Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN TINGKAT

PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP


MOTIVASI BELAJAR SISWA

Proposal Penelitian
Disusun untuk memenuhi Tugas UTS
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Kuantitatif
Dosen Pengampu: Dewa Ayu Puteri Handayani, S.Psi., M.Sc.

Disusun Oleh Kelompok 8:


1. Made Anggi Sasa Regita (2011061024) (12/A)
2. Ni Putu Desy Susanti (2011061013) (06/A)
3. Luh Putu Ayu Satriani (2011061039) (16/A)

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan
signifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan motivasi belajar siswa. Penelitian ini
dilakukan pada TK Negeri Bhayangkari. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Jumlah populasinya adalah seluruh siswa TK negeri Bhayangkari yaitu sebanyak
30 orang. Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampling jenuh. Untuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif dan signifikan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan motivasi belajar siswa, digunakan teknik validitas
konstruk. Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua. Variabel yang di teliti dalam
penelitian ini meliputi variabel (X) yaitu tentang tingkat pendidikan orang tua dengan
variabel bebas (independen variabel). Dan variabel (Y) yaitu motivasi belajar siswa disebut
dengan variabel terikat (dependen variabel). Jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang,
maka jumlah sampelnya yang diambil secara keseluruhan, akan tetapi jika populasinya lebih
besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya.
Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari 100 orang
responden, maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yang ada pada TK Negeri
Bhayangkari yaitu sebanyak 30 orang responden. Dengan demikian penggunaan seluruh
populasi tanpa harus menarik sampel penelitian sebagai unit observasi disebut sebagai teknik
sensus.

Keyword: Tingkat pendidikan orang tua, motivasi belajar siswa.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar mengoptimalkan bakat dan
potensi anak untuk memperoleh keunggulan dalam hidupnya. Unggul dalam bidang
intelektual dan anggun sikap moralnya adalah sebuah harapan demi mewujudkan
manusia yang cerdas dan berkarakter. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal I, pendidikan didefinisikan sebagai usaha
sadar dan terencana suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak yang mulia, serta ketrampilan yang
berguna bagi dirinya, masyarakat, berbangsa dan negara.Banyak faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah satunya adalah faktor dari dalam keluarga.
Slameto (2013:61) Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan yang pertama dan
utama. Keluarga yang sehat besar adalah untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi
bersifat menentukan pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara
dan dunia.
Dari penjelasan tersebut jelas bahwa pendidikan anak di dalam keluarga itu
sangat penting dan apa yang dilihat anak dalam keluarga sangatlah berpengaruh
terhadap belajar anak.Nini Subini (2012:95) mengatakan bahwa tingkat pendidikan
dan kebudayaan dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Anak
cenderung melihat pada keluarga, jika ayah dan ibu memiliki pendidikan tinggi
seorang anak akan mengikutinya. Paling tidak menjadikan patokan bahwa anak
merasa harus lebih banyak belajar. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
orang tua memberi pengaruh besar terhadap motivasi belajar anak untuk mencapai
prestasi belajar yang tinggi. Orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi
mempunyai bekal pengetahuan dan pengalaman yang tinggi dalam hal mendidik anak.
Orang tua memahami dan mengerti bahwa keberhasilan anak tidak hanya ditentukan
dari pengaruh guru di sekolah saja, melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga (orang tua) seperti menemani belajar anak, memberi bimbingan,
menyediakan fasilitas belajar serta memberi motivasi belajar anak.
Orang tua dengan tingkat pendidikan rendah atau tidak berpendidikan
mempunyai keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam hal mendidik anak
sehingga menyebabkan anak tidak bisa mengembangkan bakat dan potensinya secara
optimal sehingga prestasi anak cenderung rendah. Orang tua jarang memperhatikan
perkembangan belajar anak. Orang tua kurang mengerti tentang apa saja yang
dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan anak. Orang tua jarang menemani,
membimbing dan menyemangati belajar anak sehingga motivasi belajar anak menjadi
rendah. Namun hakekatnya sangat berbeda sekali orang tua yang berpendidikan tinggi
dan orang tua yang berpendidikan rendah yang pasti terlihat dari pengaplikasiannya
kepada siswa dalam kehidupan perilaku sehari-hari, orang tua yang berpendidikan
tinggi mereka pasti lebih tahu dan mengerti cara mendidik dan memotivasi siswa,
mereka mampu memberikan respon yang tepat dan pengasuhan yang efektif dan
mengasyikan terhadap anaknya. Peran orang tua sebagai motivator sangat menunjang
bagi hasil belajar anak. Orang tua memiliki andil atas keberhasilan anaknya. Kdang-
kadang tanggung jawab itu kurang disadari oleh orang tua sehingga sering timbul
bahwa kurangnya keberhasilan anaknya merupakan akibat dari kurangnya perhatian
tanggung jawab dari orang tua.
Pendidikan awal yang diterima anak sangat erat kaitannya dengan situasi
emosionalnya dan kondisi majemuk orang tua saat berlangsungnya proses belajar.
Sejumlah perilaku hasil jejak rekam anak dari orang tua, perseis saluran transformasi
yang menghubungkan otak anak pada tahapan menerima pembelajaran . Artinya
orang tua merupakan konstributor terbesar dalam mendidik dan membentuk perangai
anak. Kedua orang tua memberikan dasar-dasar pembentukan pola pikir bagi anak,
dan menjadi fundament bagi kehidupan selanjutnya. Pendidikan orang tua sangat
berpengaruh, karena pada saat anak ingin belajar dengan orang tua, orang tua tidak
bisa sepenuhnya mengajari atau membantu siswa dalam belajar dengan benar karena
ada pelajaran yang tidak dimengerti oleh orang tua tersebut disebabkan karena
kurangnya pengetahuan yang dimiliki orang tua yang hanya berpendidikan sampai
SMP dan SD. Selain itu, pelajaran di sekolah dasar (SD) saat ini juga sangat luas
cakupannya dan agak sulit. Motivasi belajar anak sangat berkaitan dengan tingkat
pendidikan orang tua karena dari orang tua yang berpendidikan rendah, kurang
memberi semangat dan pengajaran pada anak, terkadang membuat anak menjadi
malas belajar dikarenakan tidak ada yang mengajarinya pada saat ia mengerjakan
tugas sekolah dan menyebabkan prestasi belajarnya menurun. Orang tua yang
berpendidikan menengah, cukup bisa mengajari pelajaran anaknya walaupun hanya
sekedarnya saja.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH


Masalah-masalah yang diduga muncul dalam motivasi belajar siswa adalah
tingkat pendidikan orang tua. Dimana keterlibatan orang tua menjadi salah satu
masalah dalam motivasi belajar siswa.

1.3 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan identifikasi yang dipaparkan diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
 Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan orang tua
dengan motivasi belajar siswa?

1.4 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan yang diharapkan melalui penelitian ini adalah:
 Untuk mengetahui hubungan positif dan signifikan antara tingkat pendidikan
orang tua dengan motivasi belajar siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI


A. Tingkat Pendidikan Orang Tua
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan sumber daya
manusia. Antara mendidik dan pendidikan keduanya saling berkaitan. Dilihat dari
makna bahasanya, mendidik merupakan kata kerja sedangkan pendidikan
merupakan kata benda. Istilah mendidik merupakan suatu tindakan atau kegiatan.
Tindakan atau kegiatan mendidik ini melibatkan pendidik (orang yang mendidik)
di satu pihak serta pihak yang di didik di pihak yang lain, atau berarti
mengandung komunikasi antara dua orang atau lebih Pendidikan pada umumnya
merupakan kebutuhan setiap orang dan tiap masyarakat. Persoalan pendidikan
menjadi persoalan tiap orang dan tiap masyarakat. Persoalan masyarakat maju
termasuk persoalan pendidikan lazimnya dilihat pula dari berbagai sudut ilmu
pengetahuan. Makna pedidikan pun dilihat dari berbagai sudut pandang ilmu
pengetahuan kemanusiaan. Berikut ini dikemukakan empat batasan arti
pendidikan menurut sudut pandang ilmu pengetahuan :
b. Filsafat (Prof. Dr. N. Driyarkara, 1980 )
Pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan
manusia muda ke taraf insan. (Driyarkara, 1980 : 74-78).
c. Sosiologi (Francis J. Brown)
Pendidikan adalah proses yang dikendalikan dengan sengaja, yang
menghasilkan perubahan tingkah laku dalam diri seseorang dan melalui orang-
orang dalam kelompoknya. (Brown, 1970 : 199).
d. Sosio Budaya (John Dewey)
Pendidikan merupakan suatu proses memimpin atau mengasuh.
(Dewey, 1964 : 10).
e. Psikologi (Ellis, dkk)
Pendidikan adalah keseluruhan pengalaman belajar seseorang
sepanjang hidupnya, bukan hanya pengalaman belajar yang diorganisir secara
formal. (Ellis, Cogan, dan Howey, 1986 : 134).
f. Ilmu Pendidikan (Prof. Dr. M. J. Langeveld)
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih
tepat, membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
(Langeveld : 20).
g. Ilmu pendidikan (Ki Hajar Dewantoro)
Pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anakanak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Suwarno,
1985 :2-3). Pendidikan dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok (Idris Zahara,
1981 : 58)
 Pendidikan Informal
Pendidikan informal biasanya berlangsung seiring dengan kegiatan sehari-
haridalam keluarga dan masyarakat sekitar sepanjang hidup.Karakteristiknya
adalah sebagai berikut.
a. Peristiwa pendidikan tidak direncanakan dan diatur secara khusus.
b. Peristiwa pendidikan terpadu seiring dengan kehidupan sehari-hari.
c. Tidak ditetapkan waktu khusus untuk itu.
d. Tidak menggunakan metode formal dan tidak ada penilaian formal
 Peristiwa pendidikan formal
Karakteristik pendidikan formal adalah:
a. Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus
danberjenjang.
b. Ada persyaratan yang cukup ketat mengenai waktu pendidikan dan isi
pendidikan.
c. Penggunaan metode formal dan ada penilaian formal terhadap hasil.
 Peristiwa pendidikan non formal
Pendidikan non formal berbentuk kursus, pusat latihan
untukpeningkatanketrampilan kerja.Karakteristik pendidikan non formal
adalah:
a. Peristiwa pendidikan direncanakan dan diatur secara khusus dan
berjenjang.
b. Ada persyaratan yang cukup lunak mengenai waktu dan peserta.
c. Jangka waktu pendek dan isi pendidikan bersifat praktis untuk
peningkatan ketrampilan kerja dengan tujuan meningkatkan usuha dan
taraf hidup.
d. Menggunakan metode formal untuk menilai hasil
2. Pengertian Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
kemampuan yang dikembangkan. (UU No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1 ayat 8).
Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. (UU No 20 Tahun 2003, Bab VI pasal 14). Pendidikan dasar
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. (Pasal 17 ayat 1 dan 2).
Pendidikan menegah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang terdiri atas
pendidikan menengah umum dan kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). (Pasal 18 ayat 1, 2 dan 3).
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan
sistem terbuka. (Pasal 19 ayat 1 dan 2). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam berkelanjutan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan yang terdiri dari pendidikan dasar,
menengah dan tinggi.
3. Pengertian Orang Tua
Orang tua harus memberikan pengertian dan dorongan kepada anak untuk belajar
karena terkadang anak mengalami penurunan semangat dalam belajar. (Nini Subini,
2012:94) Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa adalah tingkat pendidikan orang tua, cara orang
tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga dan pengertian orang tua.
4. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua
Pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup, oleh sebab itu semakin
banyak seseorang dalam belajar, maka semakin banyak pula pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya. Perbedaan dalam jenjang pendidikan masing-masing
seseorang tanpa disadari sangat mempengaruhi seseorang dalam cara berpikir, berkata
dan bertingkah laku. Sehingga setiap orang tua mempunyai cara yang berbeda-beda
dalam mendidik anaknya dalam belajar. Usaha agar orang tua mempunyai
pengetahuan yang tinggi salah satunya adalah melalui pendidikan formal karena
semakin tinggi tingkat pendidikan oarng tua semakin tinggi pula pengetahuan orang
tua terutama dalam memberi motivasi dalam belajar.

B. Pengertian Motivasi Belajar


Motivasi adalah keadaan psikologis dalam diri pribadi seseorang yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi juga dipandang sebagai dorongan mental yang menggunakan dan menjauhkan
perilaku manusia termasuk perilaku belajar (Dimyati dan Mudjono,1990) Sedangkan
motivasi dapatdisimpulkan yaitu segala sesuatu yang mendorong individu untuk
melakukan tindakan kearah tujuan tertentu. Motivasi diartikan sebagai dorongan yang
timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan
dengan tujuan tertentu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).Sardiman A.M (2014:73)
mengatakan bahwa motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif.
Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Sri Esti Wuryani Djiwandono (2006:329)
motivasi itu mempunyai intensitas dan arah. Jika orang lapar, ke arah manakah dia
bertingkah laku? Diam atau mencari makanan. Sugihartono, dkk (2007:20) motivasi
adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang
memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Hamzah B Uno (2010:1)
mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang dalam
bertingkah laku.Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar adalah suatu keseluruhan dorongan internal dan eksternal yang dimiliki
oleh siswa, yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan
belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga siswa dapat berprestasi
dalam belajar.
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (Kamus besar Bahasa
Indonesia, 2005). James O Whittaker (Syaiful Bahri Djamarah, 2011:12) merumuskan
belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman. Slameto (2013:2) menambahkan tentang pengertian tentang belajar. Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Cronbach (Syaiful Bahri Djamarah, 2011:13)
berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience.
Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang
dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah
laku yang terjadi secara sadar sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1 Faktor dari dalam diri sendiri (internal)
 Fisik.
a. Kondisi Umum Jasmani. Yang dimaksud dengan kondisi umum jasmani,
seperti sehat, segar, tidak mengantuk. Anak yang belajar dalam kondisi yang
segar dan tidak mengantuk akan memperoleh hasil yang lebih baik jika
dibandingkan dengan anak yang kurang tidur dan dalam keadaan badan tidak
sehat. Makanan bergizi juga tidak kalah pentingnya dalam membentuk
kecerdasan anak.
b. Kondisi Organ-Organ Khusus. Yang dimaksud dengan organ-organ khusus,
seperti pengelihatan, pendengaran dan lain-lain. Sebaiknya anak belajar dalam
suatu ruangan yang mempunyai penerangan yang cukup dan tenang
suasananya.
 Psikis
b. Intelegensi/Kecerdasan. Intelegensi dibagi menjadi beberapa taraf.
c. Ada taraf rata-rata, tinggi, dan kurang. Taraf tinggi dan kurang juga terbagi
lagi menjadi beberapa kriteria. Sebagian besar individu berada dalam taraf
rata-rata. Seseorang dikatakan berada pada taraf rata-rata bila ia memiliki
IQ antara 91 - 110 (menurut skala Wechsler). Anak yang memiliki IQ di
atas rata-rata secara potensial mempunyai kesempatan untuk mendapat
nilai baik, lebih besar kemungkinannya dibanding dengan anak-anak yang
memiliki IQ di bawah rata-rata.Namun kenyataannya tidaklah selalu
demikian. Mengapa? Karena keberhasilan belajar seseorang tidak diukur
melalui IQ semata, masih banyak faktor lain yang turut mendukung
keberhasilan dalam belajar, misalnya : ketekunan, kerajinan, daya juang,
dukungan orang tua, dan sebagainya.
b. Motivasi yaitu, dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga kebutuhan
terpenuhi. Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi intrinsik (dorongan
yang berasal dari dalam diri individu) dan motivasi ekstrinsik (dorongan
yang berasal dari luar individu). Dari kedua motivasi tersebut, yang lebih
baik adalah motivasi intrinsik. Anak belajar bukan karena takut dipukul
atau dimarahi, tetapi ia memiliki kemauan, keinginan untuk mendapat
hasil yang baik demi kepuasannya dalam memahami pelajaran di sekolah.
Anak yang belajar hanya karena orang tuanya menjaga denga rotan,
mungkin hasilnya tidak optimal.
