Anda di halaman 1dari 19

PERANAN ORANG TUA

DALAM PERTUMBUHAN KONSELING ANAK

Abstrak
Orangtua memegang peranan penting dalam membangun karakter
kepribadian anak. Diharapkan orang tua lebih memahami berbagai
permasalahan yang tidak menutup kemungkinan akan menimpa anak mereka
baik saat sekarang ini maupun masa yang akan datang. Dan bukan sekedar
memahaminya, melainkan juga mampu menentukan sikap yang bijak dalam
menempatkan dirinya ditengah-tengah pergolakan hidup yang dialami anak,
serta memberikan solusi terbaik yang memberikan kenyamanan bagi anak
dalam menjalani hidupnya. Jadi orang tua harus berupaya melakukan sesuatu
seperti bagaimana bertindak sebagai orang tua untuk menumbuhkan dan
membangkitkan kepribadian yang sesuai dengan harapan mereka. Apapun
harus dilakukan untuk menggali potensi konseling yang dimiliki oleh orang
tua, bagaimana orang tua berupaya menjadi konselor yang baik dihadapan
anak- anak.

Kata kunci : Peranan Orangtua, Bimbingan konseling anak


A. Pendahuluan

Anak merupakan titipan Tuhan Yang Maha Daya, sebab itu kodrat
serta era depan kanak- kanak merupakan tanggung jawab kita seluruh.
Namun tanggung jawab penting terdapat pada orang berumur tiap- tiap.
Orang tualah yang awal bertanggung jawab menjaga, ceria, serta
membesarkan buah hatinya supaya jadi orang yang berdaya serta
bermanfaat.

Setelah seseorang anak kepribadiannya terbentuk, kedudukan


orang berumur berikutnya merupakan mengarahkan nilai- nilai
pembelajaran pada anak- buah hatinya. Pembelajaran yang diserahkan
oleh orang berumur pada buah hatinya merupakan ialah pembelajaran
yang hendak senantiasa berjalan bersamaan dengan pembuatan karakter
anak. Cara pembelajaran untuk angkatan belia memiliki 3 tiang berarti.
Ketiga tiang itu merupakan sekolah, warga serta keluarga. Penafsiran
keluarga itu jelas dalam kedudukan orang berumur. Papa serta bunda
merupakan acuan awal untuk pembuatan individu anak. Keyakinan-
keyakinan, pandangan serta sikap papa serta bunda dengan sendirinya
mempunyai akibat yang amat dalam kepada pandangan serta sikap anak.
Sebab karakter orang timbul berbentuk lukisan- lukisan pada
bermacam macam suasana serta situasi dalam area keluarga. Keluarga
berfungsi selaku aspek eksekutif dalam menciptakan nilai- nilai,
keyakinan- keyakinan serta anggapan adat suatu warga. Papa serta ibulah
yang wajib melakukan tugasnya di hadapan buah hatinya. Spesialnya
bunda yang wajib mementingkan dirinya dalam melindungi adab, badan
serta kejiwaannya pada era pra kehamilan hingga era kehamilan dengan
impian Allah membagikan kepadanya anak yang segar serta alim.
Faktor- faktor ini dengan cara terpisah ataupun dengan sendirinya
tidak dapat memastikan pembelajaran tanpa terdapatnya yang lain,
namun masing- masing silih mempunyai berperan dalam memastikan
pembelajaran serta karakter seorang alhasil bila salah satunya tidak
banyak dipergunakan hingga yang yang lain wajib dipertekankan lebih
keras.

Kedudukan orangtua terbatas pada perkara anggaran. Orang


berumur serta warga belum ikut serta dalam cara pembelajaran
menyangkut pengumpulan ketetapan monitoring, pengawasan serta
akuntabilitas. Akhirnya sekolah tidak memiliki bobot buat
mempertanggungjawabkan hasil penerapan pembelajaran pada orangtu.
Anak ialah era depan untuk tiap orangtua. Pada umur bayi, kanak- kanak
yang kurang menemukan kasih cinta serta atensi orang tuanya kerapkali
pemurung, labil serta tidak yakin diri.

Kala menjelang umur dewasa terkadang mereka memilih jalur


pintas, serta angkat kaki dari rumah serta jadi anak jalanan. Kesibukkan
orang berumur yang kelewatan, paling utama bunda, menimbulkan anak
kehabisan atensi. Seseorang bunda yang berkerja di luar rumah misalnya
serta pekerjaannya banyak menghabiskan durasi, lebih banyak mengalami
permasalahan kekurangan interaksi ini. Dapat dicerminkan, apabila dalam
satu hari bunda cuma memiliki durasi sangat banyak 2- 3 jam berjumpa
dengan anak. Anak lebih dekat dengan penjaga ataupun pembantunya.
Pada kenyataannya tv tidak sanggup jadi orang berumur yang bagus,
sebab acara- acara yang disiarkan tidak seluruhnya bagus. Sedang
terdapat film kanak- kanak yang kurang ceria serta terkesan memicu anak
melaksanakan aksi merusak yang diputar di stasiun tv di Indonesia. Tv
tidak sedemikian itu bagus buat era depan pembelajaran kanak- kanak era
saat ini. Sebab era depan anak itu diamati dari pembelajaran yang
diserahkan orantua semenjak dini. Dengan membagikan pembelajaran
yang maksimal, seluruh hidup kanak- kanak hendak berjalan lembut,
pembelajaran anaklah setir kehidupan serta pula pembelajaran sedang
ialah pemodalan yang mahal. Kedudukan orang berumur dalam
pembelajaran memiliki andil besar kepada era depan anak. Alhasil untuk
memperoleh pembelajaran yang terbaik, hingga selaku orangtua wajib
berupaya buat bisa menyekolahkan anak hingga ke tahapan pembelajaran
yang sangat besar merupakan salah satu metode supaya anak sanggup
mandiri dengan cara keuangan esoknya.

Selaku orangtua wajib secepat bisa jadi merancang era depan


kanak- kanak supaya mereka tidak merana. Masa kanak- kanak ialah
masa peralihan serta perkembangan dalam mengarah tingkatan
kedewasaan sebagai perencanaan buat menggapai peremajaan. Ini berarti
perkembangan kemajuan yang digapai dalam era kanak- kanak ialah
bekal kesuksesan orang berumur dalam mendidiknya. Bagus jeleknya
tindakan serta aksi laris seorang di era kanak- kanak, amat banyak
didetetapkan oleh pengalaman mereka dalam memandang banyak orang
disekitarnya paling utama kedua ibu dan bapaknya. Itu seluruh ialah bekal
pembelajaran untuk kanak- kanak esoknya.

Di sisi lain, kanak- kanak merupakan angkatan yang mempunyai


beberapa kemampuan yang pantas dibesarkan dalam aktivitas
pembelajaran dan kreatifitas mereka. Kanak- kanak memiliki karakter
antara lain perkembangan raga yang kilat serta matang. seluruh
kemampuan anak itu hendak berarti bila dibina serta dibesarkan dengan
cara terencana alhasil mereka jadi orang yang mempunyai keberdayaan.
Tanpa edukasi yang bagus seluruh kemampuan itu tidak hendak
membagikan akibat positif, apalagi dapat terjalin perihal yang
kebalikannya ialah memunculkan bermacam permasalahan serta
halangan. Terlebih bila memandang ke depan, tantangan kesejagatan kian
besar, hingga pembinaan pembelajaran kepada anak juga wajib terus
menjadi dikuatkan. Kanak- kanak wajib mengarah kepada pemikiran
hidup yang bertabiat positif serta aktif dan harus memastikan dirinya
sendiri, memprioritaskan kebahagiaan dari profesi yang dikerjakannya,
mengarah ke era depan serta berlatih merancang hidup secermat bisa jadi.
Pembelajaran ialah suatu yang butuh memperoleh prioritas. Di sinilah
tanggung jawab orang berumur buat dapat memilah badan pembelajaran
yang bagus untuk putra- putrinya serta cocok dengan keahlian yang
dipunyanya, lewat pemograman finansial pembelajaran.
Pada ssat ini banyak badan finansial di Indonesia semacam
perbankan serta asuransi yang menawarkan produk berbentuk dana
pembelajaran serta asuransi pembelajaran. Dapat semenjak dari isi,
ayunan, umur bayi atau di atasnya, supaya anak terbiasa dengan keadaan
yang positif. Di mari kedudukan orang berumur amat berarti dalam
membagikan sifat- watak apektif pada anak serta tidak semata kognitif
saja.

B. Pembahasan
1. Definisi
a. Pengertian Peranan
Peranan ialah pandangan energik dari peran, ialah seseorang
yang melakukan hak- hak serta kewajibannya. Maksudnya bila
seorang melakukan hak serta kewajibannya cocok dengan perannya,
hingga ia sudah melaksanakan sesuatu andil. Bagi Kartono( 1982:
48) Sesuatu andil sangat tidak melingkupi 3 perihal ialah mencakup
norma- norma yang dihubungkan dengan posisi seorang dalam
warga, mencakup rancangan apa yang bisa dicoba oleh orang dalam
warga serta sikap orang yang berarti untuk bentuk sosial.

b. Pengertian Orangtua

Menurut Singgih D. Gunarsa ( 1976: 27) berkata kalau orangtua


merupakan orang yang berlainan merambah hidup bersama dengan
bawa pemikiran, opini serta Kerutinan tiap hari. Sedangkan Zakiyah
Darajat( 1996: 4) merumuskan kalau orangtua selaku pembuat
individu awal dalam kehidupan anak, karakter orangtua, tindakan
serta metode hidup mereka ialah unsur- unsur pembelajaran yang
tidak langsung yang dengan sendirinya hendak masuk kedalam
individu anak yang lagi berkembang. Pengertian Bimbingan
Konseling

Febrini( 2011: 11) berkata kalau Edukasi ialah Sesuatu cara


pemberian dorongan pada orang dengan cara berkepanjangan serta
sistenatis yang dicoba oleh para pakar serta dimaksudkan supaya
orang bisa menguasai dirinya, lingkungannya dan bisa memusatkan
diri serta membiasakan diri dengan area buat bisa meningkatkan
kemampuan dirinya dengan cara maksimal buat keselamatan dirinya
ataupun warga. Sedangkan Arifin( 1997): melaporkan pengarahan
dalam bahasa Inggris diucap Counseling yang berarti konseling, ialah
sesuatu pertalian timbal balik antara 2 orang orang dimana yang
seseorang ( konsultan) membantu yang lain( konseli atau konsumen)
biar ia bisa menguasai dirinya dalam ikatan dengan permasalahan
hidup yang dihadapinya pada era saat ini ataupun yang hendak tiba.
Dengan sedemikian itu peran rangtua dalam edukasi konseling
maksudnya ialah sesuatu yang diusahakan oleh orangtua dalam
mendampingi buah hatinya untuk membantu memahami dirinya dan
mengarahkannya untuk menyesuikan diri dengan zona dekat walhasil
mampu tingkatkan keahlian dalam dirinya biar mencapai keamanan
baik baginya orang atau masyarakat.
2. Upaya menggali potensi konseling pada orang tua.
Saat sebelum orang berumur memainkan kedudukannya selaku
konsultan yang bagus untuk buah hatinya, pastinya hendak lebih
bijaksana bila mereka terlebih dulu memepersiapkan diri dengan
sebagian perihal antara lain ialah menguasai balik bakat mereka selaku
orang berumur dan tidak menutup diri buat menyambut masukan
ataupun wejangan dari pihak luar.
Pertama, dalam menguasai bakat selaku orang berumur mereka
wajib membenarkan dengan jujur selaku wujud instrospeksi ditengah-
tengah gaflat yang sering- kali timbul, Thalib( 1997: 33) menguraikan
kalau mereka pada dasarnya mempunyai sebagian bakat selaku
orangtua antara lain ialah: lain( konseli atau konsumen) biar ia bisa
menguasai dirinya dalam ikatan dengan permasalahan hidup yang
dihadapinya pada era saat ini ataupun yang hendak tiba. Dengan
sedemikian itu peran orangtua dalam edukasi konseling maksudnya
ialah sesuatu yang diusahakan oleh orangtua dalam mendampingi buah
hatinya untuk membantu memahami dirinya dan mengarahkannya
untuk menyesuikan diri dengan zona dekat walhasil mampu tingkatkan
keahlian dalam dirinya biar mencapai keamanan baik baginya orang
atau masyarakat.
a. Orang tua selalu berusaha menempatkan anaknya dalam kehidupan
yang baik.
Tidak terdapat satu orangtuapun yang menginginkan buah
hatinya terperosok dalam kesusahan serta kesusahan hidup. Mereka
hendak lalu membagikan bekal bagus moril ataupun badaniah buat
menghantarkan buah hatinya mencapai kehidupan yang pantas.
b. Orang tua lebih mengutamakan keselamatan anaknya dari pada
dirinya sendiri pada saat terjadi bencana.
Orang tua tidak akan pernah rela melihat anaknya
menghadapi bencana baik fisik maupun psikis. Tidak jarang
mereka melupakan rasa letih dan menanggalkan segala macam
kebutuhan pribadinya ketika menyadari bahwa anaknya sedang
membutuhkan tenaga dan pikirannya untuk problem yang
dihadapi.
c. Orangtua selalu menginginkan anaknya mempunyai sikap waspada
dan hati-hati
Orang berumur tidak hendak sempat berkenan memandang
buah hatinya mengalami musibah bagus raga ataupun kejiwaan.
Tidak tidak sering mereka melalaikan rasa lelah serta melepaskan
seluruh berbagai keinginan pribadinya kala mengetahui kalau buah
hatinya lagi menginginkan daya serta pikirannya buat dilema yang
dialami..

d. Lebih mengutamakan kelangsungan hidup anaknya dari pada


dirinya sendiri
Bakat ini tertancap akrab pada tiap orangtua khusunya
seseorang bunda, perasaan berpadu orangtua dengan buah hatinya
contoh gula dengan manisnya. Sebab itu sebagian kejadian
orangtua yang memeras ataupun memanfaatkan putra putrinya buat
kepentinngan dirinya membuktikan terdapatnya ciri keanehan
psikologis.
e. Bersabar menghadapi perilaku buruk anaknya
Sifat sabar yang terdapat pada orangtua dalam mengalami sikap
kurang baik buah hatinya berakar pada bakat kemauan orangtua
supaya buah hatinya bisa melakukan hidupnya dikemudian hari lebih
bagus dari pada dirinya sendiri. Meski sering- kali orangtua
mengetahui belum pasti impian bagus pada buah hatinya itu terkabul,
namun mereka senantiasa saja sabar.
Kedua, menerima masukan atau bahkan berusaha mencari
pengetahuan demi menambah wawasan dalam persiapannya
menyelanggarakan bimbingan konseling bagi anaknya. Dalam hal ini
orangtua bisa menempuhnya melalui pendidikan formal seperti
sekolah khusus orangtua untuk membantu mereka dalam penanganan
anak-anaknya. Setidaknya ada dua lembaga sekolah yang bias
dijadikan contoh sebagai bentuk dedikasi para perintisnya untuk
problem yang dihadapai oleh sekian banyak orangtua khususnya di
Indonesia ini. Awalnya Sekolah Orangtua didirikan oleh
AriesandSetyono dan Sukarto pada awal tahun 2007. Berawal dari p
engalaman mereka dalam memberikan konseling dan bimbingan
selama lebih dari 12 tahun kepada banyak orangtua yang mengalami
kesulitan dalam mengatasi problem anak masa kini, sehingga mereka
rasakan perlunya suatu pendidikan khusus orangtua agar mampu
mendidik, mengasuh dan membesarkan anak-anaknya di jaman
sekarang yang semakin kompleks.
Bagi para pendiri sekolah itu melaporkan kalau Kanak- kanak
yang berasal dari keluarga serasi dengan edukasi yang pas dari ibu
dan bapaknya hendak sanggup berkreasi, berprestasi, mempunyai
akhlak yang besar serta membagikan angka positif ke terus menjadi
banyak orang. Ini hendak semacam dampak bola salju yang kian lama
hendak kian membengkak.
Untuk mencapai misi besar tersebut, maka Sekolah Orangtua
memberikan pendidikan secara menyeluruh ke orangtua dan anak di
aspek-aspek :
- Parenting : cara mendidik dan mengasuh anak agar tumbuh
percaya diri, memiliki nilai-nilai hidup yang positif, mampu
mencapai potensi dirinya yang terbaik dan mencapai kesuksesan
dalam berbagai aspek kehidupannya.
- Relationship : membangun hubungan yang baik antara suami dan
istri atau ayah dan ibu adalah sangat penting karena tidak saja
akan menjadi sumber kebahagiaan, tetapi juga akan membentuk
hubungan yang harmonis dalam sebuah keluarga yang mana
sangat penting untuk perkembangan mental anak.

