Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Anak merupakan anugerah dari sang pencipta, setiap anak

adalah hal yang luar biasa yang telah diamanahkan oleh Tuhan

yang maha esa. Orang sekitar yang paling dekat dengan anak

adalah orang tua. Dimana orang tua dan anak merupakan bagian

dari keluarga dari keluargalah anak memperoleh pemgaruh yang

sangat besar baik mental ataupun fisiknya. Di dalam keluarga anak

cepat atau lambat akan membentuk konsepsi tentang dirinya baik

tepat maupun kurang tepat, melalui interaksi dalam keluarga

terutama dengan orang tuanya anak tidak hanya mengidentifikasi

tentang dirinya melainkan dengan masyarakat dan alam sekitarnya.

Demikian peta pentingnya dan sangat beroengaruhnya

oeran orang tua terhadap pembentuk kepribadian anak, orang tua

merupakan Pendidikan dan peletak dasar kepribadian anak. Dasar

kepribadian yang ditanamkan orang tua itulah yang akan

bermanfaat atau berperan terhadap pengalaman-pengalaman

selanjutnya yang akan datang. Kemudian anak lahir dalam

pemeliharaan orang tuadan dibesarkan di dalam keluarga, anak

tersebut akan menyerap norma norma pada anggota keluarga dari

ayah, ibu, maupun dari saudara yang lain sehingga betapa besar

peran orang tua dalam membentuk kepribadian anak dirumah.


Mengingat betapa besarnya peran orang tua dam

membentuk kepribadian dan keteladanan anak dengan tujuan

terciptanya pribadi yang sempurna yaitu manusia yang bertaqwa,

cerdas, mempertinggi budi pekerti, bertanggung jawab pada diri

sendiri dan masyarakat, berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.

Namun bukan bearti orang tua merupakan satu-satunya

faktor pengaruh kepribadain anak karena kepribadian anak juga

dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar anak.

Lingkungan sekolah sangat berperan dalam meningkatkan

pola piker anak karena sekolah anak belajar bermacam-macam

ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendiidkan dan jenis sekolah

berperan dalam memnentukan pola piker dan kepribadian anak.

Masyarakat lingkungan tempat tinggal anak, termasuk

teman-teman anak diluar sekolah yang setiap anak pasti memiliki

perbedaan sikap dan perilaku dari semua perbedaan sikap dan

perilaku adalah akibat pengaruh dan pola pikir dari lingkungan

masyarakat yang beraneka ragam. Jadi pengaruh kepribadian anak

harus seimbang antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah

dan lingkungan masyarakat sehingga anak memiliki kepribadian

yang lebih matang dan mandiri.

Berdasarkan pengamatan penulis mengenai peran orang tua

dalam membentuk kepribadian anak di desa jatimurni kecamatan

pondok melati kota Bekasi, anak-anak belum mempunyai minat dan


kesadaran yang tinggi dalam melaksanakan nilai-nilai ajaran

agama islam, seperti masih banyaknya anak yang tidak

memperhatikan waktu sholat, mengikuti kegiatan pengajian, selain

dipegaruhi oleh kurangnya minat, kepribadian anak juga

dipengaruhi oleh media elektronik seperti Handphone, internet,

game online, dan lain-lain. Dengan perkembangan zaman dan

kecanggihan teknologi membuat anak enggan bermain dengan

teman-temannya mereka lebih memilih bermain gane online yang

ada di handphone mereka hal itu pula yang menyebabkan anak

semakin tidak perduli dengan lingkungannya. Hal ini pula

disebabkan oleh orang tua yang sangat sibuk dengan urusan

masing-masing, tketerbatasan pengetahuan, rendahnya Pendidikan

juga menjadi kendala yang mendasar dalam membentuk

kepribadian anak. Selain akibat sibuknya orang tua dengan urusan

diluar rumah, orang tua juga tidak bisa mengatur waktu yang baik

dirumah untuk mengurus anak sehingga kurangnya pengawasan

dalam kegiatan yang dilakukan anak setiap harinya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk

menkaji lebih dalam dan lebih luas dengan mengangkat judul Peran

orang tua dalam membentuk kepribadian anak di desa jatimurni

kecamatan pondok melati kota Bekasi.


B. FOKUS MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas permasalahan yang ada dalam

penelitian ini dapat di fokuskan sebagai berikut:

1. Masih banyaknya anak yang tidak memeperhatikan waktu

sholat.

2. Anak-anak tidak mengkuti kegiatan keagamaan dan lain lain.

3. Banyak anak yang terpengaruh media elektronik seperti

Handphone, internet dan game online. ‘

4. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak mereka.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang

diungkapkan pada penelitian ini yakni bagaimanakah peran orang

tua dalam pembentukan kepribadian anak di era milenial di Desa

Jatimurni Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi ?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimanakah peranan orang tua dalam membentuk kepribadain

anak di era milenial (Studi kasus Desa Jatimurni, Kecamatan

Pondok Melati kota Bekasi)


E. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat secara teoritis

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan

penulis tentang peran orang tua dalam membentuk

kepribadian anak di era milenial.

b. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan tentang

pembentukan kepribadian di era melenial

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi orang tua dapat menjadi pertimbangan dalam

pembentukan kepribadian anak di era melenial

b. Bagi penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan

meraih gelar sarjana Pendidikan di fakultas ilmu Pendidikan

universitas muhammadiyah Jakarta


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Orang tua

a. Pengertian Orang Tua

Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari

ayah dan ibu. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk

mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk

mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk

siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian

orang tua diatas, tidak terlepas dari pengertian keluarga,

karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang

sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri

dari ayah, ibu, dan anak-anak.

Orang tua merupakan pendidik utama bagi anak

mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima

pendidkan, yang artinya bentuk Pendidikan pertama dari

Pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

Orang tua atau ibu dan ayah memegang peranan

yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-

anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu


disampingnya. Oleh karena itu, ia meniru perangai ibunya dan

biasanya, seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila

ibunya menjalankan tugasnya dengan baik. Ibu merupakan

orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi

temannya dan mula-mula dipercayainya. Apapun yang

dilakukan ibu dapat dimaafkannya, kecuali apabila ditinggalkan.

Dengan memahami segala sesuatu yang terkandung didalam

hati anaknya, juga jika telah agak besar, disertai kasih sayang,

dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk selama-lamanya.

Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Dimata anaknya

ia seseorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai di antara

orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah itu melakukan

pekerjaan sehari-hari berpengaruh pada cara pekerjaan

anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi

anak yang agak besar, baik anak laki-laki maupun perempuan,

bila ia mau mendekati dan memahami hati anaknya.

Orang tua dalam keluarga memiliki peran dan tanggung

jawab terhadapanak. Peran dan tanggung jawab tersebut

bertujuan agar supaya anaknya dapat tumbuh dan

berkembang sesuai dengan usianya, mampu bersosial,

dan menjadi anak yang berkepribadian sholeh.

Keluarga merupakan pusat pendidikan pertama, tempat

anak berinteraksi dan memperoleh kehidupan emosional.


Keutamaan ini membuat keluarga memiliki pengaruh yang

dalam terhadap anak.

Disamping itu keluarga merupakan lingkungan alami yang

memberikan perlindungan dan keamanan serta memenuhi

kebutuhan- kebutuhan pokok anak. Keluarga juga merupakan

lingkungan pendidikan yang urgen, tempat anak melalui

hubungannya dengan dunia sekitarnya serta membentuk

pengalaman-pengalaman yang membantunya untuk

berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosial.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil

beberapa pemahaman bahwa orang tua adalah orang yang

diberi amanah untuk mendidik dan mengharapkan anak menuju

jalan yang baik. Jadi, jelaslah orang tua orang yang pertama

yang bertanggung jawab menjadi pendidikan utama di dalam

memelihara anak-anaknya untuk ke jalan yang baik yang dapat

membentuk dan mengarahkan anak-anaknya.

b. Peran Orang Tua Terhadap Anak

Tugas dan peran orang tua keluarga adalah unit pertama

dan institusi pertama di dalam masyarakat dimana hubungan -

hubungan yang terdapat di dalamnya sebagian besar sifatnya

hubungan langsung. Disitulah perkembangan individu dan

disitulah terbentuknya tahap-tahap awal perkembangan dan


mulai interaksi dengannya, ia memperoleh pengetahuan,

keterampilan, minat dan sikap dalam hidup. Dalam keluarga

orang tua sangat berperan sebab dalam kehidupan anak

waktunya sebagian besar dihabiskan dalam lingkungan

keluarga apalagi anak masih di bawah pengasuhan atau anak

usia sekolah dasar, terutama peran seorang ibu. Demikianlah

keluarga atau orang tua menjadi faktor penting untuk mendidik

anak‐anaknya baik dalam sudut tinjauan agama, sosial

kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jadi jelaslah orang

tua mempunyai peranan penting dalam tugas dan tanggung

jawabnya yang besar terhadap semua anggota keluarga yaitu

lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan

keterampilan dan ketentuan rumah tangga, dan sejenisnya.

Orang tua sudah selayaknya sebagai panutan atau model yang

selalu ditiru dan dicontoh anaknya.

Berdasarkan pemaparan di atas, yang dimaksud

dengan peran oleh penulis adalah suatu fungsi atau bagian dari

tugas utama yang dipegang kekuasaan oleh orang tua untuk

dilaksanakan dalam mendidik anaknya. Peran disini lebih

menitikberatkan pada bimbingan yang membuktikan bahwa

keikutsertaan atau terlibatnya orang tua terhadap anaknya

dalam proses belajar sangat membantu dalam meningkatkan

konsentrasi anak tersebut. Usaha orang tua dalam


membimbing anak anak menuju pembentukan watak yang

mulia dan terpuji disesuaikan dengan ajaran agama Islam

adalah memberikan contoh teladan yang baik dan benar,

karena anak suka atau mempunyai sifat ingin meniru dan

mencoba yang tinggi.

Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar bagi

terselenggaranya pendidikan bahkan di tangan orang tualah

pendidikan anak ini dapat terselenggarakan, sebab secara

alami anak pada masa- masa awal kehidupannya berada di

tengah-tengah ibu dan ayahnya. Dasar-dasar pandangan

hidup, sikap hidup, keterampilan hidup banyak tertanam sejak

anak berada di tengah-tengah orang tuanya. Dengan demikian

bentuk pertama pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.

Orang tua dapat mengenalkan kepada anak segala hal yang

mereka ingin beritahukan kepadanya atau yang anak sendiri

ingin mengetahuinya.

Oleh sebab itu orang tua memiliki beban yang sangat berat

dalam memberikan dan menanamkan pendidikan keagamaan

pada anak, keluarga merupakan pendidikan pertama dan

utama yang memberikan akhlak anak, sekolah lembaga

pendidikan hanya membantu dan memfasilitasi. Dalam konteks

pendidikan di rumah ini, islam memberikan bimbingan dan


langkah-langkah penting antara lain berupa, nasehat dan

hukuman serta pujian.

Dalam keluarga, pendidikan dilakukan secara informal

karena disini lah informasi yang pertama diterima oleh anak,

karena orang tua adalah satu-satunya yang pertama kali

dikenal anak dan merupakan orang yang pertama kali

memperkenalkan anak pada lingkungannya. Oleh karena itu,

pandangan anak terhadap orangtua adalah satu-satunya

tempat memusatkan kehidupan, baik jasmani maupun

rohani. Dalam hal ini orang tualah tempat segala-galanya untuk

mengadu.

c. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak

Dalam upaya menghasilkan generasi penerus yang tangguh

dan berkualitas, diperlukan adanya usaha yang konsisten dan

kontinu dari orang tua didalam melaksanakan tugas

memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anak mereka baik

lahir maupun batin sampai anak tersebut dewasa dan atau

mampu berdiri sendiri, dimana tugas ini merupakan kewajiban

orang tua.

Begitu pula halnya terhadap pasangan suami istri yang berakhir

perceraian, ayah dan ibu tetap berkewajiban untuk memelihara,

mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Sederhananya peran


orang tua dapat diartikan sebagai kewajiban orang tua terhadap

anak.

Dalam pendidikan keluarga yang harus memperhatikan, saat

menggunakan perangkat digital. Perangkat-perangkat digital

itu, antara lain televisi, komputer, ponsel cerdas, komputer

tablet dan lain- lain. karena dapat mengakibatkan dampak yang

buruk.

Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak

di tangan kedua orang tua dan tidak bisa dipikulkan kepada

orang lain karena ia adalah darah dagingnya kecuali berbagai

keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagian tanggung

jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain yaitu

melalui sekolah.

Peran orang tua terhadap pendidikan Islam anak yang menjadi

tanggung jawab orang tua menurut Zakiyah Daradjat sekurang-

kurangnya sebagai berikut :

a) Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini

merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena si

anak memerlukan makan, minum dan perawatan agar ia

hidup secara berkelanjutan.

b) Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara

jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan


penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat

membahayakan dirinya.

c) Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak

sehingga bila ia telah dewasa mampu , berdiri sendiri dan

membantu orang lain.

d) Membahagiaan anak untuk dunia dan akhirat dengan

memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan

Allah SWT, sebagai tujuan akhir hidup muslim

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan

bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anak meliputi

berbagai hal diantaranya membentuk pribadi seorang anak,

bukan hanya dalam tataan fisik saja atau materi, juga pada

mental atau rohani, moral, keberagamaan dalam kehidupan

sehari-hari. Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik

dan membina anak secara kontinu perlu dikembangkan kepada

setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak lagi

berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah

disadari oleh teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan

perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah. Tugas

utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak

dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup


keagamaan. Sifat tabiat anak sebagian besar diambil dari

kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga yang lain.

2. Pembentuk Kepribadian Anak

Dalam kehidupan keluarga yang normal atau sebagaimana

terjadi pada umumnya sejak baru dilahirkan kedunia anak hidup

dalam lingkungan keluarga dan mendapatkan asuhan dari kedua

orang tuanya. Hal yang mengisi kepribadian anak adalah semua

yang ada di dalam keluarga tempat si anak tinggal dan di

besarkan didalamnya.

Posisi keluarga mempunyai peranan yang sangat besar

dalam mempengaruhi kehidupan dan perilaku anak. Kedudukan

dan fungsi keluarga itu bersifat fundamental, karena keluarga

merupakan wadah pembentukan watak dan akhlak yang pertama

bagi anak. Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang

yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang

tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan

Bapak. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak,

maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian

adalah hasil dari ajaran orang tuanya tersebut. Sehingga orang

tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas

pendidikan anak-anak.
Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan

membentuk mental anak terletak pada peranan orang tua,

sehingga baik buruknya budi pekerti itu tergantung kepada budi

pekerti orang tuanya Dalam rangka membangun kepribadian anak

supaya jadi anak dengan kualitas kepribadian yang bagus, penulis

mengajukan konsep agar orang tua sebagai pendidik dalam

menanamkan nilai- nilai kepada anaknya sebaiknya berdasarkan

ajaran agama Islam agar anak dapat melaksanakan fungsi

sosialnya sesuai dengan norma agama, norma hukum, norma

kesusilaan dan dengan akhlak yang mulia

Dari uraian diatas tampak jelas bahwa begitu kuatnya

peranan orang tua terhadap kepribadian anak. Oleh sebab itu

adalah keselarasan dan sepemahaman agar tujuan dan keinginan

kedua belah pihak terpenuhi.

a. Pengertian Kepribadian Anak

Kepribadian adalah ciri atau karakteristik atau gaya

atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari

bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya,

keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak

lahir.

Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap

seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan,


khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau

menanggapi suatu keadaan. Kepribadian mencakup

kebiasaan, sikap, dan sifat yang dimiliki seseorang apabila

berhubungan dengan orang lain.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang

khas dan dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang

digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap

rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan

satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.

b. Indikator Kepribadian

Menurut H.J. Eyseck, kepribadian tersusun atas tindakan-

tindakan dan disposisi-disposisi yang terorganisasi dalam

susunan hirarkis berdasarkan atas keumuman dan

kepentingannya, diurut dari yang paling bawah ke yang paling

tinggi adalah:

1) Specific response, yaitu tindakan atau respon yang

terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu,

jadi khusus sekali.

2) Habitual response mempunyai corak yang lebih

umum daripada specific response, yaitu respon-

respon yang berulang-ulang terjadi kalau indivisu

menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis.


3) Trait, yaitu sementarahabitual response yang saling

berhubungan satu sama lain, yang cenderung ada

pada individu tertentu

4) Type, yaitu organisasi di dalam indivisu yang lebih

umum dan lebih mencakup lagi.

c. Faktor Pengaruh Kepribadian anak

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kepribadian

seseorang, factor yang mempengaruhi kepribadian tersebut

terbagi menjadi 2 (dua) yaitu :

1) Faktor Internal : ialah segala sesuatu yang telah dibina

oleh individu sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan

maupun yang bersifat kebutuhan.

2) Faktor eksternal : ialah segala sesuatu yang ada di luar

manusia.

Kepribadian merupakan hasil pengaruh hereditas dan

lingkungan. Menurut Thomas dan kawan-kawan, kepribadian

dibentuk oleh temperamen dan lingkungan yang terus

menerus saling mempengaruhi. Thomas selanjutnya

menerangkan bahwa jika kedua pengaruh itu harmonis, orang

dapat mengharap perkembangan kepribadian yang sehat, jika

tidak harmonis, masalah perilaku hampir pasti akan muncul

Faktor lain yang sering mempengaruhi kepribadian

seseorang dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan tahap


perkembangan adalah faktor biologis. Hal ini meliputi

perkembangan fisik, intelektual, emosional dan moral

seseorang.

d. Cara Orang Tua Dalam Memebentuk Kepribadian Anak

Pada umumnya kepribadian anak ditentukan oleh

Pendidikan, pengalaman serta Latihan yag telah dilalui pada

masa kecilnya dahulu.

Adapun cara-cara yang dilakukan orang tua agar dapat

membangun kepribadian anak atas dasar prinsip-prinsip yang

benar dan kuat adalah sebagai berikut :

1) Peranan cinta kasih dalam pembinaan kepribadian

Para ibu hendaknya jangan membiarkan anak-anaknya jadi

korban panti asuhan, sebab lembaga-lembaga tersebut tidak

dapat memberi kepuasan cinta kasih seorang ibu pada anak.

Seorang ibu hendaknya berusaha mengasuh dan

memberikan cinta kasih pada anaknya, misalnya dengan

sering mengelus kepalannya sebagai ungkapan rasa cinta.

Para ayah juga harus memperhatikan kebutuhan cinta kasih

anak-anaknya, mendudukkan mereka di pangkuannya atau

disebelahnya tanda kasih terhadap mereka. Cinta dan kasih

inilah yang sebenarnya mampu membina kepribadian anak.

Anak yang tumbuh besar karena disusui orang laian atau


karena susu buatan, atau dititipkan pada panti asuhan atau

lembaga penampungan anak, akan tumbuh besar tanpa

memiliki kepribadian yang matang. Masa depannya

penyelewengan dan berpotensi untuk berbuat jahat.

2) Tidak menghina dan mengurangi hak anak

Orang tua hendaknya berhati-hati, jangan sampai menghina

anak-anaknya karena penghinaan adalah suatu tindakan

yang tidak boleh dilakukan dalam pendidikan. Penghinaan

dan celaan adalah tindakan yang dilarang, sekalipun

terhadap bocah kecil yang belum berumur satu bulan.

Penghinaan orang tua terhadap mereka telah memberi

dampak negatif pada pribadi mereka. Dampak negatif ini

tumbuh dan berkembang hingga menghancurkan

kepribadian dan mengubah manusia menjadi ahli maksiat

dan penjahat yang tidak peduli dengan perbuatan dosa dan

haram. Dalam hal ini yang paling berbahaya adalah hinaan

orang tua terhadap anaknya dihadapan orang lain, baik

teman atau keluarga.

3) Perhatian pada perkembangan kepribadian

Jika seorang ayah dan ibu ingin menyumbangkan kepada

masyarakat seorang anak yang sehat dan berkepribadian

matang, maka mereka harus memperhatikan pertumbuhan

kepribadian anaknya. Dalam sebuah Hadist, Rasulullah


bersabda, “Anak adalah sebagai tuan selama tujuh tahun

(pertama), sebagai pembantu selama tujuh tahun (kedua)

dan sebagi wazir selama tujuh tahun (ketiga). Jika kamu

masih mampu membantunya disaat umur dua puluh tahun,

bantulah dia. Jika tidak mampu, lepaskanlah dia. Maka

selesailah sudah tanggung jawabmu di hadapan Allah.” Pada

tujuh tahun pertama hendaknya orang tua membantu

perkembangan kepribadian anaknya dengan memberikan

kasih sayang dan cinta. Seorang ibu sebaiknya memberikan

hadiah kepada anak putrinya jika melakukan pekerjaan

rumah. Seorang ayah pun hendaknya memberikan motivasi

pada anak laki-lakinya dan memberi hadiah setimpal dengan

pekerjaan yang telah di kerjakannya. Hal ini terealisasi jika di

rumah terbentuk suasana penuh kasih dan cinta serta

bahasa yang ramah. adapun pada tujuh tahun ketiga,

hubungan antara seseorang ayah dan anaknya yang sudah

berusia 18 atau 20 tahun, pada usia seperti itu, orang tua

berhak memanfaatkan kemampuan anaknya untuk

melakukan beberapa pekerjaan, akan tetapi dengan

musyawarah. Bukan seperti yang dilakukan sebagian orang

tua yang menyuruh dan melarang anaknya dengan

perkataan yang menyakitkan dan melukai pribadi anak.

4) Menghindari penggunaan kata-kata kotor


Ada sebagian keluarga dimana para ayah dan ibu selalu

menggunakan kata-kata kotor ketika berbicara dengan anak-

anak mereka. Padahal pada setiap tempat, terjaganya

lingkungan masyarakat akan tergantung pada istilah –istilah

dan ungkapan bahasa yang digunakan oleh ayah dan ibu

kepada putra-putrinya.

Misalnya seorang ibunya mendoakan yang jelek kepada

putrinya dan berharap agar anaknya tidak berhasil serta

merndahkan pribadi putrinya dengan membandingkan

secara negatif dengan wanita-wanita lain. Sikap semacam ini

dapat merusak saraf putrinya dan merampas kemampuan

alaminya untuk mengatur urusan suami dan anak-anaknya di

masa depan.

5) Pendidikan agama pada anak

Perkembangan agama pada masa anak terjadi melalui

pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga. Disekolah

dan dalam masyarakat lingkungan, semakin banyak

pengalaman yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran

agama) dan semakin banyak unsur agama, maka sikap

tindakan kelakuan dan caranya menghadapi hidup sesuai

dengan ajakan agama.

3. Era Milenial
a. Pengertian Era Milenial

Echols dalam Abuddin Nata menyatakan Kosakata millennial

berasal dari bahasa Inggris millennium atau millennia yang

artinya masa seribu tahun. Millennia selanjutnya menjadi

sebutan untuk sebuah masa yang terjadi setelah era global, atau

era modern . sebab itu, era millennial dapat pula disebut

erapost-modern. Era ini oleh pada sebagian pakar diartikan

sebagai era back to spiritual and moral atau back to religion.

Yaitu masa kembali kepada ajaran spiritual, moral dan agama.

Generasi milennial merupakan generasi modern, sehingga tak

jarang merekalah yang mengajarkan teknologi pada kalangan

yang lebih tua. Dengan semua serba digital dan online, generasi

ini dapat melihat dunia tidak secara langsung, mengetahui

perkembangan ilmu dan teknologi hanya dengan berselancar di

dunia maya, sehingga bisa tahu segalanya.

