Anda di halaman 1dari 22

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN AKHIR ORANG TUA

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI SD


NEGERI SAWANG BUNGA ACEH SELATAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan

diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam

pembangunan nasional karena pendidikan merupakan salah satu cara untuk membentuk

sumberdaya manusia yang berkualitas untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.

Keterpaduan pendidikan baik keluarga, sekolah dan masyarakat sangat menentukan

keberhasilan dalam dunia pendidikan.

Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian anak.

Terlebih lagi keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap anak untuk

berperilaku agresif atau tidak.

  Lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama bagi

seorang anak. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama karena dalam lingkungan ini

segenap potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada

beberapa potensi yang telah berkembang dalam pendidikan keluarga. Jadi, jika di lingkungan

keluarga tersebut tertanam perilaku, budi pekerti, maupun kebiasaan sehari-hari yang baik

maka seorang anak akan dapat pula tumbuh dan berkembang dengan baik, karena tujuan

pendidikan di dalam keluarga adalah untuk membina, membimbing, dan mengarahkan anak

kepada tujuan yang baik.

Selain itu meskipun pada masyarakat modern ini keluarga telah kehilangan sejumlah

fungsi namun keluarga masih tetap merupakan lembaga yang paling penting dalam proses

sosialisasi seorang anak. Karena keluarga yang memberikan setiap individu tuntunan serta
contoh-contoh sejak lahir sampai dewasa. selama ini sebagian orang tua berpikir bahwa

pendidikan itu hanya merupakan tanggung jawab sekolah. Sebenarnya kewajiban sekolah

adalah membantu keluarga dalam melanjutkan pendidikan anak-anak yang telah dilakukan di

rumah. Cara membimbing anak belajar di rumah akan berpengaruh terhadap hasil belajar

anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai hasil belajar yang berbeda, sesuai dengan

bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya berpendidikan tinggi ternyata kurang

berhasil dalam mendidik anaknya. Keberhasilan mendidik anak disini adalah anak yang di

sekolah pintar dan memperoleh hasil belajar yang baik.

Seperti yang ada di SD Negeri Sawang Bunga, tingkat pendidikan orang tua peserta

didik dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Dikarenakan peserta didik yang

mempunyai orang tua dengan tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya akan mendapat

hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang mempunyai orang tua dengan tingkat

pendidikan lebih rendah. Tingkat pendidikan yang dialami orang tua berpengaruh terhadap

pengetahuan orang tua, keyakinan, nilai, dan tujuan tentang pengasuhan, sehingga berbagai

perilaku orang tua berkaitan secara tidak langsung dengan hasil belajar anak-anak. Sebagai

contoh, tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat meningkatkan ‘fasilitas’ orang tua untuk

terlibat dalam pendidikan anak anak mereka, dan juga memungkinkan orang tua untuk

memperoleh model keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah yang kondusif bagi

sekolah untuk keberhasilan anak-anak.

Hasil belajar yang diperoleh oleh anak tidak lepas dari peran orang tua, mulai dari

cara orang tua hanya mendampingi disaat anak belajar sampai dengan memanfaatkan

ilmunya untuk ditularkan kepada anaknya. Cara dalam membimbing anak belajar dirumah

akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai

hasil belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya.
Orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga memungkinkan untuk lebih

percaya diri pada kemampuan mereka dalam

membantu anak-anak mereka belajar. Dengan tingkat keyakinan tersebut maka diperkirakan

akan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan akademis anaknya. Sebab, semakin

tinggi tingkat pendidikan orang tua maka akan bertambah luas pandangan dan wawasan

termasuk dalam

mengatur keluarganya. Jadi orang tua dengan pendidikan tinggi akan dapat lebih

memperhatikan ketercapaian hasil belajar anaknya dibandingkan dengan orang tua yang

berpendidikan rendah.

Dengan demikian, peserta didik yang orang tuanya memiliki tingkat pendidikan yang

lebih tinggi mungkin memiliki hal untuk kesempurnaannya belajar, keyakinan akan

kemampuan yang lebih positif, orientasi kerja yang kuat, dan mereka mungkin menggunakan

strategi belajar yang lebih efektif daripada anak-anak dengan orang tua yang memiliki

tingkat pendidikan lebih rendah.

Dari uraian dan pengamatan sementara dari penulis terhdap latar belakang

pendidikan formal orang tua peserta didik SD Negeri Sawang Bunga Aceh Selatan tahun

pelajaran 2020/2021 terutama dalam hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik. Untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap prestasi

belajar peserta didik, maka penulis hendak meneliti masalah tersebut dan mengambil judul

“Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD

Negeri Sawang Bunga Aceh Selatan”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap hasil

belajar siswa kelas V SD Negeri Sawang Bunga Aceh Selatan”.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah: Untuk mengetahi ada atau tidaknya pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap

hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sawang Bunga Aceh Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan untuk orang

lain. Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi guru dalam mendidik

siswa yang berasal dari latar belakang pendidikan orang tua yang berbeda.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pembinaan, supervisor, dan

monitoring pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar agar Siswa dapat belajar secara

maksimal.

3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian tersebut bisa menambah pengetahuan peneliti tentang pentingnya

tingkat pendidikan orang tua siswa terhadap hasil belajar siswa sehingga dapat

digunakan sebagai bekal dimasyarakat kelak.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan tempat berpijak yang kokoh bagi masalah yang diteliti

serta merupakan dasar menentukan hipotesis. Arikunto (2010:63) menyatakan “Anggapan

dasar adalah sesuatu yang diyakini keberadaannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai

hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan

penelitiannya”. Adapun yang menjadi anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Pengaruh Pengaruh yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda dan

sebagainya). (Poerwadarminto, 1984:731).

2. Tingkat Pendidikan Orang Tua yaitu suatu tatanan, jenjang pendidikan, tingkat atau

tatanan yang diselesaikan oleh orang tua semasa menempuh bangku pendidikan.

(Tirtarahardja, 2005: 265).

3. Hasil belajar adalah adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut

melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah dicapai

oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang

dinyatakan dalam simbol, huruf maupun kalimat. Menurut W. Winkel (1989) hasil

belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di

sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis sangat penting dalam suatu penelitian sebagai jawaban sementara terhadap

permasalahan yang diteliti dan diuji kebenarannya. Menurut Sugiyono (2018:63)

mengatakan, “Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,


dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah: Ada pengaruh tingkat pendidikan orang tua terhadap

hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sawang Bunga Aceh Selatan.

G. Kajian Teori

A. Tingkat Pendidikan Orang Tua

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Mendidik berarti
memberikan, menanamkan, menumbuhkan nilai-nilai pada peserta didik. Pendidikan
berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua
potensi, kecakpan, serta karakteristik pribadinya kearah yang positif, baik bagi dirinya
maupun lingkungannya.

Philip H. Coombs mengatakan pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu:

1. Pendidikan Informal

Pendidikan informal merupakan proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari


pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan tidak
sistematis, sejak seorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan,
liburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.

2. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai


jenjang dan dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari Taman Kanak-kanak
sampai pada perguruan tinggi.

3. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non-formal adalah semua bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan


sengaja, tertib, terarah, dan berencana di luar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenag
pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan wkatu yang dipakai, serta komponen-komponen
lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta didik supaya mendapatkan hasil yang
memuaskan.

b. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah pendidikan pertama bagi pribadi anak nya dan berlangsung selama
hidup yang didasarkan hubungan cinta kasih. Yang dimaksud orang tua disini adalah ayah
dan ibu. Orang tua memiliki tanggung jawa yang besar terhadap anaknya. Orang tua
mempunyai pengaruh besar dalam proses perkembangan anaknya, baik dari sisi moral,sikap,
watak dan pendidikan.

Tanggung jawab orang tua bukan hanya dalam mendidik, melainkan membiayai
pendidikan, memberikan kebutuhan sekolah, mencakup literature bagi anak-anaknya, dan
mengajarinya dirumah seusai dengan kemampuan masing-masing.

c. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua

Tingkat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki beberapa pengertian. Beberapa
pengertian tersebut adalah susunan yang berlapis-lapis atau berlenggak-lenggak seperti
tenggek rumah, tumpuan pada tangga (jenjang). Juga tinggi rendah martabat (kedudukan,
jabatan, kemajuan, peradaban), pangkat, derajat, taraf, kelas. Selain itu tingkat juga diartikan
sebagai batas waktu (masa), sepadan suatu peristiwa (proses, kejadian, dan sebagainya,
babak (an), ataupun tahap. (tim penyusun kamus pusat bahasa, 2005 : 895). Kesimpulan
pengertian tingkat adalah ukuran, dalam penelitian ini menggunakan pengertian tingkat
sebagai tahap atapun jenjang.

Pendidikan dalam arti luas adalah segala penglaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjanjang hidup. Masa pendidikan ini berlangsung selama seumur
hidup. Pendidikan dalam arti sempit adalah pengajaran yang diselenggrakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal. Masa pendidikan ini terbilang dalam waktu yang
terbatas, yaitu masa anak dan remaja.

Tingkat pendidikan orang tua yaitu suatu tatanan, jenjang pendidikan, tingkat atau tatanan
yang diselesaikan oleh orang tua semasa 12 menempuh bangku pendidikan. Dalam
kehidupan sehari-hari pendidikan adalah merupakan faktor yang sangat penting karena
dengan pendidikan manusia dapat berkembang, manusia dapat membentuk masa depan yang
lebih baik dengan pendidikan pula kemandirian dan kejujuran serta kemampuan beribadah
menjadi baik. Pendidikan dalam prakteknya memang sangat bermacam-macam dan komplek
mengingat bahwa proses pendidikan dalam hakekatnya dapat terjadi di manapun dan
kapanpun serta oleh siapa pun yang penting disitu terjadi interaksi positif untuk mentransfer
ilmu pengetahuan dan pengembangan jati diri.

Tingkat pendidikan orang tua dapat dikategorikan dalam jenjang pendidikan :

a. Jenjang pendidikan dasar

Pendidikan dasar diselenggarakan untuk memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk
hidup dalam masyarakat berupa pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar.
Disamping itu juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan
untuk mengikuti pendidikan menengah. (Tirtarahardja, 2005: 265)

b. Jenjang pendidikan menengah

Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan dasar,


diselenggarakan di SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) atau satuan pendidikan yang
sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan
perluasan 13 pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan pesrta didik
untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja. (Tirtarahardja, 2005:
265)

c. Jenjang pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah, yang diselenggarakan


untuk menyiapkan pesrta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.

Berdasarkan uraian di atas jelas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud tingkat
pendidikan orang tua adalah pendidikan yang ditempuh oleh orang tua, sedangkan yang
penulis maksud dalam pembahasan ini yaitu pendidikan yang tidak hanya terbatas oleh
adanya ijazah formal saja melainkan semua tingkat pendidikan yang dimiliki orang tua. 16
Pendidikan yang dimiliki oleh orang tua meskipun bukan pendidikan formal akan
mempunyai dampak yang baik bagi anak terutama dalam hasil belajari siswa artinya orang
tua yang memiliki pendidikan yang cukup akan lebih mempunyai wawasan tentang
pendidikan anak sehingga akan dapat mengarahkan anak untuk meraih hasil belajar yang
baik.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Pengertian belajar dilihat dari asal kata ajar yang berarti nasehat atau latihan dan awalan
ber yang berarti mendapat atau memperoleh. Jadi secara sederhana pengertian belajar adalah
suatu kegiatan untuk menuntut ilmu pengetahuan yang akan mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku. Orang akan menjadi pandai dan dapat mengatasi segala kesulitan
hidupnya disebabkan adanya kegiatan belajar.

Belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung


selama periode waktu 21 tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses
pertumbuhan. (Gagne, 1983; Morgan, 1986; Slavin, 1994; Catharina, 2006: 2).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar dapat diamati dari perbedaan perilaku
(kinerja) sebelum dan setelah berada di dalam belajar. Adanya kinerja pada setiap orang
sudah barang tentu tidak berarti bahwa orang itu telah melaksanakan kegiatan belajar, sebab
yang dipentingkan dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku setelah seseorang
melaksanakan pembelajaran. Belajar merupakan aktivitas jasmani dan rohani yang dalam
pelaksanaannya banyak faktor-faktor yang mempengaruhi berlangsungnya proses belajar itu
sendiri. Seperangkat faktor yang memberikan kontribusi belajar adalah kondisi internal dan
eksternal pembelajar. (Chatharina, 2006: 13)

1) Faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri si pelajar, faktor ini berupa faktor
phisiologis dan faktor psikologis dimana kedua faktor ini saling berhubungan sangat erat
karena faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Faktor intern meliputu
:
a) Faktor kematangan 27 Faktor kematangan adalah bahwa seseorang atau anak akan
dapat belajar dengan baik apabila saat kematangan sudah tiba. Sebaliknya akan sulit dalam
belajar apabila faktor kematangan belum tiba atau sudah terlambat. Karena pada saat
kematangan terjadi tidak digunakan sebaik-baiknya untuk belajar.

b) Keadaan fisik/jasmani Keadaan fisik/jasmani adalah orang yang sedang belajar tidak
terlepas dari kondisi fisik. Keadaan fisik yang sehat akan menguntungkan atau mendukung
dalam belajar.

c) Keadaan psikis Keadaan psikis adalah bila orang yang sedang belajar itu keadaan
fisiknya tidak terganggu atau dengan kata lain tidak mempunyai beban persoalan yang
dihadapi sehingga tidak akan mengganggu konsentrasi dalam belajar.

d) Alat-alat driya Alat-alat driya ialah apabila alat-alat dan organ-organ tubuh dapat
bekerja dengan balk akan membantu konsentrasi dalam belajar. Sebaliknya apabila ada salah
satu organ-organ tubuh yang kurang sehat akan mengganggu konsentrasi dalam belajar.

2) Faktor ekstern

Artinya faktor yang berada diluar diri pelajar. Faktor ini dapat berupa manusia maupun
bukan manusia. Faktor ekstern meliputi :

a) Adanya orang lain

Adanya orang lain yang tidak ada hubungannya dalam belajar akan mengganggu
konsentrasi belajar.

b) Keramaian

Keramaian maksudnya apabila seseorang sedang belajar tetapi di lain tempat yang tidak
jauh dari situ ada keramaian tentu akan mengganggu proses belajar.

c) Tersedianya alat-alat pelajaran

Apabila dalam belajar terpenuhinya semua alat-alat pelajaran akan membantu


terselenggaranya proses belajar yang baik. Misalnya: tersedianya buku-buka pelajaran, alat-
alat peraga, buku bacaan dan lain-lain.

d) Kondisi ekonomi
Keadaan status ekonomi yang cukup tinggi akan berbeda dengan status sosial yang sedang
atau rendah. Biasanya siswa yang status sosial yang tinggi akan terpenuhi segala
kebutuhannya sehingga akan dapat belajar dengan baik. Berbeda dengan status sosial
ekonomi sedang dan rendah, untuk memenuhi kebutuhan harus diperhitungkan dengan
sangat hati-hati sehingga tidak jarang kebutuhan tersebut tidak terpenuhi hal itu sangat
berpengaruh.

e) Struktur keluarga

Siswa yang hidup dalam keluarga kecil akan berbeda dengan siswa yang hidup dalam
keluarga besar. Biasanya dalam keluarga kecil ketenangan bisa tercipta karena ketenangan
sangat mendukung proses belajar. Sedangkan dalam keluarga besar umumnya terjadi
kebisingan-kebisingan dan ketenangan kurang bisa diwujudkan.

f) Keadaan iklim

Udara yang panas tidak menguntungkan proses belajar sebab belajar akan menjadi cepat
lelah. Sebaliknya udara segar yang sejuk/dingin akan dapat membantu proses belajar )
Keadaan waktu Keadaan dimana waktu-waktu tertentu yang bisa mempengaruhi belajar.
Waktu siang, sore, malam dan pagi akan mempengaruhi belajar. Belajar pada pagi hari di
sekolah dan malam hari di rumah akan lebih berhasil bila dibanding dengan belajar pada
siang hari yang panas.

h) Metode mengajar/mendidik

Maksudnya metode mendidik yang menurut atau mengikuti prinsip-prinsip dedaktis akan
lebih menguntungkan dalam proses belajar daripada metode yang mengabaikan prinsip-
prinsip dedaktis. Misalnya: bahan yang diberikan sama tapi cara penyampaian nya tidak
sama hasil belajarnya pun tidak sama.

i) Hukuman atau hadiah

Maksudnya hukuman dan hadiah akan berpengaruh dalam belajar seorang siswa akan
menginginkan hadiah bila giat belajar.

C. Hasil Belajar
Menurut Arsyad (2005 : 1) pengertian hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku
pada diri seseorang yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.  Perubahan diarahkan pada diri peserta didik
secara terencana, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh seseorang


dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai
maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga
dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap
keberhasilan belajar siswa.

Menurut Purwanto (2011 : 46) hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi


setelah mengikuti pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan  dalam domain kognitif,
afektif dan psikomotorik.  Dalam domain kognitif diklasifikasikan menjadi kemampuan
hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.  Dalam domain
afektif hasil belajar meliputi level penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan
karakterisasi.  Sedang domain psikomotorik terdiri dari level persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativititas.

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia


menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.  Ketiga ranah tersebut menjadi obyek
penilaian hasil belajar.  Di antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak
dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para peserta didik
dalam menguasai isi bahan pengajaran Menurut Sudjana (2009 :  22).

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta


didik yang terjadi setelah mengikuti pembelajaran.  Perubahan tersebut meliputi aspek
kognitif (kemampuan hapalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi),
afektif (penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi) dan psikomotorik
(persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan
kreativititas).  Hasilnya dituangkan dalam bentuk angka atau nilai.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah
prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan
membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan
bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan
masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya
kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain
bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan
berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.

D. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa


Hasil belajar dapat Secara umum Hasil belajar dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-
faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu :
1. Faktor internal (factor dalam diri)
2. Faktor eksternal (factor diluar diri)
3. Faktor pendekatan belajar

1. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek
fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi
panca indera perlu dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga.
Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik.

Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi :
inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga
merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi
sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita
sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari lingkungan
sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah.
Berprestasilah.

2. Faktor eksternal
Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor
eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:

1) Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan masyarakat.


Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu dan
berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari
lingkungan sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi sekaligus bisa
menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting, mereka ada begitu dekat
dengan kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita.
Kalau kalian sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan yang lemah akan
motivasi belajar, sebisa mungkin arahkan teman-teman kalian untuk belajar. Setidaknya
dengan cara itu kaluan bisa memposisikan diri sebagai seorang pelajar.

2) Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam (cuaca).

Non-sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali
dari gangguan yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi Hasil belajar,
dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka
bisa mengungguli teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi
temannya yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan
berkualitas, prestasinya biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam,
berpengaruh terhadap hasil belajar.

E. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis penelitian pre-eksperimen


Design. Desain ini dikatakan pre-eksperimen design karena belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Rancangan ini berguna untuk mendapatkan informasi awal
terhadap pertanyaan yang ada dalam penelitian.
Penelitian eksperimen ini digunakan One Group Pretest-Posttest Design yaitu
terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat lebih
akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Penelitian
ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa pada suatu kelas dengan tidak ada (kelas
kontrol).

Tabel One Group Posttest Design.


Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
(Suber: Sugiyono, 2011)

Keterangan :

O1 = Nilai Pre-test (sebelum diberiakan perlakuan)

X = Treatment berupa penerapan pembelajaran

O2 = Nilai Post-test (setelahdiberikan perlakuan)


Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel terikat dan
variabel bebas, variabel terikat (dependent variabel) yaitu berupa hasil belajar
siswa, sedangkan yang menjadi variabel bebas (independent variabel) adalah
kepedulian orang tua.

B. Populasi dan sampel penelitian


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2018:80).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas V SD Negeri
Sawang Bunga 10 siswa.

Sampel penelitian adalah bagian yang memberikan gambaran secara


umum dari populasi (Riyanto S dan Aglis A.H, 2020:12). Dalam penelitian ini di
ambil sampel dengan mengambil teknik sampling kuota, yaitu teknik untuk
menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai
jumlah (kuota) yang diinginkan. Dengan demikian jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 10 orang siswa untuk memudahkan perhitungan
maupun dari segi waktu, biaya dan kesempatan yang tersedia sangat tepat.

C. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Sawang Bunga Kecamatan
Sama Dua. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada
tanggal Februari 2021.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini merupakan suatu perangkat yang digunakan
untuk mencari data dari suatau penelitian. Dan instrumen penelitian adalah suatu
alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur variabel (Sugiyono, 2007:25).
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan angket.

Intrumen merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data


dalam suatu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah soal
tes dan angket. Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

1. Tes
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar
atau salah, pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur
kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai
tes. Dengan demikian setiap tes menuntut keharusan adanya respon dari orang
yang dites yang dapat disimpulkan sebagai atribut yang dimiliki oleh orang
tersebut yang sedang dicari informasinya.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sudijono (2007:67) bahwa: “ Tes


adalah cara yang dipergunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka
pengukuran dan penilaian bidang pendidikan yang berbentuk pemberian tugas
(pertanyaan yang harus dijawab) sehingga data yang diperoleh dari penelitian
tersebut dapat melambangkan pengetahuan atau keterampilan siswa sebagai hasil
dari kegiatan belajar mengajar”
Tes dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda yang berjumlah 20 soal
yang diberikan dan dibagi dalam 2 tahap yaitu:

a. Pretest
Pretest dilaksanakan sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai untuk
mengetahui kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran yang
akan dipelajari. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa.
b. Posttest
Tes ini diberikan kepada siswa setelah berlangsungnya proses belajar
mengajar. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan atau
pengetahuan siswa.

2. Angket Respon Orang Tua


Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono 2010:199). Angket yang digunakan menggunakan
skalai likert yaitu angket yang disajikan dalm bentuk sedemikian rupa sehinggan
responden diminta untuk memilih satu jawaban dengan cara memberikan tanda
cheklis. Angket dalam penelitian ini hanya terdiri empat alternatif jawabannya.
Yaitu SS (Sangat Sering), S (Sering), KK (Kadang-kadang), TP (Tidak Pernah).
Pemberian skor terhadap item positif dengan urutan SS = 4, S = 3, KK = 2, TP =
1. Pemberian skor terhadap item negatih dengan urutan SS = 1, S = 2, KK = 3, TP
= 4.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitaif pastinya menggunakan
perhitungan statistik (Sugiyono, 2010:199). Teknik analisis data merupakan cara
menganalisis data penelitian, termasuk alat-alat statistik yang relevan untuk
digunakan dalam penelitian. Data yang diperoleh pada penelitian ini akan
dianalisis guna untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa. Untuk
mendeskripsikan data penelitian dilakukan penelitian sebagai berikut:

1. Analisis data hasil belajar


a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian bahwa sampel yang berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji one sample Kormogorov-Smirnov dengan bantuan program
SPSS versi 23.0. Adapun bentuk hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai
berikut:
H0 : Data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : Data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Berdasarkan pengujian hipotesis, kriteria untuk ditolak atau tidaknya
H0 berdasarkan P-Value atau significanse (Sig) adalah sebagai berikut:
Jika Sig < 0,05, maka H0 ditolak atau data tidak berdistribusi normal
Jika Sig ≥ 0,05, maka H0 diterima atau data berditribusi normal
b. Pengujian Hipotesis
Berdasarkan pengujian normalitas data diaras didapatkan bahwa kedua
kelompok dinyatakan berditribusi normal dan memiliki varians yang sama.
Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis pada hasil belajar
dapat diukur dengan menggunakan rumus kolerasi product moment. Korelasi
adalah istilah statistik yang menyatakan derajat hubungan linear (searah bukan
timbal balik) antara dua variabel atau lebih (Zaim. M, dan M. Hum, 2016:45).
Menurut Sugiyono (2008:250) menyatakan bahwa:
Rumus korelasi produk moment sebagai berikut:
r xy = N ∑ XY −¿¿ ¿
Keterangan:
rxy = Koefesien korelasi antara variabel x dan variabel y
N = Banyaknya pasangan data x dan y
∑x = Total dari jumlah variabel x
∑y = Total dari jumlah variabel y
∑x2 = Kuadrat total jumlah dari variabel x
∑y2 = Kuadrat total jumlah dari variabel y
∑xy = Hasil perkalian dari total jumlah variabel x dan jumlah variabel y

Penafsiran untuk dapat memberikan hasil korelasi yang ditentukan besar


atau kecil, pedoman untu memberikan interpretasi koefisien korelasi diantaranya:

Tabel Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi


Interval Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0, 40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono, (2008:250)”
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut nantinya akan terlihat
bagian-bagian intrumen dimana yang mempunyai tingkat korelasi yang
tinggi
maupun yang rendah. Jika korelasi antar buktinya rendah, maka hal ini
menunjukkan bahwa validitas instrumennya kurang baik.

2. Analisis data respon orang tua


Angket respon orang tua siswa dalam penelitian ini dikembangkan dengan
menggunakan pola untuk memilih jawaban yang tersedia. Hasil respon orang tua dihitung
dengan rumus persentase berikut:
F
P= ×100 % . . . ..(3.5)
n

Keterangan:
f = Frekuensi rata-rata respon orang tua
P = Angka persentase
n = Jumlah seluruh siswa

Tabel Distribusi penilaian respon orang tua


Persentase Pencapaian (%) Keterangan
81 – 100 Sangat Menarik
61 – 80 Menarik
41 – 60 Cukup Menarik
21 – 40 Kurang Menarik
1 – 20 Tidak Menarik
Sumber: Mulyani (2010:133)

Anda mungkin juga menyukai