Anda di halaman 1dari 7

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Windy Rahma Neldia


E-Mail : rahmaneldiawindy@gmail.com
Program Studi Pendidikan Bahasa dan dan Sastra Indonesia

Pengantar

Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya
berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang
mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan
dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Menurut
Buchori (2001) dalam Khabibah (2006: 1), bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang
tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa
ini adalah masih rendahnya daya serap peserca didik. Hal ini nampak rerata hasil belajar peserta
didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil
kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi
peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam
arti yang lebih subtansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan
dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri
melalui penemuan dan proses berpikirnya.

Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya
hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan proses pembelajaran yang didominasi oleh
pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher antend
sehingga siswa menjadi pasif.

Meskipun demikian guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan
alat dan bahan praktek, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau
referensi lain. Dalam hal ini siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami
bagaimana belajar, berpikir dan memotivasi diri sendiri. Masalah ini banyak dijumpai dalam
Kegiatan Proses Belajar Mengajar di kelas, oleh karena itu, perlu menerapkan suatu strategi
belajar yang dapat membantu untuk memahami ajar dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-
hari.

Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah. Misalnya dengan adanya penataran guru,
penyediaan buku paket, dan alat-alat laboratorium serta penyempurnaan kurikulum. Berdasarkan
hasil evaluasi upaya- upaya tersebut ternyata belum berhasil meningkatkan prestasi peserta didik
secara optimal sebagaimana yang dunginkan

A. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992: 4).Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap
model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000: 10) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah: "Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar." Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang luas dari strategi, metode atau prosedur.
Model Pembelajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode
dan prosedur. Ciri- cirri tersebut ialah :

1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar ( tujuan pembelajaran yang
akan dicapai )
3) Tingkah laku belajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan
berhasil
4) Lingkungan belajar yang akan diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai

B. Model Pembelajaran Discovery Learning


a. Pengertian Model Discovery Learning
Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan oleh guru. Apabila antara pendekatan, strategi, metode,
teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh
maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa model pembelajaran merupakan satu kesatuan dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya tidak hanya
berfokus pada guru, tetapi juga harus melibatkan siswa. Artinya pembelajaran harus
melibatkan kemampuan siswa secara maksimal untuk menggali dan mengidentifikasi
sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan dengan sendiri. Pembelajaran ini
disebut pembelajaran penemuan (Discovery Learning).
Metode pembelajaran discovery learning (penemuan) adalah metode mengajar yang
mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau
seluruhnya ditemukan sendiri. (Susana, 2019).
Berikut ini beberapa pengertian discovery learning :
 Menurut Hosnan (2014:282) discovery learning adalah suatu model untuk
mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan.
Melalui belajar penemuan siswa juga belajar berpikir analisis dan mencoba
memecahkan sendiri masalah yang dihadapi.
 Menurut Kurniasih, dkk (2014:64), model discovery learning adalah
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diterapkan siswa mengorganisasikan
sendiri. Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian data atau
informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
 Menurut Sund, discovery learning adalah proses mental dimana siswa
mampu mengasimilasi sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut
antara lain, mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat
dugaan, menjelaskan dan mengukur. (Susana, 2019).
b. Jenis dan Bentuk Discovery Learning
Terdapat dua cara dalam pembelajaran penemuan (Discovery Learning),
menurut Suprihatiningrum (dalam Susana: 2019) yaitu :
1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni
pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning), yakni
pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam
proses pembelajarannya.
Dalam pelaksanannya, pembelajaran penemuan terbimbing lebih banyak lebih
banyak diterapkan, karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih
terarah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun bimbingan
guru bukanlah semacam resep yang harus dlikuti tetapi hanya merupakan
arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan. Carin (1993) memberi petunjuk
dalam merencanakan dan menyiapkan pembelajaran penemuan terbimbing
(Guided Discovery Learning)
(http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-
penemuan-terbimbing.html) sebagai berikut : (1) Menentukan tujuan yang akan
dipelajari oleh siswa, (2) Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan
penernuan; (3) Menentukan lembar pengamatan data untuk siswa; (4)
Menyiapkan alat dan bahan secara lengkap; (5) Menentukan dengan cermat
apakah siswa akan bekerja secara individu atau secara berkelompok yang terdiri
dari 2-5 siswa; (6) Mencoba terlebih dahulu kegiatan yang akan dikerjakan oleh
siswa.
Untuk mencapai tujuan di atas Carin (1993) menyarankan hal-hal
di bawah ini: (1) Membantu siswa untuk memahami tujuan dan prosedur
kegiatan yang harus dilakukan; (2) Memeriksa bahwa semua siswa
memahami tujuan dan prosedur kegiatan yang harus dilakukan; (3)
Menjelaskan pada siswa tentang cara bekerja yang aman; (4) Mengamati
setiap siswa selama mereka melakukan kegiatan; (5) Memberi waktu yang
cukup kepada siswa untuk mengembalikan alat dan bahan yang digunakan;
(6) Melakukan diskusi tentang kesimpulan untuk setiap jenis kegiatan.
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning
Langkah-langkah model pembelajaran discovery learning adalah
sebagai berikut :
1) Stimulation (memberi stimulus).
Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat berupa bacaan,
atau gambar, atau situasi sesuai dengan materi pembelajaran / topik/
tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik dapat mendapatkan
pengalaman belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui
kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
2) Problem Statement ( mengidentifikasi masalah ) .
Dari tahapan tersebut, peserta didik diharuskan menemukan
permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini
peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari
informasi,dan merumuskan masalah .
3) Data Collecting ( menyimpulkan data ).
Pada tahap ini peserta didik diberikan pengalaman mencari dan
mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk
menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini
juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta
membiasakan peserta didik untuk mencari atau merumuskan berbagai
alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami
kegagalan.
4) Data Processing ( mengolah data ) .
Kegiatan mengolah data akan melatih peserta didik untuk mencoba
mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk
diaplikasikan pada materi kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga
akan melatih keterampilan berpikir logis dan aplikatif.
5) Verification (memferifikasi).
Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran
atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan ,
antara lain bertanya kepada teman, berdiskusi, atau mencari sumber
yang relevan baik dari buku atau media seta mengasosiasikannya
sehingga menjadi sebuah kesimpula.
6) Generalization (menyimpulkan).
Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan
hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang serupa
sehingga kegiatan ini dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta
didik.
d. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Suherman, dkk (dalam Susana, 2019:8) menyebutkan terdapat
beberapa kelebihan atau keunggulan metode discovery learning, yaitu :
1. Siswa aktif dalam kegiata belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan
kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
2. Siswa memahami benar bahan pelajarannya, sebab mengalami sendiri
proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini akan
lebih lama untuk diingat.
3. Menemukan sendiri bisa menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini
akan mendorongnya untuk melakukan penemuan lagi sehingga minat
belajarnya meningkat.
4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan
lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Penutup

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan oleh guru. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan
taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa
yang disebut model pembelajaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
merupakan satu kesatuan dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Metode pembelajaran discovery learning (penemuan) adalah metode mengajar yang


mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya
belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri.

Referensi

Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovativ berorientasi konstruktivistik . Jakarta :


Prestasi pustaka
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/model-pembelajaran-penemuan-
terbimbing.html

Data Penulis

Windy Rahma Neldia, lahir 28 Desember 1999 di Kotorajo, Kecamatan Kuantan Hilir
Seberang, Kabupaten Kuantan Singingi . Anak ketiga dari 4 orang bersaudara . Pernah
bersekolah di SDN 001 Kotorajo, SMPN 1 Kuantan Hilir Seberang dan SMAN 1 Kuantan Hilir
Seberang. Sekarang ia melanjutkan studi di Universitas Riau dengan Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia melalui jalur SNMPTN pada tahun 2018. Mempunyai Hoby menari
sehingga pernah tampil dibeberapa acara dikampus.

Email : rahmaneldiawindy@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai