Proposal Skripsi
Oleh:
FERRY HUMAINI
NIM.1703120020
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
tersebut. Salah satunya adalah pola asuh orang tua. Pola asuh merupakan langkah
yang dilakukan orang tua demi mencapai tujuan yang diinginkan. Namun pada
kenyataannya, para orang tua tidak menyadari pola asuh yang diterapkan
kurang disayangi oleh orang tuanya. Hal tersebut yang akan mempengaruhi cara
bersikap, berpikir bahkan kecerdasan mereka. Oleh karena itu, keterlibatan orang
tua dalam belajar anak sangatlah penting demi mencapai prestasi yang
diinginkan.
Pola asuh yang sesuai dapat menjadikan anak penuh semangat, pribadi
yang baik serta peningkatan prestasi belajar anak seiring dengan perkembangan
yang dialami oleh anak. Perkembangan bahasa dan kemampuan sosial anak
dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orang tua, diharapkan orang tua dapat
Fase tumbuh kembang anak dapat dilihat dari ciri dan tugas
laku anak seperti bermain, menggambar rasa ingin tahu dan sebagainya. Untuk
mengasah kemampuan tersebut, maka diperlukan peran orang tua dengan pola
asuh yang tepat tentunya, ini merupakan pendidikan pertama dan utama untuk
anak. Dikatakan pertama dan utama sebab, keseharian anak lebih banyak
karakteristik anak adalah intensitas serta kualitas orang tua dalam mengasuh
tua terhadap pola asuh akan berdampak kepada cara mengasuh anak sebagaimana
Pola asuh yang tepat harus menunjang perkembangan mental, sosial dan
psikologis yang sehat. Ketiga hal tersebut sangat berperan untuk pembentukkan
karakter anak ketika beranjak dewasa. Saat ini, dikenal tiga jenis pola asuh anak.
karakter anak. Tentunya orang tua akan memilih salah satu pola asuh yang paling
Pola asuh menurut Baumrind meliputi, Pola asuh authoritarian, Pola asuh
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pola asuh otoriter yakni orang tua
anaknya serta menuntut prestasi belajar yang tinggi. Namun, orang tua tidak
Pola asuh authoritarian ini dapat membuat anak mandiri dari dorongan keras
orang tua. Sayangnyam kemandirian yang lahir dari anak tersebut bukan berasal
dari kesadarannya sendiri, akan tetapi kemandirian karena sikap orang tua yang
memaksa dalam mendidik anak. Orang tua dengan pola asuh authoritarian ini
akan membuat anak menjadi kurang percaya diri, pendiam, tertutup, kurang
sesuatu. Anak yang diasuh dengan pola asuh authoritarian ini seringkali merasa
putus asa.
membolehkan apa saja yang ingin dilakukan anak tersebut tanpa banyak
kebebasan mengatur dirinya sendiri tanpa pengawasan orang tua. Orang tua
seperti ini akan memberikan kasih sayang yang berlebihan kepada anaknnya.
Sehingga anak menjadi manja, tidak mandiri, kurang percaya diri, mau menang
anak untuk berbuat apa yang diinginkannya, namun orang tua tetap mengawasi
memberikan aturan serta membimbingnya. Pola asuh model ini membentuk sikap
realistis terhadap anak. Selain itu juga, pola asuh ini memprioritaskan
kepentingan anak namun tetap dalam kendali orang tua. Kasih sayang yang
diberikan orang tua cenderung stabil dan tidak berlebihan. Pola asuh
anak. Anak mampu membuat keputusan sendiri serta bertanggung jawab dengan
keputusan yang telah dibuat. Hasilnya anak mampu mengatasi stres, mudah
jenjang SMA sekitar 3,08 persen, sedangkan di SMK hingga 4,17 persen. Guru
keatas dan persentasenya meningkat terutama pada jenjang SMA mencapai 98,02
persen. Capaian angka Partisipasi Kasar Pendidikan Anak Usia Dini (APK
PAUD) umur 3-6 tahun di Kalimantan Tengah sebesar 35,15 persen, masih jauh
dari target pembangunan nasional yaitu sebesar 77,2 persen. Berdasarkan tipe
persen berbanding 30,84 persen), dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
anak laki-laki dan perempuan. APK di jenjang SD nilainya melebihi 100 persen,
yang berarti penduduk yang bersekolah pada jenjang SD bukan hanya penduduk
pada kelompok umur 7-12 tahun, melainkan juga berasal dari kelompok umur
lain. Kondisi ekonomi keluarga masih menjadi masalah utama yang menghambat
partisipasi sekolah. Peran orang tua juga sangat berpengaruh dalam pertumbuhan
sekolah anak, untuk itu sebagian pendidikan tidak hanya dilakukan disekolah
yang hasilnya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru, prestasi
belajar anak bergantung pada faktor pendukung serta penghambat seorang anak
dan eksternal. Faktor internal tersebut yakni yang ada dalam diri anak sendiri
eksternal tersebut yakni pola asuh orang tua, lingkungan sekitar, lingkungan
sekolah dan kesehatan anak. Usia anak sekolah dimulai dari rentang 6-12 tahun.
Pada masa ini, anak memasuki masa belajar di pendidikan dimana banyak aspek
identifikasi. Pada masa ini juga, anak mendapatkan perhatian dan pujian atas
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, maka peneliti tertarik untuk
Belajar Anak”.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah ada pengaruh pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar anak?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendeskripsikan tentang apakah ada pengaruh pola asuh orang tua
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
wawasan keilmuan.
b. Manfaat praktis
1. Bagi orang tua : dapat memberikan masukan kepada orang tua tentang
prestasinya
2. Bagi peneliti : menjadi pegangan dan menjadi bahan kajian untuk
belajar anak
5. Hipotesis Penelitian
Alternatif (Ha) : Ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh orang
tua dengan prestasi belajar. Hipotesa Nihil (Ho) : Tidak ada hubungan positif
yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar.
6. Definisi Operasional
Pola asuh orang tua merupakan interaksi orang tua dengan anak,
dimana orang tua berperan aktif pada setiap tumbuh kembang anak. Sehingga
anak bisa mendapatkan pendidikan yang layak, cinta, kasih sayang dan
perhatian yang utuh serta memiliki jiwa kedisiplinan, bahkan anak dapat
lima bab dengan berbagai sub babnya, dengan penjelasan dari tiap-tiap bab
sebagai berikut :
penelitian.
pola asuh dalam Islam, pengertian orang tua, dan pengaruh gaya pengasuhan
terhadap prestasi belajar anak. Pada Bab II ini memiliki fungsi untuk
menjelaskan tentang gaya pengasuhan, prestasi belajar dan pengaruh dari gaya
pengumpulan data, teknik analisis data, dan skoring. Pada Bab III ini memiliki
dimana dan kapan tempat penelitian, siapa yang menjadi subjek penelitian,
bagaimana data itu diperoleh dan bagaimana mengolah hasil data yang sudah
diperoleh.
Bab IV : Adalah hasil penelitian yang di dalamnya terdapat gambaran
umum Masyarakat di Gg. Giat (Puntun) Palangka Raya yang meliputi latar
belajar anak.
yang dibahas pada bab-bab sebelumnya dan pada bab ini penulis berusaha
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
control:
Pola asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam pendidikan keluarga
suatu hak dan kewajiban orangtua sebagai penanggung jawab yang utama dalam
Menurut Kohn pola asuh merupakan cara orang tua berinteraksi dengan
serta tanggapan orang tua terhadap perilaku anak. Nevenid, dkk bependapat
bahwasanya pola asuh yang ideal ialah bagaimana orang tua bisa mempunyai
sifat empati terhadap anaknya dan mencintai anak dengan setulus hati.
Sedangkan karen menyatakan pola asuh yang terbaik adalah kemampuan orang
tua mengontrol, mengawasi segala aktivitas anak, sehingga anak ketika dalam
Demandingness atau tuntutan orang tua yaitu seberapa jauh orang tua
2. Responsiveness
berkaitan dengan kehangatan dan dukungan dari orang tua. Seberapa jauh
Jadi pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak,
yang di mana orang tua yang mendidik, membingbing serta mengarahkan anaknya
untuk bisa mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap tepat
oleh orang tua, supaya anak bisa bersikap mandiri, tumbuh dan berkembang secara
Dalam hal ini terdapat 3 jenis pola asuh menurut Baumrind, yaitu
Dicirikan dengan adanya tuntutan dari orang tua yang disertai dengan
perilaku pada anak disertai dengan adanya kehangatan dari orang tua.
Adapun ciri-ciri pola asuh authoritative yakni:
a. Hak dan kewajiban antara anak dan orang tua diberikan secara
seimbang.
b. Saling meleng satu sama lain, orang tua yang menerima dan
kepentingan keluarga.
anak harus bertindak pada tingkat intelektual dan sosial sesuai usia dan
Dicirikan dengan dengan orang tua yang selalu menuntut anak tanpa memberi
tua
berlaku kreatif.
c. Anak diberikan hak sama seperti orang dewasa, serta diberi kebebasan
d. Orang tua tidak mengatur serta mengontrol anak, sehingga anak tidak
Semua tipe pola asuh memiliki karakteristik yang berbeda-beda serta resiko
perlu bersusah payah untuk bertanggung jawab kepada anak, akan tetapi anak
yang tumbuh dalam pola asuh ini akan memiliki masalah kurang percaya diri,
tipe pemissive memberikan kebebasan kepada anak untuk berbuat apa yang
kemampuan sosial yang baik, dan tingkat depresi yang kecil. Akan tetapi, jika
anak terlalu dimanjakan, kedepannya anak tidak bisa hidup mandiri yang
tertentu, aturan untuk hal-hal yang penting saja dengan tetap memberikan
dukungan, cinta serta kehangatan kepada anaknya. Dengan demikian, anak lebih
yang sudah ditetapkan dalam ajaran atau syariah Islam. Dalam syariah Islam
telah diajarkan bahwa wajib bagi setiap seorang muslim mendidik dan
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
yang diperintahkan”.
