Mengajar bukanlah perkara yang sederhana dan mudah. Terlebih di masa sekarang,
mengajar harus menjangkau setiap potensi yang dimiliki siswa. Mengajar yang hanya
mementingkan materi hanya akan menciptakan manusia pintar tetapi tanpa nurani. Oleh karena
itu, tugas guru dalam mengajar tidak hanya menyampaikan materi pelajaran agar siswa
menguasainya. Guru juga membagikan serta melatih nilai-nilai yang terkandung dalam materi
pelajaran tersebut, agar melekat dalam diri siswa dan menjadi karakter baik dalam diri siswa.
Belajar idealnya selain harus dilakukan dengan penuh kesadaran, juga harus dilaksanakan dalam
konteks mengalami. Mengalami tidak hanya melibatkan aktivitas mental, tetapi juga emosional,
dan sosial. Aktivitas ini menyadarkan kita bahwa belajar juga menuntut kehadiran lingkungan
baik fisik maupun nonfisik. Lingkungan fisik meliputi sumber belajar buku, kamus, dsb.
Lingkungan nonfisik meliputi motivasi belajar, cita-cita, suasana belajar, dsb. Proses belajar
mengajar seperti itu mestinya diterapkan tidak hanya pada jenjang pendidikan dasar tetapi juga
pendidikan menengah bahkan pendidikan tinggi.
1. Pendekatan
Merupakan titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen
dalam Sanjaya mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaaran, yaitu pendekatan
yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa. Pendekatan yang
berpusat pada guru menunjukan strategi pembelajaran langsung pembelajaran deduktif
atau pembelajaran ekpositori. Sedangkan, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuri serta strategi pembelajaran
induktif (Wina Sanjaya, 2008:127).
2. Metode
Merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Jadi strategi
merujuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah
cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi
dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
3. Teknik
Adalah cara yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu
metode. Teknik adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode
tertentu.
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih strategi pembelajaran.
Kata pembelajaran mengandung arti “proses membuat orang melakukan proses belajar
sesuai dengan rancangan” (Udin S Winatapura, 1994:2). Perubahadan sebagai hasil proses
belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti kecakapan, kebiasaan, sikap penerimaan
atau penghargaan. Perubahan tersebut dapat meliputi keadaan dirinya, pengetahuan atau
perbuatannya. Siswa tidak dianggap sebagai objek yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan
guru, melainkan siswa ditempatkan sebagai subjek belajar sesuai dengan bakat, minat, dam
kemampuan yang dimilikinya. Prinsip pembelajaran tidak berdiri sendiri, melainkan saling
berhubungan satu sama lain. Begitu pula dengan prinsip kolerasi dalam pelaksanaannya erat
sekali hubungannya dengan prinsip peragaan, motivasi, dan lingkungan.
Proses pemaknaan antara satu siswa dengan siswa yang lain dapat terjadi berbeda-beda
dan sangat bergantung pada cara siswa tersebut membangun dan mengelola sistem
pengetahuannya. Tentu saja makna yang dihayati oleh siswa tidak berbeda dari konsep
pengetahuan tersebut. Berdasarkan keempat prinsip tersebut terlihat bahwa pembelajaran
konsruktivistik lebih menekankan pada proses yakni proses mental individu atau siswa. Dengan
kata lain, pembelajaran konstruktivistik lebih menekankan proses dan tidak berorientasi hasil.
Berdasarkan prinsip pembelajaran tersebut, George W. Gagnon, Jr. and Michelle Collay, seper-ti
dikutip Gao, S., Coldwell‐Neilson, Jo., & Goscinski, A. (2013) menuliskan langkah
pembelajaran konstruktivistik terdiri dari situation, grouping, bridge, question, exhibit, dan
reflection.
Metode Direct Instruction merupakan sebuah metode kuno yang sering digunakan dalam
kegiatan pembelajaran. Cara penyampaian metode ini mirip dengan metode ceramah. Namun
secara substansi, metode Direct Instruction tidak dapat disamakan dengan metode ceramah.
Metode Direct Instruction lebih menekankan pada kegiatan pembelajarannya yang diinstruksikan
oleh gurunya. Dengan demikian tidak ada batasan, bahwa metode Direct Instruction tidak dapat
dapat digunakan pada pendekatan student centered.
Investigasi adalah suatu cara menyampaikan materi pelajaran yang memungkinkan siswa
melakukan berbagai kegiatan untuk menemukan hasil yang tepat. Investigasi erat kaitannya
dengan proses mencari tahu. Pada metode investigasi, guru berperan sebagai fasilitator dan
motivator. Sebagai fasilitator, guru bertugas untuk memberikan layanan media pembelajaran dan
sumber belajar kepada siswa agar siswa mampu menemukan penyelesaian atas persoalan yang
diajukan.
Metode Praktikum
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses membelajarkan peserta didik yang
telah direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien. Pembelajaran dapat dipandang melalui dua sudut, yang pertama
pembelajaran merupakan suatu sistem. Pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang
terstruktur antara lain tujuan pembelajaran, media pembelajaran, strategi, pendekatan dan metode
pembelajaran, perorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran
berupa remedial dan pengayaan. Pembelajaran hakekatnya adalah kegiatan guru dalam mendidik
siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran bertujuan untuk membentuk siswa dalam kondisi
belajar. Siswa dalam kondisi belajar dapat diamati dan dicermati melalui indikator aktivitas yang
dilakukan, yaitu fokus, antusias, bertanya, menjawab, berkomentar, presentasi, diskusi, mencoba,
menduga, dan menemukan. Sebaliknya siswa dalam kondisi tidak belajar adalah kontradiksi dari
aktivitas tersebut, mereka hanya berdiam diri, pasif dan hanya menerima materi.
Metode pembelajaran aktif didasarkan oleh asumsi bahwa setiap orang belajar dengan
cara yang berbeda. Metode aktif learning merupakan cara pandang yang menganggap mengajar
sebagai kegiatan yang mengembangkan inisiatif dan kemauan belajar siswa selama hidupnya
(Hamndani, 2010). Rosada (2007) juga mengemukakan bahwa pembelajaran aktif adalah belajar
yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses informasi dari berbagai sumber seperti
buku teks, perpustakaan, internet, atau sumber belajar lainnya dengan tujuan untuk menambah
pengalaman dan pengetahuan serta untuk melatih kemampuan analitis dan sintesis siswa.
Peran guru dalam pembelajaran aktif ialah sebagai pelaku dalam membantu siswa untuk
membawa siswa kepada pengalaman yang berkesan terhadap pembelajaran dengan kata lain guru
adalah fasilitator, mediator, pembimbing dan pengaruh siswa. Kelebihan pembelajaran aktif
dapat menjadi acuan terpenting dimana melibatkan siswa penuh dalam pembelajarannya
sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari pengalamannya mencari tahu dan menemukan
solusi atas sebuah permasalahan. Pada dasarnya pembelajaran aktif memiliki kesamaan dengan
model pembelajaran self discovery learning, yakni suatu pembelajaran yang menuntut siswa
untuk dapat mengambil kesimpulan sendiri dari apa yang dipelajari sehingga bisa dijadikan
sebagai nilai baru. Di dalam pembelajaran aktif guru diharuskan lebih memposisikan dirinya
sebagai seorang fasilitator, yang memiliki tugas untuk memberikan kemudahan dalam belajar (to
facilitate of learning) kepada para siswa. Siswa harus terlibat dan ikut aktif dalam pembelajaran,
sedangkan guru akan lebih banyak dalam memberikan sebuah arahan serta bimbingan, dan harus
mampu mengatur sirkulasi selama proses pembelajaran berlangsung.