c. Kesiapan Mental. Bagaimana pandangan anak terhadap suatu mata
pelajaran juga mempengaruhi dirinya dalam menerima materi pelajaran
tersebut. Pandangan tersebut dapat diperoleh anak melalui orang tua, guru
ataupun lingkungannya. Bila orang tua sangat menekankan anak untuk
memperhatikan pelajaran Matematika saja, maka akan membuat anak pada
akhhirnya mengabaikan dan menyepelekan (menganggap enteng - Red)
pelajaran lainnya.
2. Faktor dari luar individu (eksternal).
a. Lingkungan Sosial (keluarga, guru, teman). Anak yang berada dalam lingkungan
keluarga yang relatif damai, menyenangkan, akan memberikan dampak positif
dalam situasi belajarnya. Sebaliknya, keluarga yang selalu dalam keadaan ribut,
ayah-ibu sering bertengkar, akan memberikan dampak negatif. Anak menjadi
tegang, stress, ketakutan, sehingga energi yang seharusnya dapat dipakai untuk
belajar, tidak dapat digunakan secara optimal. Akibatnya prestasinya menjadi
tidak baik. Kalau sudah demikian, orang tua menjadi stress, anak dimarahi, orang
tua bertengkar, saling menyalahkan, dan akhirnya ini akan menjadi suatu
lingkaran setan dan anaklah yang menanggung akibatnya dan paling menderita.
Demikian juga pengaruh guru dan teman mempunyai dampak dalam motivasi
belajar anak. Guru yang mempunyai sikap pengertian akan membuat anak tidak
takut untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Sedangkan guru yang terlalu
otoriter dapat mematikan kreativitas anak.
b. Lingkungan non sosial (rumah, sekolah, fasilitas). Sekolah yang mempunyai
laboratorium lengkap dapat memberikan pengetahuan yang lebih nyata dan lebih
baik dibanding dengan sekolah yang tidak mempunyai laboratorium. Anak yang
mempunyai alat tulis lengkap, lebih lancar mengerjakan tugas dibanding anak
yang seringkali harus meminjam dari kawannya. Jadi fasilitas ini juga sesuatu
yang tidak dapat diabaikan begitu saja karena perannya cukup besar dalam
keberhasilan seorang anak.
c. Cara belajar.Setiap anak mempunyai teknik belajar sendiri-sendiri,masing-
masing anak berbeda. Ada yang bersuara, ada yang diam saja, dengan membuat
ringkasan, sambil mendengarkan musik. Hal ini tidak terlalu berpengaruh
terhadap prestasinya bila ia tidak mempunyai disiplin belajar yang baik. Disiplin
dalam belajar ini menyangkut beberapa hal, antara lain :
- Waktu belajar yang teratur, bertahap
- Menyicil (sedikit demi sedikit).
- Menyelesaikan tugas pada waktunya
- Belajar dalam suasana yang mendukung, misalnya tidak sambil
- Nonton televisi, atau sambil makan.
Selain itu motivasi dibagi menjadi menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan
motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di
luar siswa yang meliputi kondisi siswa di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Di dalam lingkungan keluarga, yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa antara lain:
1. Tingkat Pendidikan Orang Tua, tingkat pendidikan orang tua
mempengaruhi motivasi belajar anak. Siswa cenderung melihat kepada
keluarga, jika ayah dan ibu memiliki tingkat pendidikan tinggi, maka anak
akan mengikuti. Paling tidak menjadikan patokan bahwa harus lebih
banyak belajar. (Nini Subini, 2012:95)
2. Cara Orang Tua Mendidik, Slameto (2013:60) cara orang tua mendidik
anak besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Mendidik anak dengan cara
memanjakan adalah cara mendidik yang tidak baik, begitupun mendidik
anak dengan cara memperlakukannya dengan keras adalah cara mendidik
yang juga salah.
3. Relasi antar Anggota Keluarga, Relasi antar anggota yang penting dalam
keluaga adalah hubungan orang tua dengan anak, jika komunikasi antara
orang tua dengan anakditingkatkan, maka dapat berpengaruh positif
terhadap prestasi belajaranak. (Nini Subini, 2012:93)
4. Suasana Rumah, suasana rumah yang gaduh atau ramai tidak akan
memberikan ketenangan kepada anak dalam belajar. Suasana rumah yang
tenang dan tenteram sangat perlu diciptakan agar anak dapat belajar dengan
baik. (Slameto, 2013:63)
5. Keadaan Ekonomi Keluarga, Slameto (2013:63) keadaan ekonomi keluarga
erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain
harus terpenuhi kebutuhan pokok, anak juga membutuhkan fasilitas belajar
yang cukup.