Pada tahun 2025 diperkirakan generasi milenial akan

menduduki porsi tenaga kerja di seluruh dunia sebanyak 75

persen. Tidak sedikit posisi pemimpin dan manajer telah diduduki

oleh kaum milennial. Namun, kebanyakan dari milenial

cenderung meminta gaji tinggi, meminta jam kerja fleksibel, dan

sering meminta promosi, menurut hasil riset Sociolab. Meskipun

kaum milenial hidup di era informasi yang menjadikan mereka

tumbuh cerdas, namun mereka kurang loyal terhadap suatu


pekerjaan atau perusahaan. Milenial biasanya hanya bertahan di

sebuah pekerjaan kurang dari tiga tahun, kendati demikian, tidak

sedikit perusahaan yang mengalami kenaikan laba karena

mempekerjakan kaum milenial.

Era ini muncul sebagai respon terhadap era modern yang

lebih mengutamakan akal, empirik, dan hal-hal yang bersifat

materialistik, sekularistik, hedonistik, fragmatik, dan

transaksional. Yaitu pandangan yang memisahkan urusan dunia

dengan urusan akhirat. Akibat dari kehidupan yang demikian itu

manusia menjadi bebas berbuat tanpa landasan spiritual, moral,

dan agama. Kehidupan yang demikian, memang telah

mengantarkan manusia kepada tahap membuat sesuatu yang

mengagumkan, seperti digital technology, cloning, dan

sebagainya. Namun karena tidak disertai landasan spiritual,

moral dan agama, semua temuan yang mengagumkan itu telah

pula digunakan manusia untuk mendukung selera hawa

nafsunya.

b. Tantangan di Era Milenial

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa sekarang ini

perkembangan teknologi tidak henti-hentinya terus menjadi

semakin canggih. Apalagi di zaman yang kita sebut milenial ini

adalah zaman di mana semua manusia mengetahui


teknologi,baik itu dari yang dewasa sampai ke anak-anak yang

dibawah umur. tetapi dengan adanya teknologi ini justru

membuat generasi muda menjadi kehilangan pekerjaan karena

teknologi yang semakin canggih.

Perkembangan teknologi semakin canggih membuat banyak

generasi muda yang kehilangan pekerjaan,itu semua karena

adanya teknologi yang merampas kedudukan mereka seperti

teknologi alat alat canggih yang mampu mengerjakan suatu

pekerjaan dengan sangat cepat dan mudah.Banyak sekali para

generasi muda yang ingin mendapatkan pekerjaan tersebut

tetapi justru teknologilah yang di pergunakan banyak orang

sekarang ini.

Dari dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi

tersebut, sebagai generasi muda kita harus tetap berusaha agar

bisa menyeimbangkan kekuatan otak dengan teknologi yang

semakin canggih itu,bahkan telah diciptakan robot yang

bertingkah seperti manusia. Jika generasi muda hanya berdiam

diri saja maka tahun tahun yang akan datang justru hanya robot

sajalah yang dipekerjakan,tidak ada lagi manusia yang di

pekerjakan.

Dalam mencegah hal tersebut, para generasi harus belajar lebih

giat lagi karena dengan belajarlah kita akan mendapatka apa

yang kita inginkan. Proses yang dihadapi juga pasti memiliki


banyak tantangan yang akan dihadapi,makanya harus

diseimbangkan antara pengetahuan dengan keyakinan kita

dengan Allah SWT. Dalam menjalankan sesuatu harus sungguh

sungguh dan berdoa kepada Allah SWT.

Ada tiga tantangan generasi milenial. Pertama, sekarang kita

menghadapi kompetisi global. Di era kini, anak-anak kita dituntut

lebih cakap berkomunikasi, memiliki kompetensi bahasa standar

internasional dan terampil mengoperasikan kompetensi

komputer serta mampu berkolaborasi secara global.Kedua,

anak-anak kita merupakan generasi consumtif tecnology,

(keranjingan teknologi), khususnya gawai dan internet. Ketiga,

anak-anak kita berhadapan dengan masalah karakter. Anak-

anak kita cenderung tidak bertumbuh dengan apa yang

seharusnya terjadi.

Tiga hal itu memerlukan perhatian sungguh-sungguh dari semua

pihak, khususnya orangtua. Bagaimana kita mengemas

pendidikan, agar-anak kita siap bersaing di tingkat global tapi

memiliki karakter yang kuat. Agar anak-anak kita siap bersaing

tapi memiliki budaya. Mereka memberi nilai lebih dalam diri

mereka, yang menunjukkan

mereka memang orang-orang hebat, ramah, rendah hati, dan

pandai menghargai orang lain.37


Di titik inilah perlu sekali menciptakan kegiatan-kegiatan

pembelajaran yang lebih menarik, yang bisa mengalihkan

perhatian anak-anak kita dari keranjingan gawai. Untuk itu,

sekolah tentu harus membikin sistem pendidikan yang lebih

komprehensif. Tidak saja mencetak anak yang cerdas, tapi juga

anak berkarakter.

c. Pentingnya Peran Orangtua Di Era Milenial

Di era sekarang atau biasa di sebut sebagai era milenial,

merupakan zaman serba teknologi yang mana orang lebih

memilih melakukan sesuatu secara instan. Menggunakan

teknologi yang canggih dapat mempercepat suatu proses

pekerjakan. Dari pesatnya perkembangan teknologi yang

semakin canggih ini tentunya membawa dampak negatif dan

positif bagi kehidupan. Terutama bagi kalangan anak-anak.

Pada masa anak-anak cendrung mengikuti apa yang

dilakukan orang lain. Biasanya mereka lebih suka menghabiskan

waktu untuk nongkrong mencari tempat-tempat yang sekiranya

dapat menghibur, sehingga pergaul bebas, kriminal, tauran,

kekerasan, mengkonsumsi obat-obatan terlarang kerap terjadi di

zaman sekarang ini.

Dari fenomena di atas sangat miris sekali bahwa tingkah

laku anak zaman sekarang lebih mengarah pada perbuatan yang

tidak baik. Kurangnya pengawasan, bimbingan, dan perhatian


dari orang tua sangat berpengaruh sekali terhadap perilaku

anak, karna anak akan leluasa berprilaku orang baik atau buruk.

Bimbingan dan pelajaran pendidikan di sekolah tidaklah cukup

untuk membentuk karakter anak kearah yang lebih baik. Dengan

demikian, sangat diperlukan peran orang tua dimulai dari sejak

kecil untuk bisa membentuk karakter yang baik dan positif.

Pendidikan yang harus diutamakan oleh orang tua adalah

mengajarkan anak tentang ilmu agama, tentang akhlak-akhlak

yang baik, adab beretika serta sopan santun. Karena hal inilah

yang harus pertama kali diutamakan dalam pembentukan diri

anak untuk dapat merubah kebiasaan-kebiasaan buruk yang

sering dilakukan oleh anak.

Di era yang serba digital ini, kita juga dituntun untuk

mengikuti zaman agar tidak ketingalan dari kecanggiahn-

kecanggihan yang ada yaitu dengan memanfatkan teknologi

secara bijak, memanfaatkannya untuk menciptakan perubahan

ke arah yang positif, serta memberikan informasi-informasi yang

bermanfaat bagi banyak orang. Orang tua sebagai lingkungan

pendidikan pertama kali dalam mendidik anak harus bisa

menjalin kerja sama dengan lingkungan sekolah. Karena,

dukungan orang tua dapat memberi penguatan mental dan kasih

sayang kepada anak dalam menempuh pendidikan di sekolah.

Peran keluarga juga penting untuk memfiltrasi pengaruh


buruk yang dihadapi oleh anak ketika berada di luar rumah.

Tugas mendidik anak yang diemban para orang tua tidak hanya

terbatas pada pemenuhan hak-hak dasar anak namun juga

mencakup perencanaan pendidikan anak dalam jangka waktu

panjang. Sebagai perencana pendidikan anak, orang tua

hendaknya mempersiapkan dana pendikan anak sebagai modal

awal untuk investasi ilmu anak-anak di masa depan. Dana

pendidikan bisa dipersiapkan dengan cara menabung atau

mengikuti program asuransi pendidikan anak secara berjangka.

Banyak dizaman sekarang ini orang tua hanya menganggap

bahwa memberikan kebutuhan anak secara materi terasa cukup

untuk perkembangan anak dan merasa bahwa pendidikan di

sekolah terasa sudah cukup untu untuk mengarahkan kearah

yang lebih baik. Sebagai orang tua senantiasa dapat

mengarahkan anak-anaknya kearah yang lebih baik agar tercipta

generasi penerus yang baik pula dan diberi kemudahan dalam

mendidik. Maka dari itu peran orang tua sangatlah diperlukan

karena sebagai alat kontrol terhadap prilaku anak dalam

bertindak.

B. Kerangka Berfikir

Untuk memudahkan dalam mencapai tujuan penelitian

diperlukan kerangka berpikir, maka kerangka berpikir ini adalah:

Pembentukan
Kepribadian
Kepribadian

Orang Anak

Tua

Mencari Peran Orang


Tua Dalam
Pembentukan
Kepriadian Anak Di Era
Milenial

Kerangka berpikir diatas menjelaskan bahwa pada pembentukan

kepribadian anak yang akan di teliti untuk mendapatkan informasi

yaitu orang tua dan kepribadian anak di era milenial, setelah itu

baru mencari peran orang tua dalam pembentukan kepribadian

anak di era milenial


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kp. Sawah Desa Jatimurni

kecamatan Pondok Melati RT/RW 006/002 Kota Bekasi.

Adapun pemilihan lokasi tersebut dengan alasan karena lokasi

penelitian relatif dengan domisili peneliti sehingga

memudahkan penelitian, mudah dijangkau, dan bisa lebih

efisien waktu dan biayanya.

2. Kegiatan penelitian ini (Peran Orang Tua Dalam Pembentukan

Kepribadian Anak Di Era Milenial Di Desa Jatimurni Pondok


Melati Kota Bekasi) dilaksanakan pada bulan Maret 2022

sampai dengan bulan Agustus 2022. Adapun, alokasi penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian
Agustus
Maret

Kegiatan
April

Juni
Mei

Juli

1. Penyusunan Skripsi
Penentuan Pedoman
2.
Pertanyaan Penelitian
3. Penyusunan Proposal
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Pembuatan Draft Laporan
7. Penyempurnaan Laporan
8. Penggandaan Laporan
9. Sidang dan Perbaikan
B. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian (inquiry),

menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis,

membandingkan, mencari hubungan, menafsirkan hal-hal yang

bersifat teka-teki. Banyak jenis pencarian yang dapat dilakukan

bedasarkan pendekatannya dibedakan antara pendekatan

kuantitatif dan kualitatif, bedasarkan sifatnya dibedakan antara

penelitian dasar, terapan dan evaluatif, sedangkan bedasarkan

fungsinya dibedakan antara penelitian deskriptif, improftif, dan

prediktif. Kegiatan pencarian ini bisa juga dibedakan bedasarkan

cara atau metode pencariannya (mode of inquiry) atau metode

penelitian.1

Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode

penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan

jawaban yang teliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian.

Banyak metode penelitian atau model rancangan penelitian yang

biasa digunakan dalam penelitian bidang sosial dan Pendidikan.

Jenis penelitian ini adalah peneltian lapangan dengan

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Bogyan dan

Tylor dalam Lexy J Moleong penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
C. Desain Penelitian

Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan deskriptif. Artinya, data yang dikumpulkan bukan

berupa data angka, melainkan data yang berasal dari naskah

wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan atau

memo peneliti dan dokumen resmi lain yang mendukung. Tujuan

menggunakan pendekatan kualitatif adalah agar peneliti dapat

menggambarkan realita yang terjadi terkait dengan Peran

Lingkungan Keluarga Dalam Membentuk Kepribadian Anak

Dilingkungan Desa Pondok Melati Kota Bekasi.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan informan penelitian, yaitu sumber

tempat untuk mendapatkan keterangan penelitian yang diperoleh

baik berupa orang, gerak dan respon sesuatu. Adapun yang

menjadi informan penelitian ini adalah oprang tua.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Teknik sampling yang

digunakan ialah menggunakan snowball sampling. Snowball

sampling adalah teknik penentu sampel yang mula-mula jumlahnya

kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding

yang lama-lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel,

pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan

dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan,

maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan
dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya.

Begitu juga seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu

teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan

mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

berlangsung. Observasi yaitu mengadakan pengamatan

langsung terhadap peran orangtua dalam pembentukan

kepribadian anak di era milenial di Desa Talang Tinggi

Kecamatan Seluma Barat Kabupaten Seluma. Observasi ini

digunakan untuk memperoleh data awal sekaligus sebagai

pendukung data-data lainnya dengan penulis melihat sekaligus

dalam setiap kegiatan guna memperoleh data yang akurat dan

dapat juga berfungsi sebagai pelengkap dari kekurangan

diperoleh sebelumnya.

2. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono wawancara merupa kan

pertemuan dua orang yang bertukar informasi dan ide melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu. Wawancara adalah proses percakapan

dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang,

kejadian, kegiatan, organisasi, dan motivasi. Wawancara ini


digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila

peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam dan respondennya sedikit atau kecil.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

berencana yang mana terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang

telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Wawancara ini

ditujukan kepada orang tua untuk memperoleh data tentang

peran orang tua dalam pembentukan kepribadian anak di era

milenial di Desa Talang Tinggi Kecamatan Seluma Barat

Kabupaten Seluma. Dalam penelitian ini ditujukan kepada

sebanyak 12 orang yang menjadi sumber data penelitian terdiri

dari 6 oramg tua, 6 anak, dan 3 tokoh masyarakat atau

perangkat desa di desa Talang Tinggi Kecamatan Seluma

Barat Kabupaten Seluma.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan

pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara

dalam penelitian kualitatif. Pada dasarnya, dokumen digunakan

untuk memperkuat penelitian kualitatif agar dapat lebih


dipercaya.

Untuk menggali informasi yang berkaitan dengan laporan dan

hal- hal yang berhubungan dengan peran orang tua dalam

pembentukan kepribadian anak di era milenial di Desa Talang

Tinggi Kecamatan Seluma Barat Kabupaten Seluma.

F. Teknik Analisa Data

Menurut Sugiyono analisis data adalah proses mencari dan

menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam

unit-unit, melakukan sintesa, menusun kedalam pola, memilih

mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan

sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Penelitian ini tergolong kualitatif, maka teknik analisis data yang

dilakukan dengan melalui beberapa tahap mulai dari pengumpulan

data yang ada, data primer maupun skunder dengan melalui

dengan tahapan-tahapan berikut ini:

1. Editing, yaitu untuk dapat menganalisis data yang sudah

terkumpul guna memperbaiki data serta untuk menghilangkan

keraguan data melalui perkembangan guna melihat apakah

data yang ada tersebut benar atau konsisten atau tidak.

2. Kategorisasi, yaitu menggelompokkan dari semua data yang

telah terkumpul dan disusun atas dasar pemikiran


membedakan yang bersifat data pokok atau penunjang atau

pendapatan yang ada.

3. Penyajian data, yaitu dengan secara bagian baik data yang

disajikan dengan angket atau dari data penunjang lainnya.

Dengan demikian dapat diketahui beberapa jumlah populasi

yang menjawab dari jawaban alternatif yang tersedia.

