Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI

PENDEKATAN KONSTEKTUAL SETTING KOOPERATIF PADA SISWA


KELAS IV SD INPRES BANGKALA II KECAMATAN MANGGALA KOTA
MAKASSAR

Hasriani1, Jusmawati2, Syamsul Alam3


1
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Megarezky (Hasriani)
Anhyhasriani458@yahoo.com
2
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Megarezky (Jusmawati)
Jcjusmawati030490@gmail.com
3
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Megarezky (Syamsul Alam)
s.alamraja58@gmail.com3

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika melalui
penerapan pendekatan konstektual setting kooperatif pada siswa kelas IV SD Inpres Bangkala
II Kecamatan Manggala Kota Makassar.Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) bersiklus dan dilakukan dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas IV SD Inpres Bangkala II Kecamatan Manggala Kota Makassar sebanyak 22 siswa
terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada siklus I, skor rata-rata siswa adalah 44,41 dengan persentase siswa yang tidak tuntas
adalah 90,91% dan siswa yang tuntas sebanyak 9,09%. Sedangkan pada siklus II, skor rata-
rata siswa adalah 86,86 dengan persentase siswa yang tidak tuntas sebanyak 0% dan siswa
yang tuntas sebanyak 100%.Hasil analisis penerapan pendekatan konstektual setting
kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV SD Inpres
Bangkala II Kecamatan Manggala Kota Makassar dengan penelitian tindakan kelas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat.

Kata kunci: pendekatan konstektual, kooperatif, hasil belajar, matematika

1. PENDAHULUAN
Pendidikan di sekolah dasar mencerdaskan kehidupan bangsa,
merupakan landasan paling mendasar bertujuan untuk berkembangnya potensi
untuk terselenggaranya kegiatan proses siswa agar menjadi manusia yang
belajar mengajar pada jenjang yang lebih beriman dan bertakwa kepada Tuhan
tinggi yaitu pendidikan menengah dan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
jenjang pendidikan tinggi. Ini berarti berkhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
berhasil tidaknya pencapaian tujuan kreatif, mandiri, dan menjadi warga
pendidikan banyak tergantung kepada Negara yang demokratis serta
bagaimana proses belajar yang dialami bertanggung jawab. Menurut Peaget
oleh siswa pada jenjang pendidikan (dalam Endyah Murniati, 2007: 14)
sekolah dasar, sebagaimana di tegaskan menjelaskan bahwa perkembangan siswa
dalam Undang-Undang Republik usia Sekolah Dasar pada hakikatnya
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang berada dalam tahap operasional konkrit
Sistem Pendidikan Nasional bahwa namun tidak menutup kemungkinan
fungsi pendidikan nasional yaitu mereka masih beradapada tahap
mengembangkan kemampuan dan praoperasi. Bila anak berada pada tahap
membentuk watak serta peradaban praoperasi maka merekabelum
bangsa yang bermartabat dalam rangka memahami hukum-hukum

1
kekekalan, sehingga bila diajarkan konsep bermakna bagi siswa diperlukan suatu
penjumlahan besar kemungkinan mereka pembelajaran inovatif yang dapat menarik
tidak akan mengerti. Sedangkan minat siswa untuk mempelajari mata
siswayang berada pada tahap operasi pelajaran matemaatika.Salah satu
konkrit memahami hukum kekekalan, pembelajaran inovatif yang dapat
tetapi iabelum bisa berfikir secara diterapkan pada pembelajaran matematika
deduktif, sehingga pembuktian dalil-dalil adalah pendekatan Konstektual Setting
matematika tidak akan dimengerti oleh Koopertif.
mereka. Hal ini berarti bahwa strategi Secara luas, belajar diartian
pembelajaran matematika haruslah sesuai sebagai kegiatan psikofisik menuju
dengan perkembangan intelektual/ perkembangan pribadi seutuhnya.Secara
perkembangan tingkat berfikir anak, sempit, belajar diartian sebagai usaha
sehingga diharapkan pembelajaran penguasaan materi pelajaran (Abdul
matematika di Sekolah Dasar itu lebih Haling 2007: 2). Belajar merupakan suatu
efektif dan menyenangkan. proses yang menimbulkan terjadinya
Rendahnya nilai mata pelajaran perubahan atau pembaharuan dalam
matematika tersebut menjadi beban tingkah laku dan kecakapan (M. Thobroni:
psikologis para siswa di setiap jenjang 2017). Gagne (dalam Dimyati, Mudjiono,
pendidikan.Matematika menjadi ditakuti 2006:10) belajar merupakan kegiatan yang
karena dianggap sulit. Hal itu antara kompleks. Setelah belajar orang memiliki
lainterjadi karena beberapa faktor, salah keterampilan, pengetahuan sikap dan nilai.
satunya adalah cara pembelajaran yang Belajar menurut konsepsi modern
dilakukan sekarang ini didasarkan pada adalah proses perubahan tingkah laku
anggapan bahwa pengetahuan itu dalam arti seluas-luasnya, meliputi:
bisaditransfer dari pikiran seseorang ke pengamatan, pengenalan, pengertian,
pikiran orang lain sehingga guru yang pengetahuan, keterampilan, perasaan,
aktifdalam pembelajaran untuk minat penghargaan sikap (Cicih Sunarsih,
memindahkan pengetahuan yang 2007:3). Menurut Bruner dan Nyimas
dimilikinya seperti mesin, mereka Aisyah (2007: 15) Belajar adalah suatu
mendengar, mencatat dan mengerjakan proses dimana suatu organisme berubah
latihan yang diberikan guru, sehingga perilakunya sebagai akibat pengalaman.
pembelajaran berpusat pada guru dan Berdasarkan pendapat di atas
pemahaman yang dicapaisiswa bersifat dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
instrumental. kegiatan yang dilakukan melalui proses
Permasalahan dalam proses kognitif yang mengubah sifat stimulus
belajar mengajar juga terjadi di SD Inpres lingkungan, melewati pengolahan
Bangkala II Kecamatan Manggala Kota informasi menjadi kapabilitas baru melalui
Makassar. Berdasarkan observasi yang pengamatan, pengenalan, pengertian,
telah dilakukan, hasil belajar matematika pengetahuan, perbuatan, keterampilan,
siswa kelas IV masih rendah.Masih perasaan, minat penghargaan sikap.
banyak siswa yang menganggap Hasil belajar menurut Suprijono
matematika sebagai mata pelajaran yang (dalam M. Thobroni 2017: 20) hasil
sulit dan tidak menyenangkan.Mata belajar adalah nilai, pengertian-pengertian,
pelajaran yang tidak bisa lepas dari sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
keterampilan berhitung ini seringkali Menurut Nana Sudjana (2005: 3) hasil
dihindari.Jika peserta didik sudah merasa belajar adalah perubahan tingkah laku
demikian, maka dapat mempengaruhi siswa setelah melalui proses
hasil belajarnya menjadi rendah.Untuk pembelajaran. Semua perubahan dari
mewujudkan pembelajaran aktif dan proses belajar merupakan suatu hasil

2
belajar dan mengakibatkan manusia 4) Membimbing kelompok bekerja dan
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. belajar.
Menurut Endyah Murniati, (2007: 5) Mengevaluasi.
20-41), teori–teori belajar matematika di 6) Memberikan penghargaan.
Sekolah Dasar meliputi : 1) Teori Belajar Pendekatan pembelajaran adalah
Bruner, 2) Teori Belajar Dienes, 3) Teori suatu strategi (siasat) dalam mengajar
Belajar Van Hiele, 4) Teori Belajar yang digunakan untuk memaksimalkan
Brownell dan Van Engen, 5) Teori Belajar hasil pembelajaran. Pendekatan
Gagne. pembelajaran merupakan strategi yang
Menurut Wirotaputra (dalam digunakan dalam upaya menciptakan
Sugiyanto, 2007: 2) Model Pembelajaran berlangsungnya proses pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang dalam situasi, kondisi dan lingkungan
melukiskan prosedur yang sistematis belajar yang kondusif dengan
dalam mengorganisasikan pengalaman menitikberatkan pada salah satu sasaran
belajar untuk mencapai tujuan belajar yang ingin dicapai (Dadang Garnida,
tertentu, dan berfungsi sebagai suatu 2008: 14). Sedangkan menurut Ng. Kim
pedoman bagi para perancang Wy.seorang pakar pembelajaran
pembelajaran dan para pengajar dalam berkebangsaan Malaysia mengemukakan
merencanakan dan melaksanakan aktivitas batasan tentang pendekatan adalah arah
pembelajaran. atau hal yang kita ambil untuk menuju
Pembelajaran kooperatif menurut sesuatu sasaran (to come near to in any
Rusman (Jusmawati 2019: 80) sense). Dalam pengertian yang lebih luas
mengemukakan bahwa pembelajaran pendekatan juga diartikan sebagai yang
dengan cara siswa belajar dan bekerja berarti penggunaan strategi yang dipilih
dalam kelompok kecil secara kolaboratif untuk mencapai tujuan tertentu, (Dadang
yang anggotanya terdiri dari empat sampai Garnida, 2008: 14).
enam orang dengan struktur kelompok Dari pendapat di atas dapat
yang bersifat heterogen. disimpulkan bahwa pendekatan belajar
Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi (siasat) dalam
merupakan kegiatan siswa yang dilakukan mengajar yang digunakan untuk
dengan cara berkelompok. Model memaksimalkan hasil pembelajaran
pembelajaran kelompok adalah rangkaian dengan arah atau hal yang kita ambil
kegiatan belajar yang dilakukan oleh untuk menuju sesuatu sasaran (to come
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu near to in any sense).
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang Menurut Johnson (dalam Nurhadi,
telah dirumuskan (Sanjaya 2006: 2003: 12) merumuskan pengertian CTL
239).Pembelajaran kooperatif adalah merupakan suatu proses pendidikan yang
pembelajaran yang melibatkan partisipasi membantu siswa melihat makna dalam
siswa dalam satu kelompok kecil untuk bahan pelajaran yang mereka pelajari
saling berinteraksi (Nurulhayati 2002: 25). dengan cara menghubungkannya dengan
Langkah-langkah model konteks kehidupan mereka sehari-hari,
pembelajaran kooperatif adalah sebagai yaitu dengan konteks lingkungan
berikut: pribadinya, sosialnya, budayanya.
1) Memotivasi siswa dan Menurut Andayani (2009:4), CTL
menyampaikan tujuan pembelajaran. merupakan pembelajaran yang
2) Menyajikan materi pelajaran. menghubungkan antara materi yang
3) Mengorganisasikan siswa ke dalam diajarkan dengan dunia nyata, selain itu
kelompok-kelompok belajar. terdapat ciri penanda bahwa CTL dapat
mendorong siswa membuat hubungan

3
antara pengetahuan yang dimilikinya 5) Pemodelan ( Modeling )
dengan dunia nyata. Contextual 6) Refleksi (Reflection)
Teaching and Learning – CTL adalah 7) Penilaian Nyata (Authentic
strategi pembelajaran yang menekankan Assessment)
kepada proses keterlibatan siswa secara Menurut Nyimas Aisyah,dkk
penuh untuk dapat menemukan materi (2007: 7-11) Peran guru dalam
yang dipelajari dan menghubungkannya pendekatan Kontekstual (Contextual
dengan situasi kehidupan nyata sehingga Teaching and Learning – CTL) meliputi:
mendorong siswa untuk dapat 1). Hubungan yang bermakna, (2).
menerapkannya dalam kehidupan Memahami pemahaman hidup siswa, (3).
mereka (Wina Sanjaya, 2007: 253). Mempelajari lingkungan sekolah dan
Belajar dalam konteks CTL bukan hanya tempat tinggal siswa, (4). Merancang
sekedar mendengarkan dan mencatat, pembelajaran yang mengaitkan konsep
tetapi belajar adalah proses dengan pengalaman mereka, (5).
berpengalaman secara langsung (Wina Mendorong siswa membangun
Sanjaya, 2007: 253). Melalui proses kesimpulan yang merupakan pemahaman
pengalaman itu diharapkan mereka tentang konsep yang telah
perkembangan siswa terjadi secara utuh, dipelajari.
yang tidak hanya berkembang dalam Langkah-langkah pendekatan konstektual
aspek kognitif saja, tetapi juga aspek setting kooperatif, yaitu:
afektif dan juga psikomotorik. 1) Memotivasi siswa dan menyampaikan
Sedangkan menurut Suminarsih tujuan pembelajaran.
(2007:13), Pendekatan Kontekstual 2) Membagi siswa kedalam beberapa
adalah konsep belajar kelompok secara heterogen.
yang membantu guru mengaitkan 3) Mengarahkan dan menemukan.
antara materi yang diajarkan dengan 4) Tanya jawab.
situasi dunia nyata siswa dan mendorong 5) Mengevaluasi.
siswa membuat hubungan antara 6) Memberikan penghargaan.
pengetahuan yang dimiliki dengan Hipotesis penelitian tindakan
penerapannya dalam kehidupan sehari- kelas ini sebagai berikut: jika digunakan
hari. pendekatan kontekstual dalam proses
Dari uraian di atas dapat penulis pembelajaran matematika maka hasil
simpulkan bahwa Pendekatan Kontekstual belajarmatematika siswa kelas IV Inpres
(Contextual Teaching and Learning – Bangkala II Kecamatan Manggala Kota
CTL) merupakan konsepsi belajar yang Makassar akan meningkat.
membantu guru dalam mengaitkan bahan
ajarnya dengan situasi dunia nyata peserta 2. METODE PENELITIAN
didik dan mendorong peserta didik Menurut Sugiyono (2015: 22),
membuat hubungan antara pengetahuan pendekatan kuantitatif adalah pendekatan
yang dimilikinya dengan penerapannya yang berkaitan dengan angka atau
dalam kehidupan sehari-hari. numerik. Pada pendekatan kuantitatif, data
Langkah-langkah pendekatan yang diperoleh dikumpul berupa hasil
pembelajaran konstektual adalah sebagai belajar siswa dengan menggunakan
berikut: pendekatan konstektual setting kooperatif.
1) Kontruktivisme (Constructivisme) Jenis penelitian yang digunakan
2) Menemukan (Inquiri) dalam penelitian ini adalah Penelitian
3) Bertanya (Questioning ) Tindakan Kelas (PTK).Menurut Kemmis
4) Masyarakat Belajar (Learning (dalam Wina Sanjaya 2017: 20) penelitian
Community) tindakan adalah suatu bentuk penelitian

4
refletif dan kolektif yang dilakukan oleh 4) Menyiapkan lembar penilaian.
peneliti dalam situasi sosial untuk 5) Membuat lembar observasi.
meningkatkan penalaran praktik sosial b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Peneliti
mereka. melaksanakan proses pembelajaran
Setting, Penelitian ini dilakukan di sesuai dengan RPP mata pelajaran
SD Inpres Bangkala II Kecamatan Matematika.
Manggala Kota Makassar. Sekolah ini c. Tahap Observasi dan Interpretasi
dipimpin oleh bapak Kurniansyah,S.Pd Kegiatan observasi
yang bertindak sebagai Kepala Sekolah dilaksanakan untuk mengamati
SD Inpres Bangkala II. Penelitian ini tingkah laku dan sikap siswa ketika
dilaksanakan dalam dua siklus namun mengikuti pembelajaran matematika
apabila siklus kedua belum berhasil maka dengan menerapkan pendekatan
dilanjutkan ke siklus berikutnya.Siswa SD kontekstual. Observasi juga
Inpres Bangkala II berjumlah 22 orang, dilakukan terhadap guru yang
terdiri dari 11 orang siswa perempuan dan menerapkan pendekatan kontekstual
11 orang siswa laki-laki. pada pembelajaran matematika.
Siklus I d. Tahap Analisis dan Refleksi
a. Tahap Persiapan Tindakan, meliputi Guru dan kepala sekolah
langkah-langkah sebagai berikut : secara bersama-sama membahas hasil
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Hasil akan
pembelajaran (RPP) mata menentukan perlu ada tidaknya
pelajaran Matematika. melaksanakan siklus berikutnya.
2) Menyiapkan media pembelajaran Apabila dalam siklus pertama
yang dibutuhkan. peneliti belum berhasil maka peneliti
3) Menyiapkan soal tes setelah melaksanakan siklus kedua.
dilaksanakan pembelajaran.

Teknik Pengumpulan Data


Sejalan dengan data yang akan 2) Tes
dikumpulkan serta sumber data yangada Tes digunakan untuk
selanjutnya dikemukakan teknik mengetahui perkembangan hasil
pengumpulan data.Teknik yang digunakan belajar matematika.Tes adalah
untuk mengumpulkan data tersebut antara serangkaian pertanyaan yang harus
lain: dijawab/dilakukan untuk menunjukkan
1) Observasi seberapa baik orang mengetahui
Observasi dilakukan untuk tentang sesuatu atau seberapa baik
memantau proses pembelajaran orang dapat melakukan sesuatu. Dilihat
matematika (KD memecahkan masalah dari pelaksanaannya, tes dapat
perhitungan termasuk yang dibedakan menjadi tes lisan, dan tes
berhubungan dengan Bangun datar) pembuatan, dilihat dari cara
yang sedang berlangsung di kelas. pengoreksiannya tes dapat dobedakan
Observasi ini bertujuan menjadi tes subjektif dan tes objektif
untukmengamati kegiatan yang dan dilihat dari pembuatannya, tes
dilakukan guru dan siswa di dalam dapat diklasifikasikan menjadi tes buku
kelas sejak sebelum melaksanakan (standar) dan tes buatan guru.
tindakan, saat pelaksanaan tindakan 3) Dokumentasi
sampai akhir tindakan. Dokumentasi merupakan
pengumpulan dan penyimpanan
informasi berupa nilai atau foto dan

5
sebagainya yang menggambarkan aktivitas proses belajar mengajar.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam penerapan pendekatan


Pada siklus I proses konstektual setting kooperatif,
pembelajaran melalui pendekatan dimana pada pembelajaran ini
konstektual setting kooperatif diharapkan siswa lebih aktif
siswa dalam bekerja kelompok dalam kegiatan
keaktifannya masih kurang, pembelajaran/kegiatan
dikarenakan masih banyak siswa pembelajaran kelompok.
yang pasif/kerjasama siswa dalam Pada tahap membuat
kelompok masih kurang, kesimpulan, siswa masih
mendengarkan pendapat dari memerlukan bantuan dari guru,
teman kelompok dan tidak penerimaan materi pada siswa
mengeluarkan masih kurang atau belum
pendapat/berargumen. Pada memenuhi target, maka
kegiatan siklus ini masih satu atau disimpulkan bahwa pada siklus I
dua orang yang aktif. Ketika guru masih perlu diulang karena
melakukan tanya jawab, siswa peningkatan aktivitas guru dan
yang aktif hanya sebagian kecil. siswa dalam pembelajaran masih
Hal ini belum mencapai target
kurang baik/belum tercapai serta guru sangat kurang, sedangkan KKM
memerlukan beberapa perbaikan tindakan. yang harus dicapai siswa yang
Hasil belajar siswa pada telah ditentukan siswa harus
siklus I memperoleh nilai rata-rata mencapai nilai rata-rata 70 dari
44,41dari keseluruhan siswa. keseluruhan siswa yang
Apabila nilai akhir siswa dikategorikan baik atau 70%
dikelompokkan kedalam lima tuntas, berhasil sesuai persentase
kategori (sangat baik, baik, cukup, indikator KKM yang telah
kurang, dan sangat kurang) maka ditetapkan.
diperoleh hasil belajar siswa tidak Pada siklus II proses
ada dalam kategori sangat baik pelaksanaan pembelajaran
atau 0%, kategori baik sebanyak 2 berdasarkan pengamatan
siswa atau 9,09 % dengan nilai menunjukkan bahwa tingkat
rata-rata 73, kategori cukup keaktifan belajar siswa kelas IV
sebanyak 5 siswa atau 22,73 % dengan penerapan pendekatan
dengan nilai rata-rata 60,2, konstektual setting kooperatif
kategori kurang sebanyak 8 siswa lebih baik apabila dibandingkan
atau 36,36 % dengan nilai rata- dengan siklus I. Hal ini dapat
rata 48, kategori sangat kurang ditunjukkan pada saat kerja
sebanyak 7 siswa atau 31,82 % kelompok, siswa sudah aktif dan
dengan nilai rata-rata 20,86. antusias untuk bertanya maupun
Berdasarkan hasil belajar menjawab pertanyaan dari guru.
di atas maka disimpulkan bahwa Situasi dan kondisi kelas antar
pada hasil belajar siklus I belum kelompok sudah aktif dan
dikatakan berhasil karena hasil terkondisi dengan baik. Suasana
belajar siswa yang tuntas pada fase tanya jawab terkondisi
hanya9,09 %dalam kategori dengan baik, tercipta suasana
sangat kurang.dalam kategori saling belajar, siswa belajar dari
6
guru, dari sesama siswa/teman 5. PENUTUP
sehingga suasana di dalam kelas Berdasarkan hasil analisis data
pembelajaran sudah nampak lebih dan pembahasan yang telah dikemukakan,
baik dengan penerapan maka dapat disimpulkan bahwa: terjadi
pendekatan konstektual setting peningkatan hasil belajar Matematika
kooperatif. siswa kelas IV SD Inpres Bangkala II
Hal ini dapat dilihat Kecamatan Manggala Kota Makassar
dengan adanya perbandingan hasil setelah dilaksanakannya proses
observasi pada siklus I. Siswa pembelajaran melalui pendekatan
pada siklus I cenderung pasif, konstektual setting kooperatif. Hal
pada siklus II sudah menunjukkan tersebut terlihat dari skor rata-rata hasil
aktivitas belajar siswa yang baik, belajar siswa pada siklus I dan II, dimana
sehingga suasana pembelajaran hasil belajar siswa yang tuntas hanya
lebih menyenangkan.Pada fase 9,09% dengan nilai rata-rata 44,41 dalam
penarikan kesimpulan dapat kategori sangat kurang, sedangkan pada
dikatakan bahwa sebagian besar siklus II siswa telah mencapai rata-rata
siswa sudah mulai berani dari keseluruhan siswa atau 100% tuntas
mengeluarkan pendapatnya dalam kategori sangat baik.
masing-masing dan pada fase ini
siswa sudah dapat menyelesaikan 6. DAFTAR PUSTAKA
masalah yang diberikan.Suasana Aisyah, Nyimas, dkk. 2007.
pembelajaran menjadi lebih Pengembangan Pembelajaran
kondusif, yaitu ditandai dengan Matematika SD. Dirjen Dikti
berkurangnya kegaduhan dalam Departemen Pendidikan Nasional.
kerja kelompok atau diskusi. Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan
Hasil belajar siswa pada Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: UNS
siklus II sudah mencapai target Press.
yang telah ditetapkan berdasarkan Andayani.2009. Pembelajaran Inovatif
KKM, dimana siswa yang tuntas Sebagai Upaya Meningkatkan
telah mencapai 100% Profesionalisme Guru. Surakarta:
tuntas,sedangkan hasil belajar Pusat Pengembangan dan
dikatakan berhasil apabila siswa PelatihanGuru Profesional (P3GP).
sudah mampu mencapai nilai rata- Aqib. 2011, Penelitian Tindakan Kelas
rata 70 yang dikategorikan 70% untuk Guru SD, SLB dan TK.
tuntas, berhasil dalam indikator Bandung: Yrama Widia
keberhasilan KKM yang telah Arikunto.DKK. 2009. Penelitian
ditetapkan dan hasil belajar pada Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
siklus II siswa telah mencapai Aksara.
rata-rata 86,86dari keseluruhan Haling, Abdul. 2007. Belajar dan
siswa. Berdasarkan lima kategori Pembelajaran. Makassar: Badan
hasil belajar siswa nilai kategori Penerbit Universitas Negeri
sangat baiksebanyak 13 siswa atau Makassar.
59,09 % dengan nilai rata-rata Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan
93,85, sebanyak 9 siswa kategori Pengajaran Berdasarkan
baik atau 40,91 % dengan nilai Pendekatan Sistem. Jakarta: PT.
rata-rata 76,78 dan tidak ada siswa Bumi Aksara.
dalam kategori cukup, kurang dan Hayati, Nurul. 2002. Model
sangat kurang atau 0 %. Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

