Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENGGUNAAN

PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING LEARNING


(QTL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS XII

di MAN 1 KOTA SUKABUMI

Diajukan untuk memenuhi tugas mandiri Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )


Semester VI

Dosen Pengampu : Dra.Hj Elih Yuliah,M.Ag

Disusun Oleh :

Nama : Rima Anggraeni T ( 17.1.T1.5052 )

Prodi/Semester : PAI/Semester VI (Enam )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSUL ‘ULUM


GUNUNGPUYUH KOTA SUKABUMI

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW,yang telah
membawa risalahnya kepada umat-Nya. Berkat rahmat dan karunia-Nya yang
selalu terpancar bagi ummat-Nya,maka segala macam halangan dan hambatan
yang merintangi dapat teratasi,sehingga terbukanya pintu kelancaran sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas mandiri yang berbentuk proposal pada mata
kuliah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ), yang berjudul “PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) PENGGUNAAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING LEARNING
(QTL) DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK KELAS XII di
MAN 1 KOTA SUKABUMI”.

Pada kesempatan ini ,tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dra.Hj
Elih Yuliah,M.Ag sebagai Dosen Pengampu yang telah memberikan tugas dan
pengalaman berharga,dan bantuan pemikiran sehingga proposal ini dapat
diselesaikan tepat waktu.

Kendati penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun


proposal ini,saya tetap menyadari bahwa sebagai manusia tentunya tidak terlepas
dari kesalahan dan kekurangan termasuk dalam penyusunan proposal ini,baik dari
segi teknik maupun pembahasan yang menyebabkan proposal ini jauh dari kriteria
sempurna.Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
agar dapat menyusun propsal ini dengan baik.

Sukabumi, 21 Juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ..........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ......................................................................3
C. TUJUAN PENELITIAN .......................................................................3
D. MANFAAT PENELITIAN....................................................................3

BAB II  KAJIAN PUSTAKA 

A. QUANTUM TEACHING LEARNING...................................................4


B. MOTIVASI BELAJAR............................................................................9

BAB III PEMBAHASAN

A. PENERAPAN PENDEKATAN QTL UNTUK MENINGKATKAN


MOTIVASI BELAJAR...........................................................................14
B. HIPOTESIS.............................................................................................20
C. METODE PENELITIAN........................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang       

Agama islam yang di wahyukan kepada Rasulullah saw.


mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat
bagi sekalian alam. Dalam agama islam terkandung suatu potensi yang
mengacu kedua fenomena yaitu :

a. Potensi psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk


menjadi pribadi yang berkualitas baik dan menyandang derajat mulia
melebihi makhluk makhluk lainnya.
b. Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai khalifah di muka
bumi yang dinamis dan kreatif serta responsive terhadap lingkungan
sekitarnya.

Untuk mengaktualisasikan dan memfungsikan potensi tersebut


diatas diperlukan ikhtiar kependidikan yang sistematis berencana
berdasarkan pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Karena
manusia semakin terlibat kedalam proses perkembangan social itu sendiri
menunjukkan adanya interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi.Agama
islam yang membawa nilai-nilai dan norma-norma kewahyuan bagi
kepentingan hidup manusia di atas bumi, baru actual dan fungsional bila
diinternalisasikan kedalam pribadi melalui proses kependidikan yang
konsisten, terarah kepada tujuan.

Karena itu proses kependidikan memerlukan konsep konsep yang


pada gilirannya dapat dikembangkan menjadi teori-teori yang teruji dan
praksisasi di lapangan operasional. Bangunan teoritis kependidikan islam
itu akan berdiri tegak diatas fondasi pandangan dasar (filosofi) yang telah
digariskan oleh tuhan dalam kitab suci.Ahmad marimba  mendefinisikan
pendidikan sebagai “suatu bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh

1
2

guru terhadap perkembangan jasmani atau rohani murid menuju


terbentuknya kepribadian yang utama”. Dari pengertian ini terdapat
beberapa unsur yaitu: usaha, guru, murid, dasar dan tujuan.

Selain dari itu banyak sekali permasalahan-permasalahan pada


pendidikan hususnya pada tahap keberlangsungan proses pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan terdapat berbagai macam problema yang dapat
menghambat proses belajar-mengajar baik bagi pendidik maupun peserta
didik. Dengan adanya hambatan dalam proses belajar-mengajar tersebut,
tentu dalam proses pengajaran tidak akan mampu mencapai tujuan yang
ditargetkan.

Dalam Pembelajaran tidak terlepas dari suatu pendekatan yang di


gunakan untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran serta yang di
sampaikan oleh guru kepada peserta didik dapat membawa hash yang
baik,sedangkan dalam menyampaikan materi tidak hanya materi tetapi
praktek melalui percobaan langsung atau tidak langsung dapat
menggunakan alat-alat yang di anggap seperti nyata.

Beberapa peserta didik lebih mudah menerima keterangan yang di


berikan oleh temannya karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk
bertanya di bandingkan harus bertanya kepada guru, melalui pendekatan
Quantum Teaching Learning (QTL) proses pembelajaran akan berubah
menjadi proses belajar yang meriah dengan segala nuansa dan kaitannya.

Quantun Teaching Learning (QTL) Merupakan salah satu model


pembelajaran yang digunakan untuk menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi peserta didik. Dengan menggunakan pendekatan ini
diharapkan proses pembelajaran menjadi efektif, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
3

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa
melalui pendekatan belajar menggunakan Quantum Teaching
Learning?
2. Bagaimana pengaruh pendekatan belajar Quantum Teaching Learning
terhadap motivasi belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan motivasi
belajar belajar siswa melalui pendekatan Quantum Teaching
Learning.
2. Untuk mengetahui pengaruh Quantum Teaching Learning terhadap
motivasi belajar siswa.
D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjad itiga bagian, diantaranya :

1. Bagi Siswa penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi


atau minat belajar yang tinggi, sehingga siswa akan lebih mudah dalam
mempelajari materi pelajaran agama islam dan mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Guru penelitian ini diharapkan sebagai motivasi dalam
meningkatkan kualitas dan kuantitas penggunaan strategi pembelajaran
kemampuan berfikir sehingga hasil yang di peroleh benar benar
berdampak secara keseluruhan terhadap peserta didik.
3. Bagi Lembaga penelitian ini diharapkan memberi kontribusi positif
dalam menentukan berbagai kebijakan khusus dalam hal peningkatan
mutu kegiatan belajar.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. QUANTUM TEACHING LEARNING (QTL)


1. Definisi Quantum Teaching Learning (QTL)

Kata quantum berasal dari bahasa Latin, berarti “Seberapa


banyak?”, menggambarkan satuan terkecil yang bisa berarti menyerupai
partikel. Selanjutnya Kata Quantum sendiri berarti interaksi yang
mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada
pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di
dalam kelas.

Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika


Quantum yaitu: E = mc2

E = Energi (antusiasme, efektivitas belajar-mengajar,semangat)

M = massa (semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)

c = interaksi (hubungan yang tercipta di kelas)

Berdasarkan persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses


pembelajaran yang tercipta akan berpengaruh besar sekali terhadap
efektivitas dan antusiasme belajar pada peserta didik.

Dengan demikian Quantum Teaching adalah panduan praktis


dalam mengajar yang berusaha mengakomodir setiap bakat siswa atau
dapat menjangkau setiap siswa. Metode ini sarat dengan penemuan-
penemuan terkini yang menimbulkan antusiasme siswa. Quantum
Teaching menjadikan ruang-ruang kelas ibarat sebuah konser musik yang
memadukan berbagai instrumen sehingga tercipta komposisi yang
menggerakkan dari keberagaman tersebut. Sebagai guru yang akan

4
5

mempengaruhi kehidupan murid, anda seolah-olah memimpin konser saat


berada di ruang kelas.

2. Asas Utama Quantum Teaching

Quantum teaching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka


ke Dunia Kita, Dan Antarkanlah Dunia Mereka ke Dunia Kita”. Artinya :
mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai
langkah pertama untuk mendapatkan hal mengajar. Hak mengajar ini
diberikan oleh siswa, bukan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas mengeluarkan dokumen yang mengizinkan seseorang untuk
mengajar. Berarti hanya memiliki wewenang untuk mengajar.

Belajar dan segala definisinya adalah kegiatan fullcontect. Dengan


kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia-pikiran,
perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan
sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian hak untuk
memudahkan belajar tersebut harus diberi oleh pelajar dan diraih oleh
guru.

3. Prinsip-Prinsip Quantum Teaching

Prinsip-prinsip ini adalah sebagai struktur Chord dasar dan simfoni


belajar Anda. Prinsip-prinsip ini adalah:

1. Segalanya bicara,  lingkungan hingga bahasa tubuh ,kertas yang


dibagikan hingga rancangan pelajaran semuanya mengirim pesan
tentang belajar.
2. Segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam pengubahan, semuanya
mempunyai tujuan
3. Pengalaman sebelum pemberian nama, otak kita berkembang pesat
dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa
ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling baik terjadi ketika
6

siswa telah mengalami informasi sebelurn mereka memperoleh nama


untuk apa mereka pelajari.
4. Akui setiap usaha. Pada saat siswa mengambil langkah mereka patut
mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan din mereka.
5. Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan
umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asposiasi emosi
positif dalam belajar
4. Model Quantum Teaching

Model QT hampir sama dengan sebuah simfoni, yang terdiri dan


dua unsur, yaitu: konteks dan isi (contect and content).

Konteks adalah latar untuk pengalaman Anda. Konteks merupakan


keakraban ruang orkestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor
dan para pemain musiknya (suasana) keseimbangan instrumen dan musisi
dalam bekerja sama, (landasan) dengan interprestasi sang maestro terhadap
lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur mi berpadu dan kemudian
menciptakan pengalaman bermusik yang menye1uruh.

Isi, anggaplah lembaran musik itu sendiri sebagai isi not-not nyata
pada sebuah halaman. Salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frasa
musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitas ahli sang maestro
terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi
setiap instrumen.

5. Kerangka rancangan belajar Quantum Teaching

Kerangka rancangan Quantum Teaching ini dikenal dengan istilah


TANDUR.

1. Tumbuhkan. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat


Bagiku ” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Strategi
untuk melaksanakan Tumbuhkan tidak harus dengan tanya jawab,
menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula
7

dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu


muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.
2. Alami. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti semua pelajar. Konsep Alami mengandung pengertian
bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan
manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga
menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
3. Namai. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah
“masukan”.Dalam memahami konsep Namai yaitu perbedaan apa
yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan
pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang
digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan? Strategi
implementasi konsep Namai dapat menggunaka gambar susunan
gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang
lainnya.
4. Demonstrasikan. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk
‘menunjukkan bahwa mereka tahu”. Hal ini sekaligus memberi
kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap
materi yang dipelajari.
5. Ulangi. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan
menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
6. Rayakan. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan
keterampilan dan ilmu pengetahuan. Dengan maksud memberikan
rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan
yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan
kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan
siswa dalam belajar lebih lanjut.
6. Strategi Quantum learning
8

Quantum learning berakar dari upaya Dr. George Lozanov seorang


pendidik kebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang
disebut sebagai SUGGESTOLORY atau SUGGESTOPED1A

Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil


situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif
ataupun negatif.Teknik untuk memberikan sugesti positif adalah
mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam
kelas, meningkatkan prestasi individu, menggunakan poster-poster untuk
memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan
guru-guru yang terlatih baik dalamlseni pengajaran sugesti.

Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan suggestology


adalah pemercepat belajar, adalah “ memungkinkan siswa untuk belajar
dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal. Dan
dibarengi kegembjraan quantum learning mencakup aspek-aspek penting
dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang
bagaimana otak mengatur informasi.Program ini meneliti hubungan antara
bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan aliran
pengertian antara siswa dan guru.Tubuh kita secara fisik adalah materi,
sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak mungkin interaksi,
hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.

Quantum learning menggabungkan suggestology, teknik


pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori keyakinan, termasuk di
antaranya konsep-konsep kunci dan berbagai teori dan strategi belajar
yang lain, seperti:

1) Teori otak kanan/kiri;


2) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestik)
3) Teori kecerdasan ganda
4) Pendidikan holistic
5) Belajar berdasarkan pengalaman
9

6) Belajar dengan symbol


7) Simulasi/permainan
B. MOTIVASI BELAJAR

Masnur menjelaskan, motivasi adalah daya atau perbuatan yang


mendorong seseorang. tindakan atau perbuatan merupakan gejala sebagai
akibat dan adanya motivasi tersebut. Seorang siswa dapat belajar dengan giat
karena motivasi dari luar dirinya, misalnya adanya dorongan dari orangtua
atau gurunya, janiji-janji yang diberikan apabila ia berhasil dan sebagainya.
Akan tetapi, akan lebih baik apabila motivasi belajar datang dari dalam
dininya sendiri, sehingga ia akan terdorong secara terus-menenis, tidak
bergantung pada situasi luar.Motivasi atau minat belajar merupakan hasrat
untuk belajar dari seseorang individu. Seorang siswa dapat belajar secara lebih
efisien apabila ia berusaha untuk belajar secara maksimal. Artinya, ia
memotivasi dirinya sendiri. Motivasi belajar dapat datang dari dalam diri
siswa yang rajin membaca buku dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
terhadap suatu masalah.

Motivasi belajar dapat dibangkitkan, ditingkatkan, dan dipelihara oleb


kondisi-kondisi luar, seperti penyajian pelajaran oleh guru dengan media
bervariasi, metode yang tepat, komunikasi yang dinamis, dan sebagainya.

a. Macam Macam Motivasi Belajar

Ditinjau dan sudut operasionalnya, motivasi terdini atas beberapa macam


bentuk berikut:

1) Motif
Seorang siswa yang belajar diasumsikan di dalam dirinya ada
dorongan untuk memulai, melaksanakan, dan mengatur aktivitasnya.
Dorongan tersebut bergantung pada tiap-tiap individu siswa. Dalam
hubungan ini, dapat dilihat dan dua macam motif, yaitu :
a) Motif biogenis
10

Motif biogenis adalah motif yang berasal dan masalah biologis,


yaitu motif yang sifatnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis
(physical needs). Kebutuhan biologis ini merupakan kebutuhan yang
paling fundamental. Ini berarti bahwa sebelum kebutuhan-kebutuhan
lain yang perlu dipenuhi oleh setiap manusia, kebutuhan biologis yang
pertama harus dipenuhi. Contoh kebutuhan biologis ini adalah makan,
minum, pakaian, dan sebagainya. Khusus untuk memotivasi dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, sekolah harus menyediakan
kebutuhan fisik yang cukup memadai, misalnya WC yang bersih,
kantin yang sehat, ruang kelas yang sesual dengan ventilasi yang
memadai, tempat duduk yang nyaman dan aman, halaman sekolah
yang rindang, dan sebagainya.
b) Motif sosiogenis

Motif sosiogenis adalah motif yang berasal dan segi sosial. Motif
ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidup seseorang. Guru harus
mengetahui adanya motif ini dalam diri setiap siswa, untuk
dimanfaatkan dalam pencapalan belajar.Motif-motif yang termasuk
dalam sosiogenis dikelompokkan menjadi:

1) Motif pencapaian, yaitu motif yang berbentuk keinginan untuk


menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi seseorang;
2) motif untuk bergabung, yaitu motif yang berbentuk keinginan
untuk bergabung menjadi anggota suatu kelompok;
3) motif keterlibatan pribadi, yaitu motif yang berbentuk keinginan
untuk mendapat perhatian, pengaruh, prestasi, dan sukses.

Motif-motif lain di antaranya berbentuk:

1) Motif kebutuhan rasa aman;


2)  motif kebutuhan akan cinta dan kasih sayang;
3) motif kebutuhan harga diri
4) motif peningkatan diri.
11

2) Minat
Minat memengaruhi proses hasil belajar yang juga berpengaruh
terhadap motivasi. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari
sesuatu, dia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam
mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, kalau seseorang mempelajari
sesuatu sesuai dengan minatnya, ia akan berhasil lebih baik. Minat
seseorang teriiadap suatu hal dapat dilihat dan keinginannya untuk
mengetahul atau belajar lebih banyak. Oleh karena itu, guru harus
mengetahui minat siswa terhadap suatu mata pelajanan dan
mengetahui cara menarik perhatian siswa terhadap pelajaran.

b. Fungsi motivasi

Guru sebagai petugas pendidikan harus menguasai materi pelajaran


yang disajikannya, metode penyampaian yang cocok dengan materi, dan
mampu mengelola lingkungan belajar. Salah satu hal yang sangat penting
adalah membangkitkan dan mengembangkan motivasi siswa untuk belajar.
Fungsi motivasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, antara lain
sebagai berikut:

1) Fungsi penggerak dalam motivasi

Penggerak motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan melalui berbagai


cara, antara lain:

a) Metode penemuan (Bruner). Metode ini dimaksudkan agar siswa


memberi stimulan terhadap dirmnya sendiri sehingga ia melakukan
fungsi penggerak motivasinya;
b) motivasi kompetensi (Robert White). Motivasi kompetensi
menggerakkan tindakan-tindakan, seperti menyelidiki, memerhatikan,
berbicara, penalaran, dan memanipulasi;
12

c) belajar terprogram (Bert Kersh). Kelompok belajar secara terbimbing


berisi serangkaian pertanyaan dan jawaban, yang disusun secara
bertahap sampai pada penyelesaian masalah. Cara belajar seperti ini,
menuntut siswa untuk membuat inferensi dan mengingat aturan-aturan
tanpa bantuan atau penjelasan dan guru;
d) prosedur brainstorming (Torrance). Prosedur inl dimaksudkan agar
siswa mampu memproduksi ide-ide yang berbobot tinggi, melalui
diskusi dan kritik lstilah lain prosedur ini adalah prosedur urun
pendapat. Beberapa keuntungan prosedur inl adalah menghasilkan ide-
ide lebih banyak dibandingkan dengan cara lain, seperti pengarahan
janji, ataupun hadiah.
2) Fungsi harapan

Guru memberi harapan-harapan tersebut untuk menggugah motivasi


belajar. Cara-cara yang dapat dilaksanakan untuk memenuhi fungsi harapan
ini antara lain:

a) merumuskan tujuan instruksional sekhusus mungkin. Tujuan-tujuannya


spesifik, operasional, dan dapat diamati akan lebih mendorong siswa
untuk mencapainya. Dalam hubungan ini telah terkandung harapan-
harapan yang diinginkan siswa;
b) tujuan instruksional hendaknya terbagi atas tiga kategori, yaitu tujuan
instruksional yang Iangsung, intermediate, dan jangka panjang. Jauh
dekatnya tujuan iristruksional memberikan pengaruh terhadap
kepercayaan siswa untuk mencapainya, yang bertalian erat dengan
pengerahan energi;
c) perubahan-perubahan harapan. Harapan adalah produk dari
pengalaman masa lampau. Keberhasilan atau kegagalan pada masa
lampau merupakan unsur utama untuk meramalkan keberhasilan dan
kegagalan yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang;
d) tingkat aspirasi. Tingkat aspirasi dimaksudkan sebagai pembangkit
motivasi dengan berpedoman bahwa keberhasilan masa Iampau
13

mengondisi siswa untuk menambah harapan-harapan mereka.


Kegagalan masa lampau menyebabkan siswa memperendah
harapannya, untuk menjaga agar kegagalan yang sama tidak terulang.
c. Teknik-Teknik motivasi

Keberhasilan belajar pada dasarnya terletak pada tangan siswa


sendiri, dan faktor motivasi belajar memegang peranan penting di dalam
menci ptakan efektivitas kegiatan belajar-mengajar. Guru harus
memotivasi siswa agar mereka aktif belajar, terlibat, dan berperan serta
dalam setiap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena
itu, guru harus memikirkan sebaik-baiknya usaha-usaha apa yang patut
dilakukan untuk membangkitkan motivasi para siswa yang dikelolanya
agar mereka melaksanakan kegiatan belajar secara aktif.Beberapa teknik
atau pendekatan untuk memotivasi siswa agar memiliki gairah dalam
belajar, antara lain:

1) berikan kepada siswa rasa puas untuk keberhasilan Iebih lanjut;


2) ciptakanlah suasana kelas yang menyenangkan;
3) aturlah tempat duduk siswa secara bervariasi;
4) pakailah metode penyampalan yang bervariasi sesuai dengan materi
yang disajikan;
5) kembangkan pengertian para siswa secara wajar;
6) berikan komentar terhadap pekerjaan siswa.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENERAPAN PENDEKATAN QTL UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR

Banyak faktor yang menyebabkan ketidak mampuan siswa


dalam menyerap pelajaran yang diberikan guru diantaranya bermula
dari proses pembelajaran yang tidak menarik dan membosankan.
Sebagai akibatnya siswa menjadi malas dan tidak tertarik terhadap
materi yang disampaikan. Oleh karena itu penting bagi guru untuk
mengaplikasikan  kegiatan pembelajaran yang menarik kelas misalnya
dengan cara menyapa siswa dengan ramah dan semangat,
menciptakan suasana rileks, memotivasi siswa, dan menggunakan
metode pembelajaran yang variatif.Beranjak dari hal tersebut, sudah
saatnya guru untuk merubah paradigma
mengajar  yang  masih  bersifat teacher-centred menjadi stundent-
centred yang menyenangkan.  Apa lagi hal tersebut  memang sudah
diamanatkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas dan
Peraturan Pemerintah No.19 tentang standar pendidikan nasional.
Undang-undang pasal 40 ayat 2 berbunyi “guru dan tenaga
kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis”. Sementara
Peraturan Pemerintah No.19 pasal 19 ayat 1 berbunyi “proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif,  menyenangkan, menantang, memotivasi siswa
untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik, serta psikologi siswa.” Sebenarnya sudah banyak
literatur yang membahas tentang pembelajaran menyenangkan yang
diistilahkan dengan kata PAKEM atau PAIKEM yang dapat
digunakan oleh para guru. Demikian pula beberapa pendekatan untuk
mendukung PAKEM seperti quantum teaching, kontekstual teaching,
dan active learning. Namun masih sedikit para guru yang tertarik
untuk menggunakannya. Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan
waktu bagi guru untuk membaca literature tersebut karena umumnya
tebal dan lebih bersifat teoritis. Artikel ini mudah-mudahan dapat
menjadi solusi yang dapat digunakan para guru untuk menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan.

a. Pembelajaran Yang Menyenangkan

14
15

Istilah pembelajaran mengacu pada dua aktivitas yaitu mengajar


dan belajar. Aktivitas mengajar berkaitan dengan apa yang dilakukan
oleh guru dan aktivitas belajar berkaitan dengan siswa. Hal ini seperti
yang diungkap oleh Munib Chatib bahwa pembelajaran adalah proses
transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa
sebagai penerima informasi. Sementara Achjar Chalil mendefiniskan
pembelajaran sebagaiproses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.Sedangkan menurut
Arief.S Sadiman pembelajaran adalah proses penyampaian pesan dari
sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau media tertentu.

Dari ketiga definisi tersebut dapat dipahami bahwa dalam


pembelajaran memuat tiga unsur penting yaitu:

1) Proses yang direncanakan guru,


2) Sumber belajar,
3) dan siswa yang belajar.

Dalam konteks pembelajaran menyenangkan, siswa lebih


diarahkan untuk memiliki motivasi tinggi dalam belajar dengan mencipta
kan situasi yang  menyenangkan dan mengembirakan.Menurut Mulyasa,
pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses
pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara
guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan. Pembelajaran
menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan
siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan diri sebagai mitra
belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru
belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang
demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam
melakukan proses pembelajaran.

Pembelajaran dikatakan menyenangkan apabila di dalamnya


terdapat suasana yang rileks, bebas dari tekanan, aman, menarik,
16

bangkitnya minat belajar, adanya keterlibatan penuh, perhatian peserta


didik tercurah, lingkungan belajar yang menarik, bersemangat, perasaan
gembira, konsentrasi tinggi. Sementara sebaliknya pembelajaran menjadi
tidak menyenangkan apabila suasana tertekan, perasaan terancam,
perasaan menakutkan, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat,
malas/tidak berminat, jenuh/bosan, suasana pembelaj aran monoton,
pembelajaran tidak menarik siswa.

b. Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan

Dalam rangka menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,


beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain :

1) Menyapa siswa dengan ramah dan bersemangat. Menciptakan awal yang


berkesan adalah penting karena akan mempengaruhi proses selanjutnya.
Jika awalnya baik, menarik, dan memikat, maka proses pembelajaran akan
lebih hidup dan menggairahkan.Oleh karena itu selalu awali kegiatan
pembelajaran dengan memberikan sapaan hangat kepada siswa, misalnya
“anak-anak senang bertemu kalian hari ini, kalian adalah anak-anak bapak
atau/ibu yang hebat”.Karena sapaan hangat dan raut wajah cerah
memantulkan energy positif yang dapat mempegaruhi semangat para
siswa. Kita dapat bayangkan jika seorang guru ketika memulai
pembelajaran dengan raut muka ruwet, tidak senyum, penampilan kusut,
tentu saja suasana kelas menjadi menegangkan dan menakutkan.
2) Menciptakan suasana rileks. Ciptakanlah lingkungan yang releks,
yaitudengan menciptakan lingkungan yang nyaman. Oleh karena itu
aturlah posisi tempat duduk secara berkala sesuai keinginan siswa. Bisa
memakai format U, lingkaran, Cevron, dan lain-lain. Selain itu,
ciptakanlah suasana kelas dimana siswa tidak takut melakukan kesalahan.
Untuk menanamkan keberanian kepada siswa dalam mengemukakan
pendapat atau menjawab pertanyaan, katakana kepada siswa jika
17

jawabannya salah katakan“KAN LAGI BELAJAR”. Karena sedang


belajar, maka kesalahan adalah suatu yang lumrah dan tidak berdosa.
3) Memotivasi siswa

Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori


pembelajaran. Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan,
perhatian, kecemasan, dan umpan balik/penguatan. Adanya dorongan
dalam diri individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara
langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dari luar, misalnya berupa
stimulus model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang
baik dari diri peserta didik yang akan belajar. Respon yang baik tersebut,
akan berubah menjadi sebuah motivasi yang tumbuh dalam dirinya,
sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran
dengan penuh perhatian dan antusias.Apabila dalam diri peserta didik telah
tumbuh respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan belajar akan
lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses
pembelajaran memiliki kecenderungan berhasil lebih besar dibanding
mereka yang mengikuti proses dengan terpaksa atau asal-
asalan.Kebanyakan pendidik mengajar hanya untuk mengejar target tanpa
memperdulikan pemahaman peserta didik. Padahal belajar adalah suatu
bentuk aktivitas manusia yang memerlukan adanya motivasi untuk
mencapai tujuan. Semakin tinggi motivasi yang didapat siswa maka
semakin tinggi pula keberhasilan yang akan dicapai.Banyak cara dalam
memberikan motivasi kepada siswa antara lain dengan membuat yel-yel
berupa kata-kata afirmasi seperti dialog dibawah ini:

Guru : Para Pejuang ?

Siswa : Allahu Akbar !

Guru : Are You Ready ?

Siswa : YES I’M


18

Guru : Sholih Sholihaa.....

Siswa : YES I’M !

Guru : Sudah siap belajar ?

Siswa : Ya Siap !

Guru : untuk apa kalian belajar ?

Siswa : agar pintar !

Guru : seberapa pintar ?

Siswa : sangat pintar !

Kata-kata afirmasi tersebut dapat digunakan pada awal pembelajaran,


pertengahan, dan penutupan. Dan digunakan secara berulang-ulang sehingga kata-
kata tersebut menghujam ke hatinya sehingga melahirkan sikap yang positif sesuai
dengan kata-kata afirmasi itu sendiri.

4) Menggunakan ice breaking

Dalam pelajaran terkadang kita melihat timbulnya suasana yang kurang


mendukung hingga menyebabkan tidak tercapainya tujuan dari pembelajaran.
Suasana yang dimaksud adalah kaku, dingin, atau beku sehingga pembelajaran
saat itu menjadi kurang nyaman.Ice breaking berguna untuk menaikkan kembali
derajat perhatian peserta pelatihan (training). Hal ini perlu dilakukan oleh guru
karena berdasarkan hasil penelitian, rata-rata setiap orang untuk dapat
berkonsentrasi pada satu focus tertentu hanyalah sekitar 15 menit. Setelah itu
konsentrasi seseorang sudah tidak lagi dapat memusatkan perhatian (focus).
Seorang guru harus peka ketika melihat gejala yang menunjukkan bahwa siswa
sudah tidak dapat konsentrasi lagi dengan melakukan ice breaking agar siswa
menjadi segar dan konsentrasi kembali. Ice breaking bisa berupa yel-yel, tepuk
tangan, menyanyi, gerak dan lagu, gerak anggota badan, dan games.
19

5) Menggunakan metode yang variatif


Individu adalah makhluk yang unik memiliki kecenderungan, kecerdasan,
dan gaya belajar yang berbeda-beda. Paling tidak ada 4 gaya belajar siswa seperti
yang diungkapkan Howard Gardner yaitu Auditory, Visual, Reading dan
Kinesthetic.Guru perlu menyadari bahwa siswa dalam satu kelas memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, untuk mengakomodir semua siswa
belajar dengan latar belakang yang berbeda tersebut guru dapat menggunakan
metode yang bervariasi. metode praktis yang dapat diterapkan antara lain:
1) Every one is a teacher here
Dalam metode ini setiap siswa sebagai guru. Setiap siswa
menuliskan sebuah pertanyaan pada selembar kertas tentang materi pokok
yang telah atau sedang dipelajari. Pertanyaan tersebut dikumpulkan dan
diacak kemudian dibagikan kembali kepada siswa. Diupayakan kertas
yang dikembalikan tersebut tidak kembali kepada yang membuat
pertanyaan semula. Kemudian siswa diminta untuk membacakan
pertanyaan yang ada padanya dan menjawabnya sesuai dengan
kemampuannya selanjutnya diberikan kesempatan kepada siswa yang lain
untuk menambahkan jawabannya.
2) The Power of two and four

Guru menetapkan satu masalah atau pertanyaan terkait dengan


materi yang telah atau  sedang dipelajari. Setiap siswa diminta memikirkan
jawabannya masing-masing kemudian mencari pasangan untuk
mendiskusikannya. Setelah berdiskusi dengan pasangannya masing-
masing, siswa diminta untuk membuat kelompok dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 4 orang. Setiap kelompok kembali mendiskusikan
persoalan yang sama.

3) Card sort

Dalam metode ini, guru menyiapkan kartu berisi tentang materi


pokok yang telah atau  sedang dipelajari. Isi kartu terdiri dari kartu induk
20

(topic utama) dan kartu rincian. Seluruh kartu diacak kemudian dibagikan
kepada setiap siswa. Perintahkan kepada siswa untuk bergerak mencari
kartu induknya. Setelah ketemu kartu induknya, siswa secara otomatis
akan membuat kelompok sesuai dengan topic atau kartu induknya dan
menyusun rincian sesuai dengan urutannya masing -masing. Guru
kemudian mengecek apakah ada siswa yang salah masuk kelompok atau
salah dalam mengurutkan rinciannya.

4) Reading aloud

Guru memilih sebuah teks yang menarik sesuai dengan topic


pembelajaran yang dibagi dalam potongan-potongan kertas untuk dibaca
dengan keras oleh siswasecara bergantian. Ketika bacaan-bacaan tersebut
berjalan, guru menghentikan di beberapa tempat untuk menekankan poin-
poin tertentu, kemudian guru memunculkan beberapa pertanyaan, atau
memberikan contoh-contoh. Guru dapat membuat diskusi-diskusi singkat
jika para siswa menunjukan minat dalam bagian tertentu.

B. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara yang masih perlu diuji


kebenarannya. Berdasarkan teori pembelajaran dan hasil penelitian yang
telah dipaparkan pada latar belakang penelitian sebelumnya, peneliti dapat
menyusun hipotesis tindakan sebagai berikut: “Jika pembelajaran
menggunakan pendekatan Quantum Teaching Learning maka Motivasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq kelas XII MAN 1 Kota
Sukabumi dapat di tingkatkan”.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan


terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,yang sengaja dimunculkan
dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. PTK mempunyai tujuan
yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan layanan profesional guru
21

sebagai pendidik dalam menangani proses pembelajaran di kelas. Sehingga


PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis
untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan
baik dan benar. Implementasi dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam
PTK mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran di
kelas melalui tindakan bermakna.

PTK mempunyai karakteristik penting, yaitu bahwa permasalahan


yang diangkat adalah permasalahan yang dihadapi oleh guru pada waktu
proses pembelajaran di dalam kelas. PTK bisa dilaksanakan apabila seorang
pendidik sejak awal menyadari dan mengetahui adanya persoalan yang
terkait dengan proses pembelajaran yang dihadapi di kelas.

1. SETTING PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Kota Sukabumi Tahun


Ajaran 2019/2020,tepatnya pada bulan Januari-Februari 2020.

2.  SASARAN TINDAKAN

Sasaran pada penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan seluruh
siswa kelas XII MAN 1 Kota Sukabumi.

3. RENCANA TINDAKAN
a. Desain PTK

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang


digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab
pertanyaan penelitian. Desain penelitian ini mengacu pada proses
pelaksanaan penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart.

Pada penelitian tindakan kelas(PTK) menggunakan 2 siklus.


Penelitian ini merujuk dari apa yangdisyaratkan untuk penelitian tindakan
kelas yaitu penelitian dilakukansekurang-kurangnya dalam dua siklus
22

tindakan yang berurutan. Pada penelitian tindakan kelas (PTK)


menggunakan 2 siklus namun jika belum memenuhi kriteria keberhasilan
maka diperlukan 1 siklus lagi sampai terpenuhi kriteria keberhasilan
tersebut. Hal ini bertujuan agar terjadi adanya perbaikan pada siklus
kedua. Informasi dari sklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus
berikutnya, oleh karena itu siklus kedua, ketiga dan seterusnya tidak dapat
dirancang sebelum siklus pertama terjadi. Hasil refleksi pada siklus
terdahulu, dugunakan sebagai acuan dalam menyusun siklus-siklus
selanjutnya. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa siklus kedua dan
seterusnya merupakan perbaikan dari siklus pertama.

Pada setiap pelaksanaan penelitian, desain sangat dibutuhkan agar


penelitian tetap berada pada apa yang direncanakan dan lebih matang.
Berikut adalah desain penelitian yang akan digunakan pada penelitian
ini.Secara mendetail Kemmis dan Taggart menjelaskan tahap-tahap
penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Pada bagian awal yaitu
identifikasi masalah, permasalahan penelitian difokuskan kepada strategi
bertanya kepada siswa dalam pembelajaran sains. Keputusan ini timbul
dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa siswa belajar sains
dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Dalam diskusi
dipikirkan cara untuk mendorong inkuiri siswa, apakah dengan mengubah
kurikulum atau mengubah cara bertanya kepada siswa?

Lanjut pada tahap perencanaan, fokus permasalahan diputuskan


untuk menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa untuk
menjawab pertanyaan sendiri. Pada kotak tindakan (action), mulai
diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka
mengatakan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada
kotak pengamatan (observe), pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban
siswa dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Pengamat juga membuat catatan dalam lembar-lembar observasi yang
telah mereka sediakan. Dalam kotak refleksi (reflect), ternyata kontrol
23

kelas yang terlalu ketak menyebabkan tanya jawab kurang lancar


dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu
diperbaiki.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan modifikasi


dalam bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat
mengontrol siswa, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik.
Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat
dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap perilaku siswa.

b. Rencana Tindakan Penelitian

Model penelitian Kemmis dan Mc Tagrat ini mempunya beberapa


siklus dalam tiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: perencanaan, tindakan
dan pengamatan, dan Refleksi. Apabila siklus I telah dilaksanakan,
berdasarkan refleksi masih terdapat kekurangan, maka dengan
memperhatikan hasil refleksi siklus I dapat digunakan sebagai masukan
atau saran untuk membuat perencanaan pada siklus II. Secara rinci
kegiatan pada masing-masing siklus diuraikan sebagai berikut.

Tabel Rencana Pelaksanaan PTK

Siklus
Kegiatan
ke

1 A. Pertemuan Pertama
1. Perencanaan
a. Merencanakan pembelajaran yang akan di terapkan
dalam proses pembelajaran
b. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang
dibutuhkan
c. Menerapkan standar kompetensi dasar dan kompetensi
dasar sesuai dengan silabus yaitu pada mata pelajaran
24

d. Kelas XII Semester II

SK : Membiasakan akhlaq terpuji


KD: Menjelaskan pengertian dan pentingnya perilaku
semangat berkompetisi (fastabiqul
khairat),optimis,dinamis,inovatif dan kreatif
e. Menentukan scenario atau strategi pembelajaran yang
akan digunakan. Dalam hal ini peneliti akan
menggunakan strategi pembelajaran PAIKEM
f. Menyusun lembar observasi

2. Tindakan Kelas

Tindakan yang dilakukan merupakan pelaksanaan


perencanaan tindakan I. Sesuai dengan pendekatan yang
digunakan yaitu menggunakan pendekatan Quantum Teaching
Learnng, adapun metodenya menggunakan metode ceramah
dan disertai dengan metode yang lain, yang sesua dengan
strategi PAIKEM. Jika diuraikan kegiatan tindakan kealas ini
diantaranya:

a. Guru memberi salam kepada peserta didik, dan


berkenan untuk saling berkenalan antara guru dengan
peserta didik.
b. Guru memulai menyampaikan materi yang ingin di
capai sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar.
c. Setelah guru menyampaikan materi dengan
menggunakan metode ceramah, guru merubah
metodenya dengan berbagai macam metode yang
25

sekiranya tidak membuat peserta didik bosan.


d. Guru bisa membagi kelompok dalam kelas, dan
berdiskusi antar siswa dengan guru atau siswa dengan
siswa, sesuai dengan strategi yang digunakan.
e. Setelah lama kemudian atau saat-saat akhir waktu,
guru memberi sesi pertanyaan kepada peserta didik,
diharapkan agar peserta didik yang belum mengerti
dengan materi bisa di tanyakan langsung kepada guru
f. Setelah semua pertanyaan selesai dijawab, guru
memberi kesimpulan

3. Pengamatan
a. Melakukan observasi dengan menggunakan lembar
observasi yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan
data.
b. Mencatat permasalahan-permasalahan apa saja yang
didapat ketika kegiatan pembelajaran berlangsung
contoh :
1) rata-rata peserta didik ditak fokus perhatian kepada
guru;
2)  rata-rata peserta didik banyak yang bergurau
3) tidak faham dengan materi
4) dll

4. Refleksi
a. Melakuan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.
b. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil
evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya

2 A. Pertemuan ke dua
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah yang ada pada siklus pertama, dan
26

penetapan alternatif pemecahan masalah.


b. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang
dibutuhkan sesuai dengan strategi yang akan
digunakan.
c. Melanjutkan kompetensi dasar dan standar kompetensi
sesuai dengan silabus pada pertemuan kedua ini
kompetensi dasarnya menjelaskan tentang
menampilkan contoh-contoh perilaku fastabiqul
khairat,optimis,dinamis,keatif dan inovatif.
d. Menentukan model atau strategi yang akan di pakai,
jika model atau strategi yang digunakan pada siklus
pertama tidak efektif makan pada siklus ke dua ini
model dan strateginya harus diganti sesuai dengan
kebutuhan peserta didik.
e. Menyusun lembar observasi

2. Tindakan Kelas
Pada tahap ini sama halnya dengan tahap pertama
mengenai tindakan kelas, akan tetapi perbedaannya pada
saat penggunaan model atau strategi yang akan digunakan,

3. Pengamatan

Pada tahap pengamatan ini juga sama dengan tahap


pengamatan pada siklus pertama, akan tetapi perbedaannya
ada kemajuan dalam proses pembelajaran, jadi dalam hal ini
mengurangi hal hal yang tidak aktif dalam hal pembelajaran

Contoh, jika pada siklus pertama terdapat 10 permasalahan,


dan pada siklus kedua ini angka permasalahan menjadi
berkurang,

Itu berarti ada kemajuan terhadap kita, dan kita harus tetap
memperbaiki kesalahan kesalahan kita yang ada pada silus ke
27

2, kita catat untuk perbaikan pada siklus ke 3

4. Refleksi
a. Melakukan evalusai tindakan yang telah dilakukan.
b. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuatu hasil
evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.

A. Pertemuan ke Tiga
1. Perencanaan
a. Identifikasi masalah yang ada pada siklus kedua, dan
penetapan alternatif pemecahan masalah.
b. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat yang
dibutuhkan sesuai dengan strategi yang akan digunakan
c. Melanjutkan kompetensi dasar dan standar kompetensi
sesuai dengan silabus pada pertemuan ketiga ini
3
kompetensi dasarnya Mempraktikkan perilaku
fastabiqul khairat,optimis,dinamis,kreatif dan inovatif
d. Menentukan model atau strategi yang akan di pakai,
jika model atau strategi yang digunakan pada siklus
kedua tidak efektif makan pada siklus ke tiga ini model
dan strateginya harus diganti sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
e. Menyusun lembar observasi

2. Tindakan Kelas

Pada tahap ini sama halnya dengan tahap pertama atau yang
keda, akan tetapi perbedaannya pada saat penggunaan model
atau strategi yang akan digunakan.

3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini juga sama dengan tahap
pengamatan pada siklus pertama dan kedua, akan tetapi
perbedaannya ada kemajuan dalam proses pembelajaran,
jadi dalam hal ini mengurangi hal hal yang tidak efektif
28

dalam hal pembelajaran.Contoh, jika pada siklus pertama


dan kedua terdapat 10 permasalahan, dan pada siklus
ketiga ini angka permasalahan harus menjadi berkurang,
Itu berarti ada kemajuan terhadap pembelajaran kita.

4. Refleksi
a. Melakukan evalusai tindakan yang telah dilakukan

5. DATA DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar mata
pelajaran Akidah Aklak dan siswa kelas XII. Teknik Penelitian ini yang
diamati adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran quantum teaching. Sumber data motivasi dan prestasi belajar
adalah siswa. Sumber data pelaksanaan metode pembelajaran quantum
teaching adalah guru dan siswa.

a. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah .suatu alat ntuk mengumpulkan data


dan informasi yang diinginkan . Menurut Suharsimi Arikunto  instrumen
penelitian dapat diartikan sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis,
sehingga data yang diperoleh mudah untuk diolah. Instrumen penelitian
biasanya dipakai oleh peneliti untuk menanyakan atau mengamati
responden, sehingga diperoleh informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian. Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel
yang akan diteliti. Menurut Riduwan jumlah instrumen yang digunakan
tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Instrumen penelitian yang
dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
29

1) Metode Observasi

Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung.


Observasi dilakukan dengan melihat, mengamati sendiri dan mencatat
prilaku siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Saat melakukan
pengamatan, peneliti bertugas sebagai observer yang bertugas mengamati
aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh guru pengampu mata
pelajaran, dan dibantu oleh 1 orang observer lainnya. Pengamatan
dilakukan dengan bantuan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran
menggunakan metode quantum teaching oleh guru.

2) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh,
memberikan gambaran secara konkrit mengenai kegiatan siswa pada saat
pembelajaran. Dokumen yang digunakan tes hasil belajar berupa
soal pretest dan postest, LKS, daftar kelompok siswa, dan daftar nilai
siswa.
3) Angket
Angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh
berdasarkan lembar observasi serta catatan lapangan terutama mengenai
motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran gambar teknik dengan
menggunakan metode pembelajaran quantum teaching. Pengukuran angket
motivasi belajar menggunakan skala linkert, yang terdiri dari empat
macam pilihan yaitu : Selalu = SL, Sering = SR, Jarang = JR, Tidak
Pernah = TP
4) Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru untuk menanyakan


pendapat mereka mengenai proses pembelajaran yang diterapkan dan
untuk mengetahui hal-hal yang kurang bisa diamati pada saat observasi.
Pertanyaan yang akan diajukan, disusun dengan pedoman wawancara agar
kegiatan wawancara fokus kepada aspek yang diteliti.
30

5) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang telah
diperoleh dari hasil observasi, skala motivasi, dan wawancara. Dokumen
yang digunakan berupa daftar kelompok, daftar nilai siswa. Untuk
memberikan gambaran mengenai kegiatan secara konkret mengenai
kegiatan kelompok siswa juga digunakan dokumentasi foto.
6. ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil


observasi, data hasil skala, hasil wawancara. Data-data tersebut dianalisis
sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan, kemudian dikembangkan
selama proses refleksi sampai penyusunan laporan. Data hasil observasi
diurai untuk menggambarkan hambatan-hambatan yang muncul dalam
pelaksanaan pembelajaran dan upaya-upaya yang dilakukan dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Keabsahan data dalam penelitian ini
diperoleh dengan cara triangulasi data yaitu mencocokkan data yang satu
dengan data yang lain.Data hasil skala dalam pembelajaran Akidah Akhlak
saat kegiatan pembelajaran berkenaan dengan aspek motivasi dianalisis
dengan data yang lain.

a. Masing-masing butir pernyataan pada skala dikelompokkan sesuai


dengan aspek-aspek yang diamati.
b. Menurut pedoman penskoran skala yang telah dibuat, kemudian
dihitung jumlah skor setiap butir pernyataan sesuai dengan aspek-
aspek yang diamati.
c.  Jumlah skor yang diperoleh pada setiap aspek selanjutnya dicari
berapa besar presentasenya dan dikategorikan sesuai dengan kategori
hasil persentase skor pada skala motivasi belajar ilmu gizi siswa.
d. Menentukan rata-rata persentase dari aspek yang diamati dan
kemudian dikategorikan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan.
7. INDIKATOR KEBERHASILAN
31

Indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah meningkatnya


motivasi belajar siswa yang dilihat dari hasil angket pada siklus satu ke
siklus selanjutnya. Selain itu dilihat dari meningkatnya rata-rata persentase
motivasi belajar siswa dari siklus satu ke siklus selanjutnya dan telah
mencapai kategori tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. H. Muzayyin Arifin, M. 2011. KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Drs. KH. M. Ladzi Safroni, M. 2013. Al-GHAZALI BERBICARA TENTANG


PENDIDIKAN ISLAM. Malang: Aditya Media Publishing

 Prof. H. Muzayyin Arifin, M. 2011. KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN


ISLAM. Jakarta: PT Bumi Aksara

Arina Restiana, S. M. 2015. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Malang: UMM Press.


32

Latar belakang harus teoritis

Manfaat bagi umum

Rumusan maslah nya memuat pernyataan singkat tentang masalh pokok yg diteliti,lalu
diikuti sejumlah pertanyaan penelitian yg relevan dengn aspek atau variabel yg diteliti

Tujuan memuat sasaran atau target yg akan dicapai

Manfaat teoritikal ( sesuai teori-teori yg ada pada Quantum Teaching


Learninng),manfaat praktisical

Anda mungkin juga menyukai