Anda di halaman 1dari 2

Model Pembelajaran tulang daun guru menugaskan kepada peserta didik

secara berkelompok mengeksplorasi melalui


internet.
Discovery learning
Bermain peran dan simulasi
belajar melalui penelusuran, penelitian, penemuan,
dan pembuktian Peserta didik bisa diajak untuk bermain peran dan
menirukan adegan, gerak/model/pola/prosedur
Pembelajaran berbasis proyek tertentu. Misalnya seorang guru menggunakan
proyek memiliki target tertentu dalam bentuk tayangan video dari youtube, peserta didik diminta
produk dan peserta didik merencanakan cara untuk mencermati alur cerita dan peran dari tokoh-tokoh
mencapai target dengan dipandu oleh pertanyaan yang ada kemudian berlatih sesuai tokoh yang
menantang diperankan. Pada tataran lebih kompleks membuat
cerita sendiri kemudian memperagakannya dengan
Pada prosesnya peserta didik bisa memanfaatkan bermain peran.
teknologi untuk mencari informasi bagi upaya
pengembangan gagasan, membuat sketsa produk Pembelajaran kooperatif
menggunakan software tertentu, menguji produk
melalui respon pasar dengan google survey dan Pembelajaran kooperatif; merupakan bentuk
sebagainya. pembelajaran berdasarkan faham kontruktivistik.
Peserta didik berkelompok kecil dengan tugas yang
Pembelajaran berbasis proyek
sama saling bekerjasama dan membantu untuk
belajar berdasarkan masalah dengan solusi “open
mencapai tujuan bersama. Ada beberapa teknik
ended”, melalui penelusuran dan penyelidikan
sehingga dapat ditemukan banyak solusi masalah. cooperative learning yang akan dijelaskan disini,
Contohnya mengatasi masalah pencemaran udara empat teknik yang pertama di antaranya
akibat asap kendaraan bermotor dikembangkan oleh Robert Slavin (1991) yaitu
Belajar berdasarkan pengalaman sendiri STAD, TGT, TAI, dan CIRC.
(Self Directed Learning/SDL)
Pembelajaran kolaboratif
SDL merupakan proses di mana insiatif belajar
dengan/atau tanpa bantuan pihak lain dilakukan oleh merupakan belajar dalam tim dengan tugas yang
peserta didik sendiri mulai dari mendiagnosis berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
kebutuhan belajar sendiri, merumuskan tujuan, Pembelajaran kolaboratif lebih cocok untuk peserta
mengidentifikasi sumber, memilih dan menjalankan didik yang sudah menjelang dewasa. Kolaborasi
strategi belajar, dan mengevaluasi belajarnya bisa dilakukan dengan bantuan teknologi misalnya
sendiri. Contoh guru bisa membantu peserta didik melalui dialog elektronik, teknologi untuk
mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik menengahi dan memonitor interaksi, dimana
atau mulai dari kemampuan apa yang ingin masing-masing pihak memegang kendali dirinya
dikuasai. dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan
bersama. Fasilitasi bisa diberikan oleh guru, ketua
Pembelajaran kontekstual (melakukan) kelompok pelatih online maupun mentor.
guru mengaitkan materi yang dipelajari dengan Diskusi kelompok kecil
situasi dunia nyata peserta didik sehingga
memungkinkan peserta didik menangkap makna diskusi kelompok kecil diorientasikan untuk
dari yang pelajari, mengkaitkan pengetahuan baru berbagai pengetahuan dan pengalaman serta untuk
dengan pegetahuan dan pengalaman yang sudah melatih komunikasi lompok kecil tujuannya agar
dimiliki. Contoh dalam pembelajaran bentuk-bentuk peserta didik memiliki ketrampilan memecahkan
masalah terkait materi pokok dan persoalan
yangihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Metode Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2005)
diskusi digunakan untuk melatih kecakapan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu “1)
berpikir, kecakapan berkomunikasi, kemampuan kompetensi pengelolaan pembelajaran; 2)
kepemimpinan, debat, dan kompromi. kompetensi pengembangan potensi yaitu
PENGELOLAAN PROGRAM KEG. pengembangan- pengembangan profesi; dan 3)
PEMBELAJARAN kompetensi akademik

pengelolaan pembelajaran merupakan “suatu proses Menurut Sanjaya (2009: 284) dalam melaksanakan
penyelenggaraan interaksi peserta didik dengan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan yang harus dilakukan yaitu “mengelola sumber
belajar”. Menurut Depdikbud (1997) pengelolaan belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber
pembelajaran adalah “proses mengatur agar seluruh belajar itu sendiri”. Sebagai pengelola, menurut
potensi secara optimal mendukung tercapainya Sanjaya (2009: 284) guru harus melakukan beberapa
tujuan, yaitu perencanaan (planning), langkah, yaitu “1) merencanakan tujuan
pengorganisasian (organizing), pengerahan pembelajaran; 2) mengorganisasikan berbagai
(actuating), pengawasan (controlling)”. Untuk sumber belajar; 3) memimpin, memotivasi,
mencapai tujuan pembelajaran yang optimal mendorong dan menstimulasi siswa; 4) mengawasi
variabel-variabel pembelajaran harus dikelola segala sesuatu untuk pencapaian tujuan”. Kemudian
dengan baik. Variabel-variabel tersebut menurut langkah-langkah pengelolaan pembelajaran menurut
menurut Majid adalah: “1) variabel konteks berupa Sudrajad (1991: 48), yaitu “1) memberikan topik
peserta didik; 2) variabel pertanda berupa pendidik; atau tujuan pembelajaran; 2) menyampaikan secara
3) variabel proses; dan 4) variabel produk berupa efektif kegiatan belajar; dan 3) membantu atau
perkembangan peserta didik jangka panjang dan menyajikan materi pendidikan”.
jangka pendek”. Dengan menggunakan pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan merupakan keterampilan guru untuk secara tepat dan bervariasi dapat menumbuhkan sifat
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan positif peserta didik, dalam hal ini menurut
mengendalikannya jika terganggu dalam Sardiman (1996: 56) pengelolaan pembelajaran
pembelajaran. Menurut Mulyasa (2009: 97-98) berguna untuk “1) menimbulkan kegairahan belajar;
beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam 2) memungkinkan interaksi yang lebih antara peserta
pengelolaan yaitu “1) kehangatan dan keantusiasan; didik dengan lingkungan; dan 3) memungkinkan
2) tantangan; 3) bervariasi; 4) luwes; 5) berkenaan peserta didik belajar sendiri-sendiri menurut
hal-hal positif; dan 6) penanaman disiplin diri kemampuan dan minatnya”. Tujuan pembelajaran
yang tidak jelas, materi yang terlalu mudah atau
Berkenaan dengan hal tersebut, Majid (2008: 167- terlalu sulit, urutan materi tidak sistematis, alat
169) berpandangan bahwa, guru harus pembelajaran tidak tersedia, merupakan contoh
memperhatikan tujuh hal, yaitu: “1) ruang belajar; 2) masalah pembelajaran. Hal ini yang harus
pengaturan sarana belajar; 3) susunan tempat duduk; diperhatikan pendidik karena masalah tersebut
4) penerangan; 5) suhu; 6) pemanasan sebelum sangat penting terutama masalah tujuan
masuk ke materi yang akan dipelajari; dan 7) bina pembelajaran sesuai dengan yang dikemukakan oleh
suasana dalam pembelajaran Sanjaya (2007:63-64) bahwa tujuan pembelajaran
adalah “kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki
anak setelah melakukan proses pembelajaran
Langkah-Langkah Pengelolaan tertentu”. Menurut Ibrahim, Sihkabuden, Suprijanta
& Kustiawan (2001: 45) untuk menunjang
Pembelajaran pembelajaran yang mengaktifkan siswa perlu
Oleh karenanya seorang guru harus memenuhi diperhatikan hal-hal antara lain “1) aksesbilitas; 2)
standar kompetensi, sebagaimana yang telah mobilitas; 3) interaksi; dan 4) variasi kerja siswa”.
ditetapkan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan

Anda mungkin juga menyukai