Anda di halaman 1dari 7

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN SPIN WHEEL PADA MATERI

KEPAHLAWANAN TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS V SD

Penulis1, Penulis2, dan Penulis3

Afiliasi/ Institusi Penulis

Email:

Info Artikel Abstract

The goal to be achieved is to find out the use of spin wheel learning media on heroism
material on class learning outcomes. This research is class action research (action
research). This research was conducted in the form of cycles, each cycle consisting of
several components, namely the stages of preparation, planning, implementation of action,
Sejarah Artikel: observation and monitoring, reflection, evaluation and revision and conclusion of the
results. The data validation process is carried out by asking for an assessment of experts and
practitioners regarding the content and outline of the written test which is used as a data
Diserahkan collection tool, so that the tool is used to measure student abilities. The use of the spin wheel
Direvisi learning model is proven to improve student learning outcomes. The learning process on the
Disetujui subject matter of heroism from the aspects of teachers and students can be achieved because
from cycle to cycle there is reflection and improvement through good collaboration between
researchers and observers. This result can be achieved because of this cooperation in
designing, implementing, observing, and reflecting on cycles for two cycles. Improving
mathematics learning outcomes through the spin wheel learning model in heroism material
can be achieved.
Keywords: Keyword: Learning Media, Spin Wheel, Learning Outcomes

Abstrak

Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui penggunaan media pembelajaran spin
wheel pada materi kepahlawanan terhadap hasil belajar kelas. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (action research). Penelitian ini dilakukan dalam bentuk siklus,
masing-masing siklus terdiri dari beberapa komponen, yaitu tahap persiapan, perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan monitoring, refleksi, evaluasi dan revisi dan kesimpulan
hasil. proses validasi data dilakukan dengan meminta penilaian terhadap para ahli dan
praktisi berkenaan dengan isi dan kisi-kisi dari tes tertulis yang digunakan sebagai alat
pengumpul data, sehingga alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
Penggunaan model pembelajaran spin wheel terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Proses pembelajaran pada pokok bahasan materi kepahlawanan dari aspek guru dan siswa
dapat dicapai karena dari siklus ke siklus berikutnya diadakan refleksi dan perbaikan melalui
kolaborasi yang baik antara peneliti dengan observer. Hasil ini dapat dicapai karena adanya
kerjasama tersebut dalam merancang, melaksanakan, mengobservasi, dan merefleksi secara
berdaur ulang selama dua siklus. Peningkatan hasil belajar matematika melalui model
pembelajaran spin wheel dalam materi kepahlawanan dapat dicapai.
Kata Kunci: Media Pembelajaran, Spin Wheel, Hasil Belajar

© 2020 Universitas Muria Kudus


Nama Penulis ...
Judul Artikel ...
WASIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan. Volume… Nomor… Hlm. 1-...

