Anda di halaman 1dari 6

JURNAL IDEGURU Vol.3, No.

2 November 2018

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS, DAN HASIL BELAJAR


SOSIOLOGI MELALUI MODEL PBL

Oleh: Imelda Agustini Trihatmi


SMA Negeri 1 Sewon
imeldaswn@gmail.com

ABSTRACT: The purpose of this study was to determine the improvement of learning
creativity and learning outcomes of Sociology subject among XI IPS students at SMAN 1 Sewon by
using the Problem Based Learning model. This study used classroom action research. The learning
creativity data were collected by using observation sheets, and the learning outcomes was gained
from tests in sociology subject. The data analysis method was qualitative descriptive. The study
results showed there was an increase in the student creativity from 9.68% in the pre-cycle, to 41.93%
in the first cycle, and then became 78.42% in the second cycle. The achievement of student learning
outcomes in the pre cycle was 29.03%, in the first cycle was 77.42%, then in the second cycle was
83.87%. Students who reach the completeness level in the pre cycle were 9 students. It was increased
to 24 students in the first cycle, and then became 26 students after second cycle.
Keywords: problem based learning, learning creativity, sociology, student learning outcomes.

PENDAHULUAN pembelajaran sosiologi. Salah satu dasar ide


Pendidikan merupakan salah satu pilar peningkatan mutu pembelajaran adalah
utama yang menentukan kualitas kehidupan bagaimana peserta didik belajar dengan
suatu bangsa. Oleh karena itu, pembaharuan senang dengan fasilitas yang telah dimiliki,
dibidang pendidikan harus disadari untuk belajar aktif, belajar bersama-sama atau
selalu dilakukan guna meningkatkan kualitas berkelompok, bernuansa kemajuan, penemuan
pendidikan nasional. Hal ini dapat dimulai dari masalah, kontekstual. Belajar seperti ini dapat
suatu kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah, baik di luar kelas,
dapat memberikan pengetahuan bagi siswa, ataupun di lingkungan yang lebih luas seperti
tidak hanya yang berupa aspek kognitif, tetapi di lingkungan keluarga maupun di lingkungan
juga aspek afektif dan psikomotoriknya. masyarakat sekitar. Salah satu strategi yang
Fakta empirik yang ditemukan guru akan digunakan dalam penelitian ini dengan
melalui observasi di kelas, selain menggunakan pembelajaran model PBL
pembelajaran sosiologi yang monoton, (Problem Based Learning).
pembelajaran seolah-olah hanya untuk Sesuai dengan paparan masalah diatas,
sekelompok peserta didik tertentu yang rumusan permasalahan sebagai berikut:
merasa tertarik pada materi pembelajaran itu. bagaimana upaya meningkatkan kreativitas
Salah satu upaya mencari solusi untuk dan hasil belajar sosiologi dengan model PBL
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar pada siswa kelas XI IPS2 SMAN 1 Sewon.
peserta didik atau mutu pembelajaran yang Sehingga tujuan penelitian adalah: (1) Upaya
dapat mengakomodasi perkembangan jaman, meningkatkan kreativitas belajar sosiologi
terutama perkembangan teknologi informasi dengan model PBL pada siswa kelas XI IPS2
dan komunikasi yang marak dikalangan SMAN 1 Sewon, (2) Upaya meningkatkan
peserta didik. Kepemilikan teknologi infomasi hasil belajar sosiologi dengan model PBL pada
dan komunikasi pada peserta didik seperti siswa kelas XI IPS2 SMAN 1 Sewon.
ponsel, netbook, internet, dan hotspot area, Menurut Kosasih (2014: 2), konsep
perlu diberdayakan dalam proses belajar yang dikemukakan oleh para ahli
- 81 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.2 November 2018

seperti Gagne (1984) mendefinisikan belajar Belajar merupakan proses dari seseorang yang
sebagai suatu proses perubahan perilaku berusaha untuk memperoleh suatu bentuk
akibat suatu pengalaman. Witherington (1952) perubahan perilaku yang relatif tetap.
mengungkapkan bahwa belajar merupakan Kegiatan pembelajaran, guru menetapkan
perubahan dalam kepribadian yang tujuan belajar selanjutnya siswa yang berhasil
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
yang baru berbentuk ketrampilan, sikap, tujuan-tujuan pembelajaran. Menurut
kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan. Abdurrahman (Jihad Asep dan Haris Abdul,
Kreativitas belajar merupakan salah 2012: 14) hasil belajar adalah kemampuan
satu indikator keberhasilan siswa dalam yang diperoleh anak setelah kegiatan belajar.
belajar memegang peranan penting dalam Selanjutnya, menurut Benyamin S. Bloom
pencapaian keberhasilan pembelajaran. Siswa (Suwarsono, 2014: 13) menyatakan ada tiga
yang memiliki kreativitas dalam pembelajaran ranah atau dimensi hasil belajar yang
akan diketahui dengan tingkat kreativitasnya dikehendaki yaitu ranah kognitif
dalam berbagai kegiatan. Utami Munandar (pengetahuan), ranah afektif (sikap), dan ranah
(1992: 47) mendefinisikan kreativitas adalah psikomotorik (ketrampilan).
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, Berkenaan dengan pembelajaran PBL,
keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir menurut Ibrahim (2000: 7) model
serta kemampuan mengelaborasi suatu pembelajaran berbasis masalah merupakan
gagasan. Lebih lanjut Utami Munandar suatu model pembelajaran yang didasarkan
menekankan bahwa kreativitas sebagai pada banyaknya permasalahan yang
keseluruhan kepribadian merupakan hasil membutuhkan penyelidikan authentic yakni
interaksi dengan lingkungannya. Dalam penyelidikan yang membutuhkan penyelesian
kegiatan pembelajaran siswa yang memiliki nyata dari masalah yang nyata. Pembelajaran
kreativitas lebih mampu menemukan masalah- berdasarkan masalah dikembangkan untuk
masalah dan mampu memecahkannya pula. membantu siswa untuk mengembangkan
Oleh karena itu, guru perlu memberikan kemampuan berpikir, pemecahan masalah,
kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa dan ketrampilan intelektual, belajar berbagai
sehingga kreativitas, bakat, dan minatnya peran melalui pelibatan mereka dalam
dapat berkembang sesuai dengan potensi yang pengalaman nyata atau stimulasi dan menjadi
dimilikinya. pembelajar yang otonom dan mandiri.
Langkah terakhir dari proses PBL sejalan dengan filosofi
pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi konstruktivisme yang menekankan siswa
atau penilaian terhadap sejauh mana proses untuk secara aktif membangun
pembelajaran dapat mencapai tujuan. pengetahuannya sendiri melalui interaksinya
Penilaian merupakan salah satu komponen dengan masalah nyata. Teori konstruktivisme
system pembelajaran. Pengembangan alat ini menyatakan bahwa siswa harus
evaluasi merupakan bagian terkait dalam menemukan sendiri dan mentransformasikan
pengembangan sistem pembelajaran. Menurut informasi kompleks, mengecek informasi baru
Purwanto (2014: 44), hasil (product) dengan aturan-aturan lama dan merevisinya
menunjuk pada suatu perolehan akibat apabila atura-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang siswa agar benar-benar memahami dan dapat
mengakibatkan berubahnya input secara menerapkan pengetahuan, mereka harus
fungsional. Dalam kegiatan belajar mengajar, bekerja memecahkan masalah, menemukan
setelah mengalami belajar siswa berubah segala sesuatu untuk dirinya. Menurut Arends
perilakunya dibandingkan sebelumnya. (Trianto, 2010: 25) tidak ada model
- 82 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.2 November 2018

pembelajaran yang paling baik diantara yang dan Taggart. Tiap siklus terdiri dari
lainnya, karena masing-masing model perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi,
pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila dan refleksi. Teknik dan instrumen
telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pengumpulan data menggunakan kuesioner,
pembelajaran tertentu. observasi, tes, dan dokumentasi.
Menurut Arif S. Sadiman yang dikutip Dalam penelitian ini terdapat dua kisi-
Suwarsono (2014: 11) berpendapat bahwa kisi instrumen: kisi-kisi observasi kreativitas
segala macam sumber yang ada di luar diri dan kisi-kisi tes hasil belajar Sosiologi. Pada
peserta didik yang memudahkan terjadinya kisi-kisi observasi kreativitas belajar terdiri
proses belajar disebut sebagai sumber belajar. aspek pengetahuan 4 item, aspek sikap 4 item,
Peran sumber-sumber belajar memungkinkan aspek kemajemukan 4 item. Selanjutnya kisi-
individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, kisi tes hasil belajar Sosiologi dengan
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari indikator mengidentifikasi pengertian dasar
tidak trampil menjadi trampil, dan menjadikan masalah sosial terdiri 10 item,
individu dapat membedakan mana yang baik mendiskripsikan faktor penyebab
dan mana yang tidak baik, mana yang terpuji permasalahan sosial terdiri 10 item, dan
dan mana yang tidak terpuji, dan seterusnya. menjelaskan solusi pemecahan permasalahan
Sehingga pengertian sumber belajar dapat sosial terdiri 10 item.
diartikan segala apa yang bisa mendatangkan Teknik analisis data yang dilakukan
manfaat atau mendukung dan menunjang dalam penelitian ini deskriptif kualitatif
individu berubah kearah yang lebih positif, dengan presentase. Adapun rumusnya sebagai
dan dinamis. Sumber belajar ini merupakan berikut:
pemanfaatan sumber belajar yang sinergis
dengan kepemilikan fasilitas siswa dan 1. Kreativitas belajar siswa
sekolah. Hal ini sangat relevan dengan kondisi Skor perolehan
peserta didik dan lingkungan sekolah. Potensi Nilai Akhir = -------------------- X 100
ini perlu dimanfaatkan secara optimal dalam
12
proses pembelajaran.

METODE PENELITIAN Tabel 1. Kriteria skor kreativitas


Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI Nilai Perhitungan
Keterangan
IPS2 SMAN 1 Sewon, Bantul, Yogyakarta, Kreativitas
semester gasal tahun pelajaran 2016/2017 81 -100 Sangat memuaskan
pada mata pelajaran Sosiologi. Penelitian 61 - 80 Baik / memuaskan
digunakan adalah penelitian tindakan kelas 41- 60 Sedang
21 - 40 Kurang
(classroom action research) dengan
menerapkan model pembelajaran Problem
2. Hasil belajar siswa
Based Learning (PBL) pada mata pelajaran
Untuk mengukur ketercapaian belajar
Sosiologi. Dengan menerapkan Problem
dengan cara menganalisis hasil ulangan
Based Learning diduga dapat meningkatkan
atau tes dengan persentase ketercapaian
kreativitas belajar, dan hasil belajar mata
KKM.
pelajaran Sosiologi kelas XI IPS2 SMA
Negeri 1 Sewon tahun pelajaran 2016/2017.
Analisis dilakukan dengan
Penelitian ini menggunakan rancangan
mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama
penelitian kelas (PTK) dengan acuan model
proses tindakan pada setiap siklus. Prosedur
siklus PTK yang dikembangkan oleh Kemmis
- 83 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.2 November 2018

penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan menunjukan terdapat perubahan presentase


sampai tuntas yaitu: pada kategori rendah mulai prasiklus 67,74 %
1. Ada peningkatan kreativitas sekurang- berubah pada siklus 1 menjadi 29,03 %, dan
kurangnya 75 % peserta didik memiliki pada siklus 2 presentase 0 %. Pada kreativitas
kreativitas berkategori memuaskan. belajar siswa kategori sedang, 22,58 % pada
2. Adanya peningkatan hasil belajar peserta prasiklus, 29,03 % pada siklus 1, dan 22,58%
didik yang ditunjukkan dengan hasil tes pada siklus 2. Pada kreativitas belajar siswa
penguasaan kompetensi dasar berdasarkan kategori tinggi atau memuaskan, 9,68 % pada
ketuntasan hasil belajar individu, apabila prasiklus, 29,03 % pada siklus 1, dan 9,68 %
siswa mencapai Kriteria Ketuntasan pada siklus 2. Pada kreativitas belajar kategori
Minimal (KKM) sama atau lebih dari 75 sangat tinggi atau sangat memuaskan, 0 %
sebanyak 75% dari jumlah siswa dalam pada prasiklus, 12,90 % pada siklus 1, dan
kelas. 67,74 % pada siklus 2. Indikator ketercapaian
kreativitas belajar siswa pada pra siklus
HASIL DAN PEMBAHASAN 9,68%, siklus 1 sebesar 41,93%, dan siklus 2
Penerapan Problem Based Learning sebesar 77,42%. Indikator ketercapaian pada
pada pembelajaran sosiologi menunjukkan penelitian ini adalah 75% dari seluruh siswa
peningkatan kreativitas belajar siswa. tingkat ketercapaian kreativitas belajar
Penerapan Problem Based Learning pada memuaskan atau sangat memuaskan.
pembelajaran Sosiologi menunjukkan Peningkatan kreativitas belajar siswa terlihat
peningkatan kreativitas belajar siswa. Data pada tabel berikut:

Tabel 2. Distribusi frekuensi kreativitas belajar siswa kelas XI IPS2


Frekuensi Frekuensi relatif (%)
Kategori
Prasiklus siklus 1 Siklus 2 Prasiklus siklus 1 Siklus 2
Sangat memuaskan 0 4 21 0.00 12.90 67.74
Memuaskan 3 9 3 9.68 29.03 9.68
Sedang 7 9 7 22.58 29.03 22.58
Kurang 21 9 0 67.74 29.03 0.00
Jumlah 31 31 31 100.00 100.00 100.00

Penerapan Problem Based Learning 81,83. Adanya penurunan nilai rata-rata dari
pada pembelajaran sosiologi menunjukkan siklus 1 ke siklus 2 karena materi masalah
peningkatan hasil belajar siswa. Pada sosial yang dipelajari lebih luas. Namun secara
pembelajaran pra siklus rata-rata nilai hasil klasikal jumlah siswa yang mencapai
belajar siswa 64,22. Pada siklus 1 rata-rata ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ada
nilai hasil belajar siswa 83,44. Hal ini 24 siswa tuntas menjadi pada siklus 2 ada 26
menunjukkan adanya peningkatan rata-rata siswa tuntas. Peningkatan hasil belajar dapat
nilai dari prasiklus ke siklus 1. Selanjutnya dilihat pada tabel berikut:
pada siklus 2 rata-rata nilai hasil belajar siswa

- 84 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.2 November 2018

Tabel 3. Distribusi frekuensi hasil ulangan siswa kelas XI IPS2


Frekuensi Frekuensi relatif (%)
Jumlah Siswa
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas (≥ 75) 9 24 26 29.03 77.42 83.87
Belum tuntas (≤ 75) 22 7 5 70.97 22.58 16.13
Jumlah 31 31 31 100.00 100,00 100.00

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peningkatan hasil / prestasi belajar siswa yaitu
pada pra siklus terdapat 9 siswa atau 29,03% dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
yang mencapai KKM. Pada siklus 1 ada 7 rata-rata siswa pada setiap siklus yang
siswa atau 77,43% yang mencapai KKM atau mengalami perubahan peningkatan.
kategori tuntas, dan pada siklus 2 ada 26 siswa Penerapan metode problem based
atau 83,87 yang mencapai KKM atau kategori learning pada pembelajaran sosiologi
tuntas. Sedangkan pada pra siklus terdapat 22 mendorong semangat belajar siswa semakin
siswa atau 70,97% yang belum mencapai bertambah yang dibuktikan dengan banyaknya
KKM atau belum tuntas. Pada siklus 1 ada 7 siswa yang sering beragumen dalam
siswa atau 22,58% yang belum mencapai memecahkan suatu permasalahan
KKM atau belum tuntas, dan pada siklus 2 ada menggunakan sumber belajar yang ada
5 siswa atau 16,13 % yang belum mencapai dilingkungannya. Adapun kelebihan
KKM atau belum tuntas. penerapan metode problem based learning
siswa dapat ikut aktif dalam kegiatan
PEMBAHASAN pembelajaran dan lebih berpikir kritis daripada
Berdasarkan kerangka pemikiran pada sebelumnya, sehingga suasana kelas semakin
awal penelitian, yaitu proses pembelajaran hidup. Selanjutnya guru yang kreatif dan
sosiologi dengan kondisi awal kreativitas invotif berperan sebagai fasilitator dan
belajar, dan hasil belajar yang rendah , dinamisator dalam menyampaikan materi
kemudian dilakukan penerapan model pembelajaran. Hal ini sebagai salah satu upaya
pembelajaran Problem Based Learning model menyiapkan pelaksanaan kurikulum 2013
yang berdasar pada masalah-masalah yang salah satunya dengan model Problem Based
dihadapi siswa terkait KD yang dipelajari Learning. Model Problem Based Learning
siswa, maka didapat melalui hasil penerapan tergolong efisien dan ekonomis serta mudah
metode tersebut menunjukkan bahwa diterapkan guru Sosiologi bilamana kondisi
kreativitas siswa dalam pembelajaran siswa dan sekolah mendukung.
mengalami peningkatan dan kemajuan yang
memiliki dampak positif meningkatkan hasil / KESIMPULAN
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat Berdasarkan analisis hasil penelitian
dengan semakin mantapnya pemahaman dan yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan
penguasaan siswa terhadap materi yang telah sebagai berikut.
dipelajarinya. Berdasarkan hasil penelitian, 1. Model PBL (Problem Based Learning)
dengan menerapkan metode problem based dapat meningkatkan kreativitas belajar
learning diperoleh peningkatan kreativitas Sosiologi pada siswa kelas XI IPS2 SMAN
belajar, dan aktivitas siswa dalam proses 1 Sewon tahun pelajaran 2016/2017. Hal
pembelajaran mengalami perubahan dalam ini dapat dibuktikan dari analisis observasi
tiap pertemuan (siklus) mengalami kreativitas siswa maka diperoleh hasil
peningkatan. Hal ini berdampak positif dalam adanya peningkatan dari prasiklus sebesar

- 85 -
JURNAL IDEGURU Vol.3, No.2 November 2018

0 % dengan kategori kreativitas sangat 2. Peserta didik hendaknya mempunyai minat


memuaskan, menjadi 12,90 % (4 siswa) serta kreativitas belajar yang tinggi dalam
pada siklus 1 dengan kategori kreativitas setiap kegiatan belajar karena
sangat memuaskan, dan 67,74% (21 siswa) memanfaatkan sumber-sumber belajar di
pada siklus 2 dengan kategori kreativitas lingkungan sekitar yang dapat membantu
sangat memuaskan. Selanjutnya jika memecahkan masalah kehidupan
dihitung jumlah persentase siswa dengan bermasyarakat.
kreativitas memuaskan dan sangat
memuaskan terjadi kenaikan pada DAFTAR PUSTAKA
prasiklus sebesar 9,68% menjadi 41,94% Abercrombie, Nicholas, dkk.2006.Kamus
dan pada siklus 2 sebesar 77,42%. Hasil Sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
tersebut sudah sesuai bahkan melebihi Arikunto, Suharsimi. 2004. Penelitian
indikator keberhasilan yang sudah Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media.
ditetapkan yaitu sebesar 75 %. Gredler, Margaret EB. 1994. Belajar dan
2. Model PBL (Problem Based Learning) Membelajarkan.Jakarta: PT Raja
dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi Grafindo Persada.
pada siswa kelas XI IPS2 SMAN 1 Sewon Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2010. Evaluasi
tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini dapat Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
dibuktikan dari analisis hasil belajar siswa Pressindo.
yang telah dilaksanakan , data yang Ibrahim, M. dan Nur, M. 2000. Pengajaran
diperoleh adanya peningkatan dari Berdasarkan Masalah. Surabaya:
prasiklus sebesar 29,03 % (9 siswa) yang University Press.
tuntas, siklus 1 sebesar 77,42 % (24 siswa) Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran
tuntas belajar, selanjutnya pada siklus 2 Kontektual Konsep dan Aplikasi.
sebesar 83,87 % ( 26 siswa ) mencapai Bandung: Refika Aditama.
ketuntasan belajar. Hasil tersebut sudah Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan
sesuai bahkan melebihi indikator Pembelajaran Implementasi Kurikulum
keberhasilan yang sudah ditetapkan yaitu 2013. Bandung: Yrama Widya.
sebesar 75 %. Kusuma, Wijaya dkk. 2012. Mengenal
Hal ini menunjukkan bahwa Tindakan Kelas.Jakarta: PT. Indeks.
pembelajaran Sosiologi dengan menggunakan Munandar, Utami. 2002. Kreativitas dan
model PBL (Problem Based Learning) dapat Keberbakatan. Strategi mewujudkan
meningkatkan kreativitas dan hasil belajar potensi kreatif dan bakat. Jakarta:
pada siswa kelas XI IPS2 SMA N 1 Sewon Gramedia Pustaka Utama.
tahun pelajaran 2016/2017. Ngalimun. 2014. Strategi dan Model
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
SARAN Pressindo.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Sunarti dan Selly Rahmawati. 2014. Penilaian
dilakukan, maka peneliti menyampaikan dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
beberapa saran sebagai berikut: Penerbit Andi.
1. Guru dapat menggunakan Model PBL Suwarsono, MA.2014. Inovasi Pembelajaran
(Problem Based Learning) sebagai I-Context Berbasis Trisula Sakti untuk
alternatif upaya meningkatkan kreativitas, meningkatkan siswa “Hebat”dan
dan hasil belajar siswa dengan materi Kreatif. Karya tulis dalam Forum
tertentu. Ilmiah Guru Tingkat Nasional (tidak
dipublikasikan).
- 86 -

Anda mungkin juga menyukai