7
I. G. A. K Wardani. 2007. Penelitian Suprijono Agus. 2013. Kooperatif
Tindakan Kelas. Universitas Learning. Yokyakarta: Pustaka
Terbuka Pelajar.
Jusmawati, 2019.Keefektifan Model
Pembelajaran Kooperetif Tipe
Think Pair Share (TPS) Dalam
Pembelajaran Matematika Siswa
Kelas V SD Negeri Panaikang I
Kota Makassar. Makassar:
Universitas Megarezky.
M. Tobroni 20017. Belajar dan
Pembelajaran. Surabaya: PT. Bumi
aksara.
Mulyono, Abdurrahman, 2003.
Pendidikan bagi Anak Berkesulitan
Belajar.PT. Rineka Cipta.
Murniati, Endyah. 2007. Kesiapan Belajar
Matematika di Sekolah Dasar.
Surabaya: Surabaya Intelectual
Club (SIC).
Nurhadi; Senduk, A.G. 2003.
Pembelajaran Kontekstual
(Contextual) Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya
dalam KBK.Malang:Universitas
Negeri Malang (UMPRESS).
Purwanto, N. (2008). Evaluasi Hasil
Belajar. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.

Sanjaya Wina. 2017. Penelitian Tindakan


Kelas. Jakarta: Kencana.
Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Rasdakarya.
Sugiyanto. 2007. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Suminarsih. 2007. Model-model
Pembelajaran Matematika.
Semarang: Widyaiswara LPMP
Jawa Tengah.
Sunarsih, Cicih. 2007. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar di SD.
Bandung: Dirjen Pningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan P4TK TK dan PLB.

8
9

Anda mungkin juga menyukai