2.2 KERANGKA PENELITIAN


 Hubungan
Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang
memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan terjadi dalam
setiap proses kehidupan manusia. Hubungan dapat dibedakan menjadi hubungan
dengan teman sebaya, orang tua, keluarga, dan lingkungan sosial.
 Tingkat Pendidikan Orang Tua
Orang tua yang berpendidikan tinggi dan orang tua yang berpendidikan rendah
yang pasti terlihat dari pengaplikasiannya kepada siswa dalam kehidupan perilaku
sehari-hari, orang tua yang berpendidikan tinggi mereka pasti lebih tahu dan
mengerti cara mendidik dan memotivasi siswa, mereka mampu memberikan
respon yang tepat dan pengasuhan yang efektif dan mengasyikan terhadap
anaknya.
 Motivasi Belajar Siswa
Motivasi adalah keadaan psikologis dalam diri pribadi seseorang yang
mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi juga dipandang sebagai dorongan mental yang
menggunakan dan menjauhkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar
(Dimyati dan Mudjono,1990) Sedangkan motivasi dapat disimpulkan yaitu segala
sesuatu yang mendorong individu untuk melakukan tindakan kearah tujuan
tertentu.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 VARIABEL PENELITIAN


 Definisi Operasional Variabel
Variabel yang di teliti dalam penelitian ini meliputi variabel X yaitu tentang
tingkat pendidikan orang tua dengan variabel bebas (independen variabel). Dan
variabel Y yaitu Motivasi Belajar Siswa disebut dengan variabel terikat (dependen
variabel). Adapun definisi dari dua variabel tersebut adalah sebagai berikut :
- Tingkat pendidikan orang tua setiap siswa tidaklah sama, ada yang rendah,
menengah dan tinggi. Sesuai dengan pendidikan formal yang pernah
diikutinya. Berbeda tingkat pendidikan orang tua tentu akan berbeda-beda
pula dengan intelegensi, sosial dan ekonominya begitu juga dengan teknik
dan pengalamannya mendidik anak. Ada orang tua yang lemah lembut
memerintahkan anaknya belajar ada pula dengan kekerasan, serta ada pula
dengan tegas dan ketat.
- Motivasi belajar dipandang sebagai dorongan mental yang menggunakan dan
menjauhkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar (Dimyati dan
Mudjono,1990) Sedangkan motivasi dapat disimpulkan yaitu segala sesuatu
yang mendorong individu untuk melakukan tindakan kearah tujuan tertentu.

3.2 HIPOTESIS PENELITIAN


H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan motivasi belajar
siswa
H1 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan motivasi belajar siswa

3.3 DESAIN PENELITIAN


 Nature Of The Investigation
(Desain eksperimental) karena penelitian kami ini memerlukan observasi
langsung mengenai hubungan tingkat pendidikan orang tua terhadap motivasi belajar
siswa.
 Number Of Contact
Cross-Sectional, karena desain ini paling cocok untuk judul penelitian yang kami
lakukan karena bertujuan untuk mengetahui situasi, masalah, sikap atau isu, dengan
mengambil bagian dari populasi.
 Refrence Period
Prospectibe study karena judul penelitian kami menunjukan keadaan situasi
dan adanya hasil dari pengaruh pendidikan orang tua dengan motivasi belajar siswa.

3.4 POPULASI DAN SAMPEL


A. Populasi
Populasi merupakan sumber data yang sangat penting, karena tanpa kehadiran
populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak mungkin terlaksana. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa TK Bhayangkari Kabupaten Buleleng.
B. Sampel
Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012:73) adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi
tersebut harus betul-betul representative (mewakili). Ukuran sampel merupakan
banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu populasi. Tujuannya dari penentuan
sampel ialah untuk mengangkat kesimpulan penelitian yang akan diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili.
Menurut Arikunto (2012:104) jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang,
maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih
besar dari 100 orang, maka bisa diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah
populasinya. Berdasarkan penelitian ini karena jumlah populasinya tidak lebih besar
dari 100 orang responden, maka penulis mengambil 100% jumlah populasi yang ada
pada TK Negeri Bhayangkari yaitu sebanyak 30 orang responden. Dengan demikian
penggunaan seluruh populasi tanpa harus menarik sampel penelitian sebagai unit
observasi disebut sebagai teknik sensus.
- Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik sampling jenuh. Menurut Sangadji dan Sopiah (2010:189) teknik sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan untuk
sampel. Berdasarkan teknik sampling jenuh yang digunakan, terdapat 30 responden
dalam penelitian ini.
3.5 INSTRUMEN PENELITIAN
 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati . Secara spesifik fenomena ini disebut variabel
penelitian. Jumlah instrument penelitian tergantung jumlah variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti. Selain itu instrumen penelitian memegang peran penting
dalam penelitian kuantitatif karena kualitas data yang digunakan dalam banyak hal
ditentukan oleh kualitas instrumen yang dipergunakan.
 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang
relevan, akurat, dan reliabel. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dalam bentuk google form. Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperolah informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal- hal yang ia ketahui” (Suharsimi Arikunto, 2010: 194). Kuesioner

(angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner ini
sudah menyangkut Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua (Variabel X), dan menyangkut
Motivasi Belajar Siswa (Variabel Y). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
angkettertutup. Angket ini digunakan mendapatkan data tentang hubungan tingkat
pendidikan orang tua dengan motivasi belajar siswa.
-Validitas
Construct Validity (Validitas Konstruk) adalah kerangka dari suatu konsep
yang bisa diartikan sebagai salah satu jenis validitas yang berkaitan dengan
kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur objek penelitian menggunakan
konsep yang diukur. Atau validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek
psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa
suatu konstruk tertentu dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.
Teknik validitas konstruk ini menunjuk pada sejauh mana suatu instrumen
mampu mengukur pengertian-pengertian yang terkandung dalam materi yang
akan diukur atau sejauh mana instrument menunjukkan hasil yang sesuai dengan
teori/konsep teoritas tentang variabel yang diteliti. Ini ditentukan dengan
memastikan kontribusi setiap faktor terhadap total varians yang diamati dalam
suatu fenomena. Jadi tujuan pengujian validitas konstruk adalah untuk
mendapatkan bukti tentang sejauh mana hasil pengukuran memberikan konstruk
variabel yang diukur. Validitas konstruk pada hakikatnya menjadi salah satu cara
untuk menguji validitas suatu tes di instrumen penelitian, yang biasanya
digunakan dalam pendidikan, ilmu sosial, dan psikologi.
- Reliabilitas
Uji reliabilitas internal, uji coba dilakukan hanya satu kali dan menggunakan
satu instrumen. Kemudian hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan rumus
reliabilitas instrumen. Atau diperoleh dengan menganalisis data yang berasal satu
kali pengujian.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Instrumen Data

Berdasarkan data mengenai tingkat pendidikan orang tua dan motivasi belajar siswa,
yang kemudian data tersebut dianalisis menggunakan uji korelasi. Di dalam penelitian ini
terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah tingkat pendidikan orang tua dan Variabel terikat adalah motivasi belajar
siswa.Pengujian validitas data menggunakan SPSS 26. Dalam penelitian ini uji validitas
dilakukan pada 20 responden. Pengambilan data ini berdasarkan pada nilai r hitung Case
Processing Summary >100% valid.

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pendidikan 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Motivasi 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan


untuk kedua variabel hubungan tingkat pendidikan orang tua dengan motivasi
belajar siswa memiliki status valid.
4.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji apakah instrumen yang digunakan reliabel.
Reliabel apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Teknik pengujian
reliabilitas ini menggunakan teknik analisis yang sudah dikembangkan oleh Alpha Cronbach.
Penghitungan dilakukan menggunakan SPSS 26. Adapun hasil dari variabel yang
disajikan pada tabel berikut ini.
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.335 6
Berdasarkan table diatas, uji reliabilitas dilakukan terhadap pertanyaan yang
dinyatakan valid. Suatu variabel dikatakan reliable apabila jawaban terhadap
pertanyaan selalu konsisten.
4.3 Pembahasan
Dari hasil uji validitas dan reliabilitas anatar dua variabel yaitu tingkat pendidikan
orang tua dengan motivasi belajar siswa, sebagai berikut :
1. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang rendah sering mengalami
kesulitan dalam memotivasi anak dalam belajar.
2. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah dapat mempngaruhi motivasi
belajar anak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan sumber daya
manusia. Antara mendidik dan pendidikan keduanya saling berkaitan.Tindakan atau kegiatan
mendidik ini melibatkan pendidik (orang yang mendidik) di satu pihak serta pihak yang di
didik di pihak yang lain, atau berarti mengandung komunikasi antara dua orang atau lebih.
Jenjang pendidikanmerupakan tahapan pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan
kemampuan yang dikembangkan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam berkelanjutan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan yang terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi.
Di kalangan pelajar motivasi belajar sangat penting maka dari itu Motivasi merupakan
keadaan psikologis dalam diri pribadi seseorang yang mendorong individu untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi juga dipandang sebagai
dorongan mental yang menggunakan dan menjauhkan perilaku manusia termasuk perilaku
belajar.
Dari hasil uji validitas dan reliabilitas anatar dua variabel yaitu tingkat pendidikan
orang tua dengan motivasi belajar siswa. Dengan tingkat pendidikan orang tua yang rendah
sering mengalami kesulitan dalam memotivasi anak dalam belajar. Tingkat pendidikan orang
tua yang rendah dapat mempngaruhi motivasi belajar anak.