4. Penafsiran, tahap ini merupakan tahap akhir dalam

menganalisis data , baik melalui pengeditan, pengelompokan,

dan penafsiran data yang merupakan penjelasan yang

terperinci tentang arti yang sebenarnya dalam temuan-temuan

yang didapat dalam penelitian, sehingga dapat diambil

interprestasi sesuai apa yang terjadi didalam suatu penelitian

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Spesific Response

Specific response, yaitu tindakan atau respon yang terjadi pada

suatu keadaan atau kejadian tertentu, jadi khusus sekali. Spesific

response meliputi kejujuran anak, kepedulian, menentukan pilihan,

respon terhadap keberhasilan serta kegagalan yang dihadapi anak.

Menurut pemaparan wawancara dari Ibu Henni :


“Ketika anak saya ketahuan berbohong maka saya akan

menegurnya terlebih dahulu. Lalu memberitahukan bahwa saya

tidak akan marah walaupun dia jujur malah saya akan menghargai

kejujurannya dan saya akan memberitahukan bahwa apa yang dia

lakukan salah dan akan memberikan solusi untuk masalah yang dia

hadapi tetapi dengan catatan jujur itu utama dan wajib”

Perihal kejujuran yang menjadi prioritas yang harus ditanamkan

kepada anak sejak dini karena akan menjadi suatu kebiasaan di

masa depan. Pernyataan Ibu Inge dalam wawancaranya

“Saya akan menasehati anak saya ketika melakukan suatu

kebohongan agar tidak melakukan kebohongan lagi. Selain itu saya

selalu mengajarkan mengenai nilai-nilai agama dimana melarang

berbohong dan mewajibkan berkata dengan jujur kepada

semuanya”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka perlunya mendidik

kejujuran kepada anak sejak dini. Penanaman keimanan terhadap

Allah SWT juga akan menunjang akhlak kejujuran pada anak.

Pemahaman agama dengan baik maka akan menjadikan anak

berperilaku jujur karena percaya setiap perbuatan pasti akan

diawasi dan akan mempertanggung jawabkan di akhirat. Orang tua

memiliki peranan dan tanggungjawab penuh atas pendidikan akhlak

dalam membentuk kepribadian anak.

Berdasarkan sikap orang tua yang menanamkan kejujuran


kepada anaknya maka berdampak pada kepribadian anak yang jujur

pada setiap situasi dan kondisi. Menurut penuturan anak dari Ibu

Henny bahwa dia sudah terbiasa jujur kepada setiap situasi kepada

orang tuanya.

“Saya sudah pernah berbohong untuk yang terakhir kali kepada

Ibu. Saat itu karena saya ingin uang saku yang lebih untuk bisa

keluar dengan teman-teman. Akan tetapi, saya kepergok di jalan

sama Ibu. Akhirnya ibu memperingatkan saya bahwa berbohong itu

kebiasaan buruk yang sifatnya candu. Dengan pemahaman nilai

agama dari TPQ saya juga selalu mengingatkan bahwa berbohong

adalah dosa sehingga sekarang saya tidak pernah berbohong lagi

karena Ibu selalu memberikan arahan dan nasehat kepada saya

akan semua yang akan saya perbuat. Jika saya salah Ibu selalu

membenarkan ke jalan yang baik”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menyatakan bahwa

peran orang tua sangat penting dalam membentuk kepribadian yang

jujur pada anak. Jujur yang dibiasakan sejak dini akan menjadi

suatu kebiasaan dan karakter kepribadian bagi anak.

Kepedulian kepada sesame juga perlu ditanamkan sejak dini

untuk menciptakan pribadi yang memiliki rasa empatik. Orang tua

yang baik akan mengajarkan kepada anak mengenai rasa peduli

terhadap sesame. Ketika terpupuk rasa peduli maka anak juga

belajar untuk menurunkan ego dalam diri mereka. Menurut


penuturan wawancara dari Ibu Jihan menyebutkan bahwa beliau

sering meminta anaknya untuk berbagi

“Ketika ada teman yang berkunjung dan anak saya masih

memegang cemilan saya selalu menyuruhnya untuk berbagi cemilan

kepada teman-temannya”

Pernyataan ini juga didukung oleh pemaparan dari Ibu Naufal

yang mengajarkan anaknya untuk membantu orang lain yang

membutuhkan.

“Saya selalu mengajarkan kepada anak saya untuk membantu

orang yang meminta tolong kepada kita”

Pernyataan tersebut selaras dengan yang diungkapkan oleh Ibu

Nadia tentang penanaman sikap peduli terhadap anak

“Saya mengajarkan kepada anak saya untuk membantu orang

semaksimal mungkin dan sesuai kemampuannya dalam membantu

orang tersebut. Jangan terlalu dipaksakan saja”

Berdasarkan pernyataan tersebut setiap orang tua yang baik

akan mengajarkan anaknya menjadi pribadi yang peduli terhadap

sesama. Dampak penerapan kebiasaan peduli pada sesama telah

diungkapkan dalam penuturan anak dari Ibu Nadia

“Saya menjadi lebih banyak teman karena setiap kesulitan

mereka meminta bantuan saya dan saya menolong mereka

semampu saya”

Maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan sikap


kepedulian pada anak maka akan menjadi kepribadian peduli dan

dapat mengontrol ego anak. Disisi lain anak menjadi lebih mudah

berteman atau bergaul sehingga memiliki banyak teman.

Pilihan terkadang merupakan suatu hal yang sulit bagi anak.

Sebagai orang tua memiliki peranan penting untuk mengarahkan

pilihan yang baik dan benar serta berdampak baik pada anak

mereka. Hal tersebut diungkapkan oleh Ibu Andi

“Anak saya selalu meminta pertimbangan saya ketika

menghadapi pilihan yang sulit. Contohnya dalam pemilihan sekolah

kemarin antara SMA atau SMK untuk sekolah lanjutan. Terlebih

dahulu saya tanyakan kepada anak saya apakah ingin segera

bekerja atau ingin belajar lebih mandalam di SMA dan lanjut kuliah.

Saya menyuruhnya untuk berfikir dengan tenang dan jernih. Keesok

paginya anak saya memilih untuk melanjutkan jenjang SMK karena

ingin cepat kerja katanya”

Dan pernyataan ini dijawab oleh anaknya melalui wawancara

“Saya selalu dibimbing oleh orang tua dalam menentukan pilihan

yang bagi saya sulit dengan mempertimbangkan banyak hal

sehingga pilhan sekolah lanjutan saya memilih SMK. Orang tua

saya selalu membimbing saya dalan hal memilih suatu pilihan.

Banyak positif negative yang dijelaskan jika saya memilih dan

mengarahkan saya ke pilihan yang terbaik versi saya”

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa


peran orang tua dalam mendampingi anaknya menentukan pilihan

sangat penting. Pendampingan ini sangat diperlukan oleh anak

untuk menuntun anak memilih pilihan yang tepat dan keputusan

yang tepat dengan segala pertimbangan dari pihak orang tua dan

anak.

Dalam setiap keputusan pasti anak juga mengalami kegagalan

maupun keberhasilan di dalamnya. Sebagai orang tua perlu

mendukung apapun kondisi anak dalam keberhasilan maupun

kegagalan yang dialami. Support orang tua akan menguatkan dan

memberi kelapangan hati anak sehingga anak merasa adanya kasih

sayang dari kedua orang tuanya dan terus bersemangat dalam

menjalani keputusan yang telah dibuatnya. Menurut penuturan dari

Ibu Maryati

“Ketika anak saya berhasil dalam pilihan yang sudah dia susun

tergetnya tentu saja saya sangat bangga dan saya akan beri

apresiasi berupa hadiah yang dia inginkan. Akan tetapi terkadang

pilihan anak saya meleset sehingga tidak sesuai rencana yang dia

targetkan. Disaat itu saya sangat mensupport usaha yang dia

lakukan dan terus menyemangati untuk rencana selanjutnya atau

rencana yang sama tetapi strategi pelaksanaannya yang berbeda”

Dari penuturan Ibu Maryati maka saya juga melakukan

wawancara terhadap anaknya

“Saya dalam melakukan suatu hal pasti sudah ada pertimbangan


plus minus sebelumnya sehingga tiba pada keputusan saya. Orang

tua saya selalu support saya ketika gaga maupun berhasil. Ketika

berhasil mereka akan memberikan apresiasi berupa hadiah sesuai

yang saya inginkan dan ketika saya menghadapi kegagalan mereka

selalu menguatkan saya dan menyuruh saya untuk ikhlas dan

mempelajari kegagalan tersebut supaya menjadi suatu

pembelajaran kedepannya agar saya tidak mengalami kegagalan

yang sama”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa peran orang tua sangat berarti dan bermakna bagi anak

dalam pendampingan support sistem sehingga anak tidak terpuruk

dalam kegagalan yang mereka hadapi. Justru anak akan belajar dari

sebuah kegagalan agar tidak terulang kembali.

B. Habitual Respone

Habitual response mempunyai corak yang lebih umum

daripada specific response, yaitu respon-respon yang berulang-

ulang terjadi kalau indivisu menghadapi kondisi atau situasi yang

sejenis.Habitual Respone meliputi karakter kepribadian yang

menjadi suatu kebiasaan pada anak, adap tata karma,

kedisiplinan, berubah menjadi lebih baik setiap harinya, tidak

mengulangi kegagalan yang sama. Menurut penuturan dari Ibu

Musdalifah

“Saya mengajarkan sejak dini kepada anak saya mengenai


akhlak yang baik serta kemandirian dengan tujuan apapun yang

dilakukan anak saya harus memikirkan dampak kebaikan yang

akan di dapat anak saya serta orang sekitar jangan sampai anak

saya melakukan hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang

lain”

Pernyataan tersebut juga didukung oleh pemaparan

wawancara anak dari Ibu Muzdalifah

“Ibu saya selalu menanamkan menjadi orang harus selalu

berbuat baik serta mandiri agar dapat membantu orang lain dan

tidak menyusahkan sehingga menjadi karakter dalam diri saya”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka peran orang tua

dalam mengajarkan kepribadian anak yang baik akan menjadikan

hal tersebut sebagai karakter yang tertanam dalam diri anak.

Salah satu hal kepribadian baik yaitu adanya adab tata karma

dimana tata karma adalah suatu sistem agar anak dapat

menghargai orang lain. Hal ini perlub ditanamkan pada diri anak

sejak dini sehingga anak memiliki pribadi yang sopan dan

nantinya akan menjadikan anak menjadib sosok yang karismatik

serta berwibawa karena bisa menempatkan dirinya dengan baik

kepada siapa saja.Menurut penuturan wawancara dari Ibu

Muzdalifah

“Saya dari sejak anak saya kecil sudah saya ajarkan sopan

santun kepada orang lain. Contohnya ketika meminta tolong saya


ajarkan untuk mengucapkan tolong bukan memerintah lalu setelah

diberi sesuatu oleh orang lain saya selalu mengajarkan

mengucapkan terimakasih”

Pernyataan ini didukung oleh anaknya dalam wawancara

akibat penerapan sopan santun sejak dini

“Menjadi suatu kebiasaan pada diri saya untuk menghargai

orang lain missal dalam memerintah kan kasar yam aka saya

perhalus dengan ucapan minta tolong dan lalu setelah orang

tersebut menolong saya maka saya akan mengucapkan

terimakasih”

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa

penerapann adab sopan santun sejak dini akan emngajarkan

anak bagaimana cara menghargai orang lain yang sudah

menolong kita. Hal ini juga akan menjadi kepribadian anak tumbuh

menjadi pribadi yang memiliki etika sopan santun.

Kedisiplinan juga tak kalah pentingnya dalam membangun

generasi yang mengerti akan waktu. Waktu terus berjalan dan

tidak bisa diputar kembali maka perlunya anak memiliki

manajemen waktu dengan baik agar semua keinginan atau target

yang dimiliki anak bisa tercapai maksimal. Sesuai penuturan dari

Ibu Maimunah

“Saya selalu mendidik anak secara konsisten terhadap waktu

yang telah ditetapkan. Misalnya utamanya untuk masalah


beribadah salat 5 waktu. Saya mengajarkan anak saya untuk salat

tepat pada waktunya sehingga anak saya menjadi terbiasa dan

tidak menunda-nunda apalagi meninggalkan salat yang memang

sudah menjadi kewajiban kita sebagai manusia kepada Ilahi”

Pernyataan tersebut didukung oleh anak dari Ibu Maimunah

“Setiap hari saya Alhamdulillah dapat mengerjakan salat tepat

pada waktunya. Sejak kecil saya diajak Ibu saya untuk

menunaikan salat berjamaah di masjid. Selain tepat waktu juga

akan meningkatkan kekhusukan saya dalam beribadah”

Berdasarkan haisl wawancara tersebut dapat disimpulkan

bahwa peranan orang tua dalam mendisiplinkan anak menjadi

suatu kebiasaan hingga anak itu dewasa sehingga semua yang

telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik.

Menjadi manusia yang lebih baik dari hari ke hari merupakan

suatu dambaan bagi setiap manusia. Namun perlunya pengajaran

dari kekurangan yang sudah dilakukan dari hari sebelumnya dan

menjadi pelajaran untuk memperbaiki di hari setelahnya. Manusia

yang beruntung adalah manusia yang bisa menjadi versi terbaik

dalam hidupnya. Menurut penuturan dari Ibu Febby

“Saya menekankan kebiasaan pada kedisiplinan waktu sejak

dini. Banyak target yang sduah anak saya susun dengan adanya

sistematika jadwal yang bagus sehingga keberhasilan dari

targetnya tercapai dengan maksimal. Sesekali kegagalan juga dia


hadapi. Namun saya selalu membesarkan hatinya agar

introspeksi atas kekurangan yang menyebabkan kegagalan

tersebut”

Hal tersebut didukung oleh anaknya mengenai apa yang

sudah ditanamkan Ibu Febby kepada anaknya

“Ibu saya selalu mengajari dan mengarahkan saya mengenai

sistematika target sehingga saya sudah terbiasa menjalankannya

sesuai sistematika tersebut. Penyiapan planning A dan B dalam

perencanaan tentunya sangat diperlukan untuk mengantisipasi

kegagalan. Intropeksi diri juga saya lakukan jika saya menemukan

kegagalan”

Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa

penerapan introspeksi dalam kegagalan agar lebih baik dari hari

ke hari dibutuhkan support dari orang tua dan juga pengarahan

dari orang tua untuk membimbing anak menjadi lebih baik di hari-

hari setelah anak mengalami kegagalan.

Cara penyampaian ornag tua juga menjadi perhatian agar

anak bisa menerima sebuah kegagalan dan bisa terus memikirkan

kemajuan dalam hidupnya. Menurut Ibu Zahra perlunya

penyampaian dengan baik kepada anak

“Saya memperingatkan anak saya untuk tidak mengulangi hal

yang sama yang membuat dia gagal. Akan tetapi saya

menyampaikan dengan tata bahasa yang baik sehingga anak


saya bisa mengerti dengan maksud yang saya sampaikan”

Pernyataan tersebut juga didukung oleh anaknya

“Saya dalam menghadapi kegagalan selalu diberi waktu oleh

orang tua saya untuk menenangkan pikiran dan membreakdown

apa penyebab saya gagal. Lalu saya akan meminta orang tua

saya menyimak pemecahan masalah saya dan mereka akan

mengarahkan saya ke jalan yang tidak memiliki hambatan yang

sama dengan sebelumnya”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperlukannya peran

orang tua dalam membimbing anak setelah memperingatkan

mengenai kesalahan yang mereka lakukan. Support dari orang

tua sangat diperlukan untuk kemajuan anak.

C. Trait

Trait, yaitu sementara habitual response yang saling

berhubungan satu sama lain, yang cenderung ada pada individu

tertentu. Trait meliputi perbedaan pendapat, menghargai

pendapat orang lain, cara pergaulan yang baik, kepedulian

terhadap sesame dan pengambilan keputusan dalam

musyawarah.

