Anda di halaman 1dari 25

PENERAPAN METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KAYANYA


NEGERIKU PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SIMPANG AGUNG
SEMESTER 2 TAHUN AJARAN 2022/2023

1
Afsa Adelia Maysaroh, 2Deni Efendi, dan 3Nurul Mu’minin

1
Siswa Program Studi, FKIP, Universitas Terbuka
2
Program Studi PGSD, FKIP, Universitas Terbuka
3
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lampung Tengah

E-mail: afsaadelia247@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil prasurvei aktivitas belajar dan nilai
pada materi pembelajaran IPS yang masih di bawah KKM. Metode Talking stick
digunakan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Studi ini berusaha untuk
memastikan apakah pembelajaran aktif dan kreatif berbasis Talking Stick dapat
meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil akademik. Melalui proses observasi dan
koreksi yang dilakukan dalam dua siklus, siklus 1 dan siklus 2, empat komponen
penelitian kelas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi digunakan dalam
penelitian ini untuk mengumpulkan data kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dari pra siklus 48% ke siklus I dan II yang masing-masing
menyumbang 65% dan 93% hasil belajar, terjadi peningkatan proporsi hasil
belajar dari perhatian siswa terhadap perhatian. penjelasan guru. Sebaliknya,
terjadi peningkatan persentase hasil belajar siswa yang tercapai, dari 43% pada
pra siklus menjadi 61% pada siklus 1 dan 96% pada siklus 2 dengan kriteria baik.
Ini menunjukkan bagaimana meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar
dengan metode Talking Stick.

Kata Kunci: Aktifitas Belajar, Hasil Belajar, Talking Stick


PENDAHULUAN
Pendidikan diartikan sebagai “kegiatan yang disengaja dan terencana untuk
mewujudkan lingkungan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,
pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
masyarakat, bangsa. , dan negara” (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Pendidikan Nasional, 2003; 1). Mengembangkan potensi peserta didik
sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, dan warga negara yang sehat, cerdas, kreatif, cakap, mandiri, dan
demokratis merupakan langkah penting dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Dengan penggunaan kegiatan belajar mengajar (KBM) dimaksudkan
agar guru dapat memahami materi pelajaran secara menyeluruh dan menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan bagi siswanya. Landasan pendidikan IPS
adalah kurikulum yang mempelajari manusia dan kehidupannya. menyatakan
bahwa penelitian melibatkan pemeriksaan sistem kehidupan manusia di permukaan
bumi. Pemahaman kita tentang orang lain, dari mereka yang dekat dengan kita di
keluarga dan lingkungan kita hingga mereka yang tinggal jauh di belahan dunia
lain, dibantu oleh pendidikan ilmu sosial.

Menurut data uniscom, sistem pendidikan Indonesia memang dinilai


berkualitas rendah. Hal ini terjadi sebagai akibat fasilitas fisik yang kurang
memadai, kualitas dan kesejahteraan guru yang buruk, prestasi siswa yang rendah,
kesempatan pemerataan pendidikan yang terbatas, dan biaya pendidikan yang
berlebihan. Selain itu metode yang digunakan dalam pembelajaran KBM sangat
monoton contohnya seperti ceramah. Akibat metode yang monoton siswa menjadi
merasa bosan dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun kenyataan dalam
pendidikan IPS adalah ketidak pastian karena terjadi perbedaan pandangan manusia
dalam menanggapi berbagai masalah yang dihadapi termasuk di dalam para
pengamat. Kondisi seperti ini membingungkan apalagi mereka yang kurang atau
tidak memahami hakikat tujuan tujuan dan jati diri pendidikan IPS.
Perbaikan sistem pendidikan di Indonesia dapat dilakukan dengan memberi
guru alat yang mereka butuhkan untuk menjadi lebih inovatif saat merancang kelas
dan menerapkan strategi pengajaran. Selain itu, salah satu pendekatan untuk
meningkatkan KBM adalah memperbaiki infrastruktur sekolah dan menyediakan
sumber daya yang lebih baik untuk pengajaran di kelas. Sementara satu pendekatan
untuk meningkatkan kinerja siswa dalam ilmu sosial adalah membuat mereka
belajar di luar kelas, pendekatan ini memiliki keterbatasan dalam hal
mempersiapkan mereka untuk dunia nyata. Sehingga mereka dapat berfungsi secara
efektif dalam masyarakat modern.

Temuan dari penyelidikan pembelajaran di SDN 1 Simpang Agung


mengungkapkan bahwa 43% dari 21 siswa masih kurang pemahaman konseptual
dan keterampilan menghafal yang diperlukan untuk menguasai konten tentang
negara asal saya, terbukti dengan nilai tes yang kurang dari KKM. Ini karena
banyak institusi mengandalkan bentuk pendidikan yang kurang dapat diandalkan
dan kurang menarik. Guru tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran
dengan mengajukan pertanyaan kepada mereka atau mendorong mereka untuk
menemukan cara mereka sendiri untuk menemukan pengetahuan di luar buku teks.
Siswa kehilangan konsentrasi karena disibukkan dengan kegiatan individu dan
percakapan sosial selama waktu pembelajaran (KBM).

Tabel 1.2 Data Pra Survei Hasil Analisis Proses Pembelajaran IPS Materi Kayanya
Negeriku Di Kelas IV SD Negeri 1 Seputih Agung

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwasanya masih banyak siswa yang
kurang memahami materi sejarah, prestasi belajar siswa masih sangat kurang. Hal itu
disebabkan karena siswa suka membuang-buang waktu, tidak bersemangat dalam
melaksanakan tugas dan tidak memperhatikan pada saat pembelajaran berlangsung.
Ubah proses pembelajaran di kelas untuk mengatasi kejadian atau masalah ini saat
muncul. Penggunaan metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar IPS materi Kayanya Negeriku siswa kelas IV SDN 1 Simpang Agung inilah
yang mendorong peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan metodologi
deskriptif kualitatif.
Model Pembelajaran Talking Stick, seperti yang dijelaskan oleh Agus
Suprijono (2019:109) melibatkan siswa secara bergiliran memegang tongkat dan
menjawab pertanyaan guru tentang materi yang dipelajari. Latihan guru diulang
sampai setiap siswa memiliki kesempatan untuk bereaksi setelah kelas mempelajari
isinya. Miftahul Huda (2013: 224) menjelaskan Talking Stick sebagai strategi
pembelajaran kelompok yang memanfaatkan tongkat. Setelah membaca teks inti,
kelompok yang menguasai tongkat bertugas menjawab pertanyaan guru. Setiap kali
tongkat dilempar kepada seorang siswa, Rahayu (2013:165) menekankan bahwa
siswa harus siap menjawab pertanyaan dari guru. Ini penting agar metode ini
efektif. Penalaran di atas mengarah pada kesimpulan bahwa pendidikan gaya
Takling Stick adalah pendekatan pendidikan berbasis media di mana siswa, sambil
memegang tongkat, diminta untuk menjawab pertanyaan guru. Ini dapat membantu
anak-anak belajar untuk lebih blak-blakan dalam diskusi kelas mereka.

Proses pembelajaran dengan Talking Stick dipaparkan oleh Suprijono


(2015:109) yang mengatakan bahwa pertama guru mengumpulkan sekelompok
siswa, kemudian guru menyiapkan tongkat, kemudian guru menyampaikan materi
pokok yang akan dipelajari, dan terakhir , guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk membaca dan mempelajari materi. Setelah membaca materi, guru
membagikan tongkat kepada siswa. Guru selanjutnya akan mengajukan pertanyaan
kepada anak yang memegang tongkat. Prosedur ini diulangi sampai guru
memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir kritis tentang informasi yang telah
mereka serap. Pelajaran diakhiri dengan penilaian setelah guru memeriksa semua
jawaban siswa.

Menurut Imas dan Berlian (2016:83), metode ini memiliki manfaat antara
lain dapat melatih siswa membaca dan memahami materi yang disampaikan dengan
cepat. Selain itu, karena siswa tidak pernah tahu kapan tongkat akan mengenai
sasaran, mereka lebih terlibat dalam studi mereka. Ternyata, kekurangan metode ini
adalah siswa sering berperilaku mandiri, pelajaran yang dipertahankan kurang
efektif, siswa yang cerdas lebih mudah menerima materi, sedangkan siswa yang
kurang cerdas merasa kesulitan untuk melakukannya, dan keharmonisan kelas tidak
terjaga.

Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran didefinisikan demikian oleh


Oemar Hamalik (2015: 179). Sadirman (2016: 100) menyatakan bahwa ketika
orang berbicara tentang kegiatan belajar, mereka mengacu pada kegiatan yang
mencakup tubuh dan pikiran. Ada dua aktivitas yang terhubung di sini. Jika
terdapat keseimbangan antara aktivitas fisik siswa (seperti membaca) dan aktivitas
mentalnya (seperti memikirkan sesuatu), maka pembelajaran akan maksimal.
Kegiatan pembelajaran menggambarkan jenis gerak yang menyeluruh. Sedangkan
menurut Rusman (2015:7), kegiatan belajar adalah rangkaian tindakan baik fisik
maupun non fisik yang dilakukan oleh individu dengan tujuan membawa
perubahan yang positif.
Kegiatan siswa dikategorikan sebagai kegiatan Visual menurut Sardiman
(2016:101) yang meliputi membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, dan
melakukan percobaan. Pernyataan, pertanyaan, proposal, dan deklarasi adalah
contoh tindakan verbal. Percakapan, debat, dan mendengarkan pidato adalah
semua bentuk mendengarkan aktif. Kegiatan meliputi menulis cerita, esai, dan
laporan untuk disalin sambil menunggu. Tindakan fisik termasuk penelitian,
membangun, memperbaiki model, bermain, berkebun, dan memelihara hewan.
Respons, memori, pemecahan masalah, dan analisis adalah semua tugas mental.
Pengaturan niat, kebosanan, kegembiraan, kegembiraan, gairah, keberanian,
ketenangan, dan kegugupan adalah contoh aktivitas emosional.
Ada sembilan faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pembelajaran,
menurut Ruaman (2015:84), antara lain menjelaskan kepada siswa tujuan
pembelajaran, memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran,
memunculkan kompetensi prasyarat, memberikan topik atau masalah sebagai
stimulus bagi siswa untuk belajar, memikirkan materi yang akan dipelajari,
menguraikan cara mempelajari materi, dan memunculkan aktivitas siswa.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melakukan kegiatan pembelajaran, menurut Susanto (2015:5). Susanto
mengemukakan bahwa belajar adalah proses usaha seseorang untuk mencapai
suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relatif permanen. Sebagai pengetahuan
tentang hasil belajar, Suprijono (2013:5) membedakan pola perilaku, nilai,
konsep, sikap, apresiasi, dan kapasitas. Hasil belajar adalah kompetensi atau
kemampuan kognitif, praktis, dan psikomotorik tertentu yang diperoleh atau
dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar, menurut Kunandar
(2013: 62).
Menurut (Siska, 2016: 3), IPS merupakan gabungan dari beberapa kerangka
dan disiplin ilmu sosial seperti antropologi, geografi, sosiologi, hukum, politik,
ekonomi, sejarah, dan sebagainya.
Menurut (Susanto, 2014, p. 3), kompetensi dasar yang diajarkan dalam IPS
merupakan subset dari kerangka keilmuan yang lebih besar atau subbidang ilmu
sosial. Menurut Susanto (2013), tujuan mengajar siswa tentang dunia dan
bagaimana berfungsi sebagai anggota masyarakat yang aktif dimulai di sekolah
dasar melalui pembelajaran ilmu sosial.
Tujuan penelitiannya adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial dengan metode Talking Stick pada materi Kayanya Negeriku
kelas IV SDN 1 Simpang Agung tahun pelajaran 2022/2023.
METODE
Peserta penelitian adalah 28 siswa kelas IV SDN 1 Simpang Agung semester 2
tahun pelajaran 2022–2023. Pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK) digunakan
dalam penelitian ini. Ujian yang digunakan untuk penelitian ini adalah soal esai
dengan total 10 soal. Penelitian dilakukan di SD 1 Simpang Agung Kabupaten
Lampung Tengah Lampung. Empat tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas
perencanaan, pelaksanaan/kegiatan, observasi, dan refleksi merupakan aliran empat
langkah penelitian.

