Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES SEBAGAI ALAT PENILAIAN


HASIL BELAJAR BERBASIS KELAS
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
EVALUASI BELAJAR
DOSEN PENGAMPU:
AKHMAD RIANDY AGUSTA, MP.d

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
KELAS 6D PGSD

LINDA NOVITA DEWI 1810125120040


KHOIRUNNISA WIDIYANTI 1810125120065
SHELVIA NUR SULISTYANI 1810125320026
M. NURSETIAWAN 1810125310069

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’akaikum warrahmatullahi wabarakaatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengembangan
Instrumen Tes Sebagai Alat Penilaian” dengan baik meskipun banyak kekurangan
di dalamnya. Makalah ini disusun demi memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Belajar, dan juga kami berterima kasih kepada Bapak Akhmad Riandy Agusta,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Evaluasi Belajar yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah pengembangan instrumen tes sebagai alat
penilaian ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta ilmu
pengetahuan kita tentang. Kami juga menyadari makalah ini jauh dari kata
sempurna dan sangat memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran
sangat kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan isi makalah ini.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah ini yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Banjarmasin, 25 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................3

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................4

A. Teknik Tes.......................................................................................................................4

1. Pengertian Tes............................................................................................................4

2. Kriteria Tes Yang Baik..............................................................................................5

3. Fungsi Tes...................................................................................................................7

4. Penggolongan Tes.......................................................................................................8

5. Langkah – Langkah Menyusun Tes.......................................................................12

B. Teknik Non Tes.............................................................................................................13

1. Pengamatan...............................................................................................................13

2. Wawancara...............................................................................................................14

3. Angket........................................................................................................................16

4. Pemeriksaan Dokumen............................................................................................17

5. Portofolio...................................................................................................................18

BAB III............................................................................................................................................20

PENUTUP.......................................................................................................................................20

A. Kesimpulan....................................................................................................................20

B. Saran..............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak alat atau instrumen yang dapat digunakan dalam kegiatan evaluasi. Salah
satunya adalah tes. Istilah tes tidak hanya populer di lingkungan persekolahan, tetapi juga
diluar sekolah bahkan di masyarakat umum. Penggunaan tes sendiri dalam dunia
pendidikan sudah dikenal sejak lama, sejak orang mengenal pendidikan itu sendiri.
Disekolah, tes ini sering juga disebut dengan tes prestasi belajar. Tes ini banyak
digunakan untuk mengukur prestasi belajar peserta didik dalam bidang kognitif, seperti
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Artinya, tes
mempunyai makna tersendiri dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran.
Dalam konteks pembelajaran, pengembangan instrumen sebenarnya merupakan
bagian dari tugas guru yang tidak dapat ditinggalkan, meskipun kegiatan ini bisa saja
dilaksanakan oleh orang ahli, seperti tim ahli. Mengapa guru harus mengembangkan
instrumen evaluasi untuk kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan ? guru mempunyai
kewajiban untuk menyajikan pembelajaran yang terbaik bagi peserta didik. Hal ini secara
implisit mengharuskan guru untuk mengikuti prosedur dan mempunyai kiat tertentu untuk
mengetahui keberhasilan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Dalam prosedur
tersebut, kegiatan pengembangan instrumen merupakan salah satu bagian yang sangat
penting.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teknik Tes?
2. Bagaimana Teknik Non Tes?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Teknik Tes.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Teknik Non Tes.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teknik Tes
1. Pengertian Tes
Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat
atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian (Jacobs & Chase,
1992; Alwasilah, 1996).
Menurut Zainul dan Nasution (2001) tes didefinisikan sebagai pertanyaan atau
tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang
suatu atribut pendidikan atau suatu atribut psikologis tertentu. Setiap butir pertanyaan
atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Dengan
demikian apabila suatu tugas atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan oleh
seseorang, tetapi tidak ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah maka
tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes.
Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh
guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan
prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi,
1995). Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam
tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk
menanggapi tugas atau soal tersebut.
Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur yang
digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara atau
aturan yang telah ditentukan. Dalam hal ini harus dibedakan pengertian antara tes,
testing, testee, tester. Testing adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan (saat
pengambilan tes).
Sementara itu Gabel (1993) menyatakan bahwa testing menunjukkan proses
pelaksanaan tes. Testee adalah responden yang mengerjakan tes. Mereka inilah yang
akan dinilai atau diukur kemampuannya. Sedangkan Tester adalah seseorang yang
diserahi tugas untuk melaksanakan pengambilan tes kepada responden. Dewasa ini tes
masih merupakan alat evaluasi yang umum digunakan untuk mengukur keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran (Subekti & Firman, 1989).
Menurut Faisal (1982:219), seringkali skor tes ini dipergunakan sebagai satu-satunya
indikator 4 dalam menilai penguasaan konsep, efektivitas metode belajar, guru serta
4
aspek lainnya terhadap siswa di dalam praktek pendidikan. Padahal dengan
mempergunakan tes, aspek kemampuan afektif siswa kurang terukur, sehingga
sangatlah penting untuk tidak membuat generalisasi kemampuan siswa hanya melalui
tes saja.
2. Kriteria Tes Yang Baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai pengukur harus memenuhi
persyaratan tes, yakni memiliki :
1. Validitas
Validitas merupakan sebuah kata benda, sedangkan valid merupakan kata
sifat. Dari pengalaman sehari-hari tidak sedikit siswa atau guru mengetakan “tes ini
baik karena sudah validitas“ jelas kalimat tersebut tidak tepat. Yang bear adalah tes
ini sudah baik karena sudah valid atau tes ini baik karena memiliki validitas yang
tinggi. Sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid apabila sesuai keadaan
nyatanya. Jika data yang dihasilkan dari sebuah instrumen valid, maka dapat
dikatakan bahwa instrumen tersebut valid, karena dapat memberikan gambaran
tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya.
Contoh :
Untuk mengukur besarnya partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar,
bukan hanya diukur dari nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat
melalui :
 Kehadiran
 Terpusatnya perhatian pada pelajaran
 Ketepatan menjawab pertanyaaan-pertanyaan yang di ajukan oleh guru dalam
artirelevan pada permasalahannya.
Nilai yang diperoleh pda waktu ulangan, bukan menggambarkan partisipasi,
tetapimenggambarkan prestasi belajar. 
2. Realiabilitas
Reliabilitas dapat diartikan sama dengan konsistensi. Suatu evaluasi dikatakan
memenuhi nilai reliabilitas tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang
konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Sebuah tes akan dikatakan reliabel
apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan. Dengan kata lain, jika
kepada para siswa diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap
siswa akan tetap berada dalam urutan yang sama dalam kelompoknya. Walaupun

5
tampaknya hasil tes pada pengetesan kedua lebih baik, akan tetapi karena
kenaikannya dialami oleh semua siswa, maka tes yang digunakan dapat dikatakan
memiliki reliabilitas yang tinggi. Kenaikan hasil tes kedua barang kali disebabkan
oleh adanya pengalaman yang diperoleh pada waktu mengerjakan tes pertama.
Dalam keadaan seperti ini dikatakan bahwa ada carry-over effect atau practice-effect
, yaitu adanya akibat yang dibawa karena siswa telah mengalami suatu kegiatan.
3. Objektifitas
Dalam pengertian sehari-hari diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya
unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah tes dikatakan memiliki objektifitas
apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi.
Ada dau faktor yang mempengaruhi sujektifias dari sesuatu tes,yaitu :
a. Bentuk Tes
Tes yang berbentuk uraian, akan memberi banyak kemungkinan bagi
penilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Dengan
demikian maka hasil dari seorang siswa yang mengerjakan soal-soal dari
sebuah tes, akan dapat berbeda apabila dinilai oleh dua orang penilai. Itu
sebabnya pada waktu ini ada kecenderungan pengguna tes objektif di
berbagai bidang.
Untuk menghindari masuknya unsur subjektifita dari penilai, maka sistem
penilaiannya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara lain
dengan membuat pedoman penilaian terlebih dahulu.
b. Penilai
Subjektifitas dari penilai akan dapat masuk secara leluasa terutama
dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor yang mempengaruhi subjektifitas
antara lain : kesan penilai terhadap siswa, tulisan, bahasa, waktu
mengadakan penilaian, kelelahan, dan sebagainya. Untuk menghindari
atau mengurangi masuknya unsur subjektifitas dalam pekerjaan
penilaian,maka penilaian atau evaluasi ini harus dilaksanakan dengan
mengingat pedoman. Pedoman yang dimaksud, menyangkut masalah
pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas.
4. Praktibilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi apabila tes tersebut
bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
Tes yang Praktis adalah tes yang :
6
a. Kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang
dianggap mudah oleh siswa.
b. Mudah pemeriksaannya, artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci
jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal bentuk objektif,
pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam
lembar jawaban.
c. Diengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas.
d. Ekonomis yaitu pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya
yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
3. Fungsi Tes
Secara umum, menurut Sudijono ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes,
yaitu :
1. Sebagai alat pengukuran terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes
berfungsimengukur tingkat perkembanagn atau kemajuan yang telah dicapai oleh
peserta didiksetelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka
waktu tertentu. 
2. Sebagai alat pengukuran keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes
tersebutakan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah
ditentukan,telah dapat dicapai.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya Dasar-
Dasar  Evaluasi Pendidikan, fungsi tes dapat ditinjau dari tiga hal:
Fungsi Untuk Kelas Fungsi Untuk Bimbingan Fungsi Untuk Administrasi
a. Mengadakan diagnosis a. Menentukan arah a. Memberi petunjuk
terhadap kesulitan pembicaraan dengan dalam
belajar siswa. orang tua tentang anak- menggelompokkan
b. Mengevaluasi bakat anak mereka. siswa.
dengan pencaian. b. Membantu siswa dalam b. Penempatan siswa baru.
c. Menaikkan tingkat menentukan pilihan c. Menilai kurikulum
prestasi. c. Membantu siswa d. Memperluas hubungan
d. Mengelompokkan siswa mencapai tujuan masyarakat.
dalam kelas pada waktu pendidikan dan e. Menyediakan informasi
metode kelompok. jurusan. untuk badan lain di luar
e. Merencanakan kegiatan d. Memberikan sekolah.
proses belajar mengajar kesempatan kepada

7
untuk siswa secara pembimbing, guru, dan
perseorangan. orang tua dalam
f. Menentukan siswa mana memahami kesulitan
yang memerlukan anak.
bimbingan khusus.
g. Menentukan tingkat
pencapaian untuk setiap
anak.

4. Penggolongan Tes
Sebagai alat pengukur, tes dapat dibedakan menjadi beberapa jenis atau golongan
yaitu:
1. Penggolongan Tes Berdasarkan Fungsinya Sebagai Alat Pengukur
Perkembangan/Kemajuan Belajar Peserta Didik
a. Tes Seleksi
Tes seleksi sering dikenal degan istilah “ujian saringan” atau “ ujian
masuk”. Tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon mahasiswa baru,
dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong
paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Tes seleksi dapat
dilaksanakan secara lisan, secara tertulis, dengan tes perbuatan, dan dapat pula
dilaksanakan dengan mengkombinasikan ketiga jenis tes tersebut secara
serempak. 
b. Tes Awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran
yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal
adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta
didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Isi atau
materi tes awal pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan penting yang
seharusnya sudah diketahui atau dikuasai oleh peserta didik sebelum pelajaran
diberikan kepada mereka. Tes awal dapat dilaksanakan, baik secara tertulis
atausecara lisan.
c. Tes Akhir

8
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong
penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik- baiknya. Isi atau materi tes akhir ini
adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan
kepada peserta didik, dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan
naskah tes awal. Dengan cara demikian maka akan dapat diketahui apakah hasil
tes akhir lebih baik, sama, ataukah lebih jelek dari pada hasil tes awal.Jika hasil
tes akhir itu lebih baik daripada tes awal, maka dapat diartikan bahwa program
pengajaran telah berjalan dan berhasil dengan sebai-baiknya.
d. Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara
tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata
pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya jenis kesukaran yang dihadapi oleh
peserta didik itu maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan
yang tepat. Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostic pada umumnya
ditekankan pada bahan-
bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa.
Tes dapat dilaksanakan dengan secara lisan, tertulis, perbuatan
ataukombinasi dari ketiganya. Sesuai dengan nama tes itu sendiri (diagnose=
pemeriksaan), maka jika hasil “pemeriksaan” itu menunjukkan bahwa tingkat
penguasaan peserta didik yang sedang “diperiksa” itu termasuk rendah, harus
diberi bimbingan secara khusus agar mereka dapat memperbaiki tingkat
penguasaannya terhadap mata pelajaran tertentu.
e. Tes Formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah
sejauh manakah peserta didik telah terbentuk sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu. Tes formatif ini biasa dilaksanakan ditengah-tengah
perjalanan program pengajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan
pelajaran atau sub pokok bahasan berakhir atau dapat diselesaikan. Disekolah-
sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan harian”.
f. Tes Sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan
satuan program pengajaran selesai diberikan. Disekolah, tes ini dikenal dengan
9
istilah “ulangan umum” dimana hasilnya digunakan untuk mengisi nilai rapor
atau mengisi ijazah. Tes sumatif ini pada umumnya disusun atas dasar materi
pelajaran yang telah diberikan selama satu semester. Dengan demikian materi tes
sumatif itu jauh lebih banyak ketimbang materi tes formatif. Tes sumatif
dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa memperoleh soal yang sama.
Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada umumnya juga
lebih sulit atau lebih berat dari pada butir-butir soal tes formatif. Yang menjadi
tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam
jangka waktu tertentu.
2. Penggolongan Tes Berdasarkan Aspek Psikis Yang Ingin Diungkap
Di tilik dari segi aspek kejiwaan yang ingin diungkap tes setidak-tidaknya
dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu :
a. Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
atau mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
b. Tes kemampuan, yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh teste.
c. Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk
mengungkap predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan
suatu respon tertentu terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu
maupun obyek-obyek tertentu.
d. Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-
cirikhas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah, seperti gaya
bicara,cara berpakaian, nada suara, hobi atau kesenangan, dan lain-lain.
e. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni
tesyang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi
belajar.
3. Penggolongan Lain-lain
a. Dilihat dari segi banyaknya orang yang mengikuti tes, tes dapat dibedakan
menjadi dua golongan, yaitu :
1) Tes individual, yakni tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang
testee saja.
2) Tes kelompok, yakni tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu
orangtestee.
10
b. Dilihat dari segi waktu yang disediakan bagi siswa untuk menyelesaikan tes, tes
dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1) Power test, yakni tes dimana waktu yang disediakan untuk siswa
menyelesaikan tes tersebut tidak dibatasi.
2) Speed test, yaitu tes dimana waktu yang disediakan untuk siswa
menyelesaikan tes tersebut dibatasi.
c. Dilihat dari segi bentuk responnya, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu :
1) Verbal test, yakni suatu tes yang menghendaki respon (jawaban) yang
tertuang dalam bentuk ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan
maupun secara tertulis.
2) Nonverbal test, yakni tes yang menghendaki respon (jawaban) dari siswa buk
an berupa ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa
tindakan atau tingkah laku; jadi respon yang dikehendaki muncul dari siswa
adalah berupa perbuatan atau gerakan-gerakan tertentu.
d. Apabila ditinjau dari segi cara mengajukan pertanyaa dan cara
memberikan jawaban, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
1) Tes tertulis, yakni jenis tes dimana dalam mengajukan butir-butir
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara tertulis dan siswa memberikan jawa
bannya juga secara tertulis.
Tes tertulis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 macam
(Badriyah, 2009), yakni:
a) Tes subyektif pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai
adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. 
b) Tes obyektif yaitu tes yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat
dijawab oleh siswa dengan cara memilih salah satu diantara beberapa
kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan dengan masing-masing
item dengan jalan menuliskan jawabannya berupakata-kata atau simbol-
simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan untuk
masing-masing butir item yang bersangkutan.
Adapun macam-macam tes obyektif adalah sebagai berikut:
 Tes Melengkapi adalah salah satu bentuk tes jawaban bebas, dimana
butir-butir soalnya berupa satu kalimat dimana bagian-bagian tertentu
11
yang dianggap penting dikosongkan, siswa diminta untuk mengisi
bagian-bagian yang ditiadakan tersebut.
 Tes benar-salah (true–false test). Soal-soalnyaberupa pernyataan-
pernyataan (statement). Statement tersebut ada yang benar dan ada
yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai masing-
masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika
pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika
pernyataan itu salah.
 Tes pilihan ganda (multiple choice test). Tes pilihan ganda terdiri atas
suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengetahuan yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya ha
rus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah
disediakan.
 Menjodohkan (matching test) merupakan bentuk khusus dari pilihan
jamak. Bentuk ini terdiri atas dua macam kolom paralel, tiap kolom
berisi statement yang satu menempati posisi sebagai soal dan satunya
sebagai jawaban, kemudian peserta didik diminta untuk menjodohkan
kesesuaian antar dua statement tersebut. Tes ini sering digunakan
untuk mengukur informasi tentang fakta, pengertian, hubungan dan
pengertian simbol tertentu.
 Rearrangement exercises adalah bentuk tes yang berupa rangkaian
kalimat utuh dan benar, kemudian dipisahkan secara tidak beraturan,
sehingga bentuk aslinya sulit dikenali, peserta didik diminta
menyusun kembali sesuai dengan urutan yang benar.
c) Tes lisan, yakni tes dimana siswa di dalam mengajukan pertanyaan-
pertanyaan atau soalnya dilakukan secara lisan, dan testee memberikan
jawabannya secara lisan pula.
5. Langkah – Langkah Menyusun Tes
Untuk dapat memperoleh alat penilaian (tes) yang memenuhi persyaratan,
setiap penyusun tes hendaknya dapat mengikuti langkah-langkah penyusunan tes.
Sax (1980), mengidentifikasi langkah-langkah pengembangan tes kedalam
Sembilan langkah sebagai berikut:

12
1. Menyusun kisi-kisi (tabel spesifikasi) tes, yang memuat: materi pokok yang akan di
teskan, aspek perilaku atau tingkatan kognitif yang akan diukur, dan penentuan
jumlah butir tes untuk setiap aspeknya.
2. Menulis butir-butir soal dengan mendasarkan pada aspek-aspek yang telah tercantum
pada tabel spesifikasi (kisi-kisi) tersebut
3. Melakukan telaah soal tes (analisis tes secara logis);
4. Melakukan uji coba soal;
5. Analisis soal secara empiris;
6. Memperbaiki atau merevisi tes;
7. Merakit tes, dengan menyiapkan komponen-komponen pendukung untuk
penyelenggaraan tes, yang meliputi: (a) buku tes; (b) lembar jawaban tes; (c) kunci
jawaban tes; dan (d) pedoman penilaian atau pedoman pemberian skor.
8. Melaksanakan tes; dan Menafsirkan hasil tes

B. Teknik Non Tes


1. Pengamatan
Pengamatan merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan objek pengamatan (Djaali & Muljono, 2008).
Teknik pengamatan atau observasi merupakan salah satu bentuk teknik nontes yang
biasa dipergunakan untuk menilai sesuatu melalui pengamatan terhadap objeknya
secara langsung, seksama dan sistematis. Pengamatan memungkinkan untuk melihat
dan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadianyang terjadi pada
keadaan sebenarnya.
Sebagai alat evaluasi, pengamatan digunakan untuk menilai individu maupun
kelompok mengenai tingkah lakunya atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik itu dalam situasi yang sebenarnya (real situation) maupun dalam situasi
buatan (manipulative situation). Jika observasi digunakan sebagai alat evaluasi, maka
pencatatan hasil observasi pada umumnya jauh lebih sulit daripada mencatat jawaban-
jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dalam
suatu tes karena respon yang diperoleh dalam pengamatan berupa tingkah laku siswa.
Martyn Denscombe (2010) menyatakan ada dua jenis pengamatan yang esensial
yaitu pengamatan sistematis (systematic observation) yaitu pengamatan yang
dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pengamatan partisipatif (participant

13
observation) yaitu pengamatan yang melibatkan observer (pengamat) pada kegiatan
observee (yang diamati).
Pengamatan sistematis berlandaskan pada kerangka kerja yang memuat faktor-
faktor yang telah diatur kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi ditetapkan dan
dibatasi secara tegas sehingga pengamatan sekaligus pencatatan yang dilakukan oleh
evaluator bersifat selektif. Faktor-faktor apa saja yang tercantum dalam pedoman
observasi itulah yang diamati dan dicatat. Wujud konkret dari pedoman observasi
adalah sebuah atau beberapa buah formulir yang di dalamnya dimuat segi-segi, aspek-
aspek atau tingkah laku yang perlu diamati dan dicatat pada waktu berlangsungnya
kegiatan para siswa.
Melaksanakan evaluasi dengan cara observasi memiliki kelebihan dan kelemahan.
Diantara kelebihannya adalah sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh lebih bersifat objektif karena diperoleh secara langsung di
lapangan.
2. Data hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-
masing individu.

Sedangkan kelemahannya adalah:


1. Hasil observasi terkadang diragukan kebenarannya karena kadang observernya
kurang memiliki kemapuan dalam melakukan observasi.
2. Kepribadian dari observer acapkali menyelinap masuk ke dalam penilaian
sehingga mengakibatkan sulit dipisahkan secara tegas mengenai tingkah laku
siswa yang diamati.
3. Data hasil observasi umumnya baru dapat mengungkapkan “kulit luar”nya
saja

2. Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan cara melakukan tanya jawablisan secara sepihak, berhadapan
muka, dengan arah serta tujuanyang telah ditentukan. Wawancara secara umum dapat
diartikan sebagai cara untuk meng-himpun data atau bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan jalan tanya jawab lisan secara sepihak, berdasarkan tujuan yang
telah ditetapkan.Dikatakan sepihak karena dalam wawancara, informan tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan.Wawancara