anak agar dapat terhindar dari siksa api neraka. Hal tersebut juga yang
menjalani hidup yang positif, menjalani ajaran Islam dengan benar, sehingga
pengasuhan yang terbaik atau yang lebih baik, namun lebih menjelaskan
perihal tentang selayaknya dan seharusnya dilakukan oleh orang tua yang itu
tergantung kepada situasi dan kondisi anak. Oleh sebab itu, apa yang
d. Orang Tua
Orang tua dalam hal ini mencakup ayah, ibu dan saudara adik dan kakak.
Orang tua disebut juga dengan keluarga, atau identik dengan orang yang
Menurut Mansur pada dasarnya orang tua dibagi menjadi tiga, yaitu orang tua
kandung, orang tua asuh dan orang tua tiri. Tetapi semuanya itu dalam hal ini
juga diartikan sebagai keluarga. Sedangkan pengertian orang tua merupakan
e. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “Prestasi” dan
“Belajar”, yang mana setiap kata tersebut memiliki makna tersendiri. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai. Prestasi
bisa diartikan sebagai hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang
telah dilakukan.
Istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada
meliputi aspek pembetukan sikap watak anak. Prestasi belajar dan proses belajar
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena prestasi belajar
usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
anak dalam masa tertentu. Prestasi belajar menurut Anas Sudijono adalah
pencapaian peserta didik yang dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar pada
dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan. Dalam mencapai
prestasi yang memuaskan selain harus belajar juga ditunjang dengan penerapan
pola asuh yang tepat, karena apabila dalam menerapkan pola asuh salah maka
akan berpengaruh buruk pada sikap dan pribadi anak, sehingga akan
Berdasarkan pengertian diatas, prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah
didapatkan oleh seseorang yang telah menjalani berbagai macam mata pelajaran
B. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan judul penelitian ini, terdapat kajian yang telah dilakukan oleh
peneliti lain yang relevan dengan penelitian ini. Oleh karena itu di bawah ini akan
dikemukakan beberapa kajian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain berbentuk
Tabel 1.1
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa ketika kontrol orang tua
rendah namun kehangatan orang tua tinggi akan mengakibatkan anak menjadi tidak
disiplin, karena orang tua tidak menekankan aturan serta kontrol terhadap anaknya
sehingga prestasinya menurun. Jika kontrol orang tua tinggi namun kehangatan orang
tua rendah maka akan membuat anak stress, karena orang tuanya terlalu menekan
aturan, sehingga rasa kehangatan dan kasih sayang tidak didapatkan oleh anak, maka
prestasi yang akan didapat akan menurun. Sebaliknya jika kontrol orang tua tinggi
dan kehangatan orang tua juga tinggi, maka dapat dipastikan anak akan menjadi
semangat dan disiplin dalam hidupnya, karena orang tua sangat berperan dalam
dukungan dan kasih sayang kepada anak, sehingga prestasi anak meningkat. Tujuan
dari penelitian ini, agar orang tua sadar betapa pentingnya pola asuh yang diterapkan.
D. Indikator
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
sumber lain penelitian kuantitatif juga dapat diartikan sebagai jenis penelitian
informasi yang lebih terukur. Hal ini karena ada data yang dijadikan landasan
a. Populasi
b. Sampel
Sugiyono dalam Wiratri (2017) terdapat dua teknik sampling yang dapat
digunakan, yaitu:
1.Probability Sampling
tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau
semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang ingin
diteliti. Oleh karena itu, penulis lebih memilih teknik purposive sampling
sebagai berikut:
a. Angket
dengam penelitian. Angket yang digunakan adalah kuesioner. Dalam hal ini
pertanyaan yang diajukan kepada para orang tua dalam angket ini ialah
mengenai pola asuh. Angket diberikan kepada orang tua yang dijadikan
sampel dalam penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua
b. Dokumentasi
raport.
C. Analisis data
Adapun untuk menganalisa data yang sudah didapat pada penelitian korelasi
ini. Peneliti menggunakan rumus korelasi product moment, yaitu tehnik yang
data ini membahas dua variabel yang berhubungan. Kegunaan uji korelasi product
moment ini adalah untuk mencari hubungan antara variabel bebas (X) dengan
Package for the Social Sciences) versi 25 untuk sistem operasi berbasis Windows.
Untuk memperoleh data yang valid maka peneliti menggunakan uji validitas
yang menjadi variabel bebas adalah pola asuh orang tua dan variabel terikatnya
komputer SPSS 25.0, dalam hal ini dimaksudkan agar hasil perhitungan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sedangkan hasil rekapitulasi data
DAFTAR PUSTAKA
Suliyono Joko, 6 Hari Jago SPSS, cetakan pertama (Yogyakarta: 2010, Cakrawala)