Keinginan pembelajaran orangtua ini sedemikian itu berarti


sebab di tangan para orangtua lah, sesuatu mutu angkatan hendak
tiba didetetapkan, mereka percaya apabila terus menjadi banyak
orangtua yang paham serta sukses ceria buah hatinya dengan
berhasil( bagi patokan tiap- tiap) hingga mutu warga serta angkatan
hendak tiba pula hendak terus menjadi bagus.
Disamping itu pula ada sekolah lain begitu juga yang sudah
dicoba oleh ahli psikoterapi ialah Charlotte K Priatna yang

mementingkan diri pada pengarahan dengan mendirikan sekolah


spesial orangtua supaya mereka memiliki bekal lumayan ceria
buah hatinya. Sebabnya simpel, supaya para orang berumur tidak
terkait pada pengalaman sekadarnya ataupun trial and error
bersumber pada apa yang beliau ketahui dari orang tuanya dulu
serta pastinya sedang banyak usaha tidak hanya dari 2 perihal
diatas( menguasai bakat selaku bawah instropeksi serta
menempuh rute resmi ataupun nonformal pada badan sekolah
yang terdapat).

3. Peran orang tua dalam bimbingan konseling (mewujudkan kepribadian


anak )
Selanjutnya Kartono (1982: 82) menjelaskan Peran orang tua
dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain bisa diwujudkan
dengan beberapa hal sebagai berikut :
a. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya
Ketika anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari
kedua orang tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah
dan menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bisa
menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika
kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau
mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka
perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi
penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.
b. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah
dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak
Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan
kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan
Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak
pilih.
c. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak
Hormat di sini bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan
tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus
memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-
anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan
pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku
mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan
pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-
hak hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang
lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga
mau menghormati sesamanya
d. Mewujudkan kepercayaan
Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak
berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka,
karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta
berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya
sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima
kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka
percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan
membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat
dan penting.
e. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua
dan anak)

Dengan memandang keingintahuan bakat serta keinginan jiwa


anak, mereka senantiasa mau ketahui mengenai dirinya sendiri.
Kewajiban kedua orang berumur merupakan membagikan data
mengenai lapisan tubuh serta pergantian dan perkembangan buah
hatinya kepada mereka. Tidak hanya itu kedua orang berumur wajib
mengenalkan mereka mengenai permasalahan agama, adab serta
hukum- hukum fikih dan kehidupan orang. Bila kedua orang
berumur bukan selaku tempat referensi yang bagus serta lumayan
untuk buah hatinya hingga kanak- kanak hendak mencari ilustrasi
lain; bagus ataupun bagus serta perihal ini hendak mempersiapkan
alat kecurangan anak.

Perihal yang sangat berarti merupakan kalau papa serta bunda


merupakan salah satunya acuan yang awal untuk buah hatinya dalam
pembuatan karakter, sedemikian itu pula anak dengan cara tidak
siuman mereka hendak terbawa- bawa, hingga kedua orang berumur
di mari berfungsi selaku acuan untuk mereka bagus acuan pada
tataran teoritis ataupun efisien. Papa serta bunda saat sebelum
mereka mengarahkan nilai- nilai agama serta adab dan penuh emosi
pada anak- buah hatinya, awal mereka sendiri wajib
mengamalkannya.

4. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan orangtua sebagai konselur