PENDAHULUAN Kita harus paham bahwa bekerja di


Pendidikan bagi kehidupan manusia dunia pendidikan, khususnya manajemen
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi kelas, tidak bisa seperti koki dengan resep
sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama masakan. Masalah yang muncul dapat
sekali tidak mungkin sekelompok orang dapat berhasil diselesaikan dengan cara tertentu
hidup dan berkembang sesuai dengan cita- pada waktu tertentu dan untuk orang atau
citanya, maju menurut pandangan hidupnya, kelompok siswa tertentu. Namun, metode ini
berhasil dan bahagia. Pendidikan sebagai tidak boleh digunakan untuk memecahkan
salah satu bidang terpenting pembangunan masalah yang sama pada waktu yang berbeda
nasional menjadi pilar yang bekerja seoptimal untuk orang atau kelompok siswa yang
mungkin untuk meningkatkan kualitas hidup berbeda. Oleh karena itu kemampuan guru
manusia Indonesia, dimana iman dan taqwa dalam memahami situasi mengajar sangat
kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi penting, agar apa yang dilakukan tepat guna
sumber motivasi hidup di segala bidang (Hepta Bungsu Agung Jayawardana, 2015).
(Galih Istiningsih, 2018). Manajemen kelas dan kepemimpinan
Menurut definisi pendidikan dalam instruksional adalah dua kegiatan yang sangat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 erat kaitannya, namun keduanya dapat dan
tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik harus dipisahkan karena tujuannya berbeda.
Indonesia, pendidikan adalah usaha sadar dan Sementara mengajar mencakup semua
terencana untuk mewujudkan suasana belajar kegiatan yang secara langsung berfungsi
dan proses pembelajaran agar peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu,
secara aktif mengembangkan kompetensi manajemen kelas mengacu pada kegiatan
dirinya, potensi kekuatan mental keagamaan, yang menciptakan dan memelihara kondisi
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, optimal untuk belajar mengajar.
akhlak mulia serta keterampilan yang Strategi pembelajaran merupakan hal
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan terpenting untuk meningkatkan kualitas
negara. pendidikan di Indonesia. Sebagai aktor utama,
Pendidikan sebagai proses guru harus mampu mengusulkan strategi
pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan pembelajaran yang terbaik untuk mencapai
kebiasaan sekelompok orang berubah dari tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran
generasi ke generasi. Pendidikan bisa merupakan penjabaran komponen materi dan
otodidak atau tidak otodidak. Belajar mandiri prosedur atau metode yang digunakan untuk
terjadi tanpa bimbingan guru atau belajar memudahkan siswa belajar. Pencapaian hasil
sendiri. Setiap pengalaman yang diperoleh belajar siswa sangat tergantung pada
dari proses belajar mempunyai efek atau pemilihan strategi yang tepat. Namun banyak
pengaruh terhadap cara berpikir, merasa atau guru yang hanya menggunakan strategi
bertindak, yang dapat dilihat sebagai satu metode ceramah dan mengharapkan siswa
kesatuan pendidikan. duduk, diam, mendengarkan, mencatat dan
Belajar pada dasarnya adalah proses menghafal.
kegiatan yang terus menerus, yang tujuannya Beberapa komponen pendidikan
adalah mengubah perilaku siswa secara berdampak pada peningkatan mutu
konstruktif. Upaya guru untuk menciptakan pendidikan. Komponen pedagogik adalah
kondisi yang diharapkan akan berhasil jika, metode pembelajaran, lingkungan belajar,
pertama, mereka mengetahui dengan pasti siswa dan guru. Dalam proses pembelajaran,
faktor-faktor yang dapat mendukung guru sebagai promotor berperan penting
terciptanya kerangka kondisi yang dalam meningkatkan pembelajaran,
menguntungkan dalam belajar-mengajar, mendorong hasil belajar siswa, dan
kedua, mereka mengetahui bahwa masalah meningkatkan hasil belajar siswa dalam
diharapkan dan biasanya terjadi dan dapat proses pembelajaran. Dalam konteks ini,
merusak belajar-mengajar, ketiga, mereka bantuan lingkungan belajar yang menarik
mengendalikan perbedaan pendekatan sangat diperlukan untuk menyampaikan
manajemen kelas serta mengetahui kapan dan materi. Peran lingkungan belajar adalah
dengan masalah apa pendekatan itu sebagai fasilitator, memfasilitasi proses
digunakan. belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara efektif dan efisien serta

2
Nama Penulis ...
Judul Artikel ...
WASIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan. Volume… Nomor… Hlm. 1-...

meningkatkan hasil belajar siswa. Dapat IPS.” Hal ini sesuai dengan tahapan model
dikatakan bahwa lingkungan belajar adalah pengembangan Thiagarajan yaitu model
segala macam alat fisik yang dapat pengembangan 4D (define, design, develop,
menyampaikan pesan dan merangsang siswa disseminate). Namun, peneliti
untuk belajar. menggunakannya untuk tahap perkembangan
Pesan dapat disalurkan melalui media (developmental stage). Hasil validasi materi
pembelajaran sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan persentase sebesar 88% yang
menggugah perhatian, minat, pikiran dan tergolong cukup layak. Kesimpulan umum
perasaan siswa dalam kegiatan pembelajaran dari hasil penelitian dan pembahasan tentang
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. media soal bergilir dapat dinyatakan sebagai
Karena adanya media pembelajaran, maka pembelajaran yang bermanfaat. Hasil respon
banyak akal bagi siswa untuk mendorong siswa terhadap media pembelajaran dengan
minatnya dalam belajar. Selain itu, soal bergilir di kelas XI IPS 2 mencapai
pembelajaran dari media dapat memberikan persentase 95% dengan kategori Sangat Baik.
gambaran yang lebih jelas kepada siswa Memenuhi kriteria kelayakan Indikator
tentang mata pelajaran tersebut. Hal ini Keakuratan, Relevansi, Kualitas Hasil,
bertujuan untuk lebih mengembangkan dan Penunjang Pembelajaran, Pemberian
melengkapi penggunaan lingkungan belajar Kesempatan Belajar, Kualitas Tampilan dan
dalam pembelajaran (Rusman, 2016). Keterbacaan menurut Indikator Respon
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Siswa.
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang Dari beberapa kajian pengembangan
sederajat merupakan pendidikan jenjang dasar media di atas oleh peneliti sebelumnya,
untuk menumbuhkan minat dan mengasah penelitian ini mengembangkan media
kemampuan pikiran. Berdasarkan pengamatan pembelajaran Spinning Wheel yang belum
guru bahwa proses pembelajaran berlangsung pernah diteliti sebelumnya. Kemiripan
secara offline, guru hanya menyampaikan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
materi pembelajaran dengan mode ceramah, adalah sama-sama membahas perkembangan
terutama pada materi kepahlawanan yang media, meskipun terdapat perbedaan nama
berkaitan dengan cerita, sehingga seringkali media, serta pertanyaan berputar, roda
siswa kurang memahami penjelasan dan pertanyaan dan roda permainan berbasis
pembelajaran, guru menuntut siswa untuk model 4D. Perbedaan penelitian ini dengan
mengerjakan soal-soal yang sangat mirip penelitian sebelumnya dapat dilihat pada
dengan yang ada di buku siswa dan LKS, desain media berupa materi, gambar serta
kemudian siswa bosan sehingga pembelajaran penggunaan warna dan media. Dalam
menunjukkan siswa tidak paham dengan apa penelitian ini, media didesain dengan warna
yang dipelajari dan mengantuk. Berdasarkan yang menarik dan semenarik mungkin, agar
problematika yang dihadapi oleh siswa di media yang dikembangkan dapat
sekolah dalam proses pembelajaran meningkatkan hasil belajar siswa.
berlangsung secara luring, maka guru
membutuhkan media pembelajaran yang Media Pembelajaran
kreatif, inovatif, dan menyenangkan sehingga Media pembelajaran adalah segala
dalam proses pembelajaran berlangsung siswa sesuatu yang dapat digunakan untuk
dapat meningkatkan hasil belajarnya. Adapun menyampaikan pesan dari pengirim ke
yang akan diteliti yaitu tentang bagaimana penerima untuk membangkitkan pikiran,
penggunaan media pembelajaran spin wheel perasaan, perhatian dan minat serta kesiapan
pada materi kepahlawanan terhadap hasil siswa untuk terjadinya pembelajaran guna
belajar dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
untuk mengetahui penggunaan media (Mesra Damayanti, 2018).
pembelajaran spin wheel pada materi Pengertian media pengajaran di atas
kepahlawanan terhadap hasil belajar kelas. didasarkan pada anggapan bahwa proses
Penelitian yang dilakukan oleh Erlinta pendidikan/pembelajaran identik dengan
Wulan Hariyati (2018) dengan judul proses komunikasi. Proses komunikasi
“Pengembangan Media Pembelajaran meliputi komponen-komponen, yaitu sumber
Spinning Question pada Kompetensi Dasar pesan, penerima pesan, media dan umpan
Kerja Sama Ekonomi Internasional Kelas XI balik. Sumber pesan adalah sesuatu (orang

3
Nama Penulis ...
Judul Artikel ...
WASIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan. Volume… Nomor… Hlm. 1-...

yang menyampaikan pesan). Pesan adalah isi karena media ini menggunakan warna dan
instruksional/pengajaran yang terkandung gambar yang berbeda. Lingkungan belajar
dalam kurikulum, yang dituangkan dalam yang diuraikan di atas juga berfungsi untuk
simbol-simbol tertentu (encoding). Penerima melibatkan siswa secara aktif dalam
pesan adalah siswa yang menafsirkan simbol- pembelajaran, karena siswa berpartisipasi
simbol tersebut sedemikian rupa sehingga dalam pembelajaran, sehingga proses belajar
dipahami sebagai pesan (decoding). Media mengajar tidak terkesan monoton dan
massa adalah perantara yang mendistribusikan membosankan bagi siswa (Subakti, 2020).
berita dari sumber ke penerima berita (Puteri,
2022). Hasil Belajar
Belajar tidak selalu terjadi Hasil belajar dapat dilihat dari sikap,
bersinggungan dengan hal-hal yang konkrit, keterampilan dan pengetahuan siswa setelah
baik secara konseptual maupun nyata. Pada mengalami pembelajaran. Artinya proses
kenyataannya, pembelajaran juga sering belajar yang dilalui seseorang menentukan
bersinggungan dengan hal-hal virtual sikap orang tersebut. Siswa yang mengikuti
kompleks yang berada di balik realitas. Itulah pembelajaran dengan baik memiliki sikap
sebabnya media berperan dalam menjelaskan yang baik dan sebaliknya siswa yang belajar
hal-hal yang abstrak dan mengungkap apa kurang baik juga memiliki sikap yang buruk.
yang tersembunyi. Ambiguitas atau kerumitan Belajar berarti memperhatikan perolehan
masalah dapat diatasi melalui mediasi. kebiasaan, pengetahuan dan sikap. Artinya
Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, media belajar dapat membuat individu beradaptasi
dapat menggambarkan kekurangan guru baik terhadap masalah pribadi maupun sosial
dalam mengkomunikasikan mata pelajaran. karena konsep perubahan adalah konsep
Ingat, bagaimanapun, bahwa peran media belajar (Agus Tri Cahyono, 2014).
tidak akan terlihat jika penggunaannya tidak Hasil belajar adalah perubahan tingkah
sesuai dengan sifat dari tujuan pendidikan laku siswa setelah menelaah pembelajaran.
yang ditetapkan. Oleh karena itu, tujuan Semua perubahan dalam belajar merupakan
pengajaran harus dijadikan sebagai dasar hasil belajar dan bermuara pada perubahan
acuan penggunaan media. Jika media sikap dan perilaku masyarakat. Artinya
diabaikan, maka bukan lagi sebagai alat bantu perubahan tingkah laku dalam proses
mengajar, melainkan sebagai penghambat pembelajaran juga mengakibatkan perubahan
pencapaian tujuan yang efisien dan efektif . hasil belajar. Berdasarkan pendapat di atas,
diketahui bahwa setiap proses pembelajaran
Media Spinning Wheel mempengaruhi hasil belajar, baik itu karena
Kata spinning berasal dari kata spino perubahan pengetahuan (kognitif), perubahan
yang berarti putaran, dan wheel adalah roda, sikap dan perilaku (afektif), maupun
oleh karena itu spinning juga diartikan perubahan penampilan (psikomotorik).
berputar. Istilah roda pemintal terus memiliki Perubahan yang dialami baik atau buruk
banyak ekspresi, mulai dari slot, flywheel dan tergantung bagaimana orang tersebut
masih banyak lagi hingga istilah spinning atau menjalani proses belajar. Tolok ukur hasil
roda pemintal ini. Permainan berputar ini belajar tidak dapat dipisahkan dengan proses
cocok untuk media pembelajaran. Roda pembelajaran yang akan diselesaikan.
pemintal yang kebanyakan diisi dengan angka
untuk pembelajaran, diisi dengan gambar dan METODE PENELITIAN
materi. Cakram roda putar ini memiliki pin Penelitian ini merupakan penelitian
arah, gambar dan material sesuai dengan tindakan kelas (action research). Penelitian
material yang sedang diproses. Roda pemintal ini dilakukan dalam bentuk siklus, masing-
adalah alat berbentuk lingkaran yang dapat masing siklus terdiri dari beberapa
bergerak dan berputar atau berputar dan dapat komponen, yaitu tahap persiapan,
digunakan sebagai alat pembelajaran (Huda, perencanaan, pelaksanaan tindakan,
2020). observasi dan monitoring, refleksi, evaluasi
Kelebihan dari permainan spinner dan revisi dan kesimpulan hasil. Data
adalah alat atau media yang kreatif dan penelitian yang dikumpulkan berupa
inovatif mudah dibuat dan digunakan, serta informasi tentang proses pembelajaran materi
siswa lebih tertarik menggunakan spinner kepahlawanan, hasil belajar peserta didik

4
Nama Penulis ...
Judul Artikel ...
WASIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan. Volume… Nomor… Hlm. 1-...

dalam materi kepahlawanan di kelas. Data disimpulkan belum berhasil. Hal ini berarti
penelitian itu dikumpulkan dari berbagai bahwa pembelajaran dapat dilanjutkan pada
sumber yang meliputi: Data Primer dari tindakan siklus II dengan beberapa
peserta didik yang diperoleh melalui penyempurnaan sebagai berikut: guru harus
wawancara, observasi serta tes pada setiap lebih banyak melatih kemampuan siswa
akhir siklus yang didapat dari peserta didik. dengan cara membimbing setiap kelompok
Data sekunder berupa dokumen dan transkip untuk setiap langkah-langkah pembelajaran
mengenai silabus, prisensi peserta didik, spin wheel sehingga dapat menghasilkan yang
daftar nilai hasil belajar. Pada penelitian lebih baik dan guru harus lebih efektif
tidakan kelas ini proses validasi data sehingga bagi siswa yang kurang aktif dapat
dilakukan dengan meminta penilaian berubah. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,
terhadap para ahli dan praktisi berkenaan guru harus menguasai dan memahami secara
dengan isi dan kisi-kisi dari tes tertulis yang keseluruahan indikator dalam rencana
digunakan sebagai alat pengumpul data, pelaksanaan pembelajaran sehingga semua
sehingga alat yang digunakan untuk indikator dapat dilaksanakan. Dari hasil
mengukur kemampuan siswa dalam observasi dan evaluasi pada siklus II tersebut
penelitian ini kevalidannya dapat dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaannya
dipertanggungjawabkan. sudah berhasil atau berada pada kategori
sangat tinggi yang dibuktikan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN peningkatan hasil belajar siswa, maka peneliti
Dari observasi dan evaluasi yang telah menghentikan penelitian pada siklus II ini.
dianalisis dapat dirangkum beberapa hal Rentang nilai yang ditetapkan pada
yaitu: penyampaian materi dari proses siklus I pertemuan 1 dari 0 sampai 100.
pengamatan, identifikasi masalah, Berdasarkan data hasil penelitian yang
pengumpulan data, pengolahan data, terkumpul diperoleh nilai terendah 40 dan
pembuktian data, dan menarik kesimpulan nilai tertinggi 100 dengan rerata 65,45 %.
masih banyak menemui masalah dikarenakan Prosentase kecenderungan ketuntasan belajar
penerapan strategi pembelajaran model pada siklus I pertemuan 1 menunjukkan yang
pembelajaran spin wheel merupakan hal baru tuntas 54,54 %. Dengan standar ketuntasan
bagi siswa, penggunaan media LKS dan ditetapkan 80%. Prosentase ketuntasan pada
lembar refleksi siswa memudahkan siswa hasil LKS individu 72,72%, pada diskusi
cepat memahami isi materi tentang materi kelompok 63,63%, sedangkan prosentase
kepahlawanan. lembar refleksi siswa siklus I pertemuan 1
Selain itu pada saat siswa diminta pemahaman materi 81,81%, kesulitan materi
untuk menunjukkan hasil diskusi 54,54% dan keingintahuan 63,63%.
kelompoknya, siswa masih mengalami Sedangkan pada pertemuan 2 pemahaman
kesulitan karena siswa masih sulit memahami materi 63,63%, kesulitan materi 54,54% dan
apa yang akan dipersentasikan. Dalam keingintahuan 36,36%.
pelaksanaan diskusi kelompok melalui Pada siklus II atas dasar data yang
kelompok kecil, hanya sebagian siswa yang telah terkumpul diketahui bahwa nilai
mampu mengaplikasikan kemampuannya terendah yang diperoleh siswa adalah 40 dan
sedangkan siswa yang kurang kemampuannya nilai tertinggi 100, dengan rata-rata kelas
hanya diam tidak memberikan usul dan 73,36%. Prosentase kecenderungan
tanggapan. ketuntasan belajar pada siklus II pertemuan 1
Berdasarkan refleksi di atas dan menunjukkan yang tuntas 81,81%. Sedangkan
mengacu kepada kriteria keberhasilan yang pada pertemuan 2 nilai terendah yang
ditetapkan, maka disimpulkan bahwa diperoleh siswa adalah 40 dan nilai tertinggi
pembelajaran belum berhasil, dimana 90, dengan Rata-rata Kelas 79,09%.
keberhasilan yang diinginkan peneliti adalah Prosentase kecenderungan ketuntasan belajar
apabila semua atau sebagian besar siswa pada siklus II pertemuan 2 menunjukkan yang
mendapat nilai 70% dengan minimal nilai 75 tuntas 90,90%. Dengan standar ketuntasan
dan tingkat penguasaan 90%. Pada siklus 1 ditetapkan 90 %. Prosentase ketuntasan pada
ini, pencapaian siswa secara keseluruhan yaitu LKS individu 81,81%, pada diskusi kelompok
54,54%. Dengan demikian tujuan 100 %, sedangkan prosentase lembar refleksi
pembelajaran belum tercapai dan dapat siswa siklus II pertemuan 1 pemahaman

5
Nama Penulis ...
Judul Artikel ...
WASIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan. Volume… Nomor… Hlm. 1-...

materi 100%, kesulitan materi 54,54% dan persen tersebut maka untuk lembar reflesi
keingintahuan 54,54 %. Sedangkan pada siswa dikategorikan dalam kriteria Sangat
pertemuan 2 pemahaman materi 100%, Tinggi (ST) sehingga sudah berhasil
kesulitan materi 54,54% dan keingintahuan meningkat.
27,27%. Dari hasil rekap data-data di atas dapat
Untuk hasil ketuntasan LKS Individu diketahui adanya peningkatan ketuntasan LKS
di siklus I diperoleh ketuntasan 72,72% dan di Individu, ketuntasan hasil belajar, ketuntasan
siklus II terjadi kenaikan menjadi 81,81%. hasil diskusi kelompok, dan hasil lembar
Untuk ketidaktuntasan LKS Individu disiklus refleksi siswa yang dilakukan di siklus I
I diperoleh 27,28% dan di siklus II dimana diakhir tindakan siklus 2 semua
ketidaktuntasan menurun menjadi 18,19% mengalami peningkatan yang signifikan. Hal
sehingga dapat dikatakan adanya peningkatan ini membuktikan bahwa upaya peningkatan
ketuntasan LKS individu. Meskipun pada hasil belajar siswa dapat dicapai dengan
hasil LKS individu di siklus I dan II diperoleh menggunakan model pembelajaran spin
rata-rata ketuntasan LKS individu sama wheel.
dengan hasil 83,63% dapat dikatakan tuntas Peranan model pembelajaran spin
karena ketuntasan di siklus I dan II ada wheel dalam meningkatkan hasil belajar ini
kenaikan dan ketidaktuntasan di siklus I dan ditandai dengan adanya peningkatan nilai
II ada penurunan sehingga untuk ketuntasan rata-rata kelas mulai dari siklus I pertemuan
LKS individu dapat dikatakan tuntas dan 1 sampai dengan siklus II pertemuan 2.
berhasil. Untuk Observasi pada lembar refleksi siswa
Pada siklus 1 diperoleh prosentase pada siklus I dengan prosentase 63,63%
ketuntasan belajar 54,54% dengan kategori meningkat dengan prosentase 100%. Pada
rendah dimana 70% lebih siswa mendapatkan siklus kedua observasi pembelajaran siswa
nilai kurang dari 75 dan dikatakan masih dikategrikan dalam kriteria Sangat Tinggi
belum tuntas belajar. Sedangkan pada siklus 2 (ST) sehingga sudah berhasil meningkat.
prosentase ketuntasan belajar dalam tingkat Kenyataan tersebut telah membuktikan
penguasaan dikategorikan sangat tinggi bahwa penggunaan model pembelajaran spin
dengan ketuntasan belajar mencapai 90,90% wheel dapat meningkatkan hasil belajar
dan 70% lebih siswa mendapat nilai lebih dari siswa.
75. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa
penggunaan model pembelajaran spin wheel SIMPULAN
dapat meningkatkan hasil belajar. Dari hasil pengamatan masalah,
Pada hasil diskusi kelompok dapat hipotesis tindakan, serta temuan hasil
dilihat bahwa hasil diskusi kelompok pada penelitian tindakan maka dapat disimpulkan
siklus I diperoleh nilai teredah 45 dan nilai bahwa penggunaan model pembelajaran spin
tertingginya 90 sedangkan pada siklus II nilai wheel terbukti dapat meningkatkan hasil
terendahnya 80 dan nilai tertingginya belajar siswa. Proses pembelajaran pada
diperoleh 90. Dari hasil rekap tersebut pokok bahasan materi kepahlawanan dari
ketuntasan hasil diskusi kelompok di siklus I aspek guru dan siswa dapat dicapai karena
diperoleh 64% sedangkan disiklus II terjadi dari siklus ke siklus berikutnya diadakan
kenaikan yang signifikan dengan ketuntasan refleksi dan perbaikan melalui kolaborasi
100% sehingga dengan kenaikan hasil diskusi yang baik antara peneliti dengan observer.
kelompok yang 100% tersebut dapat Hasil ini dapat dicapai karena adanya
dikatakan tuntas dan berhasil. kerjasama tersebut dalam merancang,
Untuk Observasi pada lembar refleksi melaksanakan, mengobservasi, dan
siswa pada siklus I pemahaman materi di merefleksi secara berdaur ulang selama dua
pertemuan 1 dan 2 masih belum konsisten siklus. Peningkatan hasil belajar matematika
sedangkan pemahaman materi di siklus 2 baik melalui model pembelajaran spin wheel
pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2 sudah dalam materi kepahlawanan dapat dicapai.
terlihat kenaikan yang signifikan dengan Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan
pemahaman materi 100 yang artinya bahwa hasil belajar siswa dari siklus pertama ke
siswa sudah memahami tentang materi yang siklus berikutnya. Hasil yang dicapai pada
diberikan. Karena siswa sudah tidak menemui siklus pertama tergolong rendah atau
keulitan dengan pemehaman yang seratus sebagian besar siswa belum memahami

6
Nama Penulis ...
Judul Artikel ...
WASIS: Jurnal Ilmiah Pendidikan. Volume… Nomor… Hlm. 1-...

pokok bahasan yang akan dipelajari sehingga diberikan. Hal tersebut dapat tercapai karena
hasil belajarnya tergolong rendah belum dilakukan pembimbingan secara terus
memenuhi kriteria ketuntasan belajar, pada menerus dan intensif selama proses
siklus kedua hasil yang dicapai adalah pembelajaran berlangsung.
tergolong sangat tinggi atau sebagian besar
siswa telah memahami materi yang DAFTAR PUSTAKA
Agus Tri Cahyono, J. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa
Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Pada Mata Pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 3(3), 381-388.
Galih Istiningsih, E. M. (2018). Pengembangan Model Pembelajaran "Promister" Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Wayang Pandhawa Pada SIswa Sekolah Dasar. Holistika:
Jurnal Ilmiah PGSD, 2(2), 94-103.
Hepta Bungsu Agung Jayawardana, D. (2015). Pengembangan Model Pembelajaran
Hypnoteaching Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA/MA.
Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 1(2), 167-177.
Huda, N. F. (2020). Penggunaan Media Spinning Wheel dalam Pembelajaran Qawaid Nahwu.
Studi Arab, 11(2), 87-99.
Mesra Damayanti, J. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil
Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA SMAN 1 Yinambung. Jurnal Saintifik, 4(1), 47-
53.
Puteri, L. A. (2022). Pengembangan Spinning Wheel Sebagai Media Pembelajaran Siswa Materi
Perubahan Lingkungan Kelas V Sekolah Dasar. JPGSD, 10(7), 1541-1551.
Rusman. (2016). Pengembangan Model E-Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Mahasiswa. Kwangsan, 4(1), 1-15.
Subakti, H. (2020). Hasil Belajar Muatan Bahasa Indonesia Tema Lingkungan Sahabat
Menggunakan Media Spinning Wheel Kelas V SDN 007 Samarinda Ulu. Disastra: Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra, 2(2), 192-206.

Anda mungkin juga menyukai