Mieke O. Mandagi
Abstract: The study aims at developing active teaching instrument within the materials of human
blood circulation using role play strategy. The development referred to 4-D (Thiagarajan) which
are defining, designing, and developing. The product was implemented to thirty-fifth-grade
students at SDN 1 Ketintang Surabaya. The data were analysed in the descriptive qualitative
analysis. The result of the textbook, students’ worksheet, lesson plan and triwulan assessment
validation have been good and proper to be used. The result of implementation showed that: 1)
the dominant activity of students (15.6%) simulated the role play, 2) Learning process was well
implemented, 3) students mastery were 100%, 4) students motivation and interest toward active
learning by using role play were categorized as good.
Keywords: active teaching instrument, role play strategy, human blood circulation for primary
school.
Kata kunci: perangkat pembelajaran aktif, metode bermain peran, peredaran darah manusia SD.
Pendidikan dasar khususnya pada Sekolah Dasar itu, peningkatan mutu KBM di SD merupakan
(SD), merupakan fondasi pendidikan bukan hanya kebutuhan yang mutlak.
bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya, tetapi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah
juga pendidikan bagi semua warga negara. Mutu satu mata pelajaran yang terdapat di SD. Salah satu
pendidikan bagi warga negara umumnya dan mutu aspek pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang
pendidikan lanjutan khususnya sangat bergantung sering mendapat perhatian khusus adalah strategi
pada mutu pendidikan SD. Mutu hasil pendidikan belajar mengajar. Hal ini terlihat dengan adanya
sebagian besar ditentukan oleh mutu kegiatan belajar kritikan maupun upaya-upaya konstruktif dari
mengajar Mulyasa (2006). Sehubungan dengan pihak tertentu untuk mengusahakan pengembangan
62
Mandagi, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aktif Menggunakan ... 63
strategi tersebut agar siswa lebih menguasai dan prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberi
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas
hari Sukandi (2003:2). Nur (2002). Oleh sebab itu perlu adanya inovasi
Settles (2010) mengungkapkan bahwa pembe- dalam pembelajaran IPA sebagai upaya untuk
lajaran berparadigma active learning memberikan membelajarkan siswa agar dapat belajar secara
peluang kepada peserta didik untuk lebih proaktif optimal.
dalam menyelesesaikan permasalahan yang ada Untuk itu melalui Proyek Pengembangan Pendi-
di dalam proses pembelajaran. Haak, dkk (2011) dikan Guru (P3G) mencanangkan suatu pendekatan
memberikan penelitian bahwa pembelajaran aktif pembelajaran yang dinamakan belajar aktif Sukandi
lebih memudahkan dalam memperkenalkan biologi (2003:2). Pendekatan belajar aktif adalah cara
kepada peserta didik pada satuan pendidikan dasar. pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan
Lebih khusus lagi penelitian ini memberikan pen- yang membangun makna atau pengertian terhadap
jelasan bahwa efektivitas pembelajaran aktif lebih pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh
terkondisi jika menggunakan paradigma pembela- pebelajar, bukan oleh pengajar, serta menganggap
jaran aktif. Russel, dkk (2010:993) memberikan mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana
penjelasan bahwa pembelajaran berbasis per- yang mengembangkan inisiatif dan tanggung
mainan memiliki peluang dalam meningkatkan jawab Sukandi (2003). Belajar aktif sangat
kemampuan peserta didik dalam hal pencapaian ki- diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan
nerja dalam proses pembelajaran. Pettenger (2014) hasil belajar yang maksimal. Pembelajaran aktif
dkk, mengungkapkan bahwa proses penilaian ber- melibatkan siswa, ketika siswa bersemangat, siap
basis pembelajaran aktif, meski memperhatikan secara mental dan bisa memahami pengalaman
prinsip kemudahan serta lebih digunakan untuk yang dialaminya Lewis (2007).
