Anda di halaman 1dari 10

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD

ZAENOL FAJRI
Universitas Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo
Email: alfajri002@gmail.com

Abstrak:
Pendidikan menciptakan SDM yang berkualitas dipengaruhi oleh siswa, sarana dan
prasarana, bahan ajar, dan guru. Guru harus memiliki keterampilan dalam menge
lola proses belajar mengaja yang baik dan benar sesuai dengan karakteristik peserta
didik, bahan ajar, sarana dan prasarana serta lingkungan belajar siswa. Salah satu
keterampilan guru dalam mengajar adalah pemilihan model pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran yang baik dan benar apabila peserta didik dapat
berinteraksi secara maksimal untuk menggali dan mengidentifikasi informasi,
sehingga dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Pembelajaran yang baik dan
seperti ini disebut pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Discovery
learning merupakan model pembelajaran yang cenderung meminta siswa untuk
melakukan observasi, eksperimen, atau tindakan ilmiah hingga mendapatkan
kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah tersebut. Maka dengan adanya discovery
learning, peserta didik dapat belajar dengan baik dan lancar, sehingga dapat
meningkatkan prestasi/ hasil belajar siswa.

Kata kunci: Discovery learning, prestasi belajar.

64 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


Pendahuluan meningkatkan keterampilan,
memperbaiki perilaku, sikap dan
Pendidikan dapat menciptakan
memperkokoh kepribadian (Suyono,
sumber daya manusia yang berkualitas
2011). Dengan adanya kegiatan
(Anugraheni, 2017: 216). Pendidikan
pembelajaran ini diharapkan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
meningkatnya prestasi belajar siswa.
(1) input peserta didik; (2) sarana dan
prasarana pendidikan; (3) bahan ajar; Kegiatan pembelajaran
serta (4) sumber daya manusia (guru) hendaknya tidak hanya berfokus pada
yang dapat mendukung terciptanya guru, tetapi juga harus melibatkan siswa.
suasana kondusif (Anugraheni, 2017: Artinya pembelajaran harus melibatkan
247). Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003, kemampuan siswa secara maksimal
pendidikan adalah usaha sadar dan untuk menggali dan mengidentifikasi
terencana untuk mewujudkan suasana informasi, sehingga mereka dapat
belajar dan proses pembelajaran agar menemukan pengetahuan dengan
peserta didik secara aktif sendiri. Pembelajaran yang ini disebut
mengembangkan potensi dirinya untuk pembelajaran penemuan (Discovery
memiliki kekuatan spritual keagamaan, Learning). Discovery learning
pengendalian diri, kepribadian, merupakan strategi pembelajaran yang
kecerdasan, akhlak mulia serta cenderung meminta siswa untuk
keterampilan yang diperlukan dirinya. melakukan observasi, eksperimen, atau
tindakan ilmiah hingga mendapatkan
Tujuan pendidikan dapat tercapai
kesimpulan dari hasil tindakan ilmiah
jika kegiatan pembelajaran berjalan
tersebut (Saifuddin, 2014:108).
dengan baik dan lancar. Seseorang
dikatakan belajar jika dalam diri orang Model discovery learning ini,
tersebut terjadi suatu aktifitas dengan siswa diajak untuk menemukan sendiri
lingkungannya yang mengakibatkan apa yang dipelajari kemudian
perubahan tingkah laku dan terjadi relatif mengkonstruk pengetahuan itu dengan
lama. Suyono menjelaskan bahwa memahami maknanya. Dalam model ini
belajar adalah suatu aktivitas atau suatu guru hanya sebagai fasilitator. Ciri
proses untuk memperoleh pengetahuan, utama dari model discovery learning

65 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


adalah; 1) mengeksplorasi dan Siswa Pada Materi Perubahan Wujud
memecahkan masalah untuk Benda”. Berdasarkan hasil temuan dan
menciptakan, menggabungkan dan pembahasan, dapat direkomendasikan
menggeneralisasi pengetahuan; 2) bahwa dengan menerapkan model
berpusat pada siswa; 3) kegiatan untuk discovery learning merupakan suatu
menggabungkan pengetahuan baru dan alternatif untuk meningkatan prestasi
pengetahuan yang sudah ada. Menurut belajar siswa, khususnya pada materi
Wicaksono, dkk (2015: 190) “Discovery perubahan wujud benda. Peningkatan ini
learning bermanfaat dalam; 1) dilihat dari persentase ketuntasan tiap
peningkatan potensi intelektual siswa; 2) siklus. Siswa yang dinyatakan tuntas
perpindahan dari pemberian reward pada siklus I berdasarkan hasil tes ada 7
ekstrinsik ke intrinsik; 3) pembelajaran siswa (26,92%), siklus II menjadi 17
menyeluruh melalui proses menemukan; siswa (65,38%) dan siklus III 23 siswa
4) alat untuk melatih memori”. Menurut (88,46%).
Puspita dkk (2016: 115) bahwa model
Cintia “dkk (2018) melakukan
pembelajaran Discovery Learning
penelitian dengan judul The
menekankan pentingnya pemahaman
Implementation of Discovery Learning
suatu konsep melalui keterlibatan siswa
Model in Increasing Students Thinking
secara aktif dalam proses pembelajaran.
Creative Ability And Students Learning
Model pembelajaran ini menekankan
Outcome”. Menjelaskan Persentase hasil
pada pembentukan pengetahuan siswa
belajar 71,8%, rata-rata 69,48, nilai
dari pengalaman selama pembelajaran.
tertinggi 82,5 dan terendah 50. Siklus II,
Penerapan model discovery learning
persentase kemampuan berpikir kreatif
dalam pembelajaran diharapkan dapat
81,2% , rata-rata 32,2. Hasil belajar
membangkitkan motivasi belajar
84,6%, rata-rata 74,2, nilai tertinggi 87,5
sehingga prestasi belajar siswa menjadi
dan terendah 55. Dapat disimpulkan
lebih meningkat, khusunya siswa SD.
bahwa penerapan model Discovery
Sejalan dengan hasil penelitian Learning dapat meningkatkan
terdahulu, yaitu Rosarina dkk (2016), kemampuan berpikir kreatif dan prestasi
melakukan penelitian dengan judul belajar siswa.
“Penerapan Model Discovery Learning
Prestasi belajar merupakan
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
puncak dari keberhasilan belajar siswa

66 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


terhadap tujuan belajar yang telah memecahkan masalah yang dihadapi,
ditetapkan. Peningkatan prestasi belajar karena bersifat konstruktivis, maka
yang baik tidak hanya didukung oleh siswa menggunakan pengalaman mereka
kemauan siswa untuk mau belajar terdahulu dalam memecahkan masalah.
dengan baik, tetapi juga didukung oleh
Penemuan (discovery)
beberapa faktor, salah satunya adalah
merupakan model pembelajaran yang
model pembelajaran Discovery
dikembangkan berdasarkan pandangan
Learning. Sehingga peneliti tertarik
konstruktivisme. Model penemuan
untuk mengkaji pemahaman lebih
(discovery) ini, menekankan pentingnya
mendalam tentang Model Pembelajaran
pemahaman struktur atau ide-ide penting
Discovery Learning Dalam
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
keterlibatan siswa secara aktif dalam
SD.
proses pembelajaran. Belajar penemuan
Pembahasan adalah suatu proses belajar yang terjadi
sebagai hasil dari siswa memanipulasi,
a. Model Pembelajaran discovery
membuat struktur dan
learning
mentransformasikan informasi
Discovery Learning adalah suatu
sedemikian sehingga ia menemukan
proses belajar yang di dalamnya tidak
informasi baru. Menurut Salmon
disajikan suatu konsep dalam bentuk jadi
(2012:4) dalam pengaplikasiannya
(final), akan tetapi siswa dituntut untuk
model Discovery Learning
mengorganisasi sendiri cara belajarnya
mengembangkan cara belajar siswa aktif
dalam menemukan konsep. Widyastuti
dengan menemukan sendiri, menyelidiki
(2015 : 34) menyatakan bahwa
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan
“Discovery Learning merupakan
tahan lama dalam ingatan.
pembelajaran berdasarkan penemuan
(inquiry-based), konstruktivis dan teori Ciri-ciri model discovery learning
bagaimana belajar. Model pembelajaran Menurut Arika dkk (2015 : 67) Ciri
ini diberikan kepada siswa yang Model Pembelajaran Discovery
memiliki skenario pembelajaran untuk Learning. Terdapat 3 ciri model
memecahkan masalah yang nyata dan pembelajaran Discovery Learning yaitu :
mendorong mereka untuk memecahkan 1. Mengeksplorasi dan memecahkan
masala mereka sendiri. Dalam masalah untuk menciptakan,