5.2 Saran
Berdasarkan hasl penelitian tindakan yang dilakukan, maka peneliti menyarankan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Pentingnya motivasi belaja bagi peserta didik karena dengan motivasi belajar anak dapat
berkembang dengan baik maka dari itu kita sebagai orang tua yang memiliki tingkat
pendidikan yang rendah tidak harus berkecil hati karena kita bisa belajar dari youtube atau
mengikuti sosialisasi tentang anak.
2.Bagi peneliti selanjutnya di harapkan untuk dapat melanjutkan penelitian ini,sehingga di
proleh yang menyeluruh dan dapat di jadikan bahar referensi dalam kegiatan belajar dan
mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Dantes, P. N. (2009). Kerangka Dasar Penelitian Kuantitatif. nyomandantes.wordpress.com.


Diunduh Dari: https://nyomandantes.wordpress.com/2009/09/30/kerangka-dasar-
penelitian-kuantitatif/amp/
dspace.us.ac.id. (n.d.). Merode Penelitian. dspace.us.ac.id.
Diunduh Dari:
https://dspace.uc.ac.id/bitstream/handle/123456789/1475/BAB%20III.pdf?sequence=
12&isAllowed=y
eprints.uny.ac.id. (n.d.). Kajian Teori Dan Kerangka Pikir. eprints.uny.ac.id.
Diunduh Dari: https://eprints.uny.ac.id/8682/3/BAB%202%20-%2008413241018.pdf
Islandana, M. R. (2017). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar
Siswa Kelas III SDN Ketanon Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017.
simki.unpkediri.ac.id.
Diunduh Dari:
http://simki.unpkediri.ac.id/mahasiswa/file_artikel/2017/06bea7d25fababc4310ad66f1
f82193c.pdf
Pramaswari, E. (2018). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orangtua Terhadap Motivasi Belajar .
journal.unesa.ac.id.
Diunduh Dari: https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpeka/article/view/2802/2138
PurwahadiKurniawan, L. (2010). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Orang Tua, Perhatian
Orang Tua, Dan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Belajar Siswa.
repository.usd.ac.id.
Diunduh Dari: https://repository.usd.ac.id/10397/2/041334086_Full.pdf
Rahayu, R. G. (2020). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Kedisiplinan
Belajar Siswa Di SDN 05 Kabawetan Kabupaten Kepahiang. iainbengkulu.ac.id.
Diunduh Dari:
http://repository.iainbengkulu.ac.id/5913/1/SKRIPSI%20RAFIKA%20GSTI%20RA
HAYU.pdf
repository.unpas.ac.id. (n.d.). Populasi. repository.unpas.ac.id.
Diunduh Dari: http://repository.unpas.ac.id/30110/6/BAB%20III%20Lanjutan.pdf
Sri Reskia, H. Z. (n.d.). Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar
Siswa Di SDN Inpres1 Birobuli. core.ac.id.
Diunduh Dari: https://core.ac.uk/download/pdf/296272148.pdf
Widodo, A. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar
Siswa SD Kelas V. eprints.uny.ac.id.
Diunduh Dari: http://eprints.uny.ac.id/18398/1/Ariyo%20Widodo_11108244035.pdf

Anda mungkin juga menyukai