Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Landasan Teori
a. Proses Belajar Mengajar
Proses dalam pengertian di sini merupakan interaksi semua komponen atau unsur
yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter
independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5). Belajar diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa
seseorang setelah mengalami proses akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral
yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu
usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu
inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran
utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar
mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh
guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata,
1997:18). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar
PAI meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan
sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran PAI.

4
5

b. Pengertian Model Pembelajaran


Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. ( Al Fauzan Amin :2015:6)
Sedangkan menurut pendapat Briggs yang menjelaskan model adalah “seperangkat
prosedur dan berurutan untuk mewujudkan suatu proses”. Dengan demikian model
pembelajaran adalah seperangkat prosedur atau merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu model yang berurutan untuk melaksakan proses pembelajaran. (Al
Fauzan Amin :2015:115).

c. Model Discovery Learning


1. Pengertian Discovery Learning
Apabila ditinjau dari kata Discover bearti menemukan, sedangkan Discovery
adalah penemuan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, Oemar Hamalik menyatakan
bahwa Discovery adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada mental
intelektual para anak didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi,
sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan di
lapangan.
Sedangkan menurut Budiningsih, model Discovery learning adalah
memahami konsep arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai
kepada suatu kesimpulan. Discovery sendiri terjadi apabila individu terlibat.
Terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep
dan prinsip. Discovery dilakukan melalui proses mental, yakni observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, dan penentuan.(Agus N Cahyo :2013:101)

2. Tujuan Pembelajaran Discovery Learning


Menurut Bell, beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan,
yakni sebagai berikut:
1) Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kenyataan menunjukkan bahwa partisipasi banyak siswa dalam
pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2) Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan, siswa belajar
menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak, juga siswa banyak
meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
6

3) Siswa juga merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan
tanya jawab untuk informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
4) Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama
yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan menggunakan ide-
ide orang lain.
5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa keterampilan, konsep-konsep
dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
6) Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa
kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan dalam
belajar yang baru. (Agus N Cahyo:2013:104)

3. Kelebihan dan kekurangan Model Discovery Learning


a. Beberapa kelebihan Model Discovery yaitu:
1) Dalam penyampain bahan Discovery, digunakan kegiatan dan pengalaman
langsung. Kegiatan dan pengalaman tersebut akan lebih menarik perhatian
anak didik dan memungkinkan pembentukan konsep-konsep abstrak yang
mempunyai makna.
2) Model Discovery, lebih realistis yang mempunyai makna. Sebab, para anak
didik dapat bekerja langsung dengan contoh-contoh nyata.
3) Model Discovery, merupakan suatu model pemecahan masalah. Para
anak didik langsung menerapkan prinsip dan langkah awal dalam
pemecahan masalah.
4) Dengan sejumlah transfer secara langsung, maka kegiatan model Discovery
akan lebih mudah oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang
berkenaan dengan aktivitas pembelajaran.
5) Model Discovery, banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik
untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar. (M.Takdir Illahi: 2012:7)
b. Kelemahan Model Discovery Learning
1) Belajar mengajar menggunakan model Discovery membutuhkan waktu
yang lebih lama.
2) Bagi anak didik yang berusia muda, kemampuan berpikir rasional mereka
masih terbatas.
7

3) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektifitas ini menimbulkan


kesukaran dalam memahami suatu persoalan yang berkenaan dengan
pengajaran Discovery Strategi.
4) Faktor kebudayaan dan kebiasaan. Tuntunan Discovery
membutuhkan kebiasaan yang sesuai dengan kondisi anak didik.16

4. Fase Model Discovery Learning


antara lain :
1. Pemberian rangsangan (Stimulation);
2. Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement);
3. Pengumpulan data (Data Collection);
4. Pembuktian (Data processing dan Verification), dan
5. Menarik kesimpulan/generalisasi (Generalization).

d. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar Abdurrahman, belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk. perubahan tingkah laku
yang relatif menetap. (Asep Jihad:2013:14). Menurut Suprijono hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.
(M.Thobrani:2016:20)
Pengertian hasil belajar sebagaimana diuraikan oleh Nawawi dalam K.
Brahim yang menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam skor yang diperolah dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu
sendiri merupakan suatu proses dari seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
Untuk mengetahui hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sunal
bahwa evaluasi merupakan proses penggunaan informasi untuk membuat
pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi kebutuhan siswa. Selain
8

itu, dengan dilakukan evaluasi atau penilaian ini dapat dijadiakan feeback atau tindak
lanjut atau bahkan cara mengukur tingkat penguasaan siswa. (Ahmad d
Susanto:2014:5)

e. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Bab I pasal 2 menyebutkan
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan, membentuk
sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Sedangkan Zakiyah Daradjat menjelaskan pendidikan agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan ajarannya
yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama
Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membina peserta didik agar senantiasa
mengetahui, memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.( Abid, 2017).

B. Penelitian Terdahulu
Selama saya mengajar di UPT SMPN 3 PARDASUKA ini belum banyak yang
melakukan penelitian tindakan kelas, dan belum ada yang pernah meneliti dengan
menggunakan metode pembelajaran Discovery Learning, meskipun saya menanyakan
kepada salah satu guru senior yang ada di sekolah tersebut, namun sebelum saya
mendefinisikan tentang metode Discovery Learning, ada baiknya terlebih dahulu
mengetahui tentang metode mengajar.
Metode mengajar adalah cara guru memberikan pelajaran dan cara murid
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan. Dengan metode pembelajaran yang tepat
diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa, dengan kata lain terciptalah interaksi
9

pembelajaran yang baik antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini guru berperan
sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau
yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baik jika siswa lebih aktif
dibandingkan dengan gurunya.
Oleh karena itu metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa serta keaktifan siswa dan sesuai dengan materi
pembelajaran.

C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini
adalah: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar PAI Dan Budi Pekerti Pada Siswa Kelas VII UPT SMP Negeri 3
Pardasuka.

Anda mungkin juga menyukai