Anda di halaman 1dari 8

Majas perbandingan/pertautan 

1.       Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Contoh: Suami sebagai nahkoda, Istri sebagai juru mudi.

2.       Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.

Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.

3.       Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata
depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak",
bagai".

Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya.

4.       Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena
mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.

Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.

5.       Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang
berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh : mulut gua itu sangat sempit.

6.       Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan
lewat ungkapan rasa indra lainnya.

Contoh : alangkah sedapnya suara nyanyian gadis itu.

7.       Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama
jenis. 

Contoh: Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.

8.       Aptronim: Pemberian nama yang Kusus atau cocok dengan sifat atau pekerjaan
orang. 

Contoh : Pak Hadi sepatu biasa berjualan di pasar Senen (dalam kesehariannya
berjualan sepatu).

9.       Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi
merek, ciri khas, atau atribut.

Contoh: Ibuku memintaku membelikan Rinso di warung

10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan
hubungan karib. 

Contoh: Si Bedul sangat suka menonton.


11. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan
diri

Contoh: Mampirlah ke gubuk saya ( Padahal rumahnya besar dan mewah ).

12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan .

Contoh: Ibu terkejut setengah mati, ketika mendengar anaknya kecelakaan.

13.  Personifikasi: Pengungkapan benda mati seolah-olah hidup.

Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.       

14.  Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak
bernyawa.

 Contoh: jika kau bunga, maka aku tangkainya.

15.  Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan
objek.

Contoh:Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.

16.  Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya
sebagian.

Contoh:Indonesia bertanding volly melawan Thailand.

17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan
kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.

Contoh:Di mana saya bisa menemukan kamar kecilnya?

18.  Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas
sebagaimana adanya.

 Contoh : Perbuatannya yang tidak sononoh telah merusak kehormatan gadis itu.

19.  Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan
bertutur kata.

Contoh:Perilakunya seperti ular yang menggeliat.

20.  Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

Contoh : Kancil mencuri timun.

21.  Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

Contoh: Pulau Dewata adalah empat wisata yang paling indah.


22.  Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.

Contoh:Kita bermain ke rumah Ina.

23.  Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk
menyatakan maksud. 

Contoh : Garuda didadanya selalu mengobarkan semangat pantang menyerah.

24. Asosiasi/perumpamaan: Perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun


dinyatakan sama.

Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.

25.  Majas tropen : Adalah majas yang berisi kiasan digunakan untuk mengganti sebuah
pengertian dengan kata – kata kias.

Contoh: Presiden SBY akan terbang meunuju Amerika.

26.  Antisipasi/prolepsi: Adalah gaya bahasa yang dalam pernyataanya menggunakan frase
pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi.

Contoh: Aku melonjak kegirangan karena aku mendapatkan piala kemenangan.

Majas sindiran :

27. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta tersebut.

Contoh: Suaramu merdu sekali seperti kaset kusut. 

28. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar. 

Contoh : Mampus pun aku tak peduli, diberi nasehat aku tak peduli, diberi masuk
ketelinga.

29.  Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan
terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).

Contoh: Dasar kau kerbau dungu begitu saja tidak paham.

30.  Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.

Contoh: ya ampun ! soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya.

31.  Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. 

Contoh: Ia menjadi kaya raya karena mengadakan kemoersialisasi jabatannya.


Majas penegasan/pengulangan :

32.  Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan. 

Contoh: Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.

33.  Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau
menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.

Contoh: Saya naik tangga ke atas.

34.  Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. 

Contoh : Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku

35.  Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang
berlainan. 

Contoh : bolak – balik , lika – liku, kocar – kacir.

36.  Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.

  Contoh : Keras – keras kena air lembut juga.

37.  Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang
sejajar. 

Contoh : Jika kamu minta , aku akan datang.

38.  Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. 

Contoh: Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan.

39.  Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu. 

Contoh : Kutulis surat ini kala hujan gerimis.

40. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang
berlainan. 

Contoh: Ibu membawa buah tangan, yaitu buah apel merah.

41.  Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.

Contoh: Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman dan


pengalaman harapan.
42.  Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang
kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.

Contoh: Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak
terkenal namanya.

43.  Inversi/anastrof: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum
subjeknya. 

Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia

44.  Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam


pertanyaan tersebut. 