proses pengembangan diri. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
Mempelajari IPA ternyata sangat berhubungan untuk melaksanakan pembelajaran aktif adalah
erat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat metode bermain peran. Bermain peran adalah
nyata dijabarkan dalam kurikulum IPA. Dalam suatu aktivitas pembelajaran yang terencana yang
kurikulum dijelaskan bahwa IPA berhubungan dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
dengan cara mencari tahu tentang alam secara yang spesifik Zaini, (2007:101). Menurut Yulianto
sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan (2008:9) salah satu strategi pembelajaran yang dapat
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, dipilih untuk mendukung metode pembelajaran
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga adalah bermain peran. Dalam pelaksanaannya siswa
merupakan suatu proses penemuan KTSP (Pusat memainkan suatu peran yang masuk dalam situasi
Kurikulum, 2006:110). yang bersifat simulasi atau skenario, yang dipilih
Pendidikan IPA diarahkan untuk melakukan berdasarkan relevansi dengan pengetahuan yang
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu sedang dipelajari peserta atau materi kurikulum.
peserta didik untuk memperoleh pemahaman Salah satu hasil penelitian dari Badan
yang lebih mendalam tentang alam sekitar Penelilitian dan Pengembangan Pendidikan dan
Kurikulum KTSP (2006). Pada kenyataannya, Kebudayaan (Balitbang DikBud) mengungkapkan
dalam pendidikan IPA di SD masih kurang terlihat bahwa jarang guru menggunakan metode mengajar
siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan bermain peran, bercerita dan permainan, padahal
kemampuan dalam mengambil keputusan dalam metode tersebut sangat bermanfaat bagi anak
hubungannya dengan masalah sederhana yang ada sekolah dasar (Sukandi, 2003:2).Penelitian lain juga
di sekitarnya dan pengembangan kesadaran karier menyimpulkan bahwa mengajarkan anak dengan
dirinya sendiri sebab itu perlu adanya perubahan mengunakan metode permainan dapat memajukan
dalam proses pembelajaran (Sukandi, 2003:2). aspek-aspek perkembangan anak seperti motorik,
Menurut teori konstruktivisme, pengajaran kreativitas, kecakapan-kecakapan sosial dan
hendaknya berpusat pada siswa, yang berperan kognitif serta perkembangan motivasional dan
aktif adalah siswa, sedangkan peran guru adalah emosional Monks & Hadinoto, (dalam Dwiningsih,
membantu siswa menemukan fakta, konsep atau 2005:37).
64 Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 1, Mei 2016, hlm 62-73
Berdasarkan uraian di atas dipilih salah satu sebagai kegiatan menciptakan suasana yang
pokok bahasan IPA SD yang tercantum dalam mengembangkan inisiatif dan tanggungjawab
silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan belajar si pebelajar sehingga berkeinginan belajar
yaitu peredaran darah pada manusia yang diajarkan terus selama hidupnya, dan tidak tergantung kepada
di kelas V SD. Pokok bahasan ini meliputi tiga sub orang lain bila mereka mempelajari hal-hal baru
pokok bahasan yaitu darah dan organ peredaran Sukandi (2003:6).
darah pada manusia, proses peredaran darah pada Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak
manusia, gangguan organ peredaran darah pada untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran,
manusia.Sub pokok bahasan untuk materi organ tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.
peredaran darah pada manusia dan proses peredaran Sehingga peserta didik akan merasakan suasana
darah adalah abstrak. Untuk siswa sekolah dasar yang lebih menyenangkan dan hasil belajar dapat
yang masih berada pada tahap konkret maka materi dimaksimalkan Zaini (2007). Belajar aktif adalah
yang bersifat abstrak setidaknya guru berusaha salah satu cara untuk mengikat informasi yang
membuat materi tersebut sekonkret mungkin baru kemudian menyimpannya kembali ke dalam
sehingga mudah diserap oleh siswa. otak. Belajar yang hanya mengandalkan indera
Sejalan dengan itu pula menurut pendapat pendengaran mempunyai kelemahan, padahal hasil
Mintohari (2005:82) mengatakan bahwa untuk belajar seharusnya disimpan sampai waktu yang
mengajarkan materi aliran darah yang terjadi pada lama.