HASIL
Dalam rangka meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar IPS untuk topik
kaya Negeriku pada siswa kelas IV SDN 1 Simpang Agung Semester 2 tahun ajaran
2022–2023 digunakan teknik Talking Stick dalam penelitian tindakan kelas. Ada
dua putaran untuk proses pembelajaran ini.
1. Siklus I
a. Tahap perencanaan

Setelah mengidentifikasi permasalahan pembelajaran pada tahap pra


siklus dengan Ibu Siti Arumi S.Pd, peneliti pada tahap ini menggunakan
pendekatan alternatif penyelesaian masalah yaitu menggunakan metode Talking
Stick untuk meningkatkan pembelajaran. Tujuannya, yaitu untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam muatan nasional yang kaya sesuai dengan
keterampilan dasar dan indikator, kemudian dikembangkan. Kemudian peneliti
bersama Ibu Siti Arumi S.Pd menyusun langkah-langkah perencanaan
pembelajaran atau RPP dengan materi yang akan dibahas yaitu kegiatan
ekonomi menggunakan metode Talking stick.
b. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP
pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan teknik Talking
stick, pada tanggal 17 Mei 2023, hari dimana tindakan tersebut dipraktikkan.

c. Tahap Pengamatan/Observasi
1. Data kuantitatif
Hasil temuan ujian yang diberikan guru digunakan pada siklus 1 untuk
menyusun data kuantitatif hasil belajar siswa. Informasi di bawah ini
berkaitan dengan siklus 1 dan hasil belajar siswa pra-siklus tertentu.
Tabel 4.3 Data Hasil Nilai Pelajaran Siswa Pra Siklus
Nilai KKM Kriteria Jumlah Presentase
≥70 Tuntas 9 43%
≤70 Belum tuntas 12 57%
Jumlah siswa 21 100%
Jumlah nilai 1240
Rata-rata kelas 59

Tabel 4.4 Data Hasil Nilai Siswa Siklus 1


Nilai KKM Kriteria Jumlah Presentase
≥70 Tuntas 17 61%
≤70 Belum tuntas 11 39%
Jumlah siswa 28 100%
Jumlah nilai 1810
Rata-rata kelas 65
Diagram 4.1 Data Perbandingan Nilai Hasil Belajar
Siswa Pra Siklus Dengan Siklus 1
100

50

0
Pra Siklus Siklus 1

Tuntas Tidak Tuntas

Temuan dari tahap pra siklus menunjukkan rata-rata nilai belajar siswa
sebesar 59 dengan persentase ketuntasan sebesar 43%, sedangkan
temuan dari tahap siklus 1 menunjukkan rata-rata nilai belajar siswa
sebesar 65 dengan tingkat ketuntasan sebesar 61%. Hal ini menunjukkan
adanya pertumbuhan yang merata dalam pencapaian pendidikan.
2. Data Kualitatif
a. Data kualitatif guru
Pada tahap ini, diperoleh pula hasil kinerja guru dalam observasi
aktivitas pembelajaran. Perbandingan kualitas kualitatif guru siklus
I diperoleh hasil sebagai berikut.

Dalam tahap ini, supervisor 2 mengamati guru saat melakukan


kegiatan pembelajaran dengan menerapkan penggunaan model
Talking stick. Pada tahap observasi ini didapatkan hasil bahwa
dalam pembelajaran guru sudah melakukan apersepsi yaitu
menyampaikan tujuan serta materi yang akan disampaikan serta
bertanya mengenai kabar siswanya. Namun dalam hal memotivasi
dan pengkondisian kelas, guru masih belum memotivasi siswa serta
kurang dalam mengkondisikan sehingga siswa masih kurang fokus
dalam pembelajaran serta mengobrol dengan teman, kemudian guru
juga belum menerapkan dengan maksimal penggunaan metode
talking stick.

b. Data kualitatif siswa


Hasil pengamatan kinerja siswa dalam kegiatan pembelajaran juga
dikumpulkan pada tahap ini. Perbandingan peringkat kualitatif siswa
pada siklus 1 menghasilkan hasil sebagai berikut.
Tabel 4.6 Data Nilai Kualitatif Siswa Pra Siklus
Presentase
No Aspek yang dinilai Baik Kurang
1. Memperhatikan penjelasan guru 48% 52%
2. Bertanya kepada guru 29% 71%
3. Mencatat/ menyalin/ menulis hasil 43% 57%
4. Mengerjakan LKS 48% 52%
5. Menjawab dan menanggapi 33% 67%
pertanyaan
6. Mengerjakan tugas yang diberikan 57% 43%
Rata-rata presentase 59% 41%
Tabel 4.7 Nilai Kualitatif Siswa Siklus 1
Presentase
No Aspek yang dinilai
Baik Kurang