yang bijak
Bisa jadi tanpa diketahui orangtua kerap dijadikan tempat
tuangan batin untuk buah hatinya, pastinya ialah suatu yang alami
untuk orangtua jadi orang keyakinan dalam mencermati serta
menolong membongkar perkara buah hatinya, tetapi pada faktanya
kalau tidak seluruh orang berumur dapat jadi sahabat curhat yang
bagus untuk buah hatinya, Oleh sebab itu butuh rasanya dipaparkan
sebagian tahap kongrit selaku referensi untuk para orang berumur
dalam memainkan kedudukannya selaku seseorang konsultan yang
dapat diharapkan oleh buah hatinya. Langkah- langkah yang diartikan
antara lain selaku selanjutnya
a. Menciptakan hubungan baik
Dikala anak tiba menemui, seharusnya orangtua memasang
wajahmanis yang melukiskan rasa suka dengan kedatangannya
alhasil ia merasa aman serta tidak merasa kalau ia sudah mengusik
kenyamanan orangtua. Kemudian orangtua dapat bertanya suatu
yang enteng, misalnya:“ Gimana kabarmu nak? sedih hati sekali
agaknya, terdapat yang dapat kubantu?”. dengan sedemikian itu ia
hendak merasa sedikit hening meski belum menceritakan apa- apa.

b. Mendengarkan dengan sepenuh hati

Dikala ia mulai mengantarkan suatu hingga memandang


mukanya merupakan opsi yang amat bijaksana serta untuk orangtua
janganlah sekali- kali memilah pikirannya dengan perkara lain yang
berikan opini mengacuhkan keluhannya, meski telah memandang
kepadanya.
c. Mengenali persoalannya

Kala sang anak menceritakan orangtua kerap kali tidak


adem buat buat lekas menanggapi ataupun memotong dialog
kemudian langsung berikan pemecahan, sementara itu ia terkini
mengantarkan sebagian tutur saja, tetapi sudah memotong
perkataannya dengan berkata:” ok aku telah mengerti arti kalian,
demikian ini saja…….”. Itu merupakan perihal yang kurang bagus,
terdapat bagusnya orangtua mencermati seluruh yang mau ia di
informasikan hingga ia memohon tanggapannya. Karena Bila
mendahulukan ataupun memotong dialog hingga ini bisa
memunculkan kesenjangan antara apa yang di idamkan anak itu
dengan apa yang mau orangtua bagikan padanya.

d. Berempati terhadapnya

Berempati merupakan menaruh perasaan serta benak kita


dedalam perasaan serta benak seorang yang dalam permasalahan,
maksudnya kita sanggup memandang perkara orang lain dari ujung
penglihatan ia, bukan dari ujung penglihatan kita sendiri. Dengan
empati orang hendak merasa kalau kita merupakan orang yang pas
buat dijadikan tempat memberi rasa, cermati pula pergantian
mimik muka mukanya serta berupaya merambah dalam
kesedihannya itu, dengan maksud tutur jika ia meratap bukan
berarti kita wajib meratap, tetapi membagikan kenyamanan sampai
ia kilat lalu dari kesedihan itu.

e. Menjadi pendengar yang baik

Jadi pendengar yang bagus bukanlah gampang, sebab adakalanya


sang anak yang menceritakan mengenai perkaranya cuma buat kurangi
bobot pikirannya tanpa wajib memohon kita membagikan pemecahan
untuknya, dengan menceritakan dadanya yang ketat jadi sedikit lapang,
hatinya yang cemas hati jadi sedikit lega. Hingga dari itu tunggulah
apakah ia memohon kita buat berikan pemecahan ataupun tidak, jika iya
kemudian kitaberikan pengganti jalan keluar tanpa wajib memforsir,
peganglah prinsip kalau ketetapan senantiasa terdapat padanya
f. Jangan berlagak seperti guru

Yang perlu di ingat kalau kala anak menggambarkan


perkaranya pada kita hingga letaknya tidaklah semacam seseorang
anak didik yang terkendala pelajaran serta menginginkan dorongan
gurunya, janganlah berpikiran kalau seakan kita orangtua
merupakan orang yang sangat ketahui, sangat cerdas, sangat
memahami permasalahan. Suasana semacam ini pasti saja hendak
membuat sang anak merasa kurang aman buat berdialog terbuka
serta berterus jelas, sebab ia merasa lebih kecil dari kita, serta
merasa ia diperlakukan semacam anak kecil yang tidak ketahui apa-
apa. Buat menjauhi opini mengajari hingga selaku orangtua wajib
senantiasa ingat kalau kita cumalah seseorang kawan yang
diperlukan buat memberi narasi ataupun berbahas mengenai sesuatu
permasalahan, tidaklah determinan jalur pergi terbaik kepada
perkara itu sendiri.

