Menurut Permendikbud N0. 64 th 2013, Standar isi adalah kriteria mengenai ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Ruang Lingkup materi dan tingkat kompetensi peserta didik yang
harus dipenuhi atau dicapai pada suatu satuan pendidikan dalam jenjang dan jenis pendidikan
tertentu dirumuskan dalam Standar isi untuk setiap mata pelajaran. Standar isi disesuaikan
dengan substansi tujuan pendidikan nasional dalam domain sikap spiritual dan sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan.
a. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi
mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh
aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk
melakukan aktivitas tersebut.
1
b. Pengetahuan
c. Keterampilan
2
73) .Kurikulum 2013 meskipun didominasi dengan teori belajar konstruktivisme, akan
tetapi tidak lepas dari teori behaviorisme.Tuntutan kurikulum 2013 tidak hanya sebatas
siswa memiliki pengetahuan semata. Empat kompetensi inti dalam kurikulum 2013 yaitu
kompetensi inti sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Proses
pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara
utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah
lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi
yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap
diperoleh melalui aktivitas “ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”.
Salah satu tokoh belajar behaviorisme adalah Skinner yang mengemukakan bahwa
unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan-penguatan (reinforcement) atas
pencapaian belajar peserta didik (Sugihartono, dkk, 2007: 98). Dalam prinsip penyusunan
RPP kurikulum 2013 yang termuat dalam Standar Proses bahwa RPP harus memuat
rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi
karena dalam proses pembelajaran dibutuhkan pemberian umpan balik dan tindak lanjut.
Dalam standar proses pelaksanaan pembelajaran juga dijelaskan bahwa dalam mengelola
kelas guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dan guru mendorong dan
menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat.
Selain itu, salah satu indikator bahwa kurikulum 2013 tidak lepas dari teori
behaviorisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai. Hal ini sesuai dengan teori
instruksional Gagne. Gagne sebagai salah satu tokoh behaviorisme mengungkapkan 9
kondisi instruksional yaitu salah satunya “inform learner the objectives” atau
menginformasikan kepada peserta didik mengenai tujuan yang akan dicapai. Selain itu
dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran menurut standar proses bahwa guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait
dengan materi yang akan dipelajari. Hal ini juga diungkapkan oleh Gagne dalam 9
kondisi instruksional yaitu “stimulate recall of prerequisite learning” atau stimulasi
kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar siswa (Sugihartono, dkk, 2007: 100).
Pendekatan behaviorisme digunakan dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran,
pemberian umpan balik positif siswa dan kegiatan penutup pembelajaran.
3
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruktivisme adalah teori belajar yang berdasarkan pada premis bahwa kita
semua mengkontruksi prespektif kita sendiri terhadap dunia kita sendiri terhadap dunia,
melalui pengalaman individu dan skema.Kontruktivisme memfokuskan pada persiapan
pembelajar untuk mengatasi masalah dalam situasi-situasi yang ambigu. (Schuman dalam
Smith,2010 :73).
Menurut Piaget dalam Chambers (2008: 100) bahwa dalam belajar, anak
membangun sendiri skemata pengetahuannya dari pengalamannya sendiri dengan
lingkungannya. Ketika anak membangun pengalaman barunya, maka anak dapat
memperoleh pemahaman baru maupun tidak. Jika pengetahuan baru yang diperoleh
seperti pengetahuan yang diperoleh sebelumnya, maka anak melakukan asimilasi.
Namun, jika pengetahuan baru yang diperoleh berbeda dengan yang pernah didapatnya
sebelumnya maka anak harus mengkonstruksi pengetahuannya yang baru.
4
masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan
ide-idenya.
Bagi peserta didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif
mencari tahu”. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, salah satu
prinsip pembelajaran yang digunakan adalah dari peserta didik diberi tahu menuju peserta
didik mencari tahu dan dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar
berbasis aneka sumber belajar. Ini sesuai dengan teori belajar konstruktivisme di mana
siswa menemukan sendiri apa yang akan mereka pelajari. Salah satu metode
pembelajaran yang dituntut Standar Nasional Pendidikan untuk diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran siswa adalah kegiatan penemuan (discovery/inquiry learning).
Metode penemuan ini dikemukakan oleh Bruner. Menurut Bruner (1999: 48)
dalam bukunya yang berjudul “The Proccess of Education”, belajar akan bermakna bagi
siswa apabila siswa menemukan konsep dengan sendirinya dan aktif membangun
pengetahuan dan ketrampilannya. Menurut standar proses pendidikan bahwa pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”, sehingga tidak lagi diorientasikan kepada
hafalan-hafalan yang abstrak. Menurut Piaget (Sugihartono, dkk, 2007: 109) pengamatan
sangat penting dan menjadi dasar dalam menuntun proses berpikir anak karena
pengamatan melibatkan seluruh indra, menyimpan kesan lebih lama, dan menimbulkan
sensasi yang membekas pada siswa. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang tidak
hanya berorientasi pada pengetahuan saja, akan tetapi mencakup ranah sikap,
pengetahuan, dan ketrampilan. Salah satu rincian dari ranah ketrampilan adalah
mengamati yang sesuai dengan teori Piaget.
5
Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang
dari sederhana menuju kompleks, dari ruang lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju
ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Menurut
Piaget (Sugihartono, dkk, 2007: 109), sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta
didik telah, sedang, dan atau akan mengalami empat tahap perkembangan intelektual,
yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal. Oleh
karena itu, pembelajaran menurut kurikulum 2013 harus sesuai dengan tingkat
kompetensi yang seharusnya dicapai oleh siswa. Di dalam pembelajaran, peserta didik
difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi
kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan
berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi yang dimiliki
mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih.
Pengalaman belajar tersebut semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar
mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat.
6
sebagai sosial konstruktivisme yang dikemukakan oleh Vygotsky bahwa interaksi sosial
siswa turut membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa.
7
pemecahan masalah dalam kelompok, maka siswa akan belajar dari temannya dan juga
siswa bisa mengomunikasikan idenya dengan teman sekelompoknya terlebih dulu.
8
b) Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran:
1. Melakukan Pengamatan atau Observasi
Observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi
(Sani, 2014: 54). Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pengamatan kualitatif mengandalkan panca indra dan hasilnya dideskripsikan
secara naratif. Sementara itu, pengamatan kuantitatif untuk melihat karakteristik
benda pada umumnya menggunakan alat ukur karena dideskripsikan
menggunakan angka. Pengamatan yang dilakukan tidak terlepas dari keterampilan
lain, seperti melakukan pengelompokkan dan membandingkan. Selanjutnya siswa
perlu dilatih untuk mampu mendeskripsikan hasil pengamatan pada teman lain
sehingga teman dapat memperoleh gambaran yang sama seperti yang
dideskripsikan atau diceritakan. Kemampuan melakukan deskripsi yang jelas
tanpa menyebut nama benda juga merupakan keterampilan yang perlu dimiliki
siswa.
Mengamati objek matematika dapat dikelompokkan dalam dua macam
kegiatan yang masing – masing mempunyai ciri – ciri berbeda, yaitu: a)
mengamati fenomena dalam lingkungan kehidupan sehari – hari yang berkaitan
dengan objek matematika tertentu, b) mengamati objek matematika yang abstrak
(Kemdikbud, 2013:205).
2. Mengajukan Pertanyaan
Kegiatan mengajukan pertanyaan dapat dilakukan oleh guru kepada siswa,
siswa kepada guru, teman, narasumber atau kepada orang tua dirumah. Siswa
perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan
dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan
(curiosity) dalam diri siswa dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
belajar sepanjang hayat. Kegiatan bertanya dapat dilakukan di kelas atau di luar
kelas. Guru perlu mengajukan pertanyaan dalam upaya memotivasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan. Kegiatan untuk mengaktifkan siswa untuk bertanya dapat
dilakukan dengan berbagai metode atau teknik, misalnya dengan meminta mereka
merumuskan beberapa pertanyaan yang digunakan dalam melakukan
pengumpulan data melalui wawancara
Siswa pada pendidikan dasar perlu dibimbing dalam menganalisis
permasalahan yang dihadapi dengan melatih mereka untuk mengajukan
pertanyaan yang bersifat konvergen. Proses ini dilakukan dalam diskusi kelompok
9
kecil dengan menerapkan metode curah pendapat (brainstorming) dalam
mengumpulkan ide yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan.
Pada pembelajaran matematika, kegitan menanya dapat dijadikan strategi
untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berprosedur matematika, yaitu
dengan memberikan pertanyaan secara bertahap dari yang mudah (konkret) hingga
yang lebih kompleks (abstrak) hingga siswa memperoleh jawaban sendiri.
(Kemdikbud, 2013:205).
3. Melakukan Eksperimen/ Percobaan atau Memperoleh Informasi
Belajar dengan menggunakan pendekatan ilmiah akan melibatkan siswa
dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu
permasalahan. Guru juga dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data atau
informasi dari berbagai sumber. Guru perlu mengarahkan siswa dalam
merencanakan aktivitas, melaksanakan aktivitas, dan melaporkan aktivitas yang
telah dilakukan. Pelajaran ilmu pengetahuan alam biasanya membutuhkan data
yang diperoleh berdasarkan percobaan secara langsung. Sedangkan pada ilmu
sosial, pada umumnya membutuhkan data yang diperoleh berdasarkan wawancara,
survey pendapat, pengamatan, tingkah laku dan sebagainya. Komponen mencoba
dalam kasus ini adalah mencoba instrument, mencoba untuk berkomunikasi,
mencoba berperan dalam situasi sosial (membantu orang lain, bermusyawarah,
memberikan saran pada pihak yang berwenang), dan sebagainya.
Kegiatan mencoba dalam proses pembelajaran matematika di SMP/ MTs
ini dimaknai sebagai menerapkan pengetahuan dan keterampilan hasil penalaran
ke dalam suatu situasi atau bahasan yang masih satu lingkup, kemudian diperluas
ke dalam situasi atau bahasan yang berbeda lingkup (Kemdikbud, 2013:206).
4. Mengasosiasikan/ Menalar
Kemampuan mengelola informasi melalui penalaran dan berpikir rasional
merupakan kompetensi penting yang harus dimiliki oleh siswa. Informasi yang
diperoleh dari pengamatan atau percobaan yang dilakukan harus diproses untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan
pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil berbagai kesimpulan dari pola
yang ditemukan.
Pengolah informasi membutuhkan kemampuan logika (ilmu menalar).
Menalar adalah aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi (Sani, 2014:
66).Inferensi adalah menarik kesimpulan berdasarkan pendapat (premis), data,
10
fakta atau informasi. Dasar pengolahan informasi berdasarkan metode ilmiah
adalah melakukan penalaran secara empiris. Penalaran empiris didasarkan pada
logika induktif, yaitu menalar dari hal khusus ke umum (general). Penalaran
induktif menggunakan bukti khusus seperti fakta, data, informasi, pendapat dari
pakar. Kesimpulan dibuat berdasarkan bukti-bukti empiris tersebut. Penalaran
yang juga sering dilakukan adalah penalaran deduktif, yakni menggunakan logika
maju berdasarkan observasi umum (premis mayor) ke observasi khusus atau
pernyataan (premis minor) yang mengarah pada kesimpulan khusus. Logika maju
tiga langkah tersebut disebut silogisme. Upaya untuk melatih siswa dalam
melakukan penalaran dapat dilakukan dengan meminta mereka untuk
menganalisis data yang telah diperoleh sehingga mereka dapat menemukan
hubungan antar variable, atau dapat menjelaskan tentang data berdasarkan teori
yang ada, menguji hipotesis yang telah diajukan, dan membuat kesimpulan.
Dalam proses pembelajaran matematika, pada umumnya proses menalar
terjadi secara simultan dengan proses mengolah atau menganalisis kemudian
diikuti dengan proses menyajikan atau mengkomunikasikan hasil penalaran
sampai diperoleh suatu simpulan (Kemdikbud, 2013:206).
5. Membangun atau Mengembangkan Jaringan dan Berkomunikasi
Kemampuan untuk membangun jaringan dan berkomunikasi perlu dimiliki
oleh siswa karena kompetensi tersebut sama pentingnya dengan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman. Bekerja sama dalam sebuah kelompok merupakan
salah satu cara membentuk kemampuan siswa untuk dapat membangun jaringan
dan berkomunikasi. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk berbicara dengan
orang lain, menjalin persahabatan yang potensial, mengenal orang yang dapat
member nasihat atau informasi, dan dikenal dengan orang lain.