14
sebagai alat penilaian dalam pendidikan dan pengajaran dapat dipergunakan untuk
menilai hasil dan juga proses belajar.
Terdapat dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat penilaian:
pertama, wawancara terpimpin, yang juga dikenal dengan wawancara berstruktur atau
wawancara sistematis; dan kedua, wawancara tidak ter-pimpin, yang juga dikenal
dengan wawancara sederhana, wawancara tidak sistematis atau wawancara bebas.
Dalam wawancara terpimpin, kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga
siswa tinggal mengategorikan kepada alternatif jawaban yang telah dibuat. Dengan
kata lain, wawancara jenis ini dilakukan dengan berpegang pada panduan wawancara
yang butir-butir pertanyaannya terdiri dari hal-hal yang dianggap perlu berdasarkan
tujuan pelaksanaan wawancara.
Sedangkan wawancara jenis kedua, pewawancara selaku evaluator (guru,
dosen, dan lain-lain) mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik tanpa
dikendalikan oleh panduan atau pedoman tertentu, dan siswa dengan bebas
mengemukakan jawaban-jawabannya.
Kedua jenis wawancara yang dijelaskan di atas, dari segi pelaksanaan dan
pengolahannya, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada wawancara
terpimpin, karena kemungkinan jawaban telah disiapkan, maka siswa dapat secara
langsung memilih salah satu jawaban alternatif yang telah ada. Oleh karena itu,
mudah bagi evaluator dalam mengolah dan menganalisisnya untuk kemudian menarik
kesimpulan.
Namun, kekurangannya adalah siswa tidak bebas mengemukakan pendapat,
karena dipasung oleh alternatif jawaban yang telah disiapkan terlebih dahulu oleh
evaluator. Sedangkan pada wawancara tidak terpimpin, siswa bebas mengemu-kakan
pendapat, komentar, dan aspirasi karena evaluator atau pewawan-cara tidak
menyediakan alternatif jawaban. Dengan demikian, informasi yang dapat diperoleh
lebih lengkap dan padat. Akan tetapi, kekurangan yang dimiliki oleh wawancara jenis
ini terletak pada penganalisisan data hasil wawancara, yaitu beraneka ragamnya
jawaban yang diperoleh. Jawaban siswa tidak bisa langsung ditafsirkan, tetapi perlu
analisis dalam bentuk dimensi-dimensi jawaban, sesuai dengan aspek yang
diungkapkan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh dua jenis
wawancara tersebut, pada dasarnya wawancara sebagai alat evaluasi dalam dunia
pendidikan memiliki nilai plus, karena pewawancara selaku evaluator dapat
15
melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga
memungkinkan untuk mendapatkan hasil penilaian yang lebih mendalam. Di samping
itu, untuk dapat mencatat jawaban siswa secara lengkap, dan untuk memudahkan
dalam pengkategorian serta penganalisisan jawaban-jawaban peserta didik, kegiatan
wawancara dapat dilengkapi dengan alat bantu seperti alat perekam suara.
3. Angket
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau
kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis
tingkah laku dan proses belajar mereka. Angket sebagai alat penilaian nontes dapat
dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara
langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilaiatau dimintai
keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket itudiberikan
kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya
diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya. Angket adalah daftar
pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori.
Dari segi yangmemberikan jawaban, angket dibagi menjadi angket langsung
dan angket tidak langsung. Angket langsung adalah angket yang dijawab langsung
oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh
secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti
contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalahseseorang yang buta huruf
maka dapat dibantu oleh anak, tetangga, atau anggota keluarganya.
Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket
tertutup danangket terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki
dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek
(√) pada awaban yangia anggap sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar
pertanyaan dimana si penjawab
Diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara terperinci sesuai
dengan apayang ia ketahui.Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2
macam, yaitu angket berstuktur danangket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah
angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan
membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.Sedangkan angket tidak berstruktur
adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas.
16
Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasan-alasan
terbuka. Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat,
kemampuan, minat anak,mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain :
Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak
yang hanyamembutuhkan waktu yang sigkat.
1. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
2. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain :
1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada
hal-halyang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak,
ataumungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab
banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga
tidak memberikan kembali angketnya.
Langkah-langkah menyusun angket :
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket
6. Menyusun alat penilaian
4. Pemeriksaan Dokumen
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta
didik tanpa menguji (teknik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara
melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang
memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography). Riwayat hidup adalah
gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan
mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu
bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan
17
pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta
didik.
5. Portofolio
Penilaian portofolio adalah suatu model penilaian yang bertujuan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu tugas
atau karya melalui pengumpuan bahan – bahan yang relefan dengan tujuan dan
keinginan yang dibangun olehh peserta didik, sehingga hasil pekerjan tersebut dapat
dinilai dan dikontari oleh guru dalam periode tertentu. Jadi penilaian portofolio
merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja peserta didik. Penilaian
portofolio dibagi menjadi dua jenis yaitu portfolio proses dan produk.
1. Portofolio proses
Portofolio proses yaitu menunjukan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan sekumpulan indikator yang telah
ditetapkan dalam kurikulum serta menunjukan semua hasil dari awal sampai
dengan akhir selama kurun waktu tertentu. Contoh portofolio proses yaitu
Portofolio kerja (working portofolio) yang digunakan untuk memantau kemajuan
atau perkembangan dan menilai peserta didik dalam mengelola kegiatan belajar
mereka sendiri. Pada portofolio kerja ini yang dinilai adalah cara kerja dan hasil
kerja siswa.
2. Portofolio produk
Penilaian portofolio ini hanya menekankan pada penugasan dari tugas yang
dituntut dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan sekumpulan indikator
hasil belajar serta hanya menunjukan evidence paling baik tanpa memperhatikan
bagaimana dan kapan evidence tersebut diperoleh. Contoh portofolio produk
adalah portofolio penampilan (show portofolio) dan portofolio dokumentasi
(documentary portofolio).
a) Portofolio penampilan (show portofolio)
Portofolio penampilan digunakan untuk memilih hal-hal yang paling
baik yang menunjukan bahan atau pekerjaan terbaik yang dihasilkan oleh
siswa.
b) Portofolio dokumentasi (documentary portofolio)
Portofolio dokumentasi adalah seleksi hasil kerja terbaik siswa yang
akan diajukan dalam penilaian. Portofolio dokumentasi tidak hanya berisi hasil

18
kerja siswa, tetapi semua proses yang digunakan oleh siswa untuk
menghasilkan karya tertentu.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes merupakan salah satu upaya pengukuran terencana yang digunakan oleh
guru untuk mencoba menciptakan kesempatan bagi siswa dalam memperlihatkan
prestasi mereka yang berkaitan dengan tujuan yang telah ditentukan (Calongesi,
1995). Tes terdiri atas sejumlah soal yang harus dikerjakan siswa. Setiap soal dalam
tes menghadapkan siswa pada suatu tugas dan menyediakan kondisi bagi siswa untuk
menanggapi tugas atau soal tersebut.
Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka
evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan
peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, prsepsi terhadap
guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua itu tidak mungkin dievaluasi
dengan menggunakan tes sebagai alat pengikutnya. Bentuk-bentuk instrumren
evaluasi non-tes  seperti wawancara (interview), pengamatan (observation), dan
pemeriksaan dokumen.

B. Saran
Sebagaimana pengembangan instrumen tes sebagai alat penilaian yang telah
diuraikan diatas sangatlah penting karena dengan adanya hal tersebut  kita dapat
belajar bagaimana cara mengevalausi dari kegiatan belajar mengajar  apakah sudah
dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ambiyar, Panyuhati. 2020. Asesmen Pembelajaran Berbasis Komputer dan Android.

Kencana . Jakarta

Arikunto, S. 2005.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara.Jakarta

Mania, S. 2008. TEKNIK NON TES: Telaah atas Fungsi Wawancara dan Kuesioner

dalam Evaluasi Pendidikan. Jurnal Lentera Pendidikan. 11(1), 46-48.

Sudijono, A. 2006.  Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta

https://www.academia.edu/38520897/PENGERTIAN_PERSYARATAN_FUNGSI_PEN

GGOLONGAN_DAN_CIRI_CIRI_TES_docx (diakses pada 23 maret 2021)

file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/EVALUASI%20PEMBELAJARAN

%20(Penyusunan%20Tes)_0.pdf Diakses 25 Maret

file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/3754-8056-1-SM.pdf) Diakses 25 Maret

2021

file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/5.%20BAB%20II.pdf Diakses 25 Maret

2021

https://shahibulahyan.files.wordpress.com/2012/02/teknik-non-tes-dalam-evaluasi-

pembelajaran.pdf Diakses 25 Maret 2021

https://deryjamaluddin.page.tl/Evaluasi-Non_Tes.htm (diakses 24 maret 2021)

https://eurekapendidikan.com/teknik-penilaian-non-tes (diakses 24 maret 2021)

21
22
15

Anda mungkin juga menyukai