Pengantar
Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya
berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang
mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan
dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Menurut
Buchori (2001) dalam Khabibah (2006: 1), bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa
ini adalah masih rendahnya daya serap peserca didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta
didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil
kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi
peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam
arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan
dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dan proses berpikirnya.
Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya
hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh
pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher antend
sehingga siswa menjadi pasif.
Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan
alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau
referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami
bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam
Kegiatan Proses Belajar Mengajar di kelas, oleh karena itu, perlu menerapkan suatu strategi
belajar yang dapat membantu untuk memahami ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari.
Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Misalnya dengan adanya penataran guru,
penyediaan buku paket, dan alat-alat laboratorium serta penyempurnaan kurikulum. Berdasarkan
hasil evaluasi upaya- upaya tersebut ternyata belum berhasil meningkatkan prestasi peserta didik
secara optimal sebagaimana yang dunginkan
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992: 4).Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000: 10) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah: "Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar." Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang luas dari strategi, metode atau prosedur.
Model Pembelajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode
dan prosedur. Ciri- cirri tersebut ialah :
1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan pembelajaran yang
akan dicapai )
3) Tingkah laku belajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil
4) Lingkungan belajar yang akan diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai
Penutup
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan oleh guru. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan
taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa
yang disebut model pembelajaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
merupakan satu kesatuan dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Referensi
Data Penulis
Windy Rahma Neldia, lahir 28 Desember 1999 di Kotorajo, Kecamatan Kuantan Hilir
Seberang, Kabupaten Kuantan Singingi . Anak ketiga dari 4 orang bersaudara . Pernah
bersekolah di SDN 001 Kotorajo, SMPN 1 Kuantan Hilir Seberang dan SMAN 1 Kuantan Hilir
Seberang. Sekarang ia melanjutkan studi di Universitas Riau dengan Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia melalui jalur SNMPTN pada tahun 2018. Mempunyai Hoby menari
sehingga pernah tampil dibeberapa acara dikampus.
Email : rahmaneldiawindy@gmail.com