Menurut Sani (2014: 71) kompetensi penting dalam membangun jaringan
adalah keterampilan intrapersonal, keterampilan interpersonal, dan keterampilan
organisasional (sosial). Keterampilan intrapersonal terkait dengan kemampuan
seorang mengenal keunikan dirinya dalam memahami dunia. Beberapa contoh
keterampilan interpersonal yang penting adalah kesadaran emosi, penilaian diri
secara akurat, penghargaan diri, control diri, manajemen diri, adaptabilitas, dan
motivasi diri. Keterampilan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain. Beberapa contoh keterampilan interpersonal yang penting
adalah empati, orientasi layanan, kesadran organisasional, keterampilan
11
komunikasi, keterampilan negoisasi, kohesi sosial dan kepemimpinan. Sementara
itu, keterampilan organisasional (atau ketermapilan sosial) adalah kemampuan
untuk berfungsi dalam struktur sosial sebuah organisasi atau sistem sosial.
Seseorang yang memiliki keterampilan organisasional pada umumnya
menunjukkan ciri-ciri antara lain, mendukung pencapaian tujuan kelompok/
organisasi, berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi, mengetahuiperan dan
fungsinya dalam organisasi, bertindak secara efektif sebagai anggota organisasi,
mengajukan usulan efektif untuk organisasi, dan sebagainya.
Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model Pembelajaran : inquiry
3. Metode : Ceramah, diskusi kelompok, tanya jawab, dan
penugasan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
waktu
Pendahuluan 1. Siswa merespon salam dan pertanyaan dari 15 menit
guru berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya
2. Siswa menerima informasi tentang
pembelajaran yang akan dilaksanakan
dengan materi yang memiliki keterkaitan
dengan materi sebelumnya.
3. Siswa menerima informasi tentang
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan,
manfaat, dan langkah pembelajaran serta
metode yang akan dilaksanakan
4. Melaksanakan pre tes tentang eksponensial
dan logaritma
12
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
waktu
Inti Mengamati
1. Mengamati dan mencermati gambar tentang ... 30 menit
secara berkelompok (yang disiapkan)
2. Siswa memperhatikan karakteristik gambar
yang disajikan.
Menanya
Siswa mendiskusikan tentang karakteristik 15 menit
gambar yang diamati.
Menalar
Siswa mencari contoh lain permasalahan nyata 10 menit
yang berkaitan dengan fungsi eksponensial
dan fungsi logaritma
Siswa membandingan karakteristik gambar
dan permasalahan kehidupan nyata
Mencoba
1. Setiap kelompok mendeskripsikan pengertian 10 menit
tentang fungsi eksponensial
2. Setiap kelompok mendeskripsikan pengertian
tentang fungsi logaritma
Mengasosiasi
1. Siswa menghubungkan antara pengertian 20 menit
fungsi eksponensial dan fungsi logaritma dari
masing-masing kelompok.
2. Siswa menyimpulkan pengertian fungsi
eksponensial dan fungsi logaritma
3. Guru membimbing/menilai kemampuan siswa
dalam melakukan aktifitas dan merumuskan
13
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
waktu
kesimpulan
Mengomunikasikan 15 menit
1. Siswa menyampaikan kesimpulan tentang
pengertian fungsi ekponensial
2. Siswa menyampaikan kesimpulan tentang
pengertian fungsi logaritma
3. Guru memberi penguatan terhadap kesimpulan
yang disampaikan siswa
4. Guru menilai kemampuan siswa
berkomunikasi lisan
Penutup 1. Siswa menyimpulkan materi yang telah
20 menit
dipelajari
2. Siswa merefleksi penguasaan materi yang
telah dipelajari dengan membuat catatan
penguasaan materi.
3. Siswa melakukan evaluasi pembelajaran.
4. Siswa saling memberikan umpan balik hasil
evaluasi pembelajaran yang telah dicapai.
5. Guru memberikan tugas mandiri sebagai
pelatihan keterampilan dalam menyelesaikan
masalah matematika yang berkaitan dengan
fungsi eksponen dan logaritma
6. Melaksanakan postes
7. Siswa mendengarkan arahan guru untuk materi
pada pertemuan berikutnya
14
2. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
15
Tabel perbandingan tahapan PBL yang dikembangkan oleh Oon-Seng Tan,
Jordan, dan David
Tahapan PBL versi Tahapan PBL versi Jordan Tahapan PBL versi David
Oon Seng Tan
Guru merancang permaslahan yang sesuai dengan kurikulum
Siswa dihadapkan Guru melibatkan siswa Siswa mengklarifikasi
pada permaslahan dalam permaslahan, istilah
Siswa menganalisis mendefinisikan hal yang Siswa merumuskan
permasalahan dan isu harus dipelajari permasalahan
pembelajaran Curah pendapat tentang
hipotesis dan penjelasan
Siswa menata hipotesis
Siswa menetapkan tujuan
pembelajaran
Siswa menemukan Siswa mencari informasi Siswa mengumpulkan
solusi dan membuat untuk memperoleh fakta informasi dan belajar
pelaporan yang relevan mandiri
Siswa mengajukan solusi Siswa berbagi informasi
dan diskusi hasil belajar
mandiri
Siswa melakukan
presentasi dan
refleksi
Siswa melakukan
kaji ulang, integrasi,
dan evaluasi
(Sani, 2014: 152).
PBL kemudian dikembangkan sebagai sebuah model pembelajaran
oleh para ahli. Arends (Ngalimun, 2014: 89) mengemukakan ada 5 fase
(tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
16
Tabel. Sintaks Problem Based Learning
17
Oleh sebab itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok – kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih
dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan
siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunkan dalam konteks ini
seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota,
komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat
penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk
menjaga kinerjan dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Penyelididkan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelididkan yang berbeda, namun pada
umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data
dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan.
Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting.
Pata tahap ini, guru harus mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan adata
dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-
betul memahami dimensi situasi permaslahan.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya)
dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu
videotape (menunjukkan situasi maslah dan pemecahan yang diusulkan),
model (perwujudan secara fisik dari situasi maslah dan pemecahannya),
program ckomputer, dan sajian multimedia. Langkah-langkah selanjutnya
adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator
pameran.
18
c) Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based
learning)
Berdasarkan pendapat Arends tersebut, pada dasarnya pembelajran
berdasarkan masalah (problem based learning) memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut:
a. Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik dan menghindari
pembelajaran terisolasi.
b. Berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama
c. Menciptakan pembelajaran interdisiplin
d. Penyelidikan masalah autentik yang terintegrasi dengan dunia nyata dan
pengalaman praktis
e. Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya
f. Mengajarkan kepada siswa untuk mampu menerapkan apa yang mereka
pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang
g. Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (kooperatif)
h. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing
i. Masalah diformulasikan untuk memfokuskan dan merangsang pembelajaran
j. Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan pemecahan
masalah
k. Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri
(al-Tabany, 2014:68)
d) Kelebihan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based
learning)
Kelebihan PBL sebagai suatu model pembelajaran yaitu: (1) realistis
dengan kehidupan siswa; (2) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3)
memupuk sifat inkuiri siswa; (4) retensi konsep jadi kuat; dan (5) memupuk
kemampuan problem solving. Selain kelebihan tersebut, PBL juga memiliki
beberapa kekurangan, antara lain: (1) persiapan pembelajaran (alat, problem,
konsep) yang kompleks; (2) sulitnya mencari problem yang relevan; (3) sering
terjadi miss-konsepsi; dan (4) konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan
waktu yang cukup dalam proses penyelidikan, sehingga terkadang banyak waktu
yang tersita untuk proses tersebut. (al-Tabany, 2014:71).
19
e) Contoh kegiatan pendekatan pembelajaran problem based learning
Materi Matematika :
1. Frekuensi relatif dan peluang
2. Kejadian, Titik Sampel, Ruang Sampel
i. Titik sampel dan kejadian suatu percobaan
ii. Ruang sampel suatu percobaan
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahulua Komunikasi 10 menit
n Memimpin doa (Meminta seorang siswa
untuk memimpin doa)
Mengecek kehadiran siswa dan meminta
siswa untuk menyiapkan perlengkapan dan
peralatan yang diperlukan, misalnya buku
siswa. Meminta siswa untuk menanyakan
kesulitan mengenai materi sebelumnya
dan /atau pekerjaan rumah
Meminta siswa untuk memberi tanggapan
terhadap kesulitan yang muncul
Memberikan penguatan terhadap jawaban
siswa atau memberikan scaffolding untuk
menyelesaikan masalah tersebut, apabila
tidak ada siswa yang