1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata
depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak",
bagai".
4. Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena
mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang
berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan
lewat ungkapan rasa indra lainnya.
7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama
jenis.
8. Aptronim: Pemberian nama yang Kusus atau cocok dengan sifat atau pekerjaan
orang.
Contoh : Pak Hadi sepatu biasa berjualan di pasar Senen (dalam kesehariannya
berjualan sepatu).
9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi
merek, ciri khas, atau atribut.
10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan
hubungan karib.
14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak
bernyawa.
15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan
objek.
16. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya
sebagian.
17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan
kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas
sebagaimana adanya.
Contoh : Perbuatannya yang tidak sononoh telah merusak kehormatan gadis itu.
19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan
bertutur kata.
20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk
menyatakan maksud.
25. Majas tropen : Adalah majas yang berisi kiasan digunakan untuk mengganti sebuah
pengertian dengan kata – kata kias.
26. Antisipasi/prolepsi: Adalah gaya bahasa yang dalam pernyataanya menggunakan frase
pendahuluan yang isinya sebenarnya masih akan dikerjakan atau akan terjadi.
Majas sindiran :
27. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan
kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh : Mampus pun aku tak peduli, diberi nasehat aku tak peduli, diberi masuk
ketelinga.
29. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan
terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
30. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam
atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Contoh: ya ampun ! soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya.
Contoh: Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
33. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau
menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
34. Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
35. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang
berlainan.
37. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang
sejajar.
Contoh: Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan.
40. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang
berlainan.
41. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak
terkenal namanya.
43. Inversi/anastrof: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum
subjeknya.
Contoh : Aku dan dia telah bertemu > Telah bertemu, aku dan dia
45. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal
unsur tersebut seharusnya ada.
47. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata
penghubung.
Contoh: Ia benar – benar lupa dengan rumah dan ladangnya, istri dan anaknya, hak
dan kewajibannya.
48. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Contoh: Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu derita detik – detik penghabisan
orang melepaskan nyawa.
51. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu
keseluruhan.
Contoh: laut tenang. Di atas permadani biru itu tampak satu satunya perahu nelayan
meluncur perlahan – perlahan. Angin berhembus sepoi – sepoi. Bulan bersinar dengan
terangnya. Disana – sini bintang – bintang gemerlapan. Semuanya berpadu
membentuk suatu lukisan yang harmonis.
Contoh : Saya tidak akan membuka rahasianya bahwa ia menjadi preman pasar.
Contoh : Dok, pasien sudah selesai di trepanasi.( Dok adalah varien dadi Dokter).
54. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam
kalimat.
55. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang
berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
56. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Kami sudah mendengar berita itu dari radio dan surat kabar.
57. Kiasmus : adalah Majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inverse.
Contoh : Mereka yang kaya merasa miskin, dan yang miskin merasa kaya.
58. Anafora: adalah majas pengulangan kata atau kelompok kata pada awal kalimat atau
klausa secara berturut – turut.
59. Asonansi: Adalah majas sejenis gaya mahasa repetisi yang berjudul perulangan vokal,
pada suatu kata atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk
mendapatkan efek penekanan.
60. Epizeukis : Adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung. Maksudnya kata
yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut – turut.
61. Epistrofa(efifora) : Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pada
akhir baris atau kalimat berurutan.
63. Mesodiplosis: Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata atau frase
ditengah – tengah baris atau kalimat secara berturut – turut.
64. Epanalepis: Adalah gaya bahasa repetisi yang berupa pengulangan kata pertama pada
akhir baris, klausa, atau kalimat.
65. Anadiplosis : Adalah gaya bahasa repetisi yang kata atau frase terakhir dari suatu
kalimat atau klausa atau kalimat berikutnya.
Contoh : Dalam raga ada darah, dalam darah ada tenaga, dalam tenaga ada daya,
dalam daya ada segalanya.
Majas pertentangan :
66. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan,
namun sebenarnya keduanya benar.
Contoh : Hatinya sunyi tinggal dikota Jakarta yang ramai, hari yang cerah untuk jiwa
yang sepi.
Contoh : Olah raga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat
berbahaya.
68. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu
dengan yang lainnya.
69. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan
pada bagian sebelumnya. Contoh: semua sudah siap kecuali Ani.