Anda di halaman 1dari 9

Gaya Bahasa

atau Majas
Gaya bahasa adalah cara pengarang
atau seseorang dalam memperguna-
kan bahasa sebagai alat mengeks-
presikan perasaan dan buah pikiran
yang terpendam di dalam jiwanya.
Gaya bahasa dapat dibedakan men-
jadi beberapa jenis, yaitu gaya
bahasa perbandingan, perulangan,
pertautan, pertentangan dan
penegasan.
Gaya Bahasa Perbandingan
• Metonimia: majas perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk me-
lukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda
keseluruhan.
Contoh: Kemarin ayah berangkat ke kantor naik kijang.
Ibu meminum Nyonya Meneer setiap pagi.
• Personifikasi: majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada
benda mati seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.
Contoh: Baru berjalan sebentar mobilnya sudah batuk-batuk.
Sirine ambulan meraung-raung ditengah keheningan malam.
• Eufemisme: majas perbandingan yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut
untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun.
Contoh: Para tunakarya perlu perhatian yang lebih serius dari Pemerintah.
Dia bekerja menjadi asisten rumah tangga.
• Simile atau perumpamaan: gaya bahasa perbandingan eksplisit, maksudnya langsung menyatakan
sesuatu sama dengan yang lain. Biasanya, simile menggunakan kata pembanding seperti bak,
laksana, seperti, bagaikan, dan seterusnya agar lebih jelas.
Contoh: Bibirnya bak delima merekah.
Kesabaran ibu seluas samudera.
Berdiri kokoh laksana pohon beringin.
Gaya Bahasa Perbandingan
• Metafora: Majas perbandingan yang dilukiskan sesuatu dengan dengan perbandingan langsung
atau tepat atas dasar sifat yang sama.
Contoh: Buah hatinya telah pergi selamanya.
Raja siang telah pergi ke peraduannya.
• Sinekdokhe: dapat dibedakan menjadi:
a. Pars pro toto: majas yang menuliskan sebagian tetapi yang dimaksud adalah seluruhnya.
Contoh: Dia mempunya lima ekor kuda.
b. Totem pro parte: majas yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh: Kaum wanita memperingati hari Kartini.
• Alegori: majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu
membentuk kesatuan yang utuh.
Contoh: Hidup ini lautan. Kadang pasang naik, kadang pasang turun. Belum lagi badai topan me-
landa tanpa henti. Berhati-hatilah mengarungi lautan ini.
• Hiperbola: majas yang di dalamnya mengandung suatu pernyataan yang berlebihan atau membesar
-besarkan suatu hal.
Contoh: Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarganya.
Air matanya menganak sungai.
• Litotes: majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan
kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Contoh: Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudera luas.
Gaya Bahasa Sindirian

• Ironi: majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari
yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang.
Contoh: Harum benar sore ini!
• Sinisme: majas sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi
tetapi lebih kasar.
Contoh: Itukah yang dinamakan bekerja.
• Sarkasme: majas sindiran terkasar serta langsung menusuk perasaan.
Contoh: Otakmu memang otak udang!
Gaya Bahasa Penegasan

• Pleonasme: majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena
arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
• Repetisi: majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang
biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung dan kita junjung dia sebagai
pembebas kita.
• Paralelisme: majas penegasan seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Paralelisme dibagi menjadi:
a. Anafora: bila kata atau frase yang diulang terletak di awal kalimat.
Contoh: Kalau’lah diam malam yang kelam
Kalau’lah tenang sawah yang lapang
Kalau’lah lelap orang di lawang.
b. Epifora: bila kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau kehendaki, aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang.
Gaya Bahasa Penegasan

• Klimaks: majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan mengunakan urutan kata-
kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: menyemai benih, tumbuh hingga menuainya, aku sendiri yang mengerjakannya.
• Antiklimaks: majas penegasan dengan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata yang
makin lama makin lemah atau rendah pengertiannya.
Contoh: Jangankan sejuta, seribu, seratus pun tak ada kupunya.
• Retorik: majas penegasan dengan mempergunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawab-
an karena sudah diketahui.
Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali?
Gaya Bahasa Pertentangan

• Antitesis: majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang
berlawanan arti.
Contoh: cantik atau jelek, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seorang wanita.
• Paradoks: majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan padahal maksud se-
sungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
• Kontradiksio intermimis: majas pertentangan yang memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan
semua.
Contoh: Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut Jambore.
• Okupasi: majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan tetapi kemudian diberi pen-
jelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh: Udin sebenarnya anak yang cerdas, namun karena kemalasannya, maka dia men-
dapat nilai paling rendah.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai