Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN GAYA PENGASUHAN

DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh


Gelar Sarjana Sosial

Oleh:

FERRY HUMAINI
NIM.1703120020

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALANGKA RAYA


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH
JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap orang tua pasti memiliki keinginan anak-anaknya mempunyai

prestasi di sekolahnya. Ada banyak aspek yang mempengaruhi prestasi anak

tersebut. Salah satunya adalah pola asuh orang tua. Pola asuh merupakan langkah

yang dilakukan orang tua demi mencapai tujuan yang diinginkan. Namun pada

kenyataannya, para orang tua tidak menyadari pola asuh yang diterapkan

membuat anak merasa dibatasi kebebasannya, tidak diperhatikan, bahkan merasa

kurang disayangi oleh orang tuanya. Hal tersebut yang akan mempengaruhi cara

bersikap, berpikir bahkan kecerdasan mereka. Oleh karena itu, keterlibatan orang

tua dalam belajar anak sangatlah penting demi mencapai prestasi yang

diinginkan.

Pola asuh yang sesuai dapat menjadikan anak penuh semangat, pribadi

yang baik serta peningkatan prestasi belajar anak seiring dengan perkembangan

yang dialami oleh anak. Perkembangan bahasa dan kemampuan sosial anak

dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua, diharapkan orang tua dapat

menerapkan pola asuh yang tepat untuk anaknya.

Fase tumbuh kembang anak dapat dilihat dari ciri dan tugas

perkembangan seperti keterampilan motorik halus, motorik kasar, kemampuan


bahasa dan sosial. Ciri dan tugas tersebut dapat kita lihat dari keseharian tingkah

laku anak seperti bermain, menggambar rasa ingin tahu dan sebagainya. Untuk

mengasah kemampuan tersebut, maka diperlukan peran orang tua dengan pola

asuh yang tepat tentunya, ini merupakan pendidikan pertama dan utama untuk

anak. Dikatakan pertama dan utama sebab, keseharian anak lebih banyak

bersama keluarganya. Sehingga orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik

anak diluar sekolahnya.

Dengan pola asuh orang tua yang mempengaruhi perkembangan

karakteristik anak adalah intensitas serta kualitas orang tua dalam mengasuh

anak. Yakni bentuk perhatian, kasih sayang, menghargai, memberikan

pendidikan serta menanamkan nilai-nilai moral. Sedikitnya pengetahuan orang

tua terhadap pola asuh akan berdampak kepada cara mengasuh anak sebagaimana

mestinya, yang juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pola asuh yang tepat harus menunjang perkembangan mental, sosial dan

psikologis yang sehat. Ketiga hal tersebut sangat berperan untuk pembentukkan

karakter anak ketika beranjak dewasa. Saat ini, dikenal tiga jenis pola asuh anak.

Masing-masing mempunyai dampak yang berbeda-beda terhadap perkembangan

karakter anak. Tentunya orang tua akan memilih salah satu pola asuh yang paling

dominan dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Pola asuh menurut Baumrind meliputi, Pola asuh authoritarian, Pola asuh

permissive dan Pola asuh authoritative. Masing-masing pola asuh tersebut

memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pola asuh otoriter yakni orang tua

sebagai pemegang kekuasaan sepenuhnya terhadap anak, anak diharuskan untuk


mengikuti aturan yang diterapkan orang tua, orang tua menanamkan disiplin pada

anaknya serta menuntut prestasi belajar yang tinggi. Namun, orang tua tidak

memberikan kesempatan kepada anaknya untuk bisa mengemukakan pendapa.

Pola asuh authoritarian ini dapat membuat anak mandiri dari dorongan keras

orang tua. Sayangnyam kemandirian yang lahir dari anak tersebut bukan berasal

dari kesadarannya sendiri, akan tetapi kemandirian karena sikap orang tua yang

memaksa dalam mendidik anak. Orang tua dengan pola asuh authoritarian ini

akan membuat anak menjadi kurang percaya diri, pendiam, tertutup, kurang

berinisiatif, selalu mengharapkan dari orang lain tanpa bisa merencanakan

sesuatu. Anak yang diasuh dengan pola asuh authoritarian ini seringkali merasa

putus asa.

Pola asuh permissive yakni orang tua memanjakan anaknya serta

membolehkan apa saja yang ingin dilakukan anak tersebut tanpa banyak

mengawasinya. Pola asuh model seperti ini, cenderung selalu memberikan

kebebasan terhadap anak tanpa dikontrol sedikitpun. Anak diharuskan untuk

bertanggung jawab, mempunyai hak layaknya orang dewasa dan diberi

kebebasan mengatur dirinya sendiri tanpa pengawasan orang tua. Orang tua

seperti ini akan memberikan kasih sayang yang berlebihan kepada anaknnya.

Sehingga anak menjadi manja, tidak mandiri, kurang percaya diri, mau menang

sendiri dan kurang matang akan kehidupan sosialnya. (Sari, 2017).

Pola asuh authoritative yakni orang tua memberikan kebebasan kepada

anak untuk berbuat apa yang diinginkannya, namun orang tua tetap mengawasi

memberikan aturan serta membimbingnya. Pola asuh model ini membentuk sikap
realistis terhadap anak. Selain itu juga, pola asuh ini memprioritaskan

kepentingan anak namun tetap dalam kendali orang tua. Kasih sayang yang

diberikan orang tua cenderung stabil dan tidak berlebihan. Pola asuh

authoritative akan menumbuhkan sikap percaya diri serta kemandirian terhadap

anak. Anak mampu membuat keputusan sendiri serta bertanggung jawab dengan

keputusan yang telah dibuat. Hasilnya anak mampu mengatasi stres, mudah

bergaul serta mudah dan senang bekerjasama dengan orang lain.

Data kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan persentase

pertumbuhan sekolah di Kalimantan Tengah pada setiap jenjang pendidikan

mengalami kenaikan pada tahun ajaran 2018/2019. Pertumbuhan peserta didik di

jenjang SMA sekitar 3,08 persen, sedangkan di SMK hingga 4,17 persen. Guru

di provinsi Kalimantan Tengah telah didominasi guru yang memiliki ijazah S1

keatas dan persentasenya meningkat terutama pada jenjang SMA mencapai 98,02

persen. Capaian angka Partisipasi Kasar Pendidikan Anak Usia Dini (APK

PAUD) umur 3-6 tahun di Kalimantan Tengah sebesar 35,15 persen, masih jauh

dari target pembangunan nasional yaitu sebesar 77,2 persen. Berdasarkan tipe

daerah, APK PAUD di perdesaan lebih besar dibandingkan di perkotaan (37,65

persen berbanding 30,84 persen), dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara

anak laki-laki dan perempuan. APK di jenjang SD nilainya melebihi 100 persen,

yang berarti penduduk yang bersekolah pada jenjang SD bukan hanya penduduk

pada kelompok umur 7-12 tahun, melainkan juga berasal dari kelompok umur

lain. Kondisi ekonomi keluarga masih menjadi masalah utama yang menghambat

partisipasi sekolah. Peran orang tua juga sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
sekolah anak, untuk itu sebagian pendidikan tidak hanya dilakukan disekolah

melainkan juga dari orang tuanya. (BPS Kalteng, 2019).

Keberhasilan seseorang dalam suatu pendidikan formal dapat diukur dari

prestasi belajar yang didapatkan. Prestasi belajar merupakan kemampuan

menguasai pengetahuan, keterampilan yang didapatkan melalui mata pelajaran,

yang hasilnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru, prestasi

belajar anak bergantung pada faktor pendukung serta penghambat seorang anak

untuk mencapai prestasi yang diinginkan.

Umumnya, prestasi belajar anak dapat dipengaruhi oleh faktor internal

dan eksternal. Faktor internal tersebut yakni yang ada dalam diri anak sendiri

seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi dan sebagainya. Sedangkan faktor

eksternal tersebut yakni pola asuh orang tua, lingkungan sekitar, lingkungan

sekolah dan kesehatan anak. Usia anak sekolah dimulai dari rentang 6-12 tahun.

Pada masa ini, anak memasuki masa belajar di pendidikan dimana banyak aspek

perilaku yang dapat dibentuk seperti: penguatan verbal, keteladanan dan

identifikasi. Pada masa ini juga, anak mendapatkan perhatian dan pujian atas

prestasi-prestasinya baik dari orang tuanya maupun guru disekolahnya.

Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, maka peneliti tertarik untuk

mengambil judul “Hubungan Gaya Pengasuhan Orang Tua dengan Prestasi

Belajar Anak”.
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka

peneliti menemukan 2 rumusan masalah yang akan menjadi bahan penelitian

yaitu sebagai berikut :

a. Apakah ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar anak?

b. Bagaimana prestasi anak berdasarkan pola asuh orang tua?

3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penilitian ini adalah :

a. Untuk mendeskripsikan tentang apakah ada pengaruh pola asuh orang tua

terhadap prestasi belajar anak.

b. Untuk mendeskripsikan tentang prestasi anak berdasarkan pola asuh yang

diterapkan orang tua terhadap prestasi belajar anak.

4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan konsep-konsep baru dan menambah khasanah untuk memperluas

wawasan keilmuan.

b. Manfaat praktis

1. Bagi orang tua : dapat memberikan masukan kepada orang tua tentang

pola asuh yang nantinya bisa menunjang anak untuk mencapai

prestasinya
2. Bagi peneliti : menjadi pegangan dan menjadi bahan kajian untuk

mengetahui pengaruh hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi

belajar anak

5. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitan ini yang hendak diuji kebenarannya adalah: Hipotesa

Alternatif (Ha) : Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang

tua dengan prestasi belajar. Hipotesa Nihil (Ho) : Tidak ada hubungan positif

yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar.

6. Definisi Operasional

Pola asuh orang tua merupakan interaksi orang tua dengan anak,

dimana orang tua berperan aktif pada setiap tumbuh kembang anak. Sehingga

anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak, cinta, kasih sayang dan

perhatian yang utuh serta memiliki jiwa kedisiplinan, bahkan anak dapat

tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.


7. Sistematikan Penulisan

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis membagi menjadi

lima bab dengan berbagai sub babnya, dengan penjelasan dari tiap-tiap bab

sebagai berikut :

Bab I adalah pendahuluan yang berfungsi menjelaskan tentang

kerangka dasar penelitian yang berisi tentang latar belakang masalah,

permasalahan yang di dalamnya terdapat pembatasan serta perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penyusunan

penelitian.

Bab II : Tinjauan tentang gaya pengasuhan, macam-macam pola asuh,

pola asuh dalam Islam, pengertian orang tua, dan pengaruh gaya pengasuhan

terhadap prestasi belajar anak. Pada Bab II ini memiliki fungsi untuk

menjelaskan tentang gaya pengasuhan, prestasi belajar dan pengaruh dari gaya

pengasuhan terhadap prestasi belajar anak.

Bab III : Merupakan metodologi penelitian yang meliputi tempat dan

waktu penelitian, teknik pengambilan populasi dan sampel, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, dan skoring. Pada Bab III ini memiliki

fungsi untuk menjelaskan tentang pendekatan apa yang dilakukan peneliti,

dimana dan kapan tempat penelitian, siapa yang menjadi subjek penelitian,

bagaimana data itu diperoleh dan bagaimana mengolah hasil data yang sudah

diperoleh.
Bab IV : Adalah hasil penelitian yang di dalamnya terdapat gambaran

umum Masyarakat di Gg. Giat (Puntun) Palangka Raya yang meliputi latar

belakang kehidupan, dan keadaan lingkungan, Selain itu juga menjelaskan

tentang hasil penelitian tentang pengaruh gaya pengasuhan terhadap prestasi

belajar anak.

Bab V : Adalah kesimpulan secara umum mengenai permasalahan

yang dibahas pada bab-bab sebelumnya dan pada bab ini penulis berusaha

memberikan saran-saran yang diperoleh dari hasil penelitian.


BAB II

PEMBAHASAN

A. LANDASAN TEORI

a. Gaya Pengasuhan/Pola asuh

Menurut Baumrind, pola asuh pada prinsipnya merupakan parental

control:

“Yakni bagaimana orang tua mengontrol, membimbing dan

mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya

menuju pada proses pendewasaan”

Pola asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga

yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya. Dengan demikian merupakan

suatu hak dan kewajiban orangtua sebagai penanggung jawab yang utama dalam

mendidik anaknya (Hakim, 2013)

Menurut Kohn pola asuh merupakan cara orang tua berinteraksi dengan

anak yang meliputi pemberian aturan, hadiah, hukuman, pemberian perhatian,

serta tanggapan orang tua terhadap perilaku anak. Nevenid, dkk bependapat

bahwasanya pola asuh yang ideal ialah bagaimana orang tua bisa mempunyai

sifat empati terhadap anaknya dan mencintai anak dengan setulus hati.

Sedangkan karen menyatakan pola asuh yang terbaik adalah kemampuan orang

tua mengontrol, mengawasi segala aktivitas anak, sehingga anak ketika dalam

keadaan terpuruk, orang tua dapat memberikan dukungan serta

memperlakukannya dengan baik sesuai kondisi anak.

Baumrind menyatakan pola asuh terbentuk dari adanya:


1. Demandingness

Demangdingness yaitu bagaimana standar yang ditetapkan orang tua

kepada anak, berkaitan dengan kontrol perilaku dari orang tua.

Demandingness atau tuntutan orang tua yaitu seberapa jauh orang tua

menuntut dan mengharap pertanggungjawaban dari perilaku anak.

2. Responsiveness

Responsiveness yaitu bagaimana respon orang tua kepada anaknya,

berkaitan dengan kehangatan dan dukungan dari orang tua. Seberapa jauh

orang tua merespons keperluan anak dengan cara-cara yang sifatnya

menerima serta mendukung segala apapun yang dilakukan oleh anak.

Jadi pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak,

yang di mana orang tua yang mendidik, membingbing serta mengarahkan anaknya

untuk bisa mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap tepat

oleh orang tua, supaya anak bisa bersikap mandiri, tumbuh dan berkembang secara

sehat dan optimal, tentunya orang tua tetap mengawasi anak-anaknya.

b. Macam-macam Pola Asuh

Dalam hal ini terdapat 3 jenis pola asuh menurut Baumrind, yaitu

authoritative, authoritarian, dan permissive.

1. Pola asuh Authoritative

Pola asuh authoritative mengandung demanding dan responsive.

Dicirikan dengan adanya tuntutan dari orang tua yang disertai dengan

komunikasi terbuka antara orang tua dan anak, mengharapkan kematangan

perilaku pada anak disertai dengan adanya kehangatan dari orang tua.
Adapun ciri-ciri pola asuh authoritative yakni:

a. Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan secara

seimbang.

b. Saling meleng satu sama lain, orang tua yang menerima dan

melibatkan anak dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan

kepentingan keluarga.

c. Memiliki tingkat pengendalian pengendalian yang tinggi dan anak-

anak harus bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai usia dan

kemampuan mereka, tetapi mereka tetap memberi kehangatan,

bimbingan dan komunikasi dua arah.

d. Memberikan penjelasan dan alasan atas hukuman dan larangan yang

orang tua berikan kepada anak.

e. Selalu mendukung apa yang dilakukan oleh anak tanpa membatasi

segala potensi yang dimiliki dan kreativitasnya, tapi tetap dalam

bimbingan dan arahan kepada anak.

2. Pola asuh Authotarian (otoriter)

Pola asuh authotarian mengandung demanding dan unresponsive.

Dicirikan dengan dengan orang tua yang selalu menuntut anak tanpa memberi

kesempatan anak untuk mengemukakan pendapatnya, tanpa disertai

komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.

Adapun ciri-ciri pola asuh authotarian yakni:

a. Anak diperlakukan dengan tegas


b. Anak dihukum, serta dianggap tidak sesuai dengan kepentingan orang

tua

c. Kurang memiliki kasih sayang

d. Rasa simpatik orang tua kurang

e. Mudah menyalahkan segala aktivitas anak terutama ketika ingin

berlaku kreatif.

3. Pola asuh Permissive

Pola asuh permissive mengandung undemanding dan responsive.

Dicirikan dengan orang tua yang terlalu memberikan kebebasan terhadapanak

dalam segala hal tanpa adanya tuntutan ataupun pengawasan, anak

diperbolehkan untuk melakukan apa saja yang diinginkannya.

Adapun ciri-ciri pola asuh permissive yakni:

a. Anak diberikan kebebasan oleh orang tua seluas mungkin

b. Anak tidak dituntut untuk belajar bertanggungjawab

c. Anak diberikan hak sama seperti orang dewasa, serta diberi kebebasan

mengatur dirinya sendiri

d. Orang tua tidak mengatur serta mengontrol anak, sehingga anak tidak

diberi kesempatan untuk bisa mandiri dan mengatur dirinya sendiri.

Semua tipe pola asuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda serta resiko

masing-masing. Tipe authoritarian dapat memudahkan orang tua, karena tidak

perlu bersusah payah untuk bertanggung jawab kepada anak, akan tetapi anak

yang tumbuh dalam pola asuh ini akan memiliki masalah kurang percaya diri,

kurang kreatif serta kurang dapat bergaul dengan lingkungan sekitarnya,


ketergantungan dengan orang lain tanpa ada inisiatif untuk memulai. Sedangkan

tipe pemissive memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa yang

diinginkannya. Anak memang akan memiliki rasa percaya lebih besar,

kemampuan sosial yang baik, dan tingkat depresi yang kecil. Akan tetapi, jika

anak terlalu dimanjakan, kedepannya anak tidak bisa hidup mandiri yang

nantinya akan menyusahkan anak ketika sudah beranjak dewasa.

Sedangkan pola asuh authoritativ dapat membantu anak mengembangkan

kreativiasnya. Orang tua memberikan kontrol terhadap anaknya dalam batasan

tertentu, aturan untuk hal-hal yang penting saja dengan tetap memberikan

dukungan, cinta serta kehangatan kepada anaknya. Dengan demikian, anak lebih

mudah untuk mengekspresikan dirinya, dan dapat merasa bebas untuk

mengungkapkan kesulitannya, kegelisahannya kepada orang tua, karena anak

tahu bahwasanya orang tua akan membantunya mencari jalan keluar.

c. Pola asuh dalam Islam

Berbicara mengenai pola asuh, Islam sebenarnya merupakan pembahasan

yang sudah ditetapkan dalam ajaran atau syariah Islam. Dalam syariah Islam

telah diajarkan bahwa wajib bagi setiap seorang muslim mendidik dan

membimbing anaknya, karena hal ini merupakan amanat yang harus

dipertanggungjawabkan oleh orang tua. Sebagaimana yang telah ditegaskan

dalam surah At-Tahrim ayat 66 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap


apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan”.

Ayat diatas memerintahkan untuk memelihara keluarga, termasuk

anak, bagaimana orang tua bisa mengarahkan, mendidik serta mengajarkan

anak agar dapat terhindar dari siksa api neraka. Hal tersebut juga yang

memberikan arahan bagaimana cara orang tua harus bisa menerapkan

pendidikan yang dimana bisa membuat anak mempunyai prinsip untuk

menjalani hidup yang positif, menjalani ajaran Islam dengan benar, sehingga

dapat membentuk anak yang berakhlakul karimah, dan memberikan kepada

mereka hal-hal yang bermanfaat.

Pola asuh menurut konsep Islam tidak menjelaskan tentang gaya

pengasuhan yang terbaik atau yang lebih baik, namun lebih menjelaskan

perihal tentang selayaknya dan seharusnya dilakukan oleh orang tua yang itu

tergantung kepada situasi dan kondisi anak. Oleh sebab itu, apa yang

dilakukan oleh orang tuanya akan berpengaruh kepada pembentukkan

kepribadian anak, terutama ketika anak sedang dalam masa perkembangan

modeling atau mencontoh perilaku orang di sekitarnya.

d. Orang Tua

Orang tua dalam hal ini mencakup ayah, ibu dan saudara adik dan kakak.

Orang tua disebut juga dengan keluarga, atau identik dengan orang yang

mengasuh, mendidik, dan membimbing anak dalam lingkungan keluarga.

Menurut Mansur pada dasarnya orang tua dibagi menjadi tiga, yaitu orang tua

kandung, orang tua asuh dan orang tua tiri. Tetapi semuanya itu dalam hal ini
juga diartikan sebagai keluarga. Sedangkan pengertian orang tua merupakan

suatu ikatan laki-laki dengan perempuan berdasarkan hukum dan udang-undang

perkawinan yang sah (Wiwik, 2017).

e. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “Prestasi” dan

“Belajar”, yang mana setiap kata tersebut memiliki makna tersendiri. Dalam

kamus besar bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Prestasi

bisa diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang

telah dilakukan.

Istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada

umumnya berhubungan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil belajar

meliputi aspek pembetukan sikap watak anak. Prestasi belajar dan proses belajar

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena prestasi belajar

pada hakikatnya adalah hasil akhir dari sebuah proses belajar.

Sutratinah Tirtonegoro menjelaskan prestasi belajar sebagai penilain hasil

usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

anak dalam masa tertentu. Prestasi belajar menurut Anas Sudijono adalah

pencapaian peserta didik yang dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar pada

dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah

dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dalam mencapai

prestasi yang memuaskan selain harus belajar juga ditunjang dengan penerapan

pola asuh yang tepat, karena apabila dalam menerapkan pola asuh salah maka
akan berpengaruh buruk pada sikap dan pribadi anak, sehingga akan

mempengaruhi prestasi belajarnya. (Lestari, 2009).

Berdasarkan pengertian diatas, prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah

didapatkan oleh seseorang yang telah menjalani berbagai macam mata pelajaran

dengan dibuktikan dengan nilai yang bagus.

B. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan judul penelitian ini, terdapat kajian yang telah dilakukan oleh

peneliti lain yang relevan dengan penelitian ini. Oleh karena itu di bawah ini akan

dikemukakan beberapa kajian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain berbentuk

tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

No Nama Dan Judul Hasil Persamaan Perbedaan


.
1. Skripsi Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini
Yarida menunjukkan bahwa mempunyai melakukan di
(2010007591) prestasi belajar siswa kesamaan sebuah sekolah
“Hubungan Pola Asuh diambil dari rata-rata variabel yang Madrasah
Orang Tua dengan raport semester 1 yang membahas Ibtidaiyah
Prestasi Belajar Siswa menunjukkan sembilan hubungan pola
Madrasah Ibtidaiyah orang siswa mempunyai asuh orang tua
DDI Gattareng.” nilai baik, enam belas dengan
Fakultas Tarbiyah dan siswa mempunyai nilai prestasi
keguruan UIN Alauddin cukup. Pola asuh yang belajar.
Makasar 2011. diterapkan oleh masing-
masing orang tua siswa
secara umum dapat
dikatakan demokratis,
akan tetapi tidak satupun
orang tua yang
menerapkan pola asuh
demokratis yang murni.

2. Skripsi Penelitian ini bertujuan Skripsi ini Penelitian ini


Wiwik Hidayani untuk mengetahui peranan sama-sama hanya
(1341040104) pola asuh demokratis meneliti menggunakan
“Peranan Orang Tua terhadap prestasi anak. tentang pola satu pola asuh
dengan Pola Asuh Peneliti menganggap asuh orang tua. yaitu pola asuh
Demokratis Terhadap bahwasanya pola asuh demokratis.
Prestasi Anak di Desa demokratis sangat
Sipatuhu Ke. Banding berpengaruh terhadap
Agung Kab, Oku Selatan.” prestasi anak. Subjek
Program Studi Bimbingan penelitian ini adalah Orang
dan Konseling Islam, tua dan anak di Desa
Fakultas Dakwah dan Ilmu Sipatuhu kecamatan
Komunikasi, UIN Raden Banding Agung
Intan Lampung, 2017. Kabupaten Oku Sselatan,
sebanyak 8 keluarga dan 8
anak.
3. Jurnal Hasil dari penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini
Arif Dwi Wahyudi dan dapat disimpulkan bahwa mempunyai memfokuskan
Faridha Nurhayati. Tidak terdapat hubungan kesamaan terhadap siswa
“Hubungan Pola Asuh yang signifikan antara pola variabel yang kelas
Orang Tua dengan asuh orang tua dengan membahas pendidikan
Prestasi Belajar prestasi siswa kelas VIC hubungan pola Jasmani,
Pendidikan Jasmani SDN asuh dengan karena
Siswa Kelas VI SDN Kalipecabean Candi prestasi belajar pendidikan
Kalipecabean Candi Sidoarjo. jasmani sendiri
Sidoarjo.” Dari sampel berjumlah 34 merupakan
Universitas Negeri siswa yang mempunyai suatu
Surabaya 2015. kriteria nilai persentase pembiasaan
tertinggi atau pola asuh pola hidup
orang tua sehat yang
yang dominan adalah tipe bermuara
pola asuh 3 yaitu sebesar untuk
82,35%, diikuti oleh tipe merangsang
pola asuh 2 yaitu 11,76%, pertumbuhan
sedangkan untuk tipe pola dan
asuh 1, 4, yaitu 2,94% dan perkembangan
pola asuh 5 yaitu 0. yang seimbang
pada
kehidupan.
4. Jurnal Penelitian ini Penelitian ini Penelitian ini
Fitria R, Komang menunjukkan bahwa mempunyai menggunakan
Sudarma, Made Sulastri. Terdapat kontribusi yang kesamaan metodologi
“Hubungan Antara Pola signifikan variabel yang penelitian
Asuh Orang Tua dan antara pola asuh orang tua membahas deskriftif.
Kebiasaan Belajar terhadap hubungan pola
Terhadap Prestasi prestasi belajar siswa kelas asuh dengan
Belajar Siswa SD Kelas IV semester prestasi
IV Semester Genap di genap SD; belajar.
Kecamatan Melaya Terdapat kontribusi yang
Jembrana.” signifikan antara
Universitas Pendidikan kebiasaan belajar terhadap
Ganesha 2014. prestasi belajar
siswa kelas IV semester
genap SD
Terdapat
kontribusi yang signifikan
antara pola asuh
orang tua dan kebiasaan
belajar terhadap
prestasi belajar siswa kelas
IV semester genap SD

5. Jurnal Hasil yang diperoleh dari Penelitian ini Penelitian ini


Dyah Retno Palupi penelitian ini ialah bahwa mempunyai menggunakan
Aryani Tri Wrastari, terdapat hubungan antara kesamaan kuantitatif
“Hubungan Antara motivasi berprestasi dan membahas bersifat
Motivasi Berprestasi dan persepsi terhadap pola hubungan pola explanatory
Persepsi asuh orang tua dengan asuh orang tua research.
Terhadap Pola Asuh prestasi belajar. dengan
Orangtua Dengan prestasi belajar
Prestasi Belajar
Mahasiswa Psikologi
Angkatan 2010
Universitas Airlangga
Surabaya”
Universitas Airlangga
2013.
B.
C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa ketika kontrol orang tua

rendah namun kehangatan orang tua tinggi akan mengakibatkan anak menjadi tidak

disiplin, karena orang tua tidak menekankan aturan serta kontrol terhadap anaknya

sehingga prestasinya menurun. Jika kontrol orang tua tinggi namun kehangatan orang

tua rendah maka akan membuat anak stress, karena orang tuanya terlalu menekan
aturan, sehingga rasa kehangatan dan kasih sayang tidak didapatkan oleh anak, maka

prestasi yang akan didapat akan menurun. Sebaliknya jika kontrol orang tua tinggi

dan kehangatan orang tua juga tinggi, maka dapat dipastikan anak akan menjadi

semangat dan disiplin dalam hidupnya, karena orang tua sangat berperan dalam

kehidupannya, orang tua selalu mengontrolnya serta memberikan kehangatan,

dukungan dan kasih sayang kepada anak, sehingga prestasi anak meningkat. Tujuan

dari penelitian ini, agar orang tua sadar betapa pentingnya pola asuh yang diterapkan.

D. Indikator
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field

research). Penelitian lapangan adalah penelitian yang dilakukan di tempat

terjadinya gejala-gejala yang diselidiki. Penelitian yang digunakan peneliti

adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang analisisnya menekankan pada

data-data numerikal (angka) yang diolah melalui metode statistika. Menurut

sumber lain penelitian kuantitatif juga dapat diartikan sebagai jenis penelitian

yang mengandalkan pada penginderaan empiris atau pengolahan data melalui

hitungan angka dalam matematika. Penelitian kuantitatif menghasilkan

informasi yang lebih terukur. Hal ini karena ada data yang dijadikan landasan

untuk menghasilkan informasi yang lebih terukur. (Hardani, 2020).

2. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Gg. Giat (Puntun) Palangka Raya.

Sedangkan waktu penelitian dilakukan selama 3 bulan.


3. Populasi dan sample penelitian

a. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau

subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya oleh peneliti

(Sugiono, 2017). Populasi pada penelitian ini adalah Masyarakat di

lingkungan Gg. Giat (Puntun) Palangka Raya.

b. Sampel

Sugiyono (2017) mengatakan bahwa sampel merupakan bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut

Sugiyono dalam Wiratri (2017) terdapat dua teknik sampling yang dapat

digunakan, yaitu:

1.Probability Sampling

Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (Anggota) populasi

untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi, simple

random sampling, proportionate stratifed random sampling,

disproportionate stratifies random sampling, sampling area (cluser).

2. Non Probability Sampling

Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini

meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh,


snowball.”

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu

nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. Menurut

Sugiyono purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu. (Wiratri, 2017)

Alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah karena tidak

semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang ingin

diteliti. Oleh karena itu, penulis lebih memilih teknik purposive sampling

yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria

tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-sampel yang nantinya

digunakan dalam penelitian ini.

Dengan demikian penulis mengambil sampel berdasarkan kriteria

sebagai berikut:

1. Orang tua yang memiliki anak usia TK sampai SD

2. Penduduk tetap di Gg. Giat (Puntun) Palangka Raya

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi.

a. Angket

Angket atau kuesioner, yaitu merupakan suatu daftar atau rangkaian

pertanyaan yang disusun secara tertulis mengenai sesuatu yang berkaitan

dengam penelitian. Angket yang digunakan adalah kuesioner. Dalam hal ini

pertanyaan yang diajukan kepada para orang tua dalam angket ini ialah
mengenai pola asuh. Angket diberikan kepada orang tua yang dijadikan

sampel dalam penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua

terhadap prestasi belajar anak.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik untuk memperoleh informasi-informasi

yang bersifat dokumen, dari dokumen-dokumen yang ada. Metode ini

digunakan untuk memperoleh data-data tentang prestasi anak melalui buku

raport.

C. Analisis data

Adapun untuk menganalisa data yang sudah didapat pada penelitian korelasi

ini. Peneliti menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu tehnik yang

dikembangkan oleh Karl Pearson untuk menghitung koefisien korelasi, karena

data ini membahas dua variabel yang berhubungan. Kegunaan uji korelasi product

moment ini adalah untuk mencari hubungan antara variabel bebas (X) dengan

variabel terikat (Y). Analisis data menggunakan software SPSS (Statistical

Package for the Social Sciences) versi 25 untuk sistem operasi berbasis Windows.

D. Teknik Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang valid maka peneliti menggunakan uji validitas

angket dengan program SPSS di computer. Validitas adalah ketepatan atau

kecermatan suatu instrumen dalam pengukuran.(Joko, 2010). Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas adalah pola asuh orang tua dan variabel terikatnya

adalah prestasi belajar. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program

komputer SPSS 25.0, dalam hal ini dimaksudkan agar hasil perhitungan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sedangkan hasil rekapitulasi data

penelitian disajikan tersendiri pada lampiran.

DAFTAR PUSTAKA

Suliyono Joko, 6 Hari Jago SPSS, cetakan pertama (Yogyakarta: 2010, Cakrawala)

Hakim, Siti Nurina. n.d. “PERAN POLA ASUH ORANGTUA


TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA,” 6.

Anda mungkin juga menyukai