g. Bisa menyimpan rahasia

Bila kita orangtua telah diyakini hingga telah jadi peranan kita
buat melindungi kerahasiaan kasus sang anak tanpa wajib menunggu
orang itu memohon supaya tidak menceritakan pada orang lain, bujukan
buat menceritakan ke orang lain memanglah amat kokoh, tetapi bisa saja
menceritakan, asal yang dikisahkan itu cuma perkaranya saja, bukan orang
sipemilik permasalahan itu( anak), sebab siapa ketahui pihak lain dapat
menolong bila kita tidak dapat membagikan pemecahan. Tetapi terdapat
bagusnya bila ia memohon dorongan kita buat menanggulangi perkaranya
sedangkan dengan cara bertepatan kita serupa sekali tidak dapat
menolong, hingga janganlah malu buat mengatakannya, lebih bagus kita
sarankan ia buat bertanya dengan ahlinya dari pada kita’ sok Ketahui’
yang kesimpulannya berdampak justru menaikkan kompleks perkara itu
sendiri.

C. HASIL OBSERVASI

Penulis melakukan wawancara dengan Bu Etik (Guru SMK 3 Sukoharjo),


adapun hasil dari waancara tersebut, sebagai berikut:

Peran guru BK dalam mennagani adalah dengan menyelidiki permasalahan


siswa tersebut, melakukan pemanggilan , menjadi mediator antar siswa dan
memberikan pengarahan tentang dampak negatif dan kerugian akibat perilaku
agresifnya tersebut.

Beberapa faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan program BK, yaitu:


1. Penyusunan program BK, belum sesuai dengan aspek-aspek dasar
penyusunan program BK

2. Latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan profesi sebagai guru BK

3. Sarana dan prasarana adalah faktor dominan yang menjadi penghambat


pelaksanaan layanan BK
4. Kurangnya kerjasama antar personalia pelaksanaan layanan BK di sekolah.

Hambatan dalam penyusunan progarm setelah angket diberikan siswa untuk


mengetahui layanan apa yang tepat biasanya siswa dalam mengisi angket tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga dalam pelaksanaan /dalam
pembimbingan kadang kurang pas.

Masalah yang sering dihadapi guru BK : siswa sering tidak masuk sekolah tanpa
keterangan / bolos, Solusi dari permasalahn tersebut adalah : ketika anak
mengulangi berkali kali maka orang tua dipanggil ke sekolah untuk menghadap
guru BK, setelah di teliti ternyata faktor yang menyebabkan anak tersebut sering
bolos adalah karena “Broken Home” dan siswa capek belajar.
D. Penutup
Anak-anak adalah generasi yang memiliki sejumlah potensi yang
patut dikembangkan dalam kegiatan pendidikan serta kreatifitas mereka.
Anak-anak mempunyai karakteristik antara lain pertumbuhan fisik yang
cepat dan matang. Semua potensi anak tersebut akan bermakna apabila
dibina dan dikembangkan secara terarah sehingga mereka menjadi
manusia yang memiliki keberdayaan. Tanpa bimbingan yang baik semua
potensi itu tidak akan memberikan dampak positif, bahkan bisa terjadi
hal yang sebaliknya yaitu menimbulkan berbagai masalah dan hambatan.
Apalagi jika melihat ke depan, tantangan globalisasi makin besar, maka
pembinaan mental dan moral terhadap anak pun harus semakin
dikuatkan. Anak-anak harus berorientasi terhadap pandangan hidup yang
bersifat positif dan aktif serta wajib menentukan dirinya sendiri,
mementingkan kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya, berorientasi
ke masa depan dan belajar merencanakan hidup secermat mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.M. 1997. Bimbingan konseling. Jakarta: Direkrorat Jenderal


Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka.
Daradjat, Zakiyah. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Cet.ke-4. Jakarta : Bulan
Bintang.
Febrini, Deni. 2011. Bimbingan Konseling. Teras: Yogyakarta.
Gunarsa, Ny Singgih D. 1976. Psikologi untuk Keluarga. Jakarta: Gunung
Mulia.
Kartono, Kartini. 1982. Peranan Keluarga Memandu Anak, Sari Psikologi
Terapan. Jakarta: Rajawali Press.
Thalib, M. 1997. Memahami Fitrah Orangtua. Bandung: Baitus Salam.

Anda mungkin juga menyukai