Contoh: Siapakah yang tidak ingin hidup.

45.  Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal
unsur tersebut seharusnya ada.

Contoh : Kami ke rumah nenek ( penghilangan predikat pergi).

46.  Koreksio/epanortosis: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru


atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.

Contoh: Silakan pulang saudara – saudara, eh maaf, silakan makan.

47.  Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata
penghubung. 

Contoh: Ia benar – benar lupa dengan rumah dan ladangnya, istri dan anaknya, hak
dan kewajibannya.

48.  Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.

Contoh: Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik – detik penghabisan
orang melepaskan nyawa.

49.  Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur


kalimat. 

Contoh: Tiba – tiba ia –suami itu disebut oleh perempuan lain.

50.  Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. 

Contoh: Wah, biar kupeluk dengan tangan menggigil.

51.  Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu
keseluruhan. 

Contoh: laut tenang. Di atas permadani biru itu tampak satu satunya perahu nelayan
meluncur perlahan – perlahan. Angin berhembus sepoi – sepoi. Bulan bersinar dengan
terangnya. Disana – sini bintang – bintang gemerlapan. Semuanya berpadu
membentuk suatu lukisan yang harmonis.

52.  Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang


sebenarnya. 

Contoh : Saya tidak akan membuka rahasianya bahwa ia menjadi preman pasar.

53.  Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. 

Contoh : Dok, pasien sudah selesai di trepanasi.( Dok adalah varien dadi Dokter).

54.  Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam
kalimat.

Contoh : Nasibku,harus berhubungan dengan si bebal itu.

55.  Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang
berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis. 

Contoh: Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

56.  Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu. 

Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.

57.  Kiasmus : adalah Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inverse.

Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya.

58.  Anafora: adalah majas pengulangan kata atau kelompok kata pada awal kalimat atau
klausa secara berturut – turut.

Contoh : Ada kemauan ,pasti ada jalan.

59.  Asonansi: Adalah majas sejenis gaya mahasa repetisi yang berjudul perulangan vokal,
pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk
mendapatkan efek penekanan.

Contoh: Mati api didalam hati.

60.  Epizeukis : Adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata
yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut – turut.

Contoh : Ingat kami harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat.

61.  Epistrofa(efifora) : Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada
akhir baris atau kalimat berurutan.

Contoh: Ibumu sedang memasak di dapur ketika kau tidur.


62.  Simploke: Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan awal dan akhir
beberapa baris ( kalimat secara berturut -  turut).

Contoh: Ada selusin gelas ditumpuk keatas tak pecah.

63.  Mesodiplosis: Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase
ditengah – tengah baris atau kalimat secara berturut – turut.

Contoh : Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa.

64.  Epanalepis: Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata pertama pada
akhir baris, klausa, atau kalimat.

Contoh :Saya akan berusaha meraih cita – cita saya.

65.  Anadiplosis : Adalah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu
kalimat atau klausa atau kalimat berikutnya.

Contoh : Dalam raga ada darah, dalam darah ada tenaga, dalam tenaga ada daya,
dalam daya ada segalanya.

Majas pertentangan :

66.  Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan,
namun sebenarnya keduanya benar. 

Contoh : Hatinya sunyi tinggal dikota Jakarta yang ramai, hari yang cerah untuk jiwa
yang sepi.

67.  Oksimoron: Adalah Majas yang antarbagiannya menyatakan sesuatu yang


bertentangan.

Contoh : Olah raga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat
berbahaya.

68.  Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu
dengan yang lainnya. 

Contoh : Cinta membuatnya bahagia, tetapi juga membuatnya menangis.

69.  Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan
pada bagian sebelumnya. Contoh: semua sudah siap kecuali Ani.

70.  Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa


dengan waktunya. Contoh: dalam tulisan Cesar, Shakespeare menuliskan jam
berbunyi tiga kali ( saat itu jam belum ada).
71.  Okupasi : adalah majas yang menyatakan pertentangan dengan hal tertentu, tetapi
akhirnya diberi penjelasan penyelesaian. Contoh : pil koplo dapat merusak moral
bangsa. Tidak hanya anak mudah, orang dewasa pun bisa terkena bahaya ini.
Akhirnya mereka sadar bahwa semua itu tak ada manfaatnya.

Anda mungkin juga menyukai