Di dalam musyawarah seringkali terjadi perbedaan pendapat

dan anak juga harus diajarkan rasa saling menghormati pendapat

orang lain terlebih ketika pendapatnya tidak menjadi sebuah

keputusan di dalam musyawarah. Menurut penuturan wawancara


dari Ibu Heni perlunya mengajarkan anak bersikap baik ketika di

dalam suatu diskusi atau musyawarah.

“Saya mengajarkan anak saya untuk mendengar

pembicaraan lawan bicara tanpa adanya penyelaandan

menyimak secara baik-baik. Saya juga mengajarkan anak saya

untuk dengan lapang hati akan semua yang menjadi keputusan

di dalam musyawarah serta menghargai perbedaan pendapat

teman-temannya dalam komunitas”

Pernyataan tersebut didukung oleh penuturan wawancara

anak dari Ibu Heni

“Saya sering mengikuti organisasi di sekolah. Banyak

terjadinya perdebatan dalam setia[ musyawarah. Akan tetapi

orang tua saya sudah sering mengajak saya berdiskusi di dalam

keluarga. Menyimak permasalahan yang pertama saya lakukan.

Sehingga timbulnya pikiran kritis dalam diri saya. Saya terlatih

untuk problem solving karena di lingkungan keluarga juga sudah

diikut sertakan orang tua saya. Sehingga saat saya di organisasi

bukan hal yang sulit bagi saya dalam pemecahan masalah yang

dihadapi organisasi yang saya ikuti”

Berdasarkan pernyataan tersebut dalam disimpulkan bahwa

peranan orang tua dalam mengajari anak menghargai pendapat

serta menghadapi perbedaan pendapat membuat anak terbiasa

untuk berfikir kritis. Sehingga anak akan mengikuti musyawarah


dengan baik dan memecahkan masalah dengan baik.

Pergaulan dengan sesama juga memiliki aturan yang baik

eperti tidak boleh berkata kasar dan kotor kepada orang lain,

menghargai orang lain dan juga memiliki tata krama yang dapat

menempatkan diri pada tempatnya. Tak kalah pentingnya

kepedulian atau kepekaan anak terhadap orang lain yang harus

diasah sejak dini. Menurut pernyataan Ibu Yuliani dalam

mengajarkan pergaulan pada anaknya

“Saya menyuruh anak saya agar tidak membeda-bedakan

teman dan harus saling menghormati perbedaan. Akan tetapi

saya juga mengajarkan anak saya untuk selektif dalam memilih

teman pergaulan. Karena itu juga akan berpengaruh terhadap

dirinya”

Pernyataan tersebut didukung oleh penuturan wawancara

anaknya Ibu Yuliani

“Saya mau berteman dengan siapa saja tetapi ada

batasannya. Kalau teman dekat bisa juga disebut sebagai

sahabat hubungan kami dekat. Kalau ada masalah saya cerita ke

sahabat saya. Tetapi kalau hanya sekedar teman saya mau kok

dengan siapapun”

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan

bahwa peranan orang tua dalam penanaman rasa empati dan

juga mengarahkan anak untuk bisa bergaul dengan baik memang


dibutuhkan sifat selektif dalam memilih lingkup pertemanan agar

membawa dampak positif pada anak. Pertemanan yang baik

yaitu saling menghormati dan saling menghargai dan tetap

memiliki batasan-batasan yang harus dipatuhi dan dihormati.

D. Type

Type, yaitu organisasi di dalam indivisu yang lebih umum dan

lebih mencakup lagi. Type meliputi pengenalan emosional,

pengendalian emosi, pengembangan potensi, menambah value

diri anak

Terkadang orang tua kurang bisa mengenali emosi anak

sendiri dikarenakan anak kurang memiliki kedekatan psikologis

dengan orang tuanya sehingga anak mencari pelampiasan emosi

di luar rumah. Akan tetapi orang tua dapat memberikan kenyaman

dan perhatian sehingga lebih mudah untuk mengenali dan

mengontrol emosi anaknya. Menurut ibu Nayla dalam mengenali

dan mengontrol emosi anak

“Saya selalu mengamati perkembangan anak saya terutama

ketika dia marah atau kesal. Saya akan membiarkan dia wktu

untuk menenangkan diri dahulu. Setelah itu akan saya tanyakan

permasalahan yang membuat dia emosi. Anak saya selalu

terbuka kepada saya dimana saya bisa lebih mudah membantu

anak saya mengontrol emosinya”

Pernyataan tersebut didukung dengan penuturan anaknya dari


Ibu Nayla

“Saya diajarkan orang tua saya untuk diam ketika ada yang

menjahati saya nanti akan saya lampiaskan dengan makan pedas

lalu berwudhu dan melaksanakan salat. Cara ini baik untuk diri

saya dan dapat menstabilkan emosi saya”

Berdasarkan hasil wawancara maka dapat disimpulkan bahwa

amarah atau kesal atau emosi pada anak dibutuhkan peranan

orang tua yang bisa mendengar keluh kesah anak. Selain itu

penanaman nilai agama akan mampu mengontrol emosi anak

sehingga tidak meledak-ledak.

Emosi juga bisa menjadi hal positif ketika diarahkan dengan

baik. Misalnya berlomba-lomba dalam kebaikan, berlomba

menuntut ilmu, dan berlomba untuk mendapatkan nilai yang baik

dengan jalan yang baik yaitu belajar. Menurut penuturan dari Ibu

Natasya mengenai didikan kepada anak secara emosional potensi

“Saya mengajarkan anak untuk mengenali terlebih dahulu apa

yang menjadi hobinya. Lalu saya berikan guru pendamping yang

bisa support hobinya”

Pernyataan tersebut juga didukung dengan pernyataan

anaknya Ibu Natasya

“Orang tua saya selalu mendukung apa yang saya senangi

asal positif. Disana saya bisa menemukan value yang ada pada

diri saya dibanding orang lain sehingga saya dengan maksimal


mengasah potensi diri saya sesuai apa yang saya senangi”

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa

peranan orang tua dalam menggali potensi anak sangatlah

penting. Orang tua juga memiliki peran untuk mengarahkan

potensi anak kearah yang positif sehngga menjadikan anak

memiliki value lebih. Selain itu orang tua berperan sebagai

fasilitator anak dalam menggali potensinya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa peran orang tua dalam pembentukan

kepribadian anak di era milenial di Desa Jatimurni

Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi sangatlah penting.

Peranan orang tua meliputi :

1. Specific response, yaitu tindakan atau respon yang

terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu, jadi

khusus sekali. Spesific response meliputi kejujuran

anak, kepedulian, menentukan pilihan, respon

terhadap keberhasilan serta kegagalan yang dihadapi

anak.

2. Habitual response mempunyai corak yang lebih umum

daripada specific response, yaitu respon-respon yang

berulang-ulang terjadi kalau indivisu menghadapi

kondisi atau situasi yang sejenis.Habitual Respone

meliputi karakter kepribadian yang menjadi suatu

kebiasaan pada anak, adap tata karma, kedisiplinan,


berubah menjadi lebih baik setiap harinya, tidak

mengulangi kegagalan yang sama.

3. Trait, yaitu sementara habitual response yang saling

berhubungan satu sama lain, yang cenderung ada

pada individu tertentu. Trait meliputi perbedaan

pendapat, menghargai pendapat orang lain, cara

pergaulan yang baik, kepedulian terhadap sesame dan

pengambilan keputusan dalam musyawarah

4. Type, yaitu organisasi di dalam indivisu yang lebih

umum dan lebih mencakup lagi. Type meliputi

pengenalan emosional, pengendalian emosi,

pengembangan potensi, menambah value diri anak

B. Saran

Untuk penelitian selanjutnya dibutuhkan penelitian

lebih lanjut mengenai perbandingan orang tua yang

memiliki karakter pendidikan yang berbeda-beda apakah

terdapat pengaruh antara pengetahuan atau ilmu yang

lebih luas atau tinggi terhadap kualitas pendidikan anak di

dalam keluarga.

Anda mungkin juga menyukai