Anda di halaman 1dari 16

JURNAL PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN GAYA BELAJAR ANAK

Imam Nur Kholiq


2319074
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan
IAIN Pekalongan

ABSTRAK

Pembentukan karakter dan gaya belajar tidak bisa dilakukan secara maksimal oleh sekolah
tanpa kerjasama dari keluarga. Keluarga merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak
dan menjadi dasar penting dalam pembentukan karakter dan gaya belajar anak. Anak
diibaratkan seperti selembar kertas putih kosong yang harus diisi, dalam hal ini peran orang
tualah yang sangat dominan mendidik anak sejak dini, dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang membangun kebiasaan- pembiasan positif, mampu menjadi contoh yang baik. belajar
sangat berkaitan dengan strategi siswa dalam mentransfer ilmu yang diperoleh baik saat
proses belajar berlangsung di kelas maupun pembelajaran di rumah. Dengan mengetahui gaya
belajar, siswa memiliki strategi untuk meningkatkan prestasi belajar. Diharapakan melalui
artikel ilmiah ini siswa dapat mengembangkan gaya belajar yang sesuai dengan dirinya
sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik.

Kata Kunci: Peran Orang Tua, Gaya Belajar, Anak

PENDAHULUAN

Orang tua merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar siswa. Peran orang tua sangat berpengaruh pada prestasi siswa. Selain peran orang
tua, keberhasilan seorang anak dalam mencapai prestasi belajarnya sangat dipengaruhi oleh
gaya belajar sebagai faktor internalnya. Salah satu keberhasilan seorang anak dalam
pendidikan dapat ditunjukkan dengan prestasi belajarnya di bidang akademik, namun pada
kenyataannya yang telah terjadi saat ini adalah semakin tingginya tuntutan siswa untuk
meningkatkan prestasi akademik, sementara proses belajar atau daya belajar yang dimiliki
siswa masih dalam tahap biasa saja.

Penerapan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan belajar siswa baik di
rumah maupun di sekolah. Kebiasaan belajar inilah yang menyebabkan sebuah pola yang
disebut sebagai gaya belajar. Dunn dan Dunn dalam bukunya psikologi pendidikan
(Sugihartono, 2007: 53) menjelaskan bahwa gaya belajar merupakan kumpulan karakteristik
pribadi yang membuat suatu pembelajaran efektif untuk beberapa orang dan tidak efektif
untuk orang lain. Berarti gaya belajar merupakan cara anak belajar yang paling disukainya.
Setiap orang memiliki gaya belajar masing-masing. Pengenalan gaya belajar sangat penting.
Bagi guru dengan mengetahui gaya belajar tiap siswa maka guru dapat menerapkan teknik
dan strategi yang tepat, baik dalam pembelajaran maupun pengembangan diri. Seorang siswa
juga harus mengetahui jenis gaya belajarnya. Dengan demikian ia telah memiliki kemampuan
mengenal diri yang lebih baik dan mengetahui kebutuhannya. Pengenalan gaya belajar akan
memberikan pelayanan yang tepat terhadap apa dan bagaimana sebaiknya disediakan dan
dilakukan agar pembelajaran dapat berlangsung optimal.

A. PERANAN ORANG TUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN


POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK

Anak berbakat yang dimaksudkan ini lebih diorioentasikan kepada bidang akademik,
sehingga untuk seterusnya dapat disebut anak berbakat akademik (ABA). ABA secara fitrah
memiliki kebutuhan untuk berkembang, sehingga mereka memerlukan bantuan yang berarti
dari orang dewasa di sekitarnya, baik orang tua atau guru, selama proses pertumbuhan dan
perkembangannya guna mencapai perkembangan optimal. Sekiranya mereka dapat
berkembang optimal, maka kehadirannya diharapkan lebih bermanfaat bagi orang lain. Pada
kenyataannya sebagian besar orangtua ABA dan guru atau pihak lainnya belum mampu
menunjukkan kontribusinya secara bermakna. Hal ini diperkuat dengan masih banyak anak
berbakat yang terabaikan potensinya oleh orang tua pada usia dini. Kondisi yang demikian
diduga dapat disebabkan oleh kurangnya informasi tentang anak berbakat akademik pada
orang tua dan kurangnya peduli terhadap pendidikannya. Untuk dapat mengantarkan anak
berbakat akademik dapat mengembangkan diri secara optimal, maka salah satu strateginya
adalah meningkatkan peran orang tua secara lebih bermakna.

1. Sikap Orang tua dan Keluarga Terhadap Keberbakatan Anak


Clark, (1983) menegaskan bahwa orang tua dan keluarga memainkan bagian yang
sangat berarti dalam setiap fase pertumbuhan dan perkembangan anak dan berpengaruh
terhadap hasil dari setiap keputusan pendidikan. Atas dasar itulah diyakini bahwa keluarga
merupakan suatu tempat kelahiran yang sesungguhnya dari suatu keunggulan. Artinya bahwa
pengasuhan dalam keluarga merupakan tempat awal dari setiap usaha melakukan bimbingan
dan pendidikan bagi optimalisasi perkembangan. Lebih jauh lagi diakui bahwa kehadiran
orangtua sungguh berpengaruh terhadap kemampuan fisik, emosi, sosial, intuisi, dan kognitif
3 anak. Apa yang nampak dari perilaku yang muncul pada seorang individu seringkali
mengikuti secara langsung apa yang telah dilakukan orang tuanya sebelumnya. Selama orang
tua tetap konsisten dengan perilakunya, keadaan masyarakat dan pengaruh luar yang begitu
kerasnya tidak akan mampu mengkontaminasi perilaku anak secara langsung. Demikian pula
selama orang tua itu peduli dan penuh perhatian terhadap keberbakatan anaknya, maka
keberbakatan itu akan mengalami perkembangan yang berarti. Dengan demikian perhatian
orang tua sedini mungkin, akan sangatlah berarti bagi pengembangan suatu keberbakatan.
Untuk dapat memberikan perhatian yang memadai, setiap orang tua yang anaknya berpotensi
unggul perlu mengetahui semua jenis karakteristik lebih detil. Kehadiran anak berbakat di
tengah-tengah keluarga adalah suatu anugerah yang tidak selalu diberikan oleh Tuhan kepada
setiap orang, sehingga sangat patut disyukuri, bukan dikufuri. Wujud mensyukurinya, orang
tua berkewajiban menerima kehadirannya secara positif dengan memberikan lingkungan
yang kondusif dan bermakna bagi pertumbuhan dan perkembangan keberbakatan.
2. Peran Orang tua Terhadap Keberbakatan Anak
a. Orang tua sebagai pendidik (educator), artinya orang tualah dalam proses
pendidikan anak dapat memainkan peran dalam pembentukan pribadi dan moral,
bahkan meletakkan dasar-dasar dalam kecakapan hidup.
b. Orang tua sebagai guru, artinya bahwa orang tua dalam kehidupan sehari-hari
dapat memainkan peran untuk melakukan kegiatan belajar, apakah itu kegiatan
membaca, menulis, maupun berhitung, sehingga anak-anak memiliki kesiapan
untuk melakukan aktivitas belajar sebagaimana yang dikehendaki di sekolah.
c. Orang tua sebagai motivator, artinya bahwa orang tua dapat memotivasi anak dan
mendorongnya baik langsung maupun tidak langsung, sehingga membuat anak-
anak itu menyukai kegiatan belajar dan bekerja.
d. Orang tua sebagai supporter, artinya bahwa orang tua seharusnya mampu
memberikan dukungan baik moril maupun materiil yang sangat diperlukan anak
untuk melakukan kegiatan belajar baik di rumah maupun kepentingannya di
sekolah. Dukungan yang deberikan hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip
pedagogis, sehingga benar-benar dukungannnya lebih bermakna bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak.
e. Orang tua sebagai fasilitator, artinya bahwa orang tua seharusnya mampu
menyisihkan waktu, tenaga, dan kemampuannya untuk menfasilitasi segala
kegiatan anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua dapat
menciptkan lingkungan yang kondusif bagi terciptanya kegiatan belajar dan
bermain bagi anak di rumah, sehingga memungkinkan semua kebutuhan anak
untuk tumbuh dan berkembang dapat dicapai dengan mudah.
f. Orang tua sebagai model, artinya bahwa orang tua seharusnya menjadi contoh
dan teladan di rumah dalam berbagai aspek kecakapan dan perilaku hidupnya,
sehingga anak-anak dapat mengikuti yang baikbaik di rumah, sebelum anak-anak
memasuki kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Misalnya : tutur kata,
kebiasaan membaca, berdialog atau berdiskusi setiap menghadapi persoalan
dengan cara yang sedemokratis mungkin dan tidak dengan sikap otoriter, respek
antara sesama, dan sebagainya.
B. PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK
USIA DINI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perkembangan kreativitas anak usia dini terkait erat
dengan peranan orang tua. Hubungan ibu dan ayah atau orang dekat lainnya dengan anak
memberikan dasar sejauh mana anak dapat mengembangkan kreativitasnya. Kebanyakan
orang tua mendambakan anaknya untuk kreatif, tetapi tidak tahu bagimana cara
mengembangkan kreativitas anak. Maka kreativitas anak sangat penting untuk perkembangan
selanjutnya karena masa anak adalah masa yang sangat berpengaruh terhadap masa
selanjutnya. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang
sangatfundamental, para pakar berpendapat bahwa usia anak 0 – 6 tahun merupakan masa
keemasan (golden age) yang akan menentukan perkembangan anak selanjutnya. PAUD
merupakan upaya pembinaan dan pengembangan yang ditujukan bagi anak usia 0 – 6 tahun
dalam aspek kesehatan, gizi dan psikososial (kognitif, sosial dan emosional) dilakukan oleh
lingkungan yang akan berpengaruh besar pada proses tumbuh kembang anak.

1. Kreativitas Anak Usia Dini


Kreativitas adalah salah satu aspek yang dikembangkan dalam Pendidikan Anak Usia
Dini. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik,
membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan
halhal baru. Suasana yang optimal untuk mengembangkan kreativitas memungkinkan
tergalinya bentuk-bentuk kreativitas terdiri dari :
a. Gagasan
Gagasan adalah pemikiran yang menghasilkan timbulnya konsep dan menghasilkan
berbagai macam pengetahuan. Gagasan terbagi sebagai berikut:
 Berpikir luwes, artinya anak mampu memberikan jawaban atau ide yang tidak
kaku, dan memilki ciri yang sama.
 Berpikir orisinil, artinya anakmampu memberikan jawaban atau ide yang berbeda
sesuai dengan apa yang anak imajinasikan dan belum ada sebelumnya.
 Berpikir terperinci, artinya anak mampu melakukan tugas dengan tekun dan teliti
detail serta terstuktur.
 Berpikir menghubungkan pengetahuan artinya anak mampu mengingat masa lalu
dan masa kini.
b. Sikap
Sikap adalah perilaku yang dihasilkan oleh seseorang. Terbagi sebagai berikut:
 Rasa ingin tahu, artinya anak senang bertanya, mencoba hal-hal yang baru, serta
tidak canggung terhadap situasi yang baru atau asing.
 Kesediaan untuk menjawab, artinya anak senang untuk mengungkapkan ide dan
pendapat yang ia miliki dan senang terhadap pengalaman orang lain.
 Berani mengambil resiko, artinya anak tidak takut melakukan kesalahan, senang
melakukan sesuatu yang baru, tidak pantang menyerah serta berani
mengungkapkan gagasan baru yang anak miliki.
 Percaya diri artinya anak mampu mengungkapkan berbagai ide gagasan yang
anak miliki, tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain serta berani
mengekspresikan diri.
c. Karya
Karya merupakan sesuatu yang dihasilkan seseorang, terbagi menjadi:
 Permainan
 Mampu memodifikasi berbagai permainan
 Mampu menyusun berbagai bentuk permainan
 Karangan anak (tulisan dan menggambar)
 Mampu memyusun karangan berupa tulisan atau cerita
 Mampu menggambar sesuatu yang baru atau mampu memodifikasi gambar yang
anak buat.
2. Peranan Orang tua Terhadap Kreativitas Anak

Peranan orang tua yang dapat megoptimalkan kreativitas anak yaitu orang tua yang
selalu memberikan waktu yang cukup untuk anak berpikir dan merenung serta berkhayal
tentang suatu hal atau pada saat anak memecahkan suatu masalah maka anak tersebut telihat
tampak lebih dapat mengoptimalkan kreativitasnya dibandingkan dengan orang tua yang
selalu menentukan pilihannya terhadap keinginan anak sehingga anak tersebut tidak dapat
mandiri dan kurang kreativitasnya. Orang tua yang cenderung bersikap otoriter dalam
pengasuhannya cenderung membuat anak bersikap ketakutan dan tidak terlatih untuk
berinisiatif serta tidak mampu menyelesaikan masalahnya dan tidak mampu membuat suatu
kreasi yang bermakna.

Suasana rumah dan keluarga yang hangat dan penuh dukungan, suasana yang saling
menghargai dan kooperatif antara setiap anggota keluarga dapat mengoptimalkan
perkembangan kreativitas anak. Suasana yang saling menghargai dan mendorong adanya
perbedaan menyababkan munculnya kreativitas yang bervariasi yang dapat dihasilkan oleh
seorang anak. Anak yang terbisa mandiri tetapi tetap dalam pengawasan dari orang tua dan
orang tua yang terbiasa bersikap penuh welas asih dan dapat menerima alasan anak terhadap
semua tindakan anak yang konstruksif, akan berdampak anak tersebut menjadi bahagia,
mempunyai rasa percaya diri, memiliki problem solving yang baik, dapat berkomunikasi baik
dengan teman-temannya dan orang dewasa disekitarnya sehingga anak tersebut menjadi lebih
kreatif.

Maka kunci penunjang anak agar anak dapat kreatif adalah jika orang tua mendukung,
memberi kebebasan pada anak tentunya kebebasan yang terkontrol serta senantiasa memberi
penghargaan apada anak apapun hasil karya ciptannya sehingga tumbuh rasa percaya diri
dalam diri anak, dan anak menjadi mandiri serta berani dalam melakukan segala aktivitas
kegiatannya. Oleh sebab itu orang tua wajib senantiasa memiliki sikap-sikap yang
mendukung perkembangan kreativitas anak menjadi lebih baik dan terus berkembang secara
optimal.
C. POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP GAYA BELAJAR SISWA

Pola asuh menurut Casmini dalam Palupi (2007:3) adalah bagaimana orang tua
memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak
dalam mencapai proses kedewasaan hingga keadaan upaya pembentukan normanorma yang
diharapkan oleh masyarakat pada umumnya. Pola asuh sebagai bentuk interaksi antara orang
tua dan anak perlu diketahui dan dikaji mendalam dalam upaya peningkatan prestasi belajar
siswa. Kondisi saat ini, sebagian besar kedua orang tua bekerja sehingga perhatian terhadap
anak tentu tidaklah optimal. Hal inilah yang mempengaruhi gaya belajar siswa dan perhatian
siswa terhadap prestasi belajarnya di sekolah. Guru sebagai pendidik disekolah memerlukan
bantuan penuh dari orang tua sebagai mitra belajar anak dirumah. Untuk itulah penelitian ini
dilakukan agar sekolah dalam hal ini guru dapat mengetahui peran orang tua melalui pola
asuhnya dikeluarga dan gaya belajar yang dimiliki siswanya. Sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung optimal.

1. Gaya Belajar

Para ahli memberikan pengertian beberapa pengertian gaya belajar. Pada dasarnya
kemampuan seseorang untuk memahami sudah pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat,
sedang dan adapula yang sangat lambat. Oleh karena itu, siswa seringkali harus menempuh
cara yang berbeda untuk bisa memamahi informasi dan pelajaran yang sama. Gaya belajar
merupakan cara belajar yang khas bagi siswa. (Winkel, 2009) Apapun cara yang dipilih,
perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan ternaik bagi setiap individu untuk
bias menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Jika seseorang bisa memahami bagaimana
perbedaan gaya belajar setiap orang, maka dapat memandu seseorang untuk mendapatkan
gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya

2. Macam-Macam Gaya Mengajar

Fleming dan Mills (1992) dalam Slameto (2003) mengajukan kategori gaya belajar
(Learning Style) VARK ( Visual, Auditory, Read-write, Kinestetic) tersebut sebagai berikut :

 Visual (V) Kecenderungan ini mencakup menggambarkan informasi dalam bentuk


peta, diagram, garfik, flow chart dan symbol visual seperti panah, lingkaran, hirarki
dan materi lain yang digunakan instruktur untuk mempresentasikan hal-hal yang dapat
disampaikan dalam kata-kata. Hal ini mencakup juga desain, pola, bentuk dan format
lain yang digunkan untuk menandai dan menyampaikan informasi.
 Aural atau Auditory Learning (A) Modalitas ini menggambarkan preferensi terhadap
informasi yang didengar atau diucapkan. Siswa dengan modalitas ini belajar secara
maksimal dari ceramah, tutorial, tape diskusi kelompok, bicara dan membicarakan
materi. Hal ini mencangkup berbicara dengan suara keras atau bicara kepada diri
sendiri.
 Read – Write Strategi belajarnya meliputi: Tuliskan kata-kata secara berulang-ulang;
Baca catatan Anda (dengan sunyi) secara berkali-kali; Tulis kembali ide atau
informasi dengan kalimat yang berbeda; dan Terjemahkan semua diagram, gambar,
dan sebagainya ke dalam kata-kata.
 Kinestetic atau Tactile Learner (K) Berdasarkan definisi, modalitas ini mengarah pada
pengalaman dan latihan (simulasi atau nyata, meskipun pengalaman tersebut
melibatkan modalitas lain. Hal ini mencakup demonstrasi, simulasi, video dan film
dari pelajaran yang sesuai aslinya, sama halnya dengan studi kasus, latihan dan
aplikasi.
3. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Gaya Belajar Siswa

Pola asuh yang efektif itu bisa dilihat dari hasilnya anak jadi mampu memahami
aturan-aturan di masyarakat, syarat paling utama pola asuh yang efektif adalah landasan cinta
dan kasih sayang. Penerapan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan belajar
siswa baik di rumah maupun di sekolah. Kebiasaan belajar inilah yang menyebabkan sebuah
pola yang disebut sebagai gaya belajar. Orang tua merupakan salah satu faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada
prestasi siswa. Selain pola asuh orang tua, keberhasilan seorang anak dalam mencapai
prestasi belajarnya sangat dipengaruhi oleh gaya belajar sebagai faktor internalnya.

D. PENGARUH LATAR BELAKANG TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DAN


GAYA BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Lingkungan yang sangat memengaruhi tumbuh kembangnya anak adalah keluarga dan
latar belakang tingkat pendidikan orangtua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Haditono
(1979); Hurlock (1974) menyatakan lingkungan yang terdekat dengan anak adalah keluarga,
faktor latar belakang tingkat pendidikan orangtua merupakan sesuatu yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan anak. Latar belakang tingkat pendidikan orangtua ini berkorelasi
positif dengan cara mereka mengasuh anak, sementara pengasuhan anak berhubungan dengan
perkembangan anak. Hal ini berarti makin tinggi pendidikan terakhir orangtua akan makin
baik pula cara pengasuhan anak dan akibatnya perkembangan anak terpengaruh berjalan
secara positif. Sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan orangtua akan kurang baik dalam
mengasuh anak, sehingga perkembangan anak berjalan kurang menguntungkan
(Sulistyaningsih, 2005:3).

Latar belakang tingkat pendidikan orangtua disini yaitu ibu. Hal tersebut dikarenakan ibu
merupakan faktor terpenting dalam mendidik anak karena ibu sebagai lingkungan pertama
anak bersosialisasi dari anak lahir hingga dewasa, sedangkan ayah berperan sebagai hakim
saja. Ibu dalam mengajarkan pelajaran sekolah pada anak harus mengetahui gaya belajar,
seperti apakah gaya belajar yang cocok digunakan dalam pengajaran kepada anak. Maka dari
itu, gaya belajar sangat penting diketahui oleh orangtua. Hubungannya dengan latar belakang
tingkat pendidikan orangtua dengan gaya belajar, yaitu orangtua terutama ibu yang
mempunyai latar belakang tingkat pendidikan lebih baik maka akan mengetahui gaya belajar
seperti apakah yang tepat dalam pengajaran anak, tetapi sebaliknya orangtua yang
mempunyai latar belakang tingkat pendidikan kurang baik maka akan cenderung tidak
memerhatikan gaya belajar apakah yang tepat digunakan dalam pengajaran. Gaya belajar
merupakan cara belajar anak sesuai dengan karakter anak masing-masing, Hal ini sesuai
dengan pernyataan Santrock (2012:174) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan pilihan
seseorang dalam cara menggunakan kemampuannya.

Dari hasil penelitian penyebaran angket kepada 251 subjek penelitian, diperoleh data
hipotesis pertama pengaruh latar belakang tingkat pendidikan orangtua terhadap hasil belajar
siswa. Dari analisis ditemukan bahwa terdapat kecenderungan antara variabel latar belakang
tingkat pendidikan orangtua yaitu ibu di SDN kelas IV Kecamatan Sananwetan Kota Blitar
termasuk dalam kategori baik, meskipun kategori baik tinggi namun masih terdapat latar
belakang tingkat pendidikan orangtua yang buruk yaitu masih terdapatnya orangtua yang
mempunyai pendidikan rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang tingkat
pendidikan orangtua mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa, logikanya orangtua
akan memiliki pendidikan yang baik maka akan berdampak pada hasil belajar siswa yang
meningkat. Hal ini dapat dipahami bahwa latar belakang tingkat pendidikan orangtua dapat
memberikan manfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar menjadi lebih baik lagi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipotesis pertama menyatakan terdapat pengaruh yang
signifikan antara latar belakang tingkat pendidikan orangtua, yaitu ibu terhadap hasil belajar
siswa besarnya nilai F hitung sebesar (7,695)> dari F tabel (3,879) atau terlihat pada kolom
sig (0,000) < (0,05) hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dikemukakan yaitu Ho
ditolak dan H1 diterima (Santoso, 2000).

Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil penelitian Yuliana (2014) yang menyatakan
bahwa tingkat pendidikan orangtua dan gaya belajar siswa sangat memengaruhi hasil belajar
siswa. Pada kondisi semacam ini diperlukannya orangtua yang berperan aktif dalam
pengajaran gaya belajar seperti apakah yang cocok untuk siswa agar hasil belajar siswa
meningkat. Demikian pula ditambahkan oleh Widodo (2015) bahwa latar belakang tingkat
pendidikan orangtua memiliki peranan yang sangat penting untuk menjadikan hasil belajar
siswa meningkat. Orangtua yang mempunyai pendidikan tinggi pastinya akan mengarahkan
anak untuk belajar sesuai dengan gaya belajar siswa yang sesuai dengan karakteristik anak,
hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa akan meningkat. Kajian lainnya dikemukakan oleh
(Nadhiroh, 2009) menyatakan bahwa gaya belajar sangat berpengaruh pada hasil belajar
siswa. Siswa yang dapat mengenali gaya belajarnya maka akan membuat hasil belajarnya
meningkat. Sebaliknya, siswa yang tidak mengenali gaya belajaranya sendiri maka akan
mengahsilkan hasil belajarnya tergolong rendah. Maka dari itu penting sekali mengetahui
gaya belajar yang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing.

E. PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA


1. Prestasi Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan


kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Belajar ialah
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (dalam
Muhibbin Syah, 2010: 90). Pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah proses belajar. Pengukuran yang
dilakukan guru lazimnya menggunakan tes sebagai alat ukur. Hasil pengukuran tersebut
berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran
bagi para siswa, yang lebih dikenal dengan prestasi belajar (dalam Sugihartono, 2007: 130).
Dari beberapa definisi tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh seseorang melalui usaha belajar, berupa kemampuan seseorang
dalam mencapai pengetahuan, sikap dan keterampilan baik mempelajari, memahami maupun
mengerjakan tugas yang telah diberikan yang dinyatakan dalam bentuk nilai dan angka.
Prestasi Belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri (internal) maupun dari
luar diri (eksternal), yang tergolong faktor internal adalah:

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh
seperti penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor Psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas:
 faktor intelektif yang meliputi potensial yaitu kecerdasan dan bakat, kecakapan
nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
 faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap,
kebiasaan, gaya belajar, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
c. Faktor Kematangan Fisik maupun Psikis. Yang tergolong faktor eksternal, ialah:
 Faktor Sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok.
 Faktor Budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi kesenian.
 Faktor Lingkungan Fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.
 Faktor Lingkungan Spriritual atau Keamanan.

2. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Prestasi Belajar ditentukan oleh proses belajar, untuk menuju hasil prestasi yang baik
diperlukan gaya belajar. Gaya belajar setiap siswa berbeda-beda, dan masing-masing gaya
belajar tersebut memiliki nilai positif dan negatif, begitu juga dengan dampaknya kepada
orang tersebut dan disekelilingnya. Siswa yang tidak mengenal gaya belajarnya akan
menghasilkan prestasi belajar yang buruk. Selain itu tentu saja mutu pendidikan yang baik
juga mempengaruhi gaya belajar siswa, begitu juga dengan lingkungan siswa tersebut.
Namun motivasi yang tinggi bagi siswa untuk mengembangkan gaya belajar sangat
mendukung untuk mencapai prestasi belajar. Hal ini berarti setiap orang mempunyai gaya
belajar yang berbeda-beda. Rahasia keberhasilan pembelajaran terletak pada pengenalan
seseorang terhadap dirinya sendiri, kesesuaian gaya mengajar dan gaya belajar, potensinya,
dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Hampir semua siswa yang berprestasi rendah adalah
siswa yang gaya belajarnya tidak cocok dengan gaya mengajar guru di sekolah.

F. TINGKAT DUKUNGAN ORANG TUA TERHADAP BELAJAR SISWA


Berdasarkan data yang terkumpul diperoleh gambaran tingkat daya dukung orang
tua/wali terhadap belajar anak ada 13 (41,9%) orang tua yang memiliki daya dukung terhadap
belajar anak masuk dalam kategori sangat tinggi, 14 (45,1%) orang tua memiliki daya dukung
terhadap belajar anak kategori tinggi, dan 4 (12,9%) orang tua memiliki daya dukung
terhadap belajar anak masuk dalam kategori sedang, serta tidak ada orang tuan yang masuk
kategori rendah dan sangat redah daya dukungnya terhadap belajar anak.

Sedangkan tingkat dukungan orang tua/wali terhadap belajar anak menurut pendapat
siswa tampakditemukan 14 (45,1%) siswa yang berpendapat bahwa daya dukungun orang tua
atau wali terhadap belajar mereka masuk kategori sangat tinggi. Sejumlah yang sama siswa
berpendapat bahwa orang tua atau wali mereka memiliki daya dukung kategori tinggi.
Ditemukan 2 (6,4%) siswa berpendapat bahwa daya dukung orang tua mereka terhadap
belajar masuk kategori sedang, dan 1 siswa (3,2%) berpendapat bahwa daya dukung orang
tua mereka masuk kategori rendah, serta tidak ada siswa yang berpendapat daya dukung
orang tua mereka masuk kategori sangat rendah.

Dari data orang tua ditemukan 4 orang tua yang perolehan sekor daya dukung terhadap
belajar anak masuk kategori sedang. Sedangkan dari data siswa ditemukan 3 siswa yang
memandang orang tua atau wali mereka kurang memiliki daya dukungan dalam belajar.
Setelah dianalisis, data penilaian orang tua terhadap daya dukung mereka yang berada pada
kategori sedang dan data pendapat siswa yang berada pada kategori kurang setuju dan tidak
setuju merujuk pada orang tua yang sama. Empat orang tua tersebut akan dijadikan sebagai
subjek yang mendapatkan layan home visit untuk meningkatkan sistem dukungan orang tua
terhadap belajar anak.

Berdasarkan temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa sebagian besar orang tua
memiliki daya dukung sangat tinggi dan tinggi terhadap belajar anak, membuktikan bahwa
sebagian besar orang tua siswa memberikan perhatian terhadap pendidikan anaknya. Hal ini
membuktikan apa yang dikatakan Santrock (2003) bahwa keluarga merupakan pilar utama
dan pertama dalam membentuk siswa mandiri. Dukungan yang paling besar dalam
lingkungan rumah bersumber dari orang tua. Juga sejalan dengan yang dikatakan Hawes &
Jesney (Padavick, 2009) bahwa keterlibatan orang tua diartikan sebagai partisipasi orang tua
terhadap pendidikan dan pengalaman siswanya.

Keterlibatan orang tua merupakan partisipasi orang tua dalam pendidikan belajar siswa
baik di sekolah maupun di tempat lain yang dapat mendukung kemajuan siswa. Keterlibatan
orang tua merupakan proses keterlibatan keluarga yang meliputi sikap, nilai-nilai, dan praktik
orang tua dalam membesarkan siswa. Hubungan siswa dengan orang tua yang hangat dan
responsif, serta partisipasi orang tua dalam aktivitas yang berpusat pada siswa dapat
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari beberapa butir
kuesioner yang skor rata-ratanya tinggi. Misalnya item nomor 29: “Seberapa sering Anda
bersikap tidak peduli akan kebutuhan fasilitas belajar anak Anda di rumah?” dengan skor
rata-rata 4,84 dari skala 1-5. Artinya, sebagian besar orang tua mendukung belajar anak
dengan menyediakan fasilitas belajar. Penyediaan fasilitas belajar termasuk dalam dukungan
instrumental. Bentuk dukungan instrumental orang tua misalnya penyediaan sarana dan
prasarana bagi pencapaian prestasi atau penguasaan kompetensi (Lestari, 2012).

G. ANALISIS PERAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK


1. Pendidikan Karakter Anak

Pengertian karakter secara etimologis, kata karakter berasal dari bahasa Latin
kharakter atau bahasa Yunani kharassein yang berarti memberi tanda (to mark), atau bahasa
Prancis carakter, yang berarti membuat tajam atau membuat dalam. Dalam bahasa Inggris
character, memiliki arti: watak, karakter, sifat, dan peran. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari pada yang lain1 . Secara sederhada suatu nilai yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku itulah yang disebut karakter.

2. Peran Keluarga (Orang Tua) Dalam Membentuk Karakter Anak

Peran orang tua Faktor penentu bagi perkembangan anak baik fisik maupun mental
adalah peran orang tua, terutama peran seorang ibu, karena ibu adalah pendidik pertama dan
utama bagi anak- anak yang dilahirkan sampai dia dewasa. Dalam proses pembentukan
pengetahuan, melalui berbagai pola asuh yang disampaikan oleh seorang ibu sebagai
pendidik pertama sangatlah penting. Pendidikan dalam keluarga sangat berperan dalam
mengembangkan watak, kepribadian, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keagamaan dan moral,
serta ketrampilan sederhana. Dalam konteks ini proses sosialisasi dan enkulturasi terjadi
secara berkelanjutan. Hal ini bertujuan untuk membimbing anak agar menjadi manusia yang
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, tangguh, mandiri, inovatif, kreatif, beretos kerja, setia
kawan, peduli akan lingkungan, dan lain sebagainya yang berguna pada diri anak sendiri,
masyarakat dan bangsa. Searah dengan penjelasan di atas, Thomas Lickona mengatakan
bahwa secara umum orang-orang memandang keluarga merupakan sumber pendidikan moral
yang paling utama bagi anak-anak. Mereka adalah guru pertama dalam mendidik moral.
Hubungan antar orang tua dan anak dipengaruhi dengan berbagai perbedaan khusus dalam
hal emosi, yang menyebabkan anak merasakan dicintai dan dihargai atau sebaliknya.

