4. Paradoks

Gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta dengan fakta-
fakta yang ada.

Contoh:
- Dia kaya, tapi miskin. (maksudnya: kaya harta misalnya, tapi miskin ilmu)
- Gajinya besar, tetapi hidupnya melarat. (maksud: uang cukup, tetapi jiwa menderita karena
suatu yang dialami dalam hidupnya)

Gaya Bahasa Pertautan


1. Metonimia

Gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang bertautkan dengan nama orang,
barang, atau hal sebagai penggantinya.

Contoh:
- Ia sedang menikmati secangkir kapal api setiap pagi (merek kopi).
- Ayah baru membeli sebuah kijang (merk mobil).
- Dani mencuci dengan rinso (merk deterjen).

2. Sinekdoke

Gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan
atau sebaliknya. Gaya bahasa sinekdoke terdiri dari dua bentuk, yaitu:

a. Pars Pro Toto, yakni menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.

Contoh:
- Kenapa ia belum kelihatan batang hidungnya?
- Per kepala mendapat Rp 300.000

b. Totem Pro Parte, yakni menyebutkan sebagian untuk keseluruhan untuk sebagian.

Contoh:
- Indonesia akan memilih idolanya malam ini.
- Dalam pertandingan final bulu tangkis RT 3 melawan RT 7.

3. Alusio

Gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan
anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta
adanya kemampuan para pembaca untuk mendapatkan pengacuan itu.

Contoh: Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan.

4. Eufemisme

Gaya bahasa yang menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan kesopanan


(menghaluskan).

Contoh:
- Ditangkap = diamankan
- Bodoh = kurang pandai
- Sengsara = prasejahtera
- Cacat tuli = tuna rungu

Gaya Bahasa Penegasan


1. Aliterasi

Gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Gaya ini umum digunakan
dalam puisi, prosa untuk sebuah kiasan atau penekanan.

Berikut contoh puisi dengan gaya bahasa aliterasi:

Dara damba daku


Datang dari danau
Duga dua duka
Diam di diriku

Kalau kanda kala kacau


Biar bibir biduan bicara
Inilah indahnya impian
Insan ingkar ingkar
Tangan tangguh tadahkan tangguk
Tangan tangguh tanami tanah tambun

Adakah ajal aka naib


Andai aku ajak anak
Sayang sesama
Sayang segala?
2. Asonansi

Gaya bahasa yang berwujud perulangan vokal yang sama. Gaya ini banyak dipakai juga dalam
puisi maupun prosa untuk memperoleh efek penekanan atau menempatkan keindahan.

Contoh:
Kura-kura dalam perahu
Sudah gaharu cendana pula
Pura-pura tidak tahu

3. Antanaklasis

Gaya bahasa yang mengandung pengulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.

Contoh:
Kalau saya pulang dari luar kota, saya selalu membawa buah tangan untuk kedua buah hati
saya.

4. Tautotes

Gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah
konstruksi.

Contoh:
Kakanda mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda dan adinda saling mencintai,
adinda dan kakanda menjadi satu.

5. Klimaks

Gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat
kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya.

Contoh:
- Bukan hanya seratus, beribu, malah berjuta orang yang telah menderita akibat peperangan.
- Dari kecil sampai dewasa, malah sampai setua ini engkau belajar, tapi tak juga pandai-
pandai?

6. Antiklimaks

Gaya bahasa yang mengandung gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke
gagasan yang kurang penting.

Contoh:
- Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, dan kini anaknya semuanya tak ada yang luput dari penyakit
keturunan itu.
- Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubug-gubug semuanya mengibarkan Sang Saka Merah
Putih pada hari ulang tahun kemerdekaan itu
7. Retoris

Gaya bahasa yang menggunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban.
Namun, sering kali kalimat retoris digunakan untuk menyatakan kesangsian atau bersifat
mengejek.

Contoh:
- Mana mungkin orang mati hidup kembali?
- Inikah yang kau namai bekerja? (maksudnya, mengarah ke hasil pekerjaan yang tidak puas).

Anda mungkin juga menyukai