3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan
pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
Contoh: Bagaikan pungguk merindukan bulan, bermimpi saja kerjanya.
4. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti, bagaikan,
dll.
Contoh : Mereka tak ubahnya sampah masyarakat nomor wahid.
5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan
manusia untuk hal yang bukan manusia.
Contoh : Kaki meja ini patah karena ulahnya.
6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan
rasa indra lainnya.
Contoh : Pemandangan lembah ini memang selalu sedap untuk dipandang.
7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Contoh : Si pemalas itu belum bangun Bu...!
8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh : Dia si lintah darat, Debt Collector paling sadis di kota ini.
9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek/atribut.
Contoh : Dia selalu naik Yamaha ke mana–mana.
10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Contoh Kecil kembali sebentar aku hanya ingin memelukmu anakku.
11. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh : Singgahlah ke gubuk kami.
12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga menjadi tidak masuk akal.
Contoh : Dia berlari secepat angin.
13. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu
yang bukan manusia.
Contoh Kembali mengdengar radio di tengah nyiur yang melambai .
14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda mati atau tidak bernyawa.
Contoh : Kopi itu merajuk pada gula untuk bersama sama pergi malam ini ke pesta di kerajaan.
15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Harga tiket per kepala 5000 rupiah.
16. Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh : Sekolah kami bertanding Sepakbola dengan para mahasiswa.
17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang
lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh : Anak Bapak agak lamban menerima pepelajaran dari kami.
18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh : Dasar bodoh begitu saja kamu sudah menyerah.
19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh : Si kancil meronta dan merajuk-rajuk pada petani.
20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Contoh : Maka anak yang bebal seperti si anak buaya dijauhi teman-temannya karena jahat.
21. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Contoh : Dan dialah orang yang hidungnya coleng moleng bak aspal jalan raya (pengganti hidung
belang).
23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol/lambang untuk menyatakan maksud.
Contoh : Dialah meja hijau berjalan karena dialah si raja penghakiman.
24. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh : Kepakkan kedua tanganmu dan cobalah terbang!
3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran/ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih
kasar dari ironi).
Contoh : Dan benarlah generasi sekarang, yang makan dengan nikmatnya tak pernah peduli pada sekitar
mereka.
3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh : Hilang hilang hilang, hilang sudah nyawa hidupku di kota ini.
4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh : Tes... Tes...Tes... air hujan turun ke peraduan.
6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
Contoh : Dia kuat, tangguh, dan perkasa.
9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Contoh :Tak kusangka bisa ular itu bisa melumpuhkannya.
10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting
meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh : Dia melihat memandang dan memelototi kami dengan bengis.
11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting
menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Contoh : Kupingnya mendengung dan berbunyi saat kau naik.
12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh : Memukul gendang dilakukannya saban hari sebelum tidur.
13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
Contoh : Akankah aku mati hari ini?
14. Elipsis: Penghilangan satu/beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut
seharusnya ada.
Contoh : Di tempat itu bekerja sendirian (tanpa subjek).
15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian
disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Contoh : Dia penjagal hewan, eh bukan hanya tukang daging.
18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan diantara unsur-unsur kalimat.
Contoh : Dia yang terlihat bengis itu adalah dosen ilmu antropologi.
20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Contoh : Semuanya, dari kepala bagian, personalia, karyawan biasa,dan tukang sapu tak luput dari
amarahnya.
21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Contoh: Bukan begitu namun masa tidak ada yang lebih pantas dari dia?
23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
Contoh Gantungkan saja Bulu ayam itu di sana.
24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih
dari satu konstruksi sintaksis.
Contoh :Jangan menyepelekan apel ya?
25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua,
sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh : Ayo berikan kami bunga bank.
3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
Contoh : Manis pahit kehidupan wajar kita lewati!
4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian
sebelumnya.
Contoh : Salah! bukan itu yang aku maksud.