Dalam mendidik anak, keluarga atau orang tua ada banyak peran yang akan
mempengaruhi pola pikir dan perilaku dari seorang anak :

a. Orang tua dapat memberikan penjelasan mengenai hal baik dan buruk bagi anak,
penting bagi anak untuk mendapat penjelasan terhadap kelakuan itu.
b. Pendidikan yang keras juga akan menyebabkan anaknya menjadi keras,
menggunakan pola pendidikan yang keras akan menyebabkan anak-anak menjadi
disiplin, namun malah juga akan meningkatkan kemungkinan seorang anak untuk
tidak nyaman.
c. Apa yang dilakukan orang tua akan ditiru oleh anak, anak akan mengikuti apa
yang menjadikan kebiasaan orang tuanya. Jadi dalam mendidik anak untuk
memiliki karakter yang baik, orang tua harus memberi contoh yang positif kepada
anak baik dalam tingkah laku atau berbicara.
d. Orang tua harus bisa menjaga anaknya dari lingkungan social yang buruk.
Apabila orang tua sudah mendidik anaknya dengan baik, maka disamping itu
orang tua harus bisa menjaga atau mengawas anaknya dalam kehidupan bersosial.
e. Memberi kasih sayang dan semangat, orang tua harus memberi kasih sayang dan
menghargai anak, baik di saat mereka mendapatkan nilai ujian yang bagus
maupun ketika mereka tidak mendapat hasil yang diinginkan karena
sesungguhnya mereka telah bekerja keras.
H. KESIMPULAN

Keberhasilan seorang anak dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal salah
satunya yaitu dengan menciptakan gaya belajar yang disukainya, peran orang tua sangat
penting dalam menunjang keberhasilan seorang anak. dalam mengoptimalkan potensi
berbakat akademik seorang anak membutuhkan peranan orang tua sebagai pendidik,
motivator, dan fasilitator. dalam mengembangkan kreativitas, seorang anak membutuhkan
dukungan orang tua untuk memberi kebebasan dalam memecahkan suatu masalah serta
memberikan penghargaan atas karyanya supaya dapat menciptakan rasa percaya diri pada
anak. penerapan pola asuh orang tua dapat mempengaruhi kebiasaan belajar siswa dengan
berlandasan cinta dan kasih sayang sehingga anak mampu memahami aturan-aturan dalam
bermasyarakat. selain itu latar belakang pendidikan orang tua dapat mempengaruhi tumbuh
kembang seorang anak, orang tua dengan tingkat pendidikan yang baik maka akan
mengetahui gaya belajar yang baik pula, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar anak.
prestasi belajar ditentukan oleh proses belajar, untuk menuju hasil belajar yang baik
diperlukan gaya belajar. yang tidak kalah penting yaitu tingkat dukungan orang tua terhadap
belajar anak, dengan memberikan perhatian terhadap pendidikan anaknya. dengan
menyediakan fasilitas belajar atau dengan menyediakan sarana dan prasarana bagi pencapaian
prestasi anak. dan peran orang tua sangat penting dalam mendidik serta membentuk karakter
anak, hal ini bertujuan untuk membimbing anak agar menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa, berakhlak mulia, tangguh, mandiri, inovatif, kreatif, beretos kerja, setia kawan,
peduli akan lingkungan, dan lain sebagainya yang berguna pada diri anak sendiri, masyarakat
dan bangsa.

I. REFERENSI

Wahab, Rohmat, and A. Pengantar. "Peranan orangtua dan pendidik dalam


mengoptimalkan potensi anak berbakat akademik." Makalah disajikan dalam Seminar
Keberbakatan, Dewan Eksekutif Mahasiswa Psikologi Universitas Diponegoro, Semarang.
Vol. 28. 2005.

Yulianti, Tri Rosana. "PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN


KREATIVITAS ANAK USIA DINI." EMPOWERMENT: Jurnal Ilmiah Program Studi
Pendidikan Luar Sekolah 3.1 (2014): 11-24.

Sibawaih, Imam, and Anita Tri Rahayu. "Analisis Pola Asuh Orang Tua Terhadap
Gaya Belajar Siswa Di Sekolah Menengah Atas Kharismawita Jakarta Selatan." Research and
Development Journal of Education 3.2 (2017).

Pradipta, Galuh Amithya. "Keterlibatan orang tua dalam proses mengembangkan


literasi dini pada anak usia paud di Surabaya." Journal Universitas Airlangga 3.1 (2014): 1-2.

Cholifah, Tety Nur, I. Nyoman Sudana Degeng, and Sugeng Utaya. "Pengaruh latar
belakang tingkat pendidikan orangtua dan gaya belajar terhadap hasil belajar siswa pada kelas
IV SDN Kecamatan Sananwetan Kota Blitar." Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan
Pengembangan 1.3 (2016): 486-491.
Marpaung, Junierissa. "Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Siswa." KOPASTA: Jurnal Program Studi Bimbingan Konseling 2.2 (2016).

Rofiq, Ainur, and Ishmatun Nihayah. "Analisis peran keluarga dalam membentuk
karakter anak." (2018).

Sinaga, Juster Donal. "Tingkat Dukungan Orang Tua Terhadap Belajar


Siswa." Indonesian Journal of Educational Counseling 2.1 (2018): 43-54.

Anda mungkin juga menyukai