67 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


menggabungkan dan kelakuan melalui pengalaman (learning
menggeneralisasika pengetahuan is defined as the modification or
2. Berpusat pada siswa strengthening of behavior through
3. Kegiatan untuk menggabungkan experiencing)”. Artinya belajar adalah
pengetahuan baru dan perubahan pada diri individu yang
pengetahuan yan sudah ada. merupakan hasil dari pengalaman dalam
Langkah-langkah Model Pembelajaran berinteraksi dengan lingkungannya.
Discovery Learning Dilanjutkan oleh Abdurrahman dan
Menurut Wulandari dkk (2015: 8) Mulyono (2009: 207) “belajar
Pembelajaran discovery learning merupakan suatu bentuk pertumbuhan
mempunyai langkah-langkah sebagai atau perubahan dalam diri seseorang
berikut : yang dinyatakan dalam cara-cara
1. Identifikasi masalah bertingkah laku yang baru berkat
2. Mengembangkan kemungkinan pengalaman dan latihan”. Perubahan
solusi (hipotesis) terjadi dalam situasi tertentu sesuai
3. Pengumpulan data dengan isi ingatan yang membuat proses
4. Analisis dan interpretasi data pembelajaran adalah interaksi perubahan
5. Uji kesimpulan tingkah laku atau penampilan, dengan
b. Prestasi Belajar Siswa serangkaian kegiatan. Sedangkan
Prestasi belajar merupakan suatu Irwanto (2002: 105) menjelaskan bahwa
kemampuan yang dimiliki seseorang ”belajar secara sederhana sebagai proses
setelah melewati proses belajar. Kristin perubahan dari belum mampu menjadi
(2016: 92) menjelaskan bahwa prestasi sudah mampu, dan terjadi dalam kurun
belajar merupakan puncak dari waktu tertentu. Perubahan ini terjadi
keberhasilan belajar peserta didik secara relatif permanen dan prilaku yang
terhadap tujuan belajar yang telah akan datang.
ditetapkan. Prestasi belajar peserta didik
Kegiatan Belajar dilakukan oleh
dapat meliputi aspek kognitif
siswa dengan harapan dapat
(pengetahuan), afektif (sikap), dan
mengembangkan prestasi belajar, oleh
psikomotorik (tingkah laku).
sebab itu, prestasi belajar merupakan alat
Hamalik (2009: 27) “belajar ukur pencapaian tujuan pembelajaran.
adalah modifikasi atau memperteguh Fatimah (2011: 95) menjelaskna dalam

68 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


majalah ilmiah bahwa “dalam konteks Kegunaan prestasi belajar dapat
pembelajaran ada beberapa alat ukur diterpkan dalam berbagai bidang dan
yang digunakan untuk mengetahui kegiatan, diantaranya kesenian,
sejauh mana prestasi belajar siswa. Salah olahraga dan pendidikan khususnya
satunya adalah prestasi belajar siswa pembelajaran.. Sedangkan Arifin (2009:
yang mengacu pada pencapaian tujuan 13) menjelaskna bahwa: Kegunaan
pendidikan dan mencangkup aspek/ prestasi belajar teridiri dari banyak
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor”. ragamnya, yaitu sebagai umpan balik
Fatimah (2011: 95) juga menjelaskan bagi guru dalam proses belajar mengajar,
bahwa pencapaian prestasi belajar siswa ada juga untuk keperluan diagnostic,
merujuk pada pencapaian aspek-aspek keperluan bimbingan dan juga untuk
yang bersifat kognitif, afektif, dan keperluan penyuluhan, keperluan
psikomotor. Dilihat dari aspek ytersebut, penempatan, keperluan seleksi,
maka perubahan yang ingin dicapai, penjurusan, untuk keperluan
prestasi belajar adlah salah satunya menentukan isi kurikulum, serta untuk
untuk dapat dideskripsikan ke dalam menentukan kebijakan masing-masing
beberapa aspek pengetahuan atau sekolah.
pemahaman, aspek keterampilan, aspek
Berdasarkan beberapa uraian di
nilai dan aspek sikap.
atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Prestasi belajar yang dicapai prestasi belajar merupakan suatu proses
siswa adalah hasil interaksi antara interaksi yang kompleks dan terjadi pada
keluarga, lingkungan dan masyarakat. semua manusia (siswa) serta
Ahmadi (2004: 138) menjelaskan berlangsung seumur hidup. Interaksi
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa sedangkan yang dimaksud merupakan
merupakan hasil interaksi berbagai interaksi edukatif dan memungkinkan
faktor yang mempengaruhinya, baik terjadinya kegiatan belajar mengajar
faktor internal maupun faktor eksternal. anatara siswa dengan guru atau siswa
Arifin (2009: 12) menjelaskan bahwa dengan siswa.
“Prestasi belajar pada umumnya
c. Model pembelajaran discovery
berkenaan dengan aspek pengetahuan,
learning dan prestasi belajar siswa
dan hasil belajar meliputi aspek
Salah satu komponen didalam
pembentukan watak peserta didik.
kegiatan pembelajaran, yaitu model

69 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


pembelajaran. Model pembelajaran siswa harus terlibat secara aktif dalam
memiliki peran yang sangat penting pembelajaran dan siswa harus mampu
dalam pembelajaran, karena model menemukan dan mengkonstruksi sendiri
pembelajaran merupakan salah satu pengatahunnya. Maka siswa akan
konsep (Abidin, 2014), landasan (Alma, semakin mudah menerima pembelajaran
2009) dan pedoman (Wahab, 2007) sehingga prestasi belajar peserta didik
dalam setiap merancang dan meningkat. Dalam hal yang seperti ini,
melaksanakan kegiatan belajar maka model pembelajaran yang cocok
mengajar. Kesalahan dalam menentukan adalah discovery learning. Arti dari
dan memilih model pembelajaran akan discovery adalah penemuan, yang
berdampak sangat tinggi pada proses dan merupakan model pembelajaran yang
hasil pembelajaran secara keseluruhan, dikembangkan berdasarkan pandangan
seperti tidak dapat mencapai standar konstruktivisme. Model penemuan
kompetensi yang sudah ditentukan (discovery) ini, menekankan pada
dalam sistem pendidikan nasional, pentingnya pemahaman struktur atau
sehingga ada banyak siswa yang tidak ide-ide penting terhadap suatu disiplin
dapat mencapai KKM (Kriteria ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
Ketuntasan Minimal). Dan banyaknya aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
lulusan dari sekolah-sekolah yang
Mubarok & Sulistyo (2014)
memiliki kualitas akademik rendah.
menjelaskan bahwa model pembelajaran
Maka dari itu, setiap pendidik
discovery learning ini diawali dengan
mempunyai kewajiban dalam memilih
guru memberikan pertanyaan yang
model pembelajaran yang baik dan
merangsang berpikir siswa dan
sesuai dengan karakteristik materi,
mendorongnya untuk membaca buku
karakteristik siswa, dan karkteritik
dan melakukan aktivitas belajar lainnya.
lingkungan dimana mereka mengajar.
Selanjutnya, guru memberikan
Sehingga, salah satu cara guru dalam
kesempatan kepada peserta didik untuk
mengajar yang baik adalah harus pandai-
mengidentifikasi masalah yang sesuai
pandai dalam memilih model
dengan bahan pelajaran dan
pembelajaran.
merumuskannya dalam bentuk hipotesis.
Untuk mencapai pembelajaran Kemudian, guru memberikan
yang bermakna khusunya bagi siswa, kesempatan kepada siswa

70 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


mengumpulkan informasi yang relevan meningkatkan prestasi belajar peserta
untuk membuktikan benar tidaknya didik. Dengan demikian, model
hipotesis tersebut yang dilanjutkan pembelajaran Discovery Learning dapat
dengan pengolahan data yang diperoleh menjadi salah satu alternatif bagi para
siswa melalui wawancara, observasi dan guru/ pendidik terutama di tingkat dasar
sumber data lainnya. Dilanjutkan, guru (SD) untuk dapat meningkatkan prestasi
melakukan pemeriksaan dengan cermat belajar peserta didik.
untuk membuktikan benar tidaknya
Saran kepada semua guru/
hipotesis yang ditetapkan dengan hasil
pendidik, hendaknya dalam
dan pengolahan data. Langkah
melaksanakan kegiatan pembelajaran
selanjutnya, guru dan siswa menarik
harus benar-benar memperhatikan
kesimpulan untuk dijadikan prinsip
penggunaan model pembelajaran yang
umum yang berlaku untuk semua
sesuai dengan karakteristik materi
masalah yang sama. Mubarok dan
pelajaran, seuai dengan karakteristik
Sulistyo (2014) mengatakan bahwa
peserta didik, karakteristik lingkungan
prestasi belajar dengan menggunakan
dan sarana prasarana yeng mendukung.
model discovery learning ini lebih
Sehingga tujuan pembelajaran dapat
berakar dari pada cara belajar yang lain,
terlaksana dengan baik dan lancar, serta
lebih mudah dan cepat ditangkap, dapat
prestasi dan hasil belajar siswa dapat
dimanfaatkan dalam bidang ilmu lain
mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
atau dalam kehidupan sehari-hari, serta
Minimum).
berdaya guna untuk meningkatkan
kemampuan siswa menalar dengan baik
(Mubarok & Sulistyo, 2014). Daftar Rujukan

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem


Pembelajaran dalam Konteks
Kesimpulan Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika
Berdasarkan hasil pembahasan di Aditama.
atas, maka penerapkan model
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono.
pembelajaran Discovery Learning 2004. Psikologi Belajar.
sangat cocok diterapkan dalam Cetakan ke-2. Jakarta:
Rineka Cipta.
pembelajaran karena dapat

71 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


Alma, B. 2009. Guru Professional. April 2011. Sekeretariat
Bandung: CV. Alfabeta. LPPM UNINDRA
Anugraheni, I. 2017. Analisa faktor- Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi
faktor yang mempengaruhi Belajar dan Mengajar.
proses belajar guru-guru Bandung: PT Sinar Baru
sekolah dasar. Jurnal Algensindo.
Manajemen Pendidikan, 4(2),
Irwanto. 2002. Psikologi Umum.
205-212.
Jakarta: Prenhallindo
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi
Kemdikbud. 2003. Sistem Pendidikan
Pembelajaran Prinsip Teknik
Nasional. Retrieved from
Prosedur. Bandung: PT.
http://dikdas.kemdikbud.go.id
Remaja Rosdakarya.
/wp-content/uploads/2013/11/
Arika, Istiana,Galuh, Agung Nugroho uu-nomor-20-%0Atahun-
dan J.S Sukardjo. 2015. 2003-tentang-sistem-
Penerapan Model pendidikan-nasional.pdf.
Pembelajaran Discovery Diakses pada 13 November
Learning Untuk 2016 Pukul 08.20
Meningkatkan Aktivitas Dan
Kristin, F. 2016. Analisis Model
Prestasi BelajarPokok
Pembelajaran Discovery
Bahasan Larutan Penyangga
Learning dalam
Pada Siswa Kelas Xi Ipa
Meningkatkan Hasil Belajar
Semester II Sma Negeri 1
Siswa SD. Jurnal Pendidikan
Ngemplak Tahun Pelajaran
Dasar PerKhasa. Pendidikan
2013/2014. Jurnal
Guru Sekolah Dasar,
Pendidikan Kimia,
Universitas Kristen Satya
Universitas Sebelas Maret.
Wacana. Volume 2, Nomor
Volume 4, Nomor 2, hal.67
1, April 2016 Halaman 90-98.
Cintia, N, I,. Firosalia, K,. Indri, A,.
Mubarok, C., & Sulistyo, E. 2014.
2018. The Implementation of
Penerapan Model
Discovery Learning Model in
Pembelajaran Discovey
Increasing Students Thinking
Learning Terhadap Hasil
Creative Ability And Students
Belajar Siswa Kelas X TAV
Learning Outcome. Jurnal
Pada Standar Kompetensi
Perspektif Ilmu. Pendidikan
Melakukan Instalasi Sound
Guru Sekolah Dasar,
System Di SMK Negeri 2
Universitas Kristen Satya
Surabaya. Jurnal
Wacana. Volume 32, Nomor
Pendidikan Teknik Elektro,
1, April 2018 Halaman 69-77
3, 215 – 221.
Fatimah. 2011. Faktor Penentu
Mulyono, Abdurrahman. 2009.
Obyektivitas dan Kreativitas.
Pendidikan Bagi Anak
Majalah Ilmiah. Edisi Maret-

72 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019


Berkesulitan Belajar. Jakarta: Wahab, A. A. 2007. Metode dan Model-
Rineka Cipta. Model Mengajar. Bandung: CV
Alfabeta.
Puspita dewi,Rizky , Agung Nugroho
Catur Saputro dan Ashadi. Wicaksono, dkk. 2015. Teori
2016. Penerapan Model Pembelajaran Bahasa (Suatu
Pembelajaran Discovery Catatan Singkat).
Learning untuk Yogyakarta: Garudhawaca.
Meningkatkan Minat dan
Widyastuti, Ellyza Sri. 2015.
Prestasi Belajar Siswa Pada
Penerapan Model
Materi Kelarutan dan Hasil
Pembelajaran Discovery
Kali Kelarutan Kelas XI Mia
Learning Pada Materi
3 Semester Genap SMA N 1
Konsep Ilmu Ekonomi.
Teras Tahun Pelajaran
Prosiding Seminar Nasional 9
2015/2016. Jurnal
Mei 2015, Universitas Negeri
Pendidikan Kimia,
Surabaya, hal.34
Universitas Sebelas Maret.
Volume 5, No 4, hal.115 Wulandari,Yun Ismi, Sunarto dan
Salman Alfarisy Totalia.
Rosarina, G,. Ali, S,. Atep, S,. 2016.
2015. Implementasi Model
Penerapan Model Discovery
Discovery Learning Dengan
Learning Untuk
Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar
Meningkatkan Kemampuan
Siswa Pada Materi
Berfikir Kritisdan Hasil
Perubahan Wujud Benda.
Belajar Siswa Mata
Jurnal Pena Ilmiah.
Pelajaran Ekonomi Kelas XI
Program Studi PGSD Kelas
IIs I Sma Negeri 6
UPI Kampus Sumedang.
SurakartaTahun Pelajaran
Volume 1, No.1 hal 371-380
2014/2015. FKIP Universitas
Saifuddin. 2014. Pengelolaan Sebelas Maret Surakarta,
Pembelajaran Teoretis dan hal.8
Praktis .Yogyakarta:
Deepublish.
Salmon, A. et al. 2012. Belajar dan
Pembelajaran Matematika
Model Pembelajaran
Discovery Learning. Makalah
Universitas Patimura Ambon:
tidak diterbitkan.
Suyono. 2011. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung:
Renika Cipta

73 | JURNAL IKA VOL 7 No. 2 DESEMBER 2019

Anda mungkin juga menyukai