manusia tidak dapat diamati dari luar. Aliran darah Karakteristik pembelajaran aktif terlihat dalam
tersebut juga tidak dapat dieksperimenkan dengan keterlibatan siswa saat kegiatan belajar-mengajar.
alat apapun sampai saat ini. Untuk lebih memahami Siswa dilibatkan berpikir pada tingkat yang lebih
aliran darah dalam tubuh manusia, siswa dapat tinggi yaitu pada tahap analisis, sintesis dan
bermain peran bersama beberapa orang teman. evaluasi. Siswa beraktivitas membaca, diskusi dan
Pendapat ini juga dikemukakan oleh Yulianto menulis. Mendorong siswa untuk mengaplikasikan
(2008:9) bahwa bila situasi alami untuk jenis tuturan apa yang dimilikinya, mencoba keterampilan-
tertentu tidak mungkin dilakukan, dapat dilakukan keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang
peniruannya, yakni melalui kegiatan bermain peran. tergantung pada pengetahuan yang mereka miliki
Pada materi darah dan organ peredaran darah atau yang harus mereka capai Bowel & Eison
pada manusia, proses peredaran kecil dan proses (dalam Agustiningsih, 2006). Dari sisi pengajar
peredaran darah besar diajarkan dengan meng- atau guru, sebagai penyampaian materi, strategi
gunakan metode bermain. Karena pada metode pembelajaran aktif akan sangat membantu dalam
bermain peran, siswa dapat memerankan materi- melaksanakan tugas-tugas keseharian. Bagi guru
materi yang abstrak menjadi lebih konkrit. yang harus mengajar beberapa kelas dalam satu
Dengan metode bermain peran siswa tidak hanya hari, dapat dibayangkan betapa lelahnya guru
menghafal materi, tetapi juga memerankan dari tersebut kalau harus menggunakan metode ceramah
isi materi tersebut. Pada materi gangguan organ sehingga metode ini bisa digunakan.
peredaran darah pada manusia yang diajarkan Metode Bermain Peran merupakan suatu
pada siswa adalah jenis gangguan, faktor penyebab strategi pembelajaran dimana terdapat peran-peran
dan gejala yang ditimbulkan. Untuk sub pokok yang dapat didefenisikan dengan jelas,yang memiliki
bahasan gangguan pada organ peredaran darah juga interaksi yang mungkin dieksplorasidalam keadaan
diajarkan dengan menggunakan metode bermain yang bersifat simulasi (Zaini, 2007:103). Kelebihan
peran dimana pembelajaran tidak lagi berpusat pada metode bermain peran bagi siswa menurut Zaini
guru, karena siswa juga aktif. (2007) adalah: (a) mendemonstrasikan pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan yang diperoleh, (b)
Pembelajaran Aktif mendemonstrasikan intergrasi pengetahuan praktis,
(c) membandingkan dan mengkontraskan posisi-
Belajar aktif adalah cara pandang yang
posisi yang diambil dalam pokok permasalahan, (d)
menganggap belajar sebagai kegiatan membangun
menerapkan pengetahuan pada pemecahan masalah,
makna atau pengertian terhadap pengalaman dan
(e) menjadikan problem yang abstrak menjadi
informasi, yang dilakukan oleh si pebelajar, bukan
konkrit, (f) melibatkan siswa dalam pembelajaran
oleh si pengajar, serta menganggap mengajar
Mandagi, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aktif Menggunakan ... 65
jika mereka dapat melihat dan melakukan sesuatu perlu adanya suatu metode pembelajaran yang
daripada hanya sekedar mendengarkan ceramah. membuat materi tersebut lebih konkrit. Untuk
Guru dapat membantu siswa memahami konsep itulah peneliti mengambil pendekatan belajar aktif
yang sulit dengan bantuan gambar dan demonstrasi dengan menggunakan metode bermain peran dalam
(Nur, 2008). mengajarkan pokok bahasan peredaran darah
Keempat, Teori pembelajaran sosial merupa- manusia. Pokok bahasan peredaran darah manusia
kan perluasan dari teori perilaku tradisioanal. Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga
ini menerapkan prinsip-prinsip teori pembelajaran sub pokok bahasan yaitu darah dan organ peredaran
perilaku dan penekanannya pada proses mental darah, proses peredaran darah serta gangguan pada
internal. Teori ini dikembangkan oleh Albert Ban- organ peredaran darah manusia..
dura. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pe- Berdasarkan uraian di atas, untuk materi darah
modelan. dan organ peredaran darah, proses peredaran kecil
dan besar serta gangguan organ peredaran darah juga
Karakteristik Materi Peredaran Darah diajarkan dengan menggunakan metode bermain
Manusia peran. Dengan menerapkan metode bermain peran
pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, karena
Salah satu materi pada pokok bahasan IPA SD
siswa juga aktif dalam proses pembelajaran.
yang tercantum dalam silabus Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yaitu peredaran darah manusia
yang diajarkan di kelas V SD. Pokok bahasan ini
Implementasi Pembelajaran Aktif dengan
merupakan materi yang memang berhubungan
Menggunakan Metode Bermain Peran pada
dengan diri siswa sendiri, tetapi bersifat abstrak.
Pokok Bahasan Peredaran Manusia
Menurut Piaget (dalam Nur 2002) anak yang dengan Dalam pelaksanaannya siswa memainkan suatu
usia 10–11 tahun berada pada tahap operasional peran yang masuk dalam situasi yang bersifat
konkrit. Jadi untuk mencapai tujuan pembelajaran simulasi atau skenario, yang dipilih berdasarkan
Kerangka Konseptual
Bedasarkan paparan di atas yang menjadi Gambar 2. Perangkat pengembangan
tujuan penelitian pengembangan ini adalah: (1)
menghasilkan produk berupa buku ajar siswa Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB).
yang berorientasi pembelajaran aktif dengan Disamping itu jenis penelitian ini termasuk
menggunakan metode bermain peran dengan penelitian deskriptif, yang mendeskripsikan hasil
pokok bahasan peredaran darah manusia. Produk belajar siswa, aktivitas belajar siswa, aktivitas guru,
pengembangan termasuk (a) lembar kerja siswa, keterlaksanaan pembelajaran dan respons siswa.
(b) rencana pelaksanaan pembelajaran aktif, (c) Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V
tes hasil belajar siswa (THB) yang berorientasi SD Negeri I Ketintang Surabaya, yang mengikuti
pembelajaran aktif dengan menggunakan metode pembelajaran IPA pada pokok bahasan peredaran
ber-main peran pada pokok bahasan peredaran darah darah pada manusia semester I dengan jumlah
manusia. Implementasi perangkat pembelajaran 31 siswa. Tahap-tahap pengembangan perangkat
aktif dengan menggunakan metode bermain peran disajikan dalam bentuk diagram pada gambar 2.
pada pokok bahasan peredaran darah manusia Model pengembangan yang digunakan adalah
dilihat dari: (a) aktivitas siswa, (b) keterlaksanaan model 4–Ds Thiagarajan (1974:5). Peneliti menggu-
rencana pembelajaran aktif, (c) hasil belajar siswa nakan model ini karena lebih terperinci dan sistima-
setelah mengikuti pembelajaran aktif dengan tis sehingga memudahkan untuk melakukan proses
menggunakan metode bermain peran pada pokok pengembangan perangkat pembelajaran. Model ini
bahasan peredaran darah manusia. terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu pendefinisian (De-
fine), perancangan (Design), pengembangan (Devel-
METODE op) dan penyebaran (Disseminate). Dalam penelitian
ini pengembangan perangkat hanya sampai pada 3
Penelitian ini termasuk penelitian pengem-
tahap saja, yaitu tahap pendefenisisan, tahap peran-
bangan, yaitu mengembangkan perangkat pembe-
cangan, dan tahap pengembangan. Tahap penyebaran
lajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
tidak dilakukan karena tujuan penelitian hanya sam-
(RPP), Bahan Ajar Siswa (BAS), Lembar Kegiatan
68 Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 1, Mei 2016, hlm 62-73
pai pada tahap pengembangan perangkat dan selan- (3) Lembar Pengamatan Keterlaksanaan
jutnya penulisan laporan. Pembelajaran, untuk mengukur keterlaksanaan
Instrumen penelitian yang digunakan: (1) pembelajaran, dengan tujuan untuk merekam
