Anda di halaman 1dari 16

JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Vol.XX. No.X (20XX), pp-pp

Kurangnya Ketertarikan Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS


Di Tingkat SMP
Oleh
Zahrotun Nahla, Bagus Setiawan, Tika Ulandari
1,2,3
Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah, Tulungagung, Indonesia

Email: zahrotunnahla@gmail.com, avi777inka@gmail.com, ulandaritika73@gmail.com

Submitted: dd-mm-yy Reviewed: dd-mm-yy Accepted: dd-mm-yy

Abstrak
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui penyebab kurang ketertarikan siswa SMP
terhadap mata pelajaran IPS. Kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS merupakan
sebuah penghambat dari keberhasilan pembelajaran IPS. Hal tersebut dikarenakan siswa yang tidak
tertarik dengan mata pelajaran IPS akan cenderung menyepelekan mata pelajaran IPS. Pada penelitian
ini menggunakan metode studi pustaka (library research). Penelitian ini melalui langkah-langkah
yang meliputi mencari jurnal-jurnal yang relevan dengan judul penelitian kami, kemudian
mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa sumber, selanjutnya kami telaah secara deskriptif dan
kami susun hasil kajian pustaka yang sistematis menjadi jurnal. Pada hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa faktor-faktor penyebab kurangnya keterarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS yaitu
meliputi kurangnya relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, metode pengajaran
yang monoton, dan persepsi siswa terhadap sulitnya materi pelajaran IPS. Selain itu, faktor
lingkungan dan dukungan keluarga juga turut berperan dalam memengaruhi minat belajar siswa
terhadap pelajaran IPS. Upaya untuk meningkatkan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS
yaitu melibatkan perbaikan kurikulum, pengembangan metode pengajaran yang inovatif, dan
peningkatan interaksi antara materi pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Selain
itu, pelibatan orang tua dalam mendukung pembelajaran IPS dapat menjadi strategi efektif dalam
merangsang ketertarikan siswa dalam belajar IPS.

Kata kunci: Kurangnya ketertarikan, Siswa SMP, Mata Pelajaran IPS.

Abstract
This research aims to determine the causes of junior high school students' lack of interest in
social studies subjects. Students' lack of interest in social studies subjects is an obstacle to the
success of social studies learning. This is because students who are not interested in social
studies subjects will tend to underestimate social studies subjects. This research uses the
library research method. This research went through steps which included searching for
journals that were relevant to the title of our research, then identifying and classifying several
sources, then we reviewed them descriptively and compiled the results of the systematic
literature review into a journal. The results of this research show that the factors causing
students' lack of interest in social studies subjects include the lack of relevance of learning
material to everyday life, monotonous teaching methods, and students' perceptions of the
difficulty of social studies subject matter. Apart from that, environmental factors and family
support also play a role in influencing students' interest in learning social studies. Efforts to
increase students' interest in social studies subjects involve improving the curriculum,
developing innovative teaching methods, and increasing interaction between learning material
and the context of students' daily lives. Apart from that, involving parents in supporting social
studies learning can be an effective strategy in stimulating students' interest in learning social
studies.

Keywords: Lack of interest, junior high school students, social studies subjects.
Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk menciptakan
suasana dan proses belajar agar peserta didik dapat terlatih untuk secara aktif mengembangkan
potensinya, Tujuannya adalah untuk mengembangkan kekuatan spiritual keagamaan siswa, disiplin
diri, karakter, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat.
Menurut Profesor DR.M.J.Langeveld pendidikan juga bertujuan untuk memberikan bimbingan dan
dukungan spiritual kepada mereka yang masih membutuhkannya. Lalu, menurut Bapak H. Horne
Pendidikan adalah adaptasi tingkat yang lebih tinggi bagi orang-orang yang berkembang secara fisik
dan spiritual, bebas dan sadar akan Tuhan sebagaimana diungkapkan dalam intelektual manusia,
emosional, dan sifat manusia.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk saling menginformasikan pengetahuan yang telah diketahui, dengan tujuan
memberikan landasan bagi kehidupan manusia (A. Rahman et al.2022). Oleh sebab itu, pendidikan
menjadi suatu ikhtiar yang sangat berharga untuk meningkatkan keunggulan sumber daya manusia
dibandingkan yang sebelumnya. Semakin baik pendidikan suatu negara, maka semakin baik pula taraf
hidup masyarakatnya. Hal ini serupa dengan (S. Rahman, 2021) bahwa berhasil tidaknya hasil dari
pendidikan sebenarnya tergantung pada proses belajar siswa baik itu di sekolah maupun di rumah.
Selain itu keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh beberapa aspek salah satunya yaitu ketertarikan
dalam belajar pada siswa itu sendiri. Ketertarikan juga sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar
siswa.

Menurut Mahfudz Shalahuddin (P., 2019) ketertarikan merupakan perhatian yang


mengandung unsur-unsur perasaan. Sedangkan menurut Soeganda Poerbakawatja dan Harapah(P.,
2019), ketertarikan merupakan kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu yang
berasal dari luar. Berdasarkan beberapa pengertian ketertarikan yang disampaikan oleh para ahli
tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ketertarikan merupakan sebuah pemusatan perhatian yang
mengandung unsur-unsur perasaan, kesenangan, kecenderungan hati, keinginan yang tidak sengaja
yang memiliki sifat aktif untuk menerima sesuatu yang datang dari luar. Selain itu, ketertarikan juga
dapat diartikan sebagai sesuatu rasa gemar, serta rasa perhatian terhadap suatu suatu objek tertentu.
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Vol.XX. No.X (20XX), pp-pp

Hal ini sesuai dengan pernyataan Hidi dkk. (Rahayu et al.2021) Minat merupakan potensi
yang memberikan dampak positif terhadap pembelajaran akademik seseorang, pengetahuan yang lebih
luas, dan bidang studi tertentu. Menurut Olivia (Rahayu et al.2021), minat belajar merupakan suatu
perilaku patuh terhadap kegiatan belajar, baik dari segi perencanaan pembelajaran maupun dari segi
komitmen untuk bersungguh-sungguh melaksanakan kegiatan tersebut. Dapat kita simpulkan bahwa
minat merupakan suatu emosi yang mencari sesuatu yang dapat mempengaruhi secara positif kinerja
suatu kegiatan. Tanpa minat, kegiatan belajar tidak akan berjalan. Minat dalam proses pembelajaran
dapat dilihat dari cara siswa mengikuti pembelajaran, antusias mengikuti pembelajaran, dan
kelengkapan catatannya di buku siswa. Oleh karena itu minat berpengaruh terhadap dukungan
belajar. Hal ini dikarenakan minat berasal dari dalam diri seseorang dan menimbulkan energi dalam
diri siswa sehingga menimbulkan keinginan untuk belajar dan mencapai hasil yang diinginkan.

Maka dari itu, pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
umat manusia.Dengan pendidikan, manusia dapat menjadi seseorang yang memiliki taraf hidup yang
bagus. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mengarah pada pembelajaran nasional.
Pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan pengalaman belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan. Pendidikan adalah pendekatan terstruktur yang berupaya meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, dan keyakinan generasi masa depan. Selain itu, pendidikan juga memberikan kontribusi
besar terhadap pengembangan kepribadian peserta didik yang cerdas, berdaya saing, dan inovatif.
Berdasarkan pemaparan di atas, pendidikan adalah suatu tata cara yang terencana untuk
meningkatkan keterampilan peserta didik dan memperoleh kemampuan sosial, sehingga menjadikan
individu yang berilmu, beradab, berakhlak mulia, dan kreatif di masa depan.

Dapat kita simpulkan bahwa keberhasilan pendidikan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya adalah faktor pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru,
siswa, dan sumber belajar dalam suatu lingkungan pendidikan. Pembelajaran adalah suatu proses
dimana guru mendukung siswa dalam munculnya pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan.
Hal ini dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan dan meningkatkan pendidikan di dalam kelas
dan seterusnya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas guru juga perlu dilakukan. Berdasarkan Bab 1,
Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, guru,
dosen, konsultan, tutor, tutor, pelatih, moderator, dan tenaga kependidikan lain yang ditunjuk sesuai
dengan bidang keahliannya, bergabung berpartisipasi dalam organisasi pendidikan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan harus mampu
menerapkan aktivitas dalam proses pembelajaran (Fatmawati, 2021). Selain itu, bekerja sebagai
seorang pendidik mempunyai syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik agar
dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dalam pembelajaran IPS, guru perlu mampu
mengembangkan dasar-dasar IPS serta meningkatkan kompetensi dan keterampilan kerjasama dalam
pembelajaran IPS di sekolah menengah. Menurut Soemantri (Rahayu et al.2021), Penggunaan bahasa
penjelasan oleh guru dalam mata pelajaran IPS merupakan permasalahan yang lazim dalam mengajar
siswa.Meski pembelajaran dilakukan secara independen, namun pembahasan tersebut tidak berkaitan
dengan pemikiran ilmu sosial.

Hierarki pembelajaran hampir tidak muncul dalam jenis pembelajaran ini, dan tidak muncul
dalam desain mata pelajaran dalam proses belajar mengajar, dalam struktur tes, atau dalam buku teks.
Menurut sebagian besar siswa sekolah menengah, mata pelajaran IPS terlalu membosankan. Hal ini
disebabkan karena masih banyaknya guru yang menerapkan model pengajaran tradisional
sehingga menimbulkan rasa bosan dan kurang semangat pada siswa menengah pertama. Kondisi
ini semakin menurunkan minat siswa dalam mempelajari ilmu-ilmu sosial (Sa’diyyah, 2018). Oleh
karena itu, perlu adanya pembenahan pendidikan IPS pada tingkat SMP agar siswa SMP berminat
mempelajari IPS.
Selain itu, faktor lingkungan dan dukungan keluarga juga mempengaruhi minat siswa dalam
belajar IPS. Upaya untuk meningkatkan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS dapat
ditempu dengan melibatkan perbaikan kurikulum, pengembangan metode pengajaran yang inovatif,
dan peningkatan interaksi antara materi pembelajaran dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa.
Pelibatan orang tua dalam mendukung pembelajaran IPS juga dapat menjadi strategi efektif dalam
merangsang ketertarikan siswa dalam belajar IPS. Dengan adanya masalah tersebu kami mengambil
judul penelitian Kurangnya Ketertarikan Siswa Terhadapa Mata Pelajaran IPS Di Tingkat
SMP.
Metode Penelitian

Metode yang dgunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode studi pustaka (library
research). Metode studi pustaka (library research) merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memahami serta mempelajari teori-teori dari berbagai literatur yang
berhubungan dengan penelitian yang kami tulis. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 12
November sampai tanggal 11 November 2023. Langkah-langkah pada metode ini yaitu mencari
jurnal-jurnal yang relevan dengan judul penelitian kami kemudian mengidentifikasi dan
mengklasifikasi beberapa sumber selanjutnya kami telaah secara deskriptif dan kami susun hasil
kajian pustaka yang sistematis menjadi jurnal. (Adlini et al., 2022). Pengumpulan data dalam
penelitian ini melalui tahap pencarian sumber dan membangun berbagai sumber seperti buku, majalah,
dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kemudian, bahan pustaka yang diperoleh dari
berbagai referensi dianalisis secara kritis dan menyeluruh untuk mendukung saran dan ide yang
terbentuk selama penulisan artikel ini.

Hasil dan Pembahasan

Masalah Kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS di tingkat SMP
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Vol.XX. No.X (20XX), pp-pp

Tingkat minat akademis merupakan aspek yang krusial. Ketika siswa sangat berminat belajar,
maka mereka akan cenderung lebih aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya. Namun, siswa mungkin mempunyai kendala
dalam memotivasi dirinya untuk belajar, terutama pada pelajaran tertentu seperti Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Masih banyaknya murid yang tidak menyukai pelajaran IPS disebabkan oleh guru yang
menerapkan model pembelajaran ceramah diintegrasikan dengan pendekatan pembelajaran guru baik
dalam lingkungan luring maupun daring.Hal ini tentu saja dapat mengurangi semangat siswa untuk
mengikuti proses belajar mengajar. Ketika minat siswa terhadap pembelajaran IPS berkurang, maka
kondisi kelas menjadi kurang kondusif.

Istilah “kesulitan belajar” kerap dipakai untuk menggambarkan murid yang menghadapi
hambatan ketika belaja karena berbagai faktor, antara lain kurangnya pengetahuan, gangguan sensorik,
nasib buruk, dan kurangnya tradisi atau bahasa. Kesulitan belajar siswa dapat diketahui dari berbagai
faktor yang mempengaruhi keefektivitasan dalam belajar mengajar. (Rahma et al.2023). Kesulitan
dalam belajar IPS dapat disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Pembelajaran terhambat oleh dua
faktor: pengaruh internal dan eksternal. Tantangan belajar siswa dapat dipengaruhi secara internal oleh
faktor-faktor seperti kurangnya minat, rutinitas, dan kurangnya motivasi. Faktor eksternal yang
mempengaruhi pengalaman belajar siswa, seperti lingkungan, sumber daya, metode pengajaran, dan
kondisi sosial/ekonomi, tidak ada dalam diri siswa. Ada beberapa kemungkinan alasan mengapa
siswa tidak tertarik pada IPS di sekolah menengah. Berikut adalah beberapa faktor masalah yang
umum ditemui diantaranya (Rahayu et al., 2021):

1. Masalah kurikulum dan pembelajaran, masalah ini meliputi hal-hal berikut ini:

 Siswa merasa bahwa materi yang diajarkan tidak terasa relevan dengan kehidupan sehari-
hari atau tujuan masa depan mereka.

 Metode pengajaran yang tidak menarik atau terlalu teoritis tanpa aplikasi praktis dapat
membuat siswa kehilangan ketertarikan untuk belajar IPS.

 Kurangnya kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran bisa


menyebabkan siswa merasa bosan atau tidak tertarik.

2. Kesadaran dan minat pribadi, masalah ini meliputi hal-hal berikut ini:

 Siswa belum sepenuhnya memahami pentingnya mata pelajaran IPS dalam kehidupan sehari-
hari atau karir di masa depan mereka.
 Pada saat siswa tidak melihat bagaimana mata pelajaran ini terhubung dengan minat atau hobi
mereka, maka mereka akan kehilangan ketertarikan.
3. Keterbatasan sumber daya, masalah ini yaitu jika sekolah tidak memiliki akses ke sumber daya
yang memadai seperti buku, perangkat, atau teknologi. Maka pengajaran IPS menjadi kurang
menarik.

4. Pengaruh lingkungan sosial dan keluarga, masalah ini meliputi hal-hal berikut ini:

 Siswa dapat dipengaruhi oleh pandangan atau sikap orang tua atau anggota keluarga terhadap
mata pelajaran IPS.

 Pada saat teman-teman sebayanya menunjukkan minat atau menghargai mata pelajaran IPS
maka teman-teman sebayanya dapat mempengaruhi ketertarikan siswa tersebut.

5. Kurangnya koneksi emosional, masalah yaitu hubungan siswa dengan guru IPS juga dapat
mempengaruhi minat mereka terhadap mata pelajaran ini. Guru yang tidak dapat membangun
koneksi emosional dengan siswa akan kesulitan memotivasi siswa.

6. Keterbatasan Pemahaman Konsep, masalah ini yaitu IPS sering melibatkan konsep-konsep
kompleks yang sulit dipahami bagi beberapa siswa. Dengan demikian, siswa merasa bosan dan
tidak tertarik pada pembelajaran IPS.

7. Kurangnya konteks praktis, masalah ini yaitu pada saat siswa tidak dapat melihat bagaimana
konsep-konsep IPS dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, mereka akan kehilangan minat
mempelajari mata pelajaran IPS.

Mengidentifikasi solusi yang dapat mengatasi pembelajaran dan interaksi guru dengan siswa
sangatlah penting dalam menyelesaikan permasalahan ini, sekaligus dapat menjamin bahwa konten
yang diajarkan relevan dan menarik bagi siswa. Selain itu, meningkatkan hubungan baik antara siswa,
guru, dan mata pelajaran itu sendiri dapat dijadikan penunjang dalam menambah semangat dan
keterlibatan murid terutama dalam pelajaran IPS. Menurut beberapa pendapat, Kurangnya partisipasi
guru menjadi salah satu faktor rendahnya minat dan tingkat prestasi murid yang mengikuti kelas IPS
sehingga proses belajar mengajar terkesan pasif dan monoton, guru kurang menerapkan model
pembelajaran yang beragam dan menyenangkan; hal ini disebabkan karena guru masih sering
menggunakan model pengajaran berbasis ceramah pada saat pelajaran IPS di kelas.

Menurut Usman, terbentuknya kondisi belajar mengajar setidaknya ditentukan oleh lima
variabel. yaitu, membangkitkan minat dan perhatian siswa, mengaitkan siswa secara aktif,
menciptakan motivasi siswa, dan prinsip individualitas serta demonstrasi dalam proses belajar
mengajar. (Budiwibowo, 2016) dalam mengatasi rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPS
tingkat sekolah menengah tentu tak lepas dari tujuan salah satunya yaitu untuk menambah pemahaman
mereka akan pentingnya IPS dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan di masa yang akan
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Vol.XX. No.X (20XX), pp-pp

datang. Ada beberapa tujuan yang ternyata dapat dicapai dengan meningkatkan minat dan partisipasi
siswa terhadap materi pelajaran IPS yaitu: .

1. Meluaskan pemahaman dan kesadaran.

Tujuan utamanya adalah untuk menunjang siswa dalam memahami kaitan dan kegunaan mata
pelajaran IPS dalam kehidupan mereka. Hal ini menunjukkan bagaimana konsep ilmu sosial
berhubungan dengan situasi kehidupan nyata dan mempersiapkan siswa untuk kehidupan setelah
sekolah.

2. Mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih aktif saat proses belajar mengajar IPS berlangsung.
Hal ini termasuk berpartisipasi dalam diskusi kelas, penelitian, proyek, dan aktivitas langsung lainnya
yang dapat membantu menghidupkan suasana kelas dengan kondusif.

3. Memotivasi belajar dan pengembangan metode pengajaran yang atraktif dan tepat sehingga dapat
membantu meningkatkan motivasi belajar dan memahami IPS siswa.

4. Membangun hubungan emosional dan membangun hubungan yang positif dan saling percaya
antara guru dan siswa serta antar siswa membantu menciptakan lingkungan yang mendukung
pembelajaran IPS.

5. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mengajarkan siswa kemampuan menganalisis,


mengevaluasi, dan memahami isu-isu sosial dan politik membantu meningkatkan keterampilan
berpikir kritis yang penting untuk kehidupan sehari-hari dan karir di masa depan.

6. Jadikan pembelajaran menyenangkan.

Tujuannya adalah menjadikan mata pelajaran IPS menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga
tidak hanya memahami konsepnya saja, tetapi juga menikmati proses pembelajaran IPS.

7. Menumbuhkan minat jangka panjang, melalui pengajaran yang efektif dan menarik, tujuan jangka
panjangnya adalah menumbuhkan minat dan apresiasi siswa terhadap ilmu sosial sehingga mereka
terus mempertahankan ketertarikan ini bahkan setelah lulus dari SMP.

8. Persiapan untuk masa depan, mengajarkan IPS dengan cara yang menarik dan relevan dapat
membantu siswa mempersiapkan diri untuk mengambil peran aktif dalam masyarakat, berpartisipasi
dalam kegiatan politik, dan membuat keputusan informasi yang baik (Elviana et al, 2022).

Penyebab Masalah Kurangnya ketertarikan siswa terhadapa mata pelajaran IPS di tingkat
SMP

Kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS pada tingkat SMP dapat
disebabkan oleh sejumlah faktor yang saling timbal balik. Pertama-tama, terdapat kecenderungan
kurangnya keterkaitan antara materi IPS dengan pengalaman sehari-hari siswa. Materi yang diajarkan
cenderung bersifat teoritis dan tidak langsung relevan dengan konteks kehidupan mereka. Hal ini
membuat siswa sulit untuk melihat nilai praktis atau manfaat dari memahami konsep-konsep dalam
IPS (Sihombing et al., 2022).

Selain itu, pendekatan pembelajaran yang monoton dan kurang interaktif dapat memainkan
peran penting dalam menurunkan keinginan siswa belajar IPS. Metode pengajaran yang kurang kreatif
dan inovatif dapat membuat proses belajar menjadi membosankan dan kurang menarik bagi siswa
yang cenderung lebih responsif terhadap pembelajaran yang interaktif dan menyenangkan.
Keterbatasan sumber daya juga dapat menjadi hambatan. Kurangnya buku pelajaran yang menarik,
materi ajar yang ketinggalan zaman, atau kekurangan peralatan pendukung dapat membatasi
pengalaman belajar siswa. Hal ini dapat membuat mereka merasa terbatas dalam mengeksplorasi
materi IPS lebih lanjut dan mengembangkan minat mereka (Rahayu et al., 2021).

Tidak hanya itu, persepsi umum siswa terhadap IPS sebagai mata pelajaran yang bersifat teoritis
dan kurang relevan dengan karier masa depan mereka dapat menyebabkan kurangnya motivasi. Siswa
mungkin tidak melihat bagaimana pemahaman IPS dapat memberikan kontribusi pada perkembangan
pribadi mereka atau membantu mereka dalam mengejar karier tertentu. Faktor sosial juga berperan, di
mana kurangnya dukungan dari guru, orang tua, atau teman sekelas dalam memahami dan mengatasi
kesulitan dalam IPS dapat membuat siswa merasa terisolasi dan kurang termotivasi. Pemberdayaan
siswa untuk mengaitkan materi IPS dengan minat dan bakat pribadi mereka juga dapat mengurangi
rasa memiliki terhadap mata pelajaran tersebut (Dunggio et al., 2015).

Penyulit lainnya bisa berupa tingkat kesulitan materi yang tidak disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Materi yang terlalu sulit dapat menurunkan kepercayaan diri siswa, sementara
materi yang terlalu mudah dapat membuat mereka merasa bosan dan kurang terstimulasi. Penting
untuk mencari solusi yang holistik, melibatkan perubahan dalam pendekatan pengajaran, peningkatan
sumber daya pembelajaran, dan penciptaan lingkungan belajar yang mendukung serta mendorong
keterlibatan siswa dalam mata pelajaran IPS (Rahma et al., 2023).

1. Keterpisahan dengan realitas siswa, kurangnya keterkaitan langsung antara materi IPS dengan
pengalaman hidup sehari-hari siswa dapat membuat mereka sulit melihat relevansi dan
pentingnya pelajaran ini.
2. Pendekatan pembelajaran yang tidak menarik, metode pengajaran yang monoton dan kurang
interaktif dapat membuat siswa kehilangan minat (Budiwibowo, 2016). Pembelajaran yang
kurang kreatif dan inovatif tidak mampu memicu ketertarikan siswa.
3. Kurangnya sumber daya yang menarik, keterbatasan sumber daya baik buku pelajaran
maupun materi ajar tambahan, dapat membuat pembelajaran IPS kurang menarik. Siswa akan
merasa kurang terdorong untuk mengeksplorasi topik lebih dalam.
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Vol.XX. No.X (20XX), pp-pp

4. Persepsi IPS sebagai mata pelajaran teoritis, siswa menganggap IPS hanya sebagai kumpulan
fakta dan teori tanpa aplikasi praktis, hal ini dapat menyebabkan kurangnya minat. Diperlukan
upaya untuk menggambarkan keterkaitan IPS dengan kehidupan nyata.(Gustia et al., 2020)
5. Ketidakpahaman terhadap manfaat masa depan, siswa mungkin tidak melihat bagaimana
pemahaman IPS dapat membantu mereka dalam karier atau kehidupan masa depan, sehingga
kehilangan ketertarikan untuk belajar IPS.
6. Kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar, kurangnya dukungan dari guru, orang tua, atau
teman sekelas dalam memahami dan mengatasi kesulitan dalam IPS dapat membuat siswa
merasa terisolasi dan kurang termotivasi (Kustono, 2016).
7. Kondisi kelas yang tidak mendukung pembelajaran, ruang kelas yang tidak kondusif, fasilitas
yang kurang memadai, atau kebijakan sekolah yang membatasi kreativitas guru dapat
mempengaruhi minat siswa terhadap pembelajaran IPS.
8. Kurangnya pemberdayaan siswa, pada saat siswa tidak diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya atau mengaitkan materi IPS dengan minat dan bakat pribadi
siswa, akan membuat motivasi belajar IPS siswa rendah.
9. Tingkat kesulitan materi yang tidak disesuaikan, materi yang terlalu sulit atau terlalu mudah
dapat menurunkan ketertarikan siswa.
10. Kurangnya penggunaan teknologi, saat teknologi tidak diintegrasikan dalam pengajaran IPS,
siswa akan kehilangan ketertarikan belajar IPS karena kurangnya daya tarik dan keterlibatan
yang bisa diatasi dengan penggunaan teknologi yang memadai (Ansori, 2015) .
Gambar 1. Tabel Ketertarikan Siswa Terhadap Pembelajaran IPS

Sumber: (Siti Masrurin, 2018)

Gambar 2. Grafik Ketertarikan Siswa Terhadap Pembelajaran IPS


Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Masrurin (Siti Masrurin, 2018) pada
pembelajaran IPS tersebut kita dapat mengetahui bahwa :

1. Skor rata rata dari berbagai aspek pembelajaran IPS sebesar 51 artinya pembelajaran IPS berada
pada katagori Kurang.
2. Hanya ada satu aspek yang memliki nilai cukup, yakni belajar IPS dengan mind mapping yang
memiliki skor 55 artinya peserta didik mulai memiliki potensi untuk belajar IPS dengan model
pembelajaran mind maping karena dianggap menyenangkan. Sedangkan aspek yang lain berada
pada katagori kurang.
3. Kemampuan pemecahan masalah sosial mempunyai skor yang lebih rendah dari pada skor rata-
rata berbagai aspek, juga lebih rendah daripada skor rata rata kemampuan pembelajaran IPS.

Berdasarkan data tersebut dapat simpulkan bahwa:

1. Sebagian peserta didik belum bisa mengetahui pentingnya pembelajaran IPS untuk kehidupan
pribadinya dan untuk orang lain.
2. Sebagian besar peserta didik kurang menghargai pembelajaran IPS dalam upaya mengembangkan
sikap sosialnya dalam kehidupannya.
3. Sebagian besar peserta didik belum mampu melaksanakan pembelajaran IPS dalam upaya
mengekspresikan emosi dalam perilaku pergaulan dengan sesama manusia.
4. Semangat peserta didik dalam pembelajaran IPS menggunakan media pembelajaran masih relatif
rendah.
5. Sebagian besar peserta didik melakukan hubungan antar pribadi dengan temannya dengan baik.
6. Kepercayaan diri peserta didik relatif tinggi dalam belajar IPS.
7. Hampir semua peserta didik belum memiliki usaha sebagai bukti untuk meningkatkan
kemampuan pembelajaran IPS .
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Vol.XX. No.X (20XX), pp-pp

8. Sebagian besar peserta didik belum memiliki inisiatif untuk melakukan pembelajaran IPS
menggunakan media mind mapping.
9. Sebagian besar peserta didik belum berusaha mengatasi rintangan dalam belajar IPS.

Faktanya penyebab ketidaksukaan siswa terhadap mata pelajaran IPS disebabkan oleh dua
faktor yaitu faktor guru dan faktor siswa. Faktor guru yaitu cara pengajaran yang kurang efektif,
seperti kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, dan kurangnya penggunaan strategi serta media
pembelajaran yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran IPS (Abustang, 2020). Sedangkan faktor
yang berasal dari siswa itu sendiri yaitu permasalahan belajar yang mereka alami, permasalahan
belajar yang dialami terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan faktor eksternal. Faktor intern
siswa yaitu siswa malas membawa buku IPS, kurangnya konsentrasi saat belajar IPS, dan kurangnya
keinginan siswa untuk belajar IPS. Sedangkan faktor eksternal adalah ketidaksukaan siswa terhadap
guru mata pelajaran IPS. Pola tingkah laku siswa saat kegiatan pembelajaran IPS juga berkaitan erat
dengan penyebab ketidaksukaan siswa terhadap mata pelajaran IPS. Misalnya siswa yang bercanda,
mengobrol, tidak memperhatikan pelajaran bahkan siswa yang tertidur saat kegiatan pembelajaran IPS
dilaksanakan (Ayuni, 2023).

Cara Mengatasi Masalah Kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS di
tingkat SMP

Penyelesaian permasalahan kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran IPS pada jenjang SMP
memerlukan pendekatan pengajaran yang kreatif dan inofatif, dalam meningkatkan kualitas sumber
belajar antara guru, sekolah, serta orang tua memang memerlukan upaya yang terpadu. Pada umumnya
siswa yang kurang berminat belajar cenderung akan malas mendengarkan dan tidak akan tertarik
untuk terlibat dengan pelajaran tersebut (Maghfiroh & Yasri, 2022). Oleh karena adanya
permasalahan tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan diantarnya yaitu:

1. Relevansi materi: Materi yang diajarkan harus sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari
sehingga dapat membangun hubungan sosial dan kemasyarakatan serta mampu mempelajari
konsep dan pengalamannya untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS.
2. Metode pengajaran yang lebih interaktif, seperti model pengajaran interaktif, diskusi
kelompok, studi kasus, bermain peran, dan proyek berbasis penelitian. Dengan menggunakan
metode ini pembelajaran akan menjadi lebih menarik dan praktis.
3. Penggunaan teknologi seperti video pendidikan, sumber daya online, dan simulasi untuk
menjelaskan konsep ilmu sosial. Hal ini membuat materi lebih mudah dipahami, menarik
sehingga mudah diterima oleh siswa (Elviana et al,2022).
4. Tamasya atau Melakukan kunjungan lapangan ke tempat-tempat yang berkaitan dengan tema
ilmu sosial, seperti museum, pabrik, dan situs bersejarah dll. Cara atau metode ini dapat
memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
5. Menghubungkan pembelajaran IPS dengan isu terkini melalui pembahasan topik terkini dan
berita terkini yang sesuai pada mata pelajaran IPS. Hal ini membantu siswa memahami
keterkaitan materi dengan dunia saat ini (Alfisyahriya, 2018).
6. Memberi kebebasan pilihan kepada siswa, dilakukan dengan memberi siswa kesempatan
untuk memilih topik penelitian atau proyek yang mereka minati dalam IPS. Hal ini akan
memberikan rasa memiliki dan kontrol atas pembelajaran mereka.
7. Menghadirkan tamu pembicara, undang tamu pembicara yang berpengalaman dalam bidang
IPS untuk memberikan wawasan dan motivasi tambahan kepada siswa.
8. Pemberian umpan balik positif, memberikan pujian serta umpan balik positif kepada siswa
yang menunjukkan minat dan prestasi dalam mata pelajaran IPS. Hal ini dapat meningkatkan
motivasi belajar mereka.
9. Kolaborasi antar mata pelajaran, Kolaborasi antara guru IPS dengan guru mata pelajaran lain
dapat membantu mengintegrasikan konsep-konsep IPS ke dalam mata pelajaran lain, sehingga
menjadikan pembelajaran lebih holistik (cara pandang yang menyeluruh atau secara
keseluruhan).
10. Evaluasi terus menerus, selalu melakukan evaluasi pada metode pengajaran dan program IPS
untuk memastikan efektivitasnya. Hal ini dilakukan dengan mengajak siswa serta rekan guru
dalam proses evaluasi tersebut.

Keterbaruan dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan langkah-langkah tersebut, sekolah
dapat berupaya untuk meningkatkan ketertarikan siswa pada pembelajaran IPS di tingkat SMP dan
menjadikan pembelajaran IPS lebih menarik dan bermanfaat bagi siswa. Selain itu juga bertujuan
untuk meningkatkan minat siswa dalam mempelajari IPS, guru dapat meningkatkan pelaksanaan
proses belajar mengajar. Peningkatan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat dicapai melalui
penerapan strategi pembelajaran Inquiry Mindset. Menurut pandangan Hisyam Zaini (dalam Rosalina,
2020), strategi pembelajaran Belajar Ingin Tahu merupakan suatu teknik sederhana yang dapat
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan cara meminta mereka membuat perkiraan tentang suatu
topik atau kalimat. Ketertarikan siswa terhadap materi dibangkitkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang
dapat merangsang rasa ingin tahu yang mendalam, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih
efektif.

Berdasarkan pendapat tersebut maka strategi ini dapat menumbuhkan minat siswa terhadap
pembelajaran IPS melalui pertanyaan-pertanyaan yang merangsang rasa ingin tahu yang mendalam,
memungkinkan munculnya perkiraan jawaban dan siswa dapat mengungkapkan ide dan pendapatnya.
Dengan metode ini, minat siswa untuk mengikuti pembelajaran IPS meningkat serta penggunaan
strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang inovatif. Penggunaan strategi pembelajaran yang
inovatif ini dapat meningkatkan minat belajar siswa, hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Vol.XX. No.X (20XX), pp-pp

yang dilakukan oleh Endah Sulistyoningsih yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran “Inquiring
Minds Want To Know” dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran IPS (Margianto, 2019).

Penelitian-penelitian di atas senada dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para
peneliti. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran IPS dapat
ditingkatkan dengan menerapkan strategi pembelajaran “Inquiring Minds Want To Know”. Dalam
pandangan tersebut, metode ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar IPS dengan
mengajukan pertanyaan yang merangsang minat mendalam, memungkinkan diberikannya perkiraan
dan memungkinkan mereka menyuarakan pendapat dan gagasannya. Metode ini meningkatkan minat
siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS dan penggunaan strategi ini merupakan strategi
pembelajaran yang inovatif. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Endah Sulistyoningsih
yang menemukan bahwa strategi pembelajaran “Inquiring Minds Want To Know” dapat meningkatkan
minat siswa dalam pembelajaran IPS (Margianto, 2019). Penelitian di atas konsisten dengan temuan
peneliti.

Dalam hal ini peneliti juga menyimpulkan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran IPS
dapat ditingkatkan dengan menerapkan strategi pembelajaran “Inquiring Minds Want To Know”.
Terlihat dari temuan penelitian di atas bahwa hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh minatnya
terhadap proses belajar mengajar IPS. Selain itu, Moh dan Usman juga telah mengamati bahwa tingkat
minat masyarakat terhadap sesuatu merupakan faktor penting dalam hasil pembelajaran, karena minat
mengarah pada lebih banyaknya aktivitas Kondisi belajar mengajar yang efektif sangat penting untuk
meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap proses belajar mengajar (Andika,2021). Perspektif
yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh minat mereka
terhadap pendidikan, dan tingkat antusiasme yang tinggi dapat berkontribusi pada hasil pendidikan
yang lebih baik. Maka dari itu, Pentingnya bagi guru untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam
belajar.

Memiliki tingkat minat yang tinggi dapat meningkatkan efektivitas dan kebermaknaan
pembelajaran, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan tepat dan efisien. Begitu pula pada
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), penerapan strategi pembelajaran berdasarkan metode
“Inquiring Minds Want To Know” telah meningkatkan minat siswa SMP terhadap pembelajaran IPS
dan berdampak positif pada hasil belajar. Penerapan strategi pembelajaran berbasis “Inquiring Minds
Want To Know” telah meningkatkan minat siswa SMP terhadap pembelajaran IPS dan memberikan
dampak positif terhadap proses belajar mengajar IPS, dan tentunya berpengaruh pada peningkatan
hasil belajar IPS siswa SMP (Tahir, 2022). Dapat di tarik kesimpulkan bahwa salah satu strategi untuk
meningkatkan minat siswa pada kelas IPS tingkat SMP dan sederajat adalah dengan menerapkan
strategi pembelajaran” Inquiring Minds Want To Know”.
Simpulan

Kurangnya ketertarikan siswa pada mata pelajaran IPS di tingkat SMP disebabkan oleh
beberapa faktor utama yaitu kurangnya relevansi materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari
siswa, penggunaan metode pengajaran yang kurang menarik, dan persepsi siswa terhadap kesulitan
materi. Faktor-faktor ini menyebabkan lingkungan belajar yang kurang memotivasi, mengakibatkan
penurunan ketertarikan belajar siswa terhadap pelajaran IPS. Beberapa siswa kurang menyukai
pembelajaran IPS karena guru masih menggunakan model pembelajaran monolog baik secara online
maupun offline. Hal ini mengurangi motivasi siswa untuk mengikuti kelas IPS. Selain itu, siswa
kurang tertarik terhadap metode dan model pembelajaran sehingga menimbulkan lingkungan yang
kurang bervariatif bagi siswa di dalam kelas.

Kurangnya ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran IPS di tingkat SMP dapat disebabkan
oleh sejumlah faktor yang saling timbal balik. Pertama-tama, terdapat kecenderungan kurangnya
keterkaitan antara materi IPS dengan pengalaman sehari-hari siswa. Materi yang diajarkan cenderung
bersifat teoritis dan tidak langsung relevan dengan konteks kehidupan mereka. Hal ini membuat siswa
sulit untuk melihat nilai praktis atau manfaat pribadi dari memahami konsep-konsep dalam IPS.
Dengan menyadari kompleksitas permasalahan ini, upaya perbaikan harus melibatkan perubahan
dalam kurikulum pendidikan. Materi pembelajaran IPS perlu disesuaikan dengan kehidupan sehari-
hari siswa agar mereka dapat melihat relevansinya dalam konteks nyata. Selain itu, pendekatan
pengajaran yang inovatif dan interaktif harus diperkenalkan untuk merangsang minat belajar siswa.
Guru juga perlu lebih memahami hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam memahami materi,
sehingga metode pembelajaran dapat disesuaikan untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Dalam jangka panjang, cara mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan melalui pelibatan
orang tua dan keluarga sebagai mitra pendidikan. Dukungan dan pemahaman orang tua terhadap
pentingnya mata pelajaran ini dapat menciptakan lingkungan positif di rumah yang mendukung
pembelajaran IPS di sekolah. Perbaikan dalam kurikulum, metode pengajaran, dan keterlibatan
keluarga akan menjadi langkah-langkah integral dalam mengatasi tantangan kurangnya ketertarikan
siswa terhadap mata pelajaran IPS di tingkat SMP. Selain itul, penyelesaian masalah ini juga dapat
melibatkan pendekatan kreatif dalam mengajar, peningkatan sumber daya pembelajaran, dan upaya
bersama antara guru, sekolah, dan orang tua untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.

Saran yang dapat kami berikan untuk permasalahan yang tertulis di artikel ini yaitu meliputi:

1. Sebaiknya setiap sekolah tingkat SMP meningkatkan kualitas pembelajaran IPS agar siswa SMP
dapat tertarik dengan mata pelajaran IPS.
JIPSINDO (Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Indonesia)
Vol.XX. No.X (20XX), pp-pp

2. Sebaiknya guru mengajar mata pelajaran IPS dengan menggunakan metode dan model
pembelajaran yang menarik agar siswa dapat tertarik dengan pelajaran IPS.
3. Sebaiknya sekolah menyediakan fasilitas yang memadai untuk menunjang pembelajaran IPS
seperti LCD, komputer, dan fasilitas yang lainnya agar siswa dapat tertarik mempelajari mata
pelajaran IPS.

Ucapan Terima Kasih (optional)

Dalam penulisan artikel ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis menyampaikan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. H. Abdul Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan fasilitas kepada penulis, sehingga
dapat menyelesaikan tugas tepat waktu. Terima kasih kepada bapak Bagus Setiawan, M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan IPS yang telah memberi arahan sehingga artikel ini dapat
diselesaikan. Dan terimakasih kepada teman-teman kelas TIPS 5C yang telah memberikan semangat
kepada kami dalam menyusun artikel ini.

Referensi

Abustang, W. F. P. B. (2020). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Ips. 7, 1–112.
Adlini, M. N., Dinda, A. H., Yulinda, S., Chotimah, O., & Merliyana, S. J. (2022). Metode Penelitian
Kualitatif Studi Pustaka. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 974–980.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3394
Alfisyahriya, K. (2018). Meningkatkan Minat Belajar Pada Mata Pelajaran Ips Melalui Metode Mind
Mapping Pada Siswa Kelas Iv Sd. PTK 2018 B1 PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo.
Andhika, M. R. (2021). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa. Al-Ihtirafiah: Jurnal
Ilmiah Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 1(1), 54.
https://doi.org/10.47498/ihtirafiah.v1i01.598
Ansori. (2015). Faktor – Faktor Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa
Kelas Vii Di Smp N 2 Mlati Tahun Pelajaran 2017/2018. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 3(April), 49–58.
Ayuni, R. (2023). Pengaruh Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas
VIII Di SMP Negeri 05 Seluma. 2(1), 11–14.
Budiwibowo, S. (2016). The Relationship between Students ’ Learning Interest and Students ’ A
chievement on Social Science in SMP Negeri 14 Madiun. Jurnal Studi Sosial, 1(1), 60–68.
Dunggio, W., Hulukati, E., & Kamuli, S. (2015). Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran IPS Materi Berbagai Pekerjaan Melalui Model Pembelajaran Scramble Di Kelas
IV Sekolah Dasar Negeri 07 Lemito. Normalita: Jurnal Pendidikan, 8(1), 99–109.
Elviana, L., Sainanda, G., & Setiawati, M. (2022). Hubungan Pemberian Apresiasi Terhadap Minat
Belajar Ips Siswa Kelas Vii Di Smp Negeri 1 X Koto Diatas. Jurnal Eduscience, 9(2), 388–394.
https://doi.org/10.36987/jes.v9i2.3038
Fatmawati, I. (2021). Peran Guru Dalam Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran. 1(1), 20–37.
http://ejournal-revorma.sch.id
Gustia, R., Studi, P., Ilmu, P., Sosial, P., Sosial, J. P. I., Keguruan, F., & Ilmu, D. A. N. (2020).
Analisis kesulitan belajar peserta didik pada mata pelajaran ips kelas viii artikel penelitian.
Kustono. (2016). Pengaruh Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS
Kelas VIII Di SMP TRI SUKSES NATAR LAMPUNG SELATAN. Natar Lampung, 3(2), 1–
13.
Maghfiroh, N., & Yasri, H. L. (2022). Pengaruh Ketersediaan Sumber Belajar Dan Minat Terhadap
Hasil Belajar Ips Kelas Vii Smpm 06 Dau. Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, 1(2), 126–134. https://doi.org/10.18860/dsjpips.v1i2.1576
Margianto, E. (2019). Peningkatan minat belajar pada mata pelajaran ips melalui strategi
pembelajaran. Jurnal Manajemen Pendidikan, 04(2).
P., A. A. (2019). Pengembangan Minat Belajar Dalam Pembelajaran. Idaarah: Jurnal Manajemen
Pendidikan, 3(2), 205. https://doi.org/10.24252/idaarah.v3i2.10012
Rahayu, N., Ruskandi, K., & Wahyudin, D. (2021). Analisis Minat Belajar Siswa Pada Pembelajaran
IPS Kelas V Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(2), 71–80.
Rahma, F. N., Sipayung, R. Y., Siregar, S. B., & Oktureja, S. (2023). Identifikasi Rendahnya Motivasi
Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran IPS Pada SMP Negeri 35 Medan. 1(2), 56–58.
Rahman, A., Munandar, S. A., Fitriani, A., Karlina, Y., & Yumriani. (2022). Pengertian Pendidikan,
Ilmu Pendidikan dan Unsur-Unsur Pendidikan. Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam,
2(1), 1–8.
Rahman, S. (2021). Pentingnya Motivasi Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Merdeka
Belajar, November, 289–302.
Rosalina, R. (2020). Penerapan Model Inquiring Minds Want To Know Pada Tema 7
(Kepemimpinan) Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VI
Semester Satu Tahun Pelajaran 2019/2020 di SD Negeri 30 Mataram. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial
Dan Pendidikan), 4(2). https://doi.org/10.36312/jisip.v4i2.1062
Sa’diyyah, H. (2018). Analisis Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Pada Siswa Kelas V MIS At-Taqwa di Pela Mampang. In Repository.Uinjkt.Ac.Id.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/39810
Sihombing, S., Sirait, J. R., & Simatupang, L. (2022). Pengaruh Pemanfaatan Media Sosial Yotube
Terhadap Minat Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII
SMP Negeri 11 Pematang Siantar Tahun Ajaran 2022/2023. Jurnal Pendidikan Indonesia :
Teori, Penelitian, Dan Inovasi, 3(4), 82–99. https://doi.org/10.59818/jpi.v3i4.360
Siti Masrurin. (2018). Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping
Pada Siswa Kelas Vi Sdn Temas 02 Kota Batu. Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952., 3(1), 10–27. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-
a7e576e1b6bf
Tahir, H. (2022). Jec (Jurnal Edukasi Cendikia) Strategi Guru Dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas Vii Di Smp Negeri 2 Kaledupa. 6(2), 52–57.
https://www.jurnal-umbuton.ac.id/index.php/JEC

Anda mungkin juga menyukai