Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

MODEL PEMBELAJARAN
DISCOVERY LEARNING
Oleh :
I Putu Agus Indrawan

(1013031035)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
SINGARAJA
2014

Model Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning)

Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan peserta didik untuk


memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan. Penemuan konsep tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi peserta didik
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dan dilanjutkan dengan mencari
informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau mengkonstruksi apa yang mereka ketahui
dan pahami dalam suatu bentuk akhir. Hal tersebut terjadi bila peserta didik terlibat, terutama
dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan
inferring.
Penggunaan Discovery Learning, ingin mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi
aktif dan kreatif, pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented, dan mengubah
modus ekspository siswa hanya menerima informasi dari guru ke modus Discovery siswa
menemukan informasi sendiri.
Dasar teori model ini merupakan teori belajar konstruktivis, dimana siswa
membangun konsepnya sendiri berdasarkan pengalaman belajar sebelumnya serta
pengalaman belajar baru yang diajarkan. Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang
sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu :
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar


Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar pada siswa.
Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil.
Mendorong siswa untuk mampu melakukan penyelidikan.
Menghargai peranan pengalaman kritis dalam belajar.
Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa.
Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
Banyak menggunakan
terminilogi
kognitif
untuk
menjelaskan
proses

pembelajaran; seperti predeksi, inferensi, kreasi dan analisis.


11 Menekankan pentingnya bagaimana siswa belajar.
12 Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa
13
14
15
16

lain dan guru.


Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
Menekankan pentingnya konteks dalam belajar.
Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasari pada pengalaman nyata.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran kontruktivisme tersebut diatas, maka dalam

penerapannya didalam kelas sebagai berikut :


1

Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar

Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa

waktu kepada siswa untuk merespon.


3 Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
4 Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau siswa lainnya.
5 Siswa terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menantang terjadinya diskusi.
6 Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama dan materi-materi interaktif.
Model discovery learning dilihat dari aspek situasi sosial yaitu
Peran guru sebagai mengorganisasikan pembelajaran, sebagai stimulator, pemantau
proses belajar, fasilitator, dan evaluator.
Peran peserta didik sebagai problem solver dimana siswa dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan,
menganalisis,

mengintegrasikan,

mengorganisasikan

bahan

serta

membuat

kesimpulan-kesimpulan
Langkah-langkah dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas
adalah sebagai berikut
a. Perencanaan
1

Menentukan tujuan pembelajaran

Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar,


dan sebagainya)

Memilih materi pelajaran

Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contohcontoh generalisasi)

Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan


sebagainya untuk dipelajari siswa

Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik

Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

b. Pelaksanaan
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa prosedur
yang harus dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, secara umum sebagai berikut.
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini siswa dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul

keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap
ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan
dan membantu siswa untuk melakukan eksplorasi. Dalam hal memberikan stimulasi dapat
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan
demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada
siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah melakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian pilih salah satu masalah dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah). Memberikan
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasasalahan yang mereka
hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun pemahaman siswa agar
terbiasa untuk menemukan masalah.
3) Data collection (pengumpulan data).
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis, dengan memberi kesempatan siswa mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber,
melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa
belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan
yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah
dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4) Data processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut juga dengan
pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan

generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
5) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil
data yang telah diolah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau
hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau
tidak, apakah terbukti atau tidak.
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi adalah proses menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi.
Kelebihan dari Model Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut (Marzano; 1992):
a.
b.
c.
d.

Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.


Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).
Mendukung kemampuan problem solving siswa.
Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan
demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar.
e. Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih
f.
g.
h.
i.
j.

lamamembekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukanya.


Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
Belajar menghargai diri sendiri.
Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer.
Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir bebas.

Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut :


a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa
siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik
yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan.

Sebagai contoh penerapan metode discovery leraning dalam pembelajaran kimia dengan
topik hukum-hukum dasar kimia
No.

Tahap
Kegiatan Guru

1.

2.

Pembelajaran
Stimulation/

Kegiatan Siswa

a. Mengajukan pertanyaan

a. Memahami pertanyaan

Pemberian
rangsangan

tentang topik hukumhukum dasar kimia


b. Menganjurkan siswa
untuk membaca buku
tentang topik tersebut
c. Menganjurkan siswa
mencari informasi di
internet tentang topik
d. Memberi persoalan
mengenai topik tentang
hukum-hukum dasar
kimia

sesuai topik tentang


hukum-hukum dasar
kimia
b. Membaca buku sesuia
dnegan topik yang
diberikan oleh guru
c. Mencari informasi
melalui internet tentang
topik tersebut
d. Mengkaji persoalan
yang diberikan oleh
guru.

Problem

a. Membantu siswa

a. Mengembangkan

statement/ide
ntifikasi masalah

mengembangkan hipotesis
hipotesis terkait
mengenai hukum-hukum
hukum-hukum dasar
dasar kimia
kimia
b. Membantu siswa menguji b. Membantu siswa menguji
data yang terkumpul
data yang terkumpul
tentang topik tersebut
tentang topik tersebut
c. Membantu siswa mencari c. Mencari fakta/bukti atas
fakta/bukti atas hipotesis
hipotesis yang diajukan.
yang diajukan.

3.

4.

5.

6.

Pengumpulan

a. Membimbing siswa untuk

a. Mencari informasi yang

Data

mencari informasi yg
benar.
b. Membimbing siswa

benar
b. Merumuskan hipotesis

Pengolahan data

merumuskan
hipotesis
a. Membimbing siswa untuk

a. Melakukan

mengumpulkan fakta dan bukti


yang dibutuhkan untuk
mendukung hipotesis melalui
buku, internet,dll
b. Membimbing siswa untuk
mengolah data yang diperoleh.
c. Mendorong siswa
melakukan untuk belajar
meverivikasi, mengkategorikan
data.

pengumpulan data, fakta, bukti


yang mendukung hipotesis
melalui buku, internet, dll
b. Mengolah data yang
diperoleh dengan benar.

Verification/

a. Membantu siswa

a. Memperluas hasil

pembuktian

memperluas hasil hipotesis yg


ada
b. Membantu mengkaji
kekurangan hipotesis
c. Meyakinkan siswa atas
kebenaran/fakta yang menjadi
jawaban dari rumusan hipotesis
dan dari data-data yang telah
terkumpul

hipotesis yang ada

Generalizatio
n/penarikan
kesimpulan

a. Membantu siswa
mengungkapkan penyelesaian
masalah yang dipecahkan
b. Membimbing siswa untuk
menganalisis masing-

c. Melakukan verifikasi,
kategori data.

b. Mengkaji kekurangan
hipotesis.
c. Menerima kebenaran/fakta
yang menjadi jawaban rumusan
hipotesis dan dari data-data
a. Mengungkapkan
penyelesaian masalah yang
dipecah
b. Melakukan analisis atas
masing-masing kesimpulan
yang telah

Referensi
Anonim,

2014.

Model

Pembelajaran

discovery

learning.

http://www.academia.edu/6644958/MODEL_PEMBELAJARAN_DISCOVERY_LE
ARNING. Diakses 10 November 2014
Faiq, Muhammad. 2014. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Dalam
Implementasi

Kurikulum

2013.

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2014/06/modelpembelajaran-discovery-

learning-kurikulum-2013.html. diakses 8 oktober

2014
Nosalmathedu,

2012.

Model

pembelajaran

discovery

http://nosalmathedu10.blogspot.com/2012/07/model-pembelajaran-discovery
learning.html. Diakses 10 November 2014)

learning.

Anda mungkin juga menyukai