Tes, digunakan untuk menilai dan mengukur perilaku guru dalam melaksanakan langkah-langkah
hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif kegiatan belajar mengajar yang telah direncanakan
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran dalam RPP. Pengamatan dilakukan oleh pengamat
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Bentuk tes yang tentang perilaku guru dan pencatatan dilakukan
dikembangkan peneliti terdiri dari 25 butir soal setiap langkah-langkah kegiatan belajar mengajar
pilihan ganda dan 3 butir soal uraian. Validitas butir selesai dilaksanakan.Reliabilitas instrumen aktivitas
tes diperoleh dengan menghitung sensivitas tiap siswa selama pembelajaran dan keterlaksanaan
butir tes. Sensivitas suatu tes adalah kemampuan pembelajaran dihitung dengan menggunakan teknik
tes tersebut untuk mengukur efek pembelajaran percentage of Agreement Borich, (dalam Ibrahim,
(Muslimin 2006). Untuk mengetahui sensivitas 2006)
butir soal maka siswa diberikan uji awal dan uji akhir
dengan soal tes yang sama. Soal akan dikatakan
sensitif bila soal dapat dijawab lebih banyak pada
saat uji akhir. Untuk menghitung sensivitas butir Keterangan:
soal digunakan rumus Rk =Koefisien Reliabilitas
RA- RB A =Frekuensi aspek tingkah laku yang
S = --------------------- teramati oleh pengamat dengan frekuensi
T tinggi.
(Gronlund dalam Ibrahim, 2006) B =Frekuensi aspek tingkah laku yang
Dimana, teramati oleh pengamat dengan frekuensi
S = Indeks sensivitas rendah.
RA = Jumlah siswa yang dapat menjawab
dengan benar sesudahberlangsung kegiatan Instrumen dikategorikan baik (reliabel) jika
belajar mengajar nilai reliabilitas yang diperoleh (R)³ 0,75 (75%)
RB = jumlah siswa yang dapat menjawab Borich, (dalam Ibrahim, 2006).
dengan benar sebelum berlangsung kegiatan (4) Lembar Angket Respon Siswa, yang dikem-
belajar mengajar bangkan peneliti dan diberikan kepada siswa setelah
T = total jumlah seluruh siswa selesai pembelajaran atau diberikan pada akhir
penelitian. Bertujuan untuk mengetahui minat dan
Harga sensivitas yang besar menunjukan
motivasi siswa terhadap kegiatan belajar mengajar
tingkat sensivitas tinggi, sedangkan harga yang
dengan menggunakan metode bermain peran.
kecil menunjukkan tingkat sensivitas rendah.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
Kriteria yang dipakai untuk menyatakan bahwa
cara observasi, pemberian tes hasil belajar, dan
setiap butir soal sensitive terhadap efek-efek
penyebaran angket. Teknik analisis data yang
pembelajaran adalah nilai sensivitas lebih besar
digunakan adalah statistik deskriptif. Analisis data
atau sama dengan 0,30 (Ibrahim, 2006).
aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan
(2) Lembar Pengamatan Aktivitas Belajar
statistik deskriptif dengan persentase. Analisis
Siswa, merupakan instrumen untuk mengukur
data keterlaksanaan pembelajaran dilakukan
tingkah laku siswa ataupun proses terjadinya suatu
oleh pengamat dihitung berdasarkan skor rata-
kegiatan yang dapat diamati selama proses belajar
rata untuk tiap-tiap RPP dengan menggunakan
mengajar berlangsung. Kategori pengamatan meli-
ketentuan kriteria berikut: 1=kurang baik, 2=cukup
puti aktivitas siswa dalam memperhatikan penyaji-
baik, 3=baik, 4=sangat baik. Skor yang diperoleh
an guru, memberikan tanggapan, mengajukan per-
dijumlahkan kemudian dirata-ratakan dari setiap
tanyaan, membagi peran, mensimulasikan kegiatan
aspek keterlaksanaan pembelajaran.Analisis data
bermain peran, mengamati atau memperhatikan
hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan
kegiatan simulasi, refleksi dan evaluasi, mengerja-
statistik deskripif, yaitu dengan menggunakan
kan LKS, membahas LKS, membuat rangkuman
tingkat ketuntasan individual dan klasikal. Untuk
dan kegiatan yang tidak relevan dengan KBM.
Mandagi, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aktif Menggunakan ... 69
dan saran validator dan dinyatakan layak untuk jawaban dan 3 butir soal uraian. THB merupakan
digunakan. Hasil validasi menunjukkan bahwa LKS butir-butir tes yang dikembangkan dengan tujuan
yang dikembangkan berbeda dari LKS yang telah untuk mengevaluasi hasil belajar siswa berdasarkan
digunakan oleh siswa selama ini. Adanya kelebihan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. THB
yang ditampilkan dalam LKS yang dikembangkan mencakup kisi-kisi tes hasil belajar dan butir soal
oleh peneliti. Dari segi isi kelebihan tersebut antara dengan mengukur tingkatan ranah kognitif dari C1
lain adanya petunjuk dan arahan mengerjakan dalam sampai C6. Berdasarkan hasil penilaian kelayakan
LKS lebih jelas, sehingga memudahkan siswa THB oleh validator 1 dan 2 diketahui skor rata-
dalam mengerjakannya. Isi kegiatan yang ada pada rata penilaian untuk tiga komponen validitas isi,
LKS tidak menyimpang dari urutan materi yang komponen bahasa dan penulisan soal menunjukkan
diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudirman adanya peningkatan penilaian. Meningkatnya
(dalam Agustiningsih, 2009) yang menyatakan penilaian menunjukkan bahwa THB sudah direvisi
LKS merupakan salah satu bahan ajar sebagai sesuai dengan koreksi dan saran yang diberikan
sumber belajar yang membawa pesan untuk tujuan oleh validator serta komponen-komponen penulisan
pengajaran dan lembar kegiatan yang diupayakan THB telah terpenuhi dengan benar. Berdasarkan
untuk dikuasai oleh siswa. Gambar yang ditampilkan hasil validasi THB pada BAB III, menunjukkan
dalam LKS berwarna dan disesuaikan dengan bahwa THB yang dikembangkan sudah dapat
kegiatan yang diberikan. Bahasa yang digunakan digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa.
dalam LKS lebih komunikatif, struktur bahasa Hal ini dapat diketahui dari komponen penilaian
sederhana disesuaikan dengan taraf perkembangan THB yang sudah terpenuhi dengan baik meliputi
anak, kalimat tidak mengandung arti ganda sehingga fungsinya kalimat dalam soal tidak mengandung
mendorong anak untuk mengerjakan LKS. Lembar arti ganda, rumusan kalimat soal komunikatif,
kegiatan siswa yang dikembangkan sesuai dengan menggunakan bahasa yang sederhana bagi siswa,
standar validitas yang ditentukan oleh Badan Standar mudah dipahami, dan menggunakan bahasa yang
Nasional Pendidikan (BSNP). dikenal siswa. Kejelasan perumusan petunjuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang pengerjaan soal. Soal disesuaikan dengan materi
dihasilkan menunjukkan bahwa komponen RPP yang telah diberikan dan tujuan soal jelas.
yang dikembangkan sudah terpenuhi, yaitu identitas Implementasi Perangkat Pembelajaran,
sekolah, identitas kelas, nama guru, nama mata menunjukkan aktivitas siswa yang dominan selama
pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi pelaksanaan tiga RPP diketahui bahwa aktivitas
dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, garis siswa selama kegiatan belajar mengajar secara umum
besar materi pelajaran, kegiatan belajar mengajar, telah melakukan belajar aktif dan pembelajaran
alat dan bahan, serta penilaian. memiliki kualitas berpusat pada siswa (Student-Centered Learning)
yang baik dan sudah layak digunakan sebagai dan instrumen pengamatan aktivitas siswa selama
perangkat. Sesuai dengan yang tercantum dalam PP pelaksanaan tiga RPP dengan menggunakan metode
nomor 19 tahun 2005 Bab IV tentang standar proses, bermain peran juga reliabel.
pada pasal 20 yang menyebutkan bahwa perencanaan Keterlaksanaan pembelajaran ditinjau dari 4
proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana kategori yaitu pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang- penutup, dan suasana kelas penerapan RPP terlaksana
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode dengan baik pada ujicoba serta reliabilitas instrumen
pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil pengamatan keterlaksanaan RRP juga reliabel.
belajar. Berdasarkan hasil penilaian kelayakan RPP Tes Hasil Belajar Siswa berdasarkan pemba-
oleh validator 1 dan 2 pada BAB III, diketahui skor hasan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa
rata-rata penilaian untuk kategori format, isi dan kegiatan pembelajaran aktif dengan menggunakan
bahasa menunjukkan adanya peningkatan penilaian. metode bermain peran pada pokok bahasan pere-
Meningkatnya penilaian menunjukkan bahwa RPP daran darah manusia dapat membantu siswa untuk
sudah direvisi sesuai dengan koreksi dan saran yang mencapai hasil belajar yang maksimal. Ini sesuai
diberikan oleh validator. dengan pendapat Zaini (2007) bahwa dengan
Tes Hasil Belajar yang dikembangkan terdiri belajar aktif peserta didik diajak turut serta dalam
dari 25 butir soal pilihan ganda dengan 4 pilihan semua proses pembelajaran, tidak hanya mental
Mandagi, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Aktif Menggunakan ... 71
akan tetapi juga fisik, sehinngga peserta didik akan pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja siswa
merasakan suasana lebih menyenangkan dan hasil (LKS), bahan ajar siswa dan tes hasil belajar
belajar dapat dimaksimalkan. Hal ini juga didukung siswa (THB). Kualitas perangkat pembelajaran
teori Piaget (Trianto,2007) yang menyatakan bahwa yang sudah divalidasi dan dinilai menunjukkan
perkembangan kognitif anak sebagian besar diten- sudah baik dan layak untuk digunakan. Kelayakan
tukan oleh manipulasi dan interaksi aktif siswa perangkat pembelajaran juga dilihat dari keaktivan
dengan lingkungan belajarnya. siswa selama pembelajaran aktif, keterlaksanaan
Berkaitan dengan keterlaksanaan pembelajaran RPP berkategoribaik, hasil belajar siswa sudah
juga dikuatkan dari hasil penelitian yang dilakukan mencapai ketuntasan, respon siswa terhadap pem-
(Mataheru.2014:169) diantaranya disimpulkan belajaran positif, sensitivitas butir soal bernilai
bahwa: (1) keefektifan pembelajaran berdasarkan positif dan rata-rata reliabilitas instrumen di atas
aktivitas guru pada pertemuan pertama 92,3%, 75%. Kedua, aktivitas belajar siswa yang dominan
pertemuan kedua 76,9%, dan pertemuan ketiga adalah mensimulasikan kegiatan bermain peran,
84,6%, (2) keefektifan pembelajaran berdasarkan mengamati dan memperhatikan kegiatan bermain
aktivitas siswa pada pertemuan pertama 89,8%, peran dan membahas LKS. Ketiga, aktivitas belajar
pertemuan kedua 76,8%, dan pertemuan ketiga siswa yang dominan menunjukkan bahwa pembe-
82,8%; (3) respons positif guru yang terdiri dari lajaran terpusat pada siswa dan siswa aktif dalam
sangat setuju dan setuju mencapai 93,1%, (4) pembelajaran dengan menggunakan metode
respons positif siswa yang terdiri dari sangat setuju bermain peran. Keempat, keterlaksanaan rencana
dan setuju mencapai 92,5%, dan (5) dari 21 orang pembelajaran menggunakan metode bermain
siswa yang mengikuti tes hasil belajar ternyata 19 peran adalah baik, yaitu bahwa guru sudah mampu
siswa (90,5%) mencapai KKM. Demikian juga mengelola pembelajaran sesuai sintaks pada
menurut De Poster & Hernaeki (dalam Astaman, pembelajaran aktif dengan menggunakan metode
2014:171) mengungkapkan bahwa gaya belajar bermain peran yang meliputi: menjelaskan metode
yang sering dikenal dengan modalitas adalah kunci bermain peran, membagi peran, mengarahkan
untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di siswa mengenai langkah-langkah yang akan
sekolah dan dalam situasi antar pribadi. d i s i m u l as i k an , m en g at u r d an m en g a m a t i
Respon siswa yang positif terhadap pembe- jalannya simulasi dan mengadakan refleksi atau
lajaran dapat dilihat dari ketuntasan belajar siswa evaluasi kegiatan simulasi dengan menggunakan
pada ujicoba sudah mencapai ketuntasan individual metode bermain peran. Kelima, hasil belajar siswa
maupun klasikal, dan ketuntasan belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran aktif dengan
pada ujicoba sudah mencapai ketuntasan individual metode bermain peran mencapai ketuntasan
maupun klasikal sebesar 100%. Respons siswa yang individual ujicoba I sebesar 80% dan ketuntasan
positif terhadap pembelajaran juga ditunjukkan individual ujicoba II sebesar 83 %. Ketuntasan
dengan aktivitas siswa yang aktif selama kegiatan tujuan pembelajaran sebesar 92 % pada Ujicoba I
belajar mengajar. Respons siswa secara umum dan 100 % pada Ujicoba II.
menunjukkan bahwa minat dan motivasi siswa Berdasarkan hasil penelitian (Patty, 2015), terbukti
terhadap pembelajaran aktif dengan menggunakan bahwa; perangkat pembelajar dapat PWIM untuk
metode bermain peran adalah baik dan positif. pembelajaran menulis kosakata pada siswa kelas II
Dengan demikian pengembangan perangkat pembe- SD Inpres 26 Batumerah, setelah divalidasi, dilakukan
lajaran aktif dengan menggunakan metode bermain uji keterbacaan, dan diujicobakan telah menghasilkan
peran baik dan layak untuk digunakan karena dapat perangkat pembelajaran yang memenuhi kriteriabaik
membuat siswa aktif dalam pembelajaran, dan (valid). Hal ini ditunjukkan oleh: (1) ke-5 validator
dapat menuntaskan hasil belajar siswa pada pokok memberikan rata-rata penilaian 3,5 terhadap RPP, BS,
bahasan peredaran darah manusia. dan LKS; (2) keefektifan pembelajaran berdasarkan
Berdasarkan fakta dapat dinyatakan bahwa aktivitas guru pada pertemuan pertama 80%,
temuan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, pertemuan kedua 90%; (3) keefektifan pembelajaran
perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah berdasarkan aktivitas siswa pada pertemuan pertama
perangkat pembelajaran IPA dengan menggunakan 80,8%, pertemuan kedua 95,8. Kelima, respon siswa
metode bermain peran yang meliputi: rencana terhadap pembelajaran yang meliputi minat dan
72 Sekolah Dasar, Tahun 25 Nomor 1, Mei 2016, hlm 62-73
Russell, C., & Shepherd, J. (2010). Online role‐play Trianto. 2007. Model-Model pembelajaran Inovatif
environments for higher education. British Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi
Journal of Educational Technology, 41(6), Pustaka Publisher.
992-1002. Uno, H.B. 2006. Teori Motivasi dan Pengukurannya.
Settles, B. (2010). Active learning literature Jakarta: Bumi Aksara.
survey. University of Wisconsin, Madison, 52 Yulianto, B. 2008. Model-Model Pembelajaran
(55-66), 11:68-79. Inovatif. Surabaya: Unesa University Press.
Sukandi,U.2003.Belajar Aktif dan Terpadu.Jakarta: Zaini, H. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif
Duta Graha Pustaka. Enhancing Teaching and Learning. Yogyakarta:
Thiagarajan, Semmel, D.S & Semme, M.I. 1974. CTSD.
Instructional Development for Training Tea-
chers Of Exceptional Children A Sourcebook.
Blomington: Center for Inovation on Teaching
The Handicaped.