KERANGKA TEORI
A. Landasan Teori
a. Proses Belajar Mengajar
Proses dalam pengertian di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur
yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter
independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5). Belajar diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa
seseorang setelah mengalami proses akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral
yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu
usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu
inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran
utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar
mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh
guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata,
1997:18). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar
PAI meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan
sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran PAI.
4
5
3) Siswa juga merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
tanya jawab untuk informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
4) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama
yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-
ide orang lain.
5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
6) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa
kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam
belajar yang baru. (Agus N Cahyo:2013:104)
d. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar Abdurrahman, belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk. perubahan tingkah laku
yang relatif menetap. (Asep Jihad:2013:14). Menurut Suprijono hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
(M.Thobrani:2016:20)
Pengertian hasil belajar sebagaimana diuraikan oleh Nawawi dalam K.
Brahim yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam skor yang diperolah dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu
sendiri merupakan suatu proses dari seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Untuk mengetahui hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal
bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat
pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain
8
itu, dengan dilakukan evaluasi atau penilaian ini dapat dijadiakan feeback atau tindak
lanjut atau bahkan cara mengukur tingkat penguasaan siswa. (Ahmad d
Susanto:2014:5)
B. Penelitian Terdahulu
Selama saya mengajar di UPT SMPN 3 PARDASUKA ini belum banyak yang
melakukan penelitian tindakan kelas, dan belum ada yang pernah meneliti dengan
menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning, meskipun saya menanyakan
kepada salah satu guru senior yang ada di sekolah tersebut, namun sebelum saya
mendefinisikan tentang metode Discovery Learning, ada baiknya terlebih dahulu
mengetahui tentang metode mengajar.
Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Dengan metode pembelajaran yang tepat
diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa, dengan kata lain terciptalah interaksi
9
pembelajaran yang baik antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau
yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif
dibandingkan dengan gurunya.
Oleh karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa serta keaktifan siswa dan sesuai dengan materi
pembelajaran.
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini
adalah: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar PAI Dan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas VII UPT SMP Negeri 3
Pardasuka.