Anda di halaman 1dari 28

Unsur kebahasaan

novel

Oleh

Elfiah, M.Pd.
Kompetensi Dasar

3.9 Menganalisis isi (unsur-


unsur intrinsik) dan
kebahasaan novel.
Unsur Kebahasaan Novel :
• Majas
• Ungkapan
• Peribahasa
Pengertian Majas
▫ Majas adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk
meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan dan
membandingkan suatu benda dengan hal lain .
(Dale : 1971)
▫ Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan
kepribadian penulis. (Keraf : 1985)
▫ Majas adalah pemakaian kata berjiwa dan segar untuk
menghidupkan cerita sehingga menarik perhatian
pembaca.
I. Majas Perbandingan
1. Perumpamaan (Simile)

adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan,


tetapi sengaja dianggap sama. Biasanya digunakan pemakaian
kata seperti : sebagai, seperti, ibarat, umpama, bak, laksana,
dll.
Contoh : - Mukanya pucat bagaikan bulan
kesiangan.
- Pendiriannya kuat laksana karang
di lautan.
2. Metafora
adalah pemakaian kata-kata konotasi/
lukisan berdasarkan perbandingan/
persamaan dua hal yang berbeda.
Perbandingan bersifat implisit, tanpa kata
pembanding seperti : bagaikan, laksana,
ibarat, dll.
Contoh : - Dia anak emas pamanku.
- Ratu malam bersembunyi di
balik awan.
3. Personifikasi atau Penginsanan
adalah gaya bahasa yang menggunakan sifat-
sifat insani pada barang yang tidak bernyawa
(mengumpamakan sesuatu seperti manusia)

Contoh :
- Cuaca hari ini sangat bersahabat.
- Burung bernyanyi menyambut mentari pagi.
4. Pleonasme
adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata-kata mubazir.
Contoh :
- Saya menyaksikan kecelakaan itu
dengan mata kepala saya sendiri.
- Orang yang meninggal itu telah
menutup mata untuk selama-lamanya.
II. Majas Pertentangan

1. Hiperbola
adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan
yang berlebih-lebihan atau membesar-besarkan
sesuatu yang dimaksud dengan tujuan memberi
penekanan pada suatu pernyataan atau situasi,
memperhebat, serta meningkatkan kesan dan
pengaruhnya.
Contoh : - Rumah artis Nirina Zubir habis ludes
dilalap si jago merah.
- Teriakannya menggelegar membelah
angkasa.
2. Litotes
adalah gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang dikecil-kecilkan atau dikurangi
dari kenyataan yang sebenarnya dengan tujuan
untuk merendahkan diri.
Contoh :
- Kalau ke Jakarta, mampirlah ke gubuk saya.
- Maaf, hanya air putih yang bisa saya suguhkan.
3. Ironi
adalah gaya bahasa yang berupa sindiran halus
berupa pernyataan yang maknanya bertentangan
dengan makna sebenarnya, dengan maksud untuk
berolok-olok.

Contoh : - Aduh, rapi benar kamarmu, seperti kapal


pecah.
- Wow... sedap sekali masakanmu, terlalu
asin.
4. Paradoks
adalah gaya bahasa yang mengandung
pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta
yang ada.

Contoh : - Aku kesepian di tengah keramaian.


- Sahabat karib adakalanya menjadi
musuh sejati.
5. Klimaks
adalah gaya bahasa yang berupa susunan
ungkapan yang makin lama makin mengandung
penekanan.

Contoh : - Jangankan harta, raga, nyawa pun akan


kukorbankan demi kamu seorang.
- Ia berhasil menjuarai lomba OSN
tingkat kecamatan, walikota, provinsi
hingga nasional.
6. Antiklimaks
merupakan gaya bahasa kebalikan dari klimaks yaitu
gaya bahasa yang susunan ungkapannya makin lama
makin menurun.

Contoh : - Baik orang dewasa, remaja, maupun


anak-anak tumpah ruah memadati lokasi
Monas.
7. Sinisme
yaitu gaya bahasa sindiran dengan maksud
untuk mengejek/menuduh tanpa sangsi.
Contoh : - Sudah jelas, kamulah biang
keladi masalah ini!
- Perempuan itu memang
kemaruk harta, tidak ada
puasnya!
8. Sarkasme
yaitu gaya bahasa yang mengandung
sindiran kasar, pedas, dan
menyakitkan.
Contoh : - Hei, jaga bacotmu ya!
- Hei, pelacur murahan!
Jangan coba-coba merebut
kekasihku dari sisiku!
III. Majas Pertautan

1. Metonomia
adalah gaya bahasa yang menggunakan nama ciri
atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang,
barang atau hal.
Contoh : - Dia pergi ke sekolah naik Vario.
- Setelah pulang sekolah, aku mau ke
Sukarno-Hatta.
2. Alusio
adalah gaya bahasa yang menunjuk secara
tidak langsung ke suatu peristiwa, tokoh,
dan tempat yang sudah banyak dikenal oleh
pembaca.
Contoh : - Saya ngeri membayangkan
peristiwa Tsunami Aceh.
- Perjuangan Kartini harus kita
teruskan!
3. Eufemisme
adalah gaya bahasa yang berupa ungkapan –
ungkapan halus, untuk menggantikan ungkapan yang
dirasa kasar, kurang sopan, atau kurang
menyenangkan.
Contoh : - Sayang, anak secantik itu hilang akal.
- Karena indisipliner, karyawan itu
dirumahkan.
4. Sinekdoke Pars Prototo
adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian, tetapi yang dimaksud
keseluruhan.
Contoh : - Setiap kepala mendapat 3 kg
beras.
- Ayah memelihara 2 ekor ayam
jago.
5. Sinekdoke Totem Pro Parte
adalah gaya ahasa yang menyebutkan
keseluruhan tetapi yang dimaksud
sebagian.
Contoh : - SMAN 102 berhasil menjadi
juara umum Porseni tingkat
Sanggar 17 Cakung.
6. Antonomasia
adalah gaya bahasa yang merupakan
penggunaan gelar resmi atau jabatan
sebagai pengganti nama diri.
Contoh :
- Festival Danau Toba dibuka oleh
Gubernur Sumatra Utara.
- Kepala Sekolah mengundang orang tua
siswa untuk menghadiri acara Pelepasan
Siswa.
Ungkapan (Idiom)
• Ungkapan adalah gabungan dua kata atau
lebih untuk mengkiaskan suatu
• Ungkapan adalah gabungan dua kata atau
lebih yang membentuk arti baru, yang
maknanya tidak sama dengan kata dasar
pembentuknya.
Contoh :
1. Aku tak percaya hal ini, bahkan ketika kau melakukan
kesalahan masih saja kau mempertahankan sifatmu
yang kepala batu itu.
kepala batu artinya keras kepala

2. Tak hanya orang tuanya, kakak dan adiknya juga


menjadi buah bibir dalam setiap kegiatan di desa itu
buah bibir artinya bahan pembicaraan
Peribahasa
• Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat
yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan
maksud tertentu
• Peribahasa adalah kalimat ringkas dan padat,
berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat,
prinsip hidup atau aturan tingkah laku.
Contoh :
1. “Saya minta terima kasih banyak-banyak akan
nasihat Bapak itu. Selama hayat dikandung badan
takkan saya lupa-lupakan. Segala pengajaran Bapak,
setitik menjadi laut, sekepal menjadi gunung bagi
saya hendaknya. Mudah-mudahan segala nasihat
Bapak itu menjadi darah daging saya.”
(Novel Sengsara Membawa Nikmat hlm. 31).

Peribahasa “setitik menjadi laut, sekepal menjadi


gunungl” mengandung makna bahwa nasihat yang
sedikit dapat membawa kebaikan.
2. “Berani karena benar, takut karena salah. Akuilah
kesalahan itu, jika sebenarnya bersalah. Tetapi perlihatkan
keberanian, akan menunjukkan kebenaran .Anak muda
biasanya lekas naik darah. Hal itu seboleh-bolehnya
ditahan. Dalam segala hal hendaknya berlaku sabar.
Apalagi kalau ditimpa malapetaka, haruslah diterima
dengan tulus ikhlas, tetapi bilamana perlu janganlah
undur barang setapak jua pun; itulah menandakan bahwa
kita seorang laki-laki.”
(Novel Sengsara Membawa Nikmat hlm. 30).

Peribahasa “Berani karena benar, takut karena salah”


mengandung makna berani berbuat dan menanggung
resiko apapun untuk membela kebenaran.
2. “Saya minta terima kasih banyak-banyak akan nasihat
Bapak itu. Selama hayat dikandung badan takkan saya
lupa-lupakan. Segala pengajaran Bapak, setitik
menjadi laut, sekepal menjadi gunung bagi saya
hendaknya. Mudah-mudahan segala nasihat Bapak itu
menjadi darah daging saya.”
(Novel Sengsara Membawa Nikmat hlm. 31).

Peribahasa “setitik menjadi laut, sekepal menjadi


gunungl” mengandung makna bahwa nasihat yang
sedikit dapat membawa kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai