Anda di halaman 1dari 9

Nama: Triya Oktresia Arta

Nim : 1930201132
Kelas: PGMI 04 2019
Mata Kuliah: Pembelajaran Tematik
Dosen Pengampu: Ayu Nur Shawmi, M.Pd. I

Analisis Model Pembelajaran

A. Model Pembelajaran Discovery Learning


a. Pengertian Pembelajaran Discovery Learning

Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan oleh guru. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan
bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka
terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa model
pembelajaran merupakan satu kesatuan dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya tidak hanya berfokus pada guru, tetapi
juga harus melibatkan siswa. Artinya pembelajaran harus melibatkan kemampuan siswa
secara maksimal untuk menggali dan mengidentifikasi sehingga mereka dapat menemukan
pengetahuan dengan sendiri. Pembelajaran ini disebut pembelajaran penemuan (Discovery
Learning).

Metode pembelajaran discovery learning (penemuan) adalah metode mengajar yang


mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang
sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya
ditemukan sendiri. (Susana, 2019).

Berikut ini beberapa pengertian discovery learning :

 Menurut Hosnan (2014:282) discovery learning adalah suatu model untuk


mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri,
maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar
penemuan siswa juga belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri
masalah yang dihadapi.
 Menurut Kurniasih, dkk (2014:64), model discovery learning adalah proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pelajaran dalam
bentuk finalnya, tetapi diterapkan siswa mengorganisasikan sendiri. Discovery adalah
menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan.
 Menurut Sund, discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu
mengasimilasi sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain,
mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan
mengukur. (Susana, 2019).
b. Jenis dan Bentuk Discovery Learning
Terdapat dua cara dalam pembelajaran penemuan (Discovery Learning), menurut
Suprihatiningrum (dalam Susana: 2019) yaitu :
1. Pembelajaran penemuan bebas (Free Discovery Learning) yakni pembelajaran
penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan.
2. Pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery Learning), yakni
pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajarannya

Dalam pelaksanannya, pembelajaran penemuan terbimbing lebih banyak lebih banyak


diterapkan, karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Namun bimbingan guru bukanlah semacam resep yang
harus dlikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja yang diperlukan.

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Langkah-langkah model pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut :

1. Stimulation (memberi stimulus). Pada kegiatan ini guru memberikan stimulan, dapat
berupa bacaan, atau gambar, atau situasi sesuai dengan materi pembelajaran / topik/
tema yang akan dibahas, sehingga peserta didik dapat mendapatkan pengalaman
belajar mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati
situasi atau melihat gambar.
2. Problem Statement ( mengidentifikasi masalah ) . Dari tahapan tersebut, peserta didik
diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan
ini peserta didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi,dan
merumuskan masalah .
3. Data Collecting ( menyimpulkan data ). Pada tahap ini peserta didik diberikan
pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi yang dapat digunakan untuk
menemukan solusi pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih
ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari atau
merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah, jika satu alternatif mengalami
kegagalan.
4. Data Processing ( mengolah data ) . Kegiatan mengolah data akan melatih peserta
didik untuk mencoba mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk
diaplikasikan pada materi kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih
keterampilan berpikir logis dan aplikatif.
5. Verification (memferifikasi). Tahapan ini mengarahkan peserta didik untuk mengecek
kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data, melalui berbagai kegiatan , antara
lain bertanya kepada teman, berdiskusi, atau mencari sumber yang relevan baik dari
buku atau media seta mengasosiasikannya sehingga menjadi sebuah kesimpulan.
6. Generalization (menyimpulkan). Pada kegiatan ini peserta didik digiring untuk
menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian atau permasalahan yang
serupa sehingga kegiatan ini dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
d. Kelebihan dan Kekurangan Discovery Learning
Suherman, dkk (dalam Susana, 2019:8) menyebutkan terdapat beberapa kelebihan
atau keunggulan metode discovery learning, yaitu :
1. Siswa aktif dalam kegiata belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan
untuk menemukan hasil akhir.
2. Siswa memahami benar bahan pelajarannya, sebab mengalami sendiri proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini akan lebih lama untuk
diingat.
3. Menemukan sendiri bisa menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini akan
mendorongnya untuk melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
4. Siswa yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

B. Model Pembelajaran Problem Based Learning


a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Leasrning

Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk
melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi
segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL). Model PBL dikembangkan berdasarkan
konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar
penemuan atau discovery learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap
pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan memproses informasi.

Berikut ini beberapa pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning dari beberapa
sumber buku:

 Menurut Barbara J. Duch (1996), Problem Based Learning (PBL) adalah satu model
yang ditandai dengan penggunaan masalah yang ada di dunia nyata untuk melatih siswa
berfikir kritis dan terampil memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan
tentang konsep yang penting dari apa yang dipelajari (Wijayanto, 2009:15).
 Menurut Suyatno (2009), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model
pembelajaran yang berbasis pada masalah, dimana masalah tersebut digunakan sebagai
stimulus yang mendorong mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk
merumuskan sebuah hipotesis, pencarian informasi relevan yang bersifat student-
centered melalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil untuk mendapatkan solusi dari
masalah yang diberikan.
 Menurut Arend, PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat
menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat
tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya
(Trianto, 2007).
 Menurut Sanjaya (2006: 214), Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Hakekat permasalahan yang diangkat dalam Problem Based
Learning adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dengan situasi yang
diharapkan, atau antara yang terjadi dengan harapan.

b. Karakteristik Model Pembelajaran PBL


 Menurut Trianto (2009:93), karakteristik model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah: (1) adanya pengajuan pertanyaan atau masalah, (2) berfokus
pada keterkaitan antar disiplin, (3) penyelidikan autentik, (4) menghasilkan produk
atau karya dan mempresentasikannya, dan (5) kerja sama.
 Menurut Rusman (2010:232), karakteristik model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) adalah sebagai berikut:
a) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.
b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata
yang tidak terstruktur.
c) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).
d) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan
bidang baru dalam belajar.
e) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama.
f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi
sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam problem based
learning.
g) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif.
h) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya
dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah
permasalahan.
i) Sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar.
j) Problem based learning melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan
proses belajar.
c. Tujuan Model Pembelajaran PBL
Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah kemampuan siswa untuk berpikir kreatif,
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah malalui
eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.

Berikut ini beberapa tujuan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL):
a) Mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Proses-proses berpikir tentang ide-ide abstrak berbeda dari proses-proses yang
digunakan untuk berpikir tentang situasi-situasi dunia nyata. Resnick menekankan
pentingnya konteks dan keterkaitan pada saat berpikir tentang berpikir yaitu
meskipun proses berpikir memiliki beberapa kasamaan antara situasi, proses itu
bervariasi tergantung dengan apa yang dipikirkan seseorang dalam memecahkan
masalah.
b) Belajar peran orang dewasa
Problem Based Learning (PBL) juga dimaksudkan untuk membantu siswa berkinerja
dalam situasi-situasi kehidupan nyata dan belajar peran-peran penting yang biasa
dilakukan oleh orang dewasa. Resnick mengemukakan bahwa bentuk pembelajaran
ini penting untuk menjembatani kerjasama dalam menyelesaikan tugas, memiliki
elemen-elemen belajar magang yang mendorong pengamatan dan dialog dengan yang
lain sehingga dapat memahami peran di luar sekolah.
c) Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri
Guru yang secara terus menerus membimbing siswa dengan cara mendorong dan
mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan memberi penghargaan untuk
pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mereka ajukan, dengan mendorong siswa
mencari solusi/penyelesaian terhadap masalah nyata yang dirumuskan oleh siswa
sendiri, maka diharapkan siswa dapat belajar menangani tugas-tugas pencarian solusi
itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.
d. Langkah-Langkah Penggunaan Model Pembelajaran PBL
Langkah-langkah operasional dalam proses pembelajaran yang dikonsepkan oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah sebagai berikut:
1. Konsep Dasar (Basic Concept)
Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang
diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik
lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat
tentang arah dan tujuan pembelajaran.
2. Pendefinisian Masalah (Defining The Problem)
Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan scenario atau permasalahan dan
peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota
kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap scenario secara
bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternative pendapat.
3. Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang
dinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tetulis yang
tersimpan dipepustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang
relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama,yaitu: (1) agar peserta didik
mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan
permasalahan yang telah didiskusikan dikelas, dan (2) informasi dikumpulkan
dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah
relevan dan dapat dipahami.
4. Pertukaran Pengetahuan (Exchange Knowledge)
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah
pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik
berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan
solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan
dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
5. Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),
kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan
yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir
semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan
e. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL
 Keunggulan
1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami
isi pelajaran sehingga pembelajaran lebih bermakna.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan
siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan
barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan. Disamping
itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi
sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
6. Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus
dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja.
7. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir
kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang dimiliki dalam dunia nyata.
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus
menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
 Kelemahan
1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau siswa berasumsi bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan model pembelajaran melalui Problem Based Learning
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa siswa berusaha memecahkan masalah yang
dipelajari, maka siswa tidak akan belajar apa yang ingin dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai