Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
PATI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori Konstruktivisme?
2. Bagaimana penerapan teori konstruktivisme dalam pembelajaran IPA SD?
BAB II
PEMBAHASAN
1
Inayatul Ulya, Strategi Pembelajaran, (Pati: IPMAFA, 2018), hlm. 45.
2
Benny A. Pribadi, Pendekatan Konstruktivis dalam Kegiatan Pembelajaran, Pdf, hlm. 136.
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Beoreintasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta; Prenada
Media Group, 2008), hlm.264.
mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna
untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai.
Menurutpandangankonstruktivistikbelajarmerupakansuatu proses
pembentukanpengetahuan. Pembentukaniniharusdilakukanindividu yang belajar.
4
Sumarsih, Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pembelajaran Mata
KuliahDasar-Dasar Bisnis, Jurnal Pendidikan Akuntasi Indonesia, Vol. III, Tahun 2009, hlm. 56.
Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep, dan memberi
makna tentang hal-hal yang dipelajari.
b. Peranan Dosen
c. Sarana Belajar
d. Evaluasi Belajar
5
Sumarsih, Implementasi Teori Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pembelajaran Mata Kuliah
Dasar-Dasar Bisnis, Jurnal Pendidikan Akuntasi Indonesia, Vol. III, Tahun 2009, hlm. 57-58.
B. Penerapan Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran IPA SD
Pada hakikatnya IPA dapat dipandang dari tiga dimensi yaitu IPA sebagai
produk, proses, dan pengembangan sikap ilmiah. Produk adalah hasil yang
diperoleh dari suatu pengumpulan data yang disusun secara lengkap dan
sistematis. Contoh: dari hasil pengamatan tanaman ditempat terang dan gelap
maka dihasilkan perbedaan antara lain (a) bentuk daun, (b) tinggi tumbuhan, (c)
dan warna daun. Proses adalah strategi atau cara yang dilakukan dalam
menemukan berbagai hal sebagai implikasi adanya temuan tentang kejadian atau
peristiwa alam. Contoh: kita berpikir dalam memecahkan suatu masalah di
lingkungan harus melalui beberapa tahapan, misalnya mengenal, merumuskan
masalah, mengumpukan data, melakukan percobaan atau penelitian, pengamatan,
pengukuran, menyimpulkan, melaporkan hasil penemuan atau
mengkomunikasikan pengetahuan dan lain sebagainya. Pengembangan Sikap
Ilmiah dalam proses IPA mengandung cara kerja, sikap, dan cara berpikir. Dalam
memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan berusaha mengambil sikap
tertentu dalam usaha mencapai hasil yang diharapkan. Sikap inilah yang
dinamakan sikap ilmiah. Contoh: sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan
sesuatu yang baru, sikap kerja sama, sikap bertanggung jawab, sikap jujur, teliti
serta cermat dan sebagainya. Ketiga dimensi tersebut saling terkait, dalam
pembelajaran IPA diharapkan dapat mengembangkan tiga dimensi tersebut.
Dalam pembelajaran IPA lebih menekankan pada proses, dengan alasan bahwa
IPA berkembang dari hasil observasi tentang fenomena alam atau gejala alam.
6
Pratiwi Pujiastuti, Pembelajaran IPA bermakna bagi siswa melalui pendekatan konstruktivisme,
pdf, hlm.5.
Ada berbagai metode berbasis konstruktivisme yang dapat digunakan guru
dalam kegiatan pembelajaran. Namun karena keterbatasan kemampuan dan waktu
maka tidak akan semua metode dapat digunakan. Yang terpenting adalah
penggunaan suatu metode harus dikaitkan dengan situasi dan tujuan belajar yang
hendak dicapai dan ditekankan kepada keaktifan siswa dalam membangun
pengetahuan.7
BAB III
PENUTUP
7
Mardiana, penerapan pembelajaran IPA berbasis Konstruktivisme, jurnal ilmiah al-madrasah,
Vol.3, No.1, Tahun 2018. Hlm.70.
A. Kesimpulan
Pada hakikatnya, IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala
alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji
kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.
Hakikat sebagai produk dan proses tidak bisa dibedakan dan
dipisahkan, karena produk dan proses mempunyai hubungan terikat satu
dengan yang lainnya dalam melakukan pengamatan ilmiah sehingga
membentuk sikap ilmiah.
Penerapan pembelajaran IPA berbasis Konsstruktivisme dapat
meningkatkan sikap ilmiah siswa dan secara langsung dapat membuat
siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sehingga dapat
mengembangkan kemampuan berfikir siswa, meningkatkan penguasaan
materi pembelajaran dan akan mempengaruhi siswa dalam memecahkan
suatu masalah yang ada dilingkungan sekitar.