1. Memperhatikan penjelasan guru 65% 35%


2. Bertanya kepada guru 57% 43%
3. Mencatat/ menyalin/ menulis hasil 65% 35%
4. Mengerjakan LKS 70% 30%
5. Menjawab dan menanggapi 63% 37%
pertanyaan
6. Mengerjakan tugas yang diberikan 70% 30%
Rata-rata presentase 65% 35%
Diagram 4.2 Data Perbandingan Aktifitas Belajar
Siswa Pra Siklus Dengan Siklus 1

80% 65%
57%
60% 48% 43%
36% 29% 36% 33%
40%
20%
0%
memperhati menjawab
bertanya mencatat
kan pertanyaan
pra siklus 48% 29% 43% 33%
siklus 1 36% 36% 65% 57%

pra siklus siklus 1

Antusiasme siswa untuk bertanya belum sepenuhnya meningkat


karena masih ada 43% atau 12 dari 28 siswa yang aktif
melakukannya, kemudian dalam menanggapi pertanyaan dari
guru masih ada 37% atau 11 dari 28 siswa. yang kurang
memperhatikan guru saat menjelaskan hal ini karena siswa sibuk
mengobrol dan bersenang-senang dengan teman duduknya.

d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi digunakan sebagai bahan masukan dalam
perencanaan tahap siklus selanjutnya yaitu siklus II. Kegiatan refleksi
ini dulakukan bersama Ibu Siti Arumi S.Pd selaku supervisor 2. Secara
keseluruhan pembelajaran sudah menggunakan metode takling stick.
Hasil dari refleksi menunjukan bahwa kelebihan dari pembelajaran yang
dilakukan pada siklus 1 ini adalah penggunaan metode talking stick
sudah sesuai dengan materi yang digunakan dalam pembelajaran, serta
guru dapat menciptakan penbelajaran yang aktif dan kriatif. Saat
pembelajaran ini dilakukan terdapat siswa yang memang sulit untuk
memahami pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung ia
kesulitan dalam mengerjakan tugas individunya, sehingga ada beberapa
teman yang membantunya dalam menyelesaikan tugasnya.
Salah satu penyebab siswa belum memahami materi dalam
kegiatan peningkatan pembelajaran ini adalah guru masih belum mampu
menyampaikannya dengan cukup jelas. Ini terutama berlaku untuk siswa
yang memiliki ketidakmampuan belajar. Selain itu, kurangnya
keterampilan manajemen kelas guru adalah faktor lain. Hasil persentase
ketuntasan hasil belajar siswa yang belum maksimal yaitu sebesar 70%
atau 19 dari 28 siswa, sedangkan yang belum tuntas sebanyak 30% atau
9 dari 28 siswa, menunjukkan bahwa masih ada siswa yang belum
tuntas. takut dengan pertanyaan yang diajukan oleh guru. Oleh karena
itu, siklus I akan terus meningkatkan pembelajaran, dan siklus II akan
melakukan hal yang sama dengan tujuan untuk meningkatkan. Dalam
siklus II ini dalam penyampan materi akan di sampaikan secara jelas dan
siswa yang kurang paham dalam siklus I akan lebih diperhatikan serta
untuk siswa yang biasanya suka ribut tempat duduknya akan dipindah
kedepan dan bersandingan dengan siswa yang pintar.
2. Sklus II
a. Tahap Perencanaa
Tahap pertama dalam kegiatan siklus II adalah mengidentifikasi
permasalahan pembelajaran siklus I, dan tahap kedua adalah membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan teknik
Talking Stick.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada hari Jumat tanggal 27 Mei 2023 telah dilaksanakan tahap
pelaksanaan siklus II. Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang dibuat dengan pendekatan Talking Stick, dilakukan kegiatan
pembelajaran.
c. Tahap Pengamatan/Observasi
1. Data Kuantitatif
Dalam tahap pengamatan ini Ibu Siti Arumi S.Pd sebagai
supervisor 2 melakukan observasi terhadap pembelajaran yang dilakukan
kemudian mencatat bagaimana hasil perubahan yang terjadi dalam
pembelajaran dengan peneliti mengenai dampak dari pembelajaran yang
dilakukan.
Data observasi siklus 2 menunjukkan bahwa siswa mulai
memperhatikan dan aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Setelah itu,
kelas menjadi lebih aktif dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru.
Performa siswa dalam kegiatan pembelajaran lebih meningkat dalam
iterasi siklus pembelajaran ini daripada yang pertama.

Nilai belajar siklus II diperoleh dari penilaian akhir siklus yang


dilakukan oleh siswa. Untuk mengevaluasi keefektifan pendekatan
Talking stick terhadap pendidikan, kami akan membandingkan nilai
yang diperoleh siswa pada siklus II dengan nilai yang mereka peroleh
pada siklus I.

Tabel 4.8 Data Hasil Nilai Belajar Siswa Siklus 1

Nilai KKM Kriteria Jumlah Presentase


≥70 Tuntas 17 61%
≤70 Belum tuntas 11 39%

Jumlah siswa 28 100%


Jumlah nilai 1810
Rata-rata kelas 65

Tabel 4.9 Data Hasil Nilai Belajar Siswa Siklus 2


Nilai KKM Kriteria Jumlah Presentase
≥70 Tuntas 27 96%
≤70 Belum tuntas 1 4%
Jumlah siswa 28 100%
Jumlah nilai 2510
Rata-rata kelas 89
Diagram 4.3 Data Perbandingan Nilai Hasil Belajar
Siswa Siklus I Dengan Siklus II

200

100

0
siklus 1 siklus 2

Tuntas Tidak Tuntas

Hasil belajar siswa siklus II lebih baik dari pada siklus I. Berdasarkan
tabel di atas, proporsi siswa yang menyelesaikan mata kuliahnya pada
siklus I meningkat dari 61% menjadi 96% pada siklus II, demikian juga
dengan rata-rata skor yang meningkat dari 65 pada siklus I. menjadi 89
pada siklus II.

2. Data Kualitatif
a. Data Kualitatif Guru
Pada tahap ini, diperoleh pula hasil kinerja guru dalam observasi
aktivitas pembelajaran. Hasil perbandingan kualitas kualitatif guru
pada siklus II adalah sebagai berikut.
Data kuantitatif ini ditemukan sebagai konsekuensi dari pengamatan
pengawas 2 yang dilakukan saat mengamati guru dan siswa terlibat
dalam kegiatan belajar mengajar. Temuan pengamatan supervisor 2
terhadap guru selama pembelajaran menunjukkan bahwa guru mampu
menginspirasi siswa dan pembelajaran sehingga siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik. Kemudian pada siklus II mulai berkurang
dan jumlah siswa yang ribut meningkat, siswa mampu memahami
informasi yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan metode
Talking stick.
b. Data Kualitatif Siswa
Untuk hasil kuantitatif yang diamati oleh supervisor 2 Pada siklus 2 ini
adalah 93% dengan kriteria baik dan 7% untuk kriteria kurang berikut
adalah hasil tabel pengamatan supervisor 2 mengenai sikap siswa
selama kegiatan pembelajaran dilakukan yang disajikan dalam bentuk
presentase
Tabel 4.11 Nilai Kuantitatif Siswa Siklus 1
Presentase
No Aspek yang dinilai Baik Kurang
1. Memperhatikan penjelasan guru 65% 35%
2. Bertanya kepada guru 57% 43%
3. Mencatat/ menyalin/ menulis hasil 65% 35%
4. Mengerjakan LKS 70% 30%
5. Menjawab dan menanggapi pertanyaan 63% 37%
6. Mengerjakan tugas yang diberikan 70% 30%
Rata-rata presentase 65% 35%

Tabel 4.12 Hasil Nilai Kuantitatif Siklus 2


Presentase
No Aspek yang dinilai Baik Kurang
1. Memperhatikan penjelasan guru 93% 7%
2. Bertanya kepada guru 83% 17%
3. Mencatat/ menyalin/ menulis hasil 80% 20%
4. Mengerjakan LKS 86% 14%
5. Menjawab dan menanggapi pertanyaan 90% 10%
6. Mengerjakan tugas yang diberikan 96% 4%
Rata-rata presentase 89% 11%
Diagram 4.4 Data Perbandingan Aktifitas BelajarSiswa Siklus I Dengan Siklus II

100% 93% 83% 90%


80%
80% 65% 57% 65% 63%
60%
40%
20%
0%
memperhatik menjawab
bertanya mencatat
an pertanyaan
siklus 1 65% 57% 65% 63%
siklus 2 93% 83% 80% 90%

siklus 1 siklus 2

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proporsi skor kuantitatif


siswa yang diamati oleh supervisor 2 selama pembelajaran meningkat dari
siklus I saat memperhatikan presentasi guru sebesar 65% menjadi 93% pada
siklus II saat diberi kesempatan bertanya persentase siswa yang semula 70%
meningkat menjadi 83% yang pada akhirnya memungkinkan siswa mulai
mengikuti pembelajaran dengan baik, kemudian pada saat menulis hasilnya
juga meningkat yaitu dari siklus I ke siklus II.

a. Tahap Refleksi
Tahap refleksi tahap refleksi siklus II dilakukan bersama Ibu Siti
Arumi S.Pd selaku guru kelas 4, kemudian membahas apa saja langkah-
langkah yang dilakukan dalam pembelajaran secara keseluruhan apakah
sudah berjalan sesuai dengan pengertian dari metode Talking stick dan juga
dalam perbaikan pembelajaran siklus II ini guru sudah memotivasi siswa
dalam pembelajaran sehingga siswa menjadi lebih fokus mengikuti
pembelajaran, kemudian siswa yang sebelumnya ribut dan bercanda sudah
berkurang karena tempat duduknya sudah dipisah, guru sudah menerapkan
pembelajaran penggunaan metode Talking stick dengan maksimal yang
terbukti dari keaktifan serta antusias siswa dalam kegiatan belajar
mengajar. Disaat pembelajaran berlangsung ditemukan hal unik dimana
siswa secara tiba-tiba memberitahukan guru mengenai tongkat yang
digunakan saat pembelajaran ingin dibawanya pulang. Hal ini berdasarkan
nilai hasil belajar siswa yang meningkat mulai dari pra siklus sebesar 59%
lalu meningkat pada siklus I yaitu 65% selanjutnya Pada siklus II menjadi
96%.
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Peneliti melaksanakan kegiatan peningkatan pembelajaran dalam dua
siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan menggunakan prosedur penelitian
korektif. Prosedur-prosedur ini mencakup empat tahap utama untuk
melakukan penelitian di kelas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Saat mempraktekkan metode Talking stick untuk meningkatkan
pembelajaran. Menggunakan konten dari Kekayaan Negeriku, mata pelajaran
IPS kelas IV menerapkan perbaikan dalam pembelajaran dua siklus ini. Hasil
belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, sesuai dengan
temuan penelitian dari siklus I dan II. Pada akhir setiap siklus, ujian penilaian
digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa.
1. Siklus I
Dalam siklus I ini pembelajaran difokuskan pada penerapan metode
Talking stick. Meskipun dalam pelaksanaan mengalami sedikit kendala
di mana siswa sedikit bingung dalam penggunaan media tongkat, namun
pada akhirnya kendala ini dapat diatasi oleh peneliti dengan baik.
Data aktivitas belajar siswa yang meningkat dari pra siklus
sebesar 43% menjadi 61% pada siklus I menunjukkan bahwa pendekatan
Talking Stick merupakan model pembelajaran yang dapat menarik
perhatian dan minat siswa dalam belajar. Menurut hasil penelitian siklus
I, siswa lebih terlibat dan memperhatikan penjelasan guru. Data
menunjukkan bahwa aktivitas bertanya siswa meningkat sebesar 29%
pada pra siklus dan sebesar 57% pada siklus I. Metode Talking Stick juga
dapat meningkatkan aktivitas bertanya siswa karena dengan
menggunakan metode tersebut siswa didorong untuk aktif bertanya baik
kepada guru maupun siswa lain maupun diri sendiri. Karena siswa dapat
meringkas konten yang akan dipelajari selama proses pembelajaran
tackling stick, hasil kegiatan mencatat siswa naik dari 43% menjadi 65%,
menunjukkan bahwa tackling stick juga dapat meningkatkan hasil
mencatat, menyalin, dan menulis untuk siswa . telah dibaca sehingga
siswa akan lebih aktif dalam menyalin materi yang telah dibaca. Teknik
tackling stick merupakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan
sambil bernyanyi, yang dapat membuat siswa merasa semangat dalam
belajar dan membantu mereka mengingat kembali informasi
pembelajaran dengan lebih baik. Hasilnya, keterlibatan siswa dalam
menjawab dan menanggapi pertanyaan juga meningkat, dari 33%
menjadi 63%. Metode taking stick juga dapat meningkatkan keterlibatan
siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan dan LKS yang diberikan oleh
guru. Siswa antusias mengerjakan soal karena yakin telah menguasai
materi pelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan keterlibatan
siswa dalam mengerjakan soal latihan dari 57% menjadi 70%. Kedua
siklus tersebut dilakukan dalam pembelajaran IPS kelas IV dengan
menggunakan materi dari Kekayaan Negeriku. Persentase rata-rata
keterlibatan belajar siswa pada tahap pra-siklus 43% dan pada siklus I
61%, meningkat 18%. Berdasarkan bukti dari siklus I dan II, hasil belajar
siswa mengalami peningkatan setiap siklusnya. Ujian penilaian
digunakan untuk mengukur seberapa baik siswa telah belajar pada akhir
setiap siklus.
Bahkan setelah memperhitungkan variasi dalam persiapan siswa,
metode Talking Stick terbukti meningkatkan hasil belajar siklus I sebagai
persentase dari hasil pra-siklus. Banyak siswa yang tidak terlibat dan
bingung dengan prinsip-prinsip yang diajarkan di kelas sebagai akibat
langsung dari ketergantungan berlebihan buku teks pada visual.
sedangkan metode Talking Stick digunakan untuk memperkenalkan
instruksi yang berpusat pada siswa selama tahap pengantar proses
pembelajaran. Media tongkat untuk pendidikan memungkinkan anak-
anak untuk mendapatkan pengetahuan sambil bersenang-senang, dan
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar karena mereka dapat
bereksperimen dengan metode yang berbeda.
Hasil temuan menunjukkan adanya peningkatan penguasaan dari
43% menjadi 61%, dengan skor rata-rata hasil belajar siswa meningkat
dari 59 pada tahap pra siklus menjadi 65 pada siklus pertama ini.
Namun peningkatan ini belum maksimal karena secara skor
kuantitatif siswa masih ada 35% atau 10 dari 28 siswa yang kurang
memperhatikan guru saat menjelaskan hal ini karena sibuk mengobrol
dan bersenang-senang dengan teman. Selain itu, minat siswa untuk
bertanya belum sepenuhnya meningkat karena masih ada 43% atau 12
siswa yang belum antusias melakukannya. Terakhir, saat menjawab
pertanyaan guru, total masih ada 12 siswa yang belum antusias
melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada kekurangan
dalam pembelajaran ini, khususnya kurangnya guru yang fokus pada
pembelajaran siswa dan memotivasi mereka. Selain itu, metode Talking
Stick belum dimanfaatkan secara maksimal di dalam kelas sehingga
mengakibatkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan.
Peneliti selaku guru dan supervisor 2 mengambil keputusan untuk
lebih meningkatkan hasil belajar dan kinerja siswa melalui tahap
selanjutnya yaitu siklus II dengan menggunakan metode Talking stick
yang sama, berdasarkan hasil data nilai siswa dan juga hasil kinerja siswa
yang masih belum optimal dalam pengaplikasian media yang digunakan.
Seperti pada siklus awal ini, pembelajaran direncanakan dengan baik
dengan mendorong siswa, memberikan perhatian lebih kepada siswa
yang menghadapi materi, mengkondisikan kelas, dan memaksimalkan
penggunaan pendekatan Talking Sticks. Hal ini berupaya untuk lebih
meningkatkan hasil belajar siswa IPS.
2. Siklus II
Teknik Talking Stick dalam mengajar juga dipraktikkan selama
siklus pembelajaran ini. Siklus II dilaksanakan dengan tujuan
memaksimalkan hasil belajar, dan dilakukan sesuai dengan RPP yang
telah disiapkan guru. Kelebihan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran
siklus II ini adalah guru akan lebih memperhatikan siswa yang masih
belum mengerti akan materi, mengkondisikan kelas dengan baik, juga
menjadi lebih aktif, kreatif mandiri dan juga mampu bekerja sama dalam
sebuah kelompok. Siswa yang sebelumnya malu dan minder saat siklus
I sudah mulai mau bergabung dan berinteraksi pada siklus II ini.
Temuan peningkatan keterlibatan siswa dari siklus sebelumnya
yaitu siklus I yang hanya 65% naik menjadi 96% pada siklus II
menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus II.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat sebesar
31% pada pembelajaran siklus II yang menunjukkan bahwa semangat
belajar siswa meningkat dan mereka sudah mulai merasa percaya diri.
Berdasarkan hasil persentase tersebut juga dapat disimpulkan bahwa
guru mampu melakukan perbaikan pembelajaran agar siklus
pembelajaran ini lebih baik dari siklus sebelumnya. Hal ini berdasarkan
hasil aktifitas siswa pada siklus I dalam hal meperhatikan guru yaitu
sebesar 65% yang meningkat pada siklus II yaitu sebesar 93%, lalu pada
saat bertanya pada guru meningkat dari 57% menjadi 83%, dalam hal
mencatat atau menuliskan hasil juga meningkat dari 65% menjadi 80%,
kemudian dalam mengerjakan lembar kerja siswa meningkat dari 70%
menjadi 86% dan dalam menjawab atau menanggapi pertanyaan juga
meningkat dari 63% menjadi 90%, selanjutnya dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru nilai presentasi dari siklus I yaitu 70%
meningkat menjadi 96%.
Pada pembelajaran siklus II, nilai soal tes yang diberikan
sebelumnya juga digunakan untuk menilai nilai hasil belajar siswa. Hasil
belajar siswa pra siklus 43% tuntas dengan skor rata-rata 59, sedangkan
tingkat ketuntasan siklus I meningkat menjadi 61% dengan skor rata-rata
65, menghasilkan temuan yang menunjukkan peningkatan presentasi
belajar siswa sebesar 18%. Kemudian, agar pembelajaran siklus I lebih
meningkat, pembelajaran siklus II ditingkatkan. Nilai rata-rata siklus ini
adalah 80, sedangkan nilai siklus 96%, artinya hasil belajar siswa
mengalami peningkatan sebesar 33% dari siklus I.
Hasil belajar meningkat pada siklus II karena teknik Talking
Stick lebih sering digunakan. Pendekatan Talking Stick menggunakan
media yang sederhana, seperti tongkat yang dimainkan sambil bernyanyi
untuk membuat siswa merasa gembira, untuk membantu siswa lebih
menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Hal ini meningkatkan hasil
belajar siswa. Ini menumbuhkan motivasi dalam belajar dengan
mendorong siswa untuk menjadi lebih terlibat dan mandiri dalam
pengejaran akademik mereka. Selama kegiatan belajar mengajar,
motivasi belajar siswa dapat membantu siswa berpikir kritis dan dapat
memberikan mereka pengalaman langsung.
Selain mendapatkan hasil nilai, dalam pembelajaran pun didapat
penilaian kinerja siswa dengan hasil presentasi nilai kriteria baik yang
didapat selama pembelajaran siklus II ini adalah 96% dari siklus
sebelumnya yaitu siklus I yang hanya 61% hal ini menunjukkan bahwa
selama pembelajaran siklus II nilai kualitatif kinerja siswa meningkat
sebesar 18% yang menunjukkan bahwa meningkatnya keantusiasan
siswa dalam pembelajaran sudah mulai percaya diri, serta dari hasil
presentase tersebut juga dapat menunjukkan bahwa guru sudah mampu
melaksanakan perbaikan pembelajaran menjadi lebih baik dari siklus
sebelumnya.
Siswa kelas IV SD Negeri 1 Simpang Agung seperti negara saya
dalam pembelajaran kali ini merasakan manfaat dari penerapan model
pembelajaran Talking stick, dimana dengan menggunakan media
pembelajaran stick lebih menarik sehingga fokus perhatian siswa akan
terarah pada pembelajaran, terbukti dengan hasil peningkatan nilai
aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus ini. Kemudian mereka
mungkin belajar tentang ekonomi lokal untuk memperkuat keyakinan
mereka akan kebenaran materi yang diajarkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dengan menggunakan pendekatan Talking stick, peneliti telah


meningkatkan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Penerapan metode
Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1
Simpang Agung 2022/2023 pada mata pelajaran seperti bangsaku, menurut
temuan peneliti. Pendekatan Talking Stick mendorong kerja sama di antara
siswa sambil mendorong lebih banyak aktivitas, kreativitas, kemandirian,
dan tanggung jawab pada siswa. Hal ini berdasarkan pembahasan pada
temuan bab IV yang menunjukkan adanya peningkatan persentase aktivitas
belajar siswa yang tuntas pada siklus I dalam hal memperhatikan guru yaitu
sebesar 65% yang meningkat pada siklus II. sebesar 93%; selain itu, saat
bertanya guru meningkat dari 57% menjadi 83% dalam hal pencatatan; hasil
diskusi juga meningkat dari 65% menjadi 80%; dan terakhir, pengerjaan
LKS meningkat dari 70% menjadi 86% dan dalam siklus III.

Sedangn hasil belajar siswa yang dimulai dari pra siklus dengan
hasil presentase ketuntasan yaitu sebesar 43% yang kemudian dilanjutkan
dengan melakukan siklus I dengan kenaikan hasil persentase ketuntasan
hasil belajar siswa yaitu 61% yang menandakan kenaikan sebesar 18% dan
untuk memaksimalkan kemampuan siswa maka dilakukannya perbaikan
pembelajaran siklus II dengan hasil presentase ketuntasan belajar siswa
yaitu 96% yang artinya mengalami kenaikan sebesar 33%.

Persentase dalam nilai kuantitatif juga meningkat, hal ini


berdasarkan data yang diperoleh yaitu pra siklus presentase baiknya sebesar
43% yang kemudian meningkat setelah dilakukan perbaikan siklus I yaitu
sebesar 61%, yang artinya kenaikan persentase sebanyak 18%. Kemudian
untuk memaksimalkan lagi hasil pembelajarannya, guru melakukan
perbaikan yaitu siklus II di mana hasil kuantitatifnya yaitu sebesar 96%,
yang artinya lebih meningkat sebanyak 33% dari siklus I dalam perbaikan
pembelajaran ini guru juga sudah memotivasi siswa, pembimbing siswa
dalam pembelajaran, guru juga sudah mampu mengkondisikan kelas guru
sudah menerapkan metode Talking stick ini dengan maksimal sehingga
siswa mampu memahami materi yang disampaikan, dan dalam pelaksanaan
pembelajaran telah dilakukan langkah-langkah dan perencanaan yang benar
dan tepat.

A. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas kami memberikan saran yang
dapat diimplementasikan oleh siswa, guru, dan sekolah untuk meningkatkan
hasil belajar siswa mengingat hasil di atas. Saran untuk siswa: Hal ini
dimaksudkan agar siswa lebih terlibat dan inventif dalam kegiatan
belajarnya dan terus menumbuhkan budaya kerjasama antara satu dengan
yang lain. Guru harus dapat menumbuhkan lingkungan di kelas yang
mendorong pembelajaran aktif, kreatif serta menjadi fasilitator yang efektif
untuk membantu siswa berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri
dan bertanggung jawab. Cara terbaik untuk meningkatkan hasil belajar
siswa adalah sekolah memberi guru sumber daya dan infrastruktur yang
mereka butuhkan untuk merancang lingkungan belajar yang aktif, kreatif,
mandiri, bertanggung jawab, dan kolaboratif.
DAFTAR PUSTAKA

Aprianti, Siska dan Sri Hartaty. 2016. Pengaruh Ukuran KAP, Ukuran
Perusahaan Klien, dan Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Klien Terhadap
Auditor Switching. Jurnal Akuntansi Politeknik Sekayu (ACSY ). ISSN-P:
2407-2184. IV(1): 45-46
Argandi, R., Martini, S.K., dan Saputro, C.N.A., (2013), Pembelajaran Dengan
Metode Inqury Terbimbing Dilengkapi Kegiatan Laboratorium Real And
Virtual Pada Pokok Bahasan Peisahan Campuran. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK) 2(2) : 44-49
B.Diedrich, Paul. 2012. Aktivitas Belajar Siswa. (online)
http://hamiddarmadi.blogspot.com/2012/04/aktivitas-belajar-siswa-
alapaul-b-html. Diakses pada tanggal 13/05/2023.
Dewi, Silawati. 2016. Skripsi. Pengaruh kelengkapan produk, harga dan lokasi
terhadap keputusan pembelian pada toko UD Oyon di Pekanbaru.
Universita Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau: Pekanbaru
Hamalik, Oemar. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Herdian. 2017. model-pembelajaran-talking-stick-suintak. (online)
http://herdy07.wordpress.com/2017/04/29/model-pembelajaran-talking-
stick-suintak/ Diakses:090/5/2023.
Huda, M. 2013. Model-Model Pembelajaran dan Pembelajaran: Isu-Isu Motodis
dan Paradignatis. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Huda, Miftahul.2017. Model-Model Pembelajaran dan Pembelajaran: isu-isu
Metodis dan Paradikmatis. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Izza, A. Z., Falah, M., & Susilawati, S. (2020). Studi Literatur Problematika
Evaluasi Pembelajaran Dalam Mencapai Tujuan Pendidikan Di Era
Merdeka Belajar. Konferensi Ilmiah Pendidikan Universitas Pekalongan
2020, 10–15. (online) https://proceeding.unikal.ac.id/index.php/kip
Diakses pada tanggal 10/05/2023
Kunandar. 2013. Penilaian Autentek (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pess.
Kurniasih, Imas dan Berlian Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran: Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Cetakan ke-1.
Jakarta : Kata Pena.
Latifa, N. A., Purnomo, A., & Sukamto, S. (2017). Dinamika Pengelolaan
Kampung Inggris Oleh Masyarakat Di Desa Tulungrejo Kecamatan Pare
Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 9(2), 189. (online)
https://doi.org/10.23887/jish-undiksha.v9i2.17645 Diakses pada tanggal
09/05/2023.
Nasution, Toni dan Lubia, Maulana Arafat. 2018. Konsep Dasar IPS. Yogyakarta
: samura biru.
Rusman. 2015. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sapriya. 2011. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Sardiman. 2016. Aktivitas dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali pers
Silberman. Active Learning, (online). Diakses melalui
http://mcdens13wordpress.com/2014/10/17/active-learning/ Diakses pada
tanggal 07/05/2023.
Shoimin, Aria. 2014. 68 Model Pemnelajaran Inovatif. Yogyakarta:AR-Ruzz
Media
Suprijono, Agus. 2015. Cooprative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran Disekolah Dasar.
Jakarta: PT.Kharisma Putra Utama.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Widodo, Rachmad.2015. Model Pembelajaran Talking Stick. (online)
http://www.wordpress.com/2015/11/09/model-pembelajaran-16-talking-
stick/ Diakses pada tanggal 08/05/2023.
Yamin, Martinis. 2014. Kiat Membelajarkan siswa. Jakarta: GP. Press.

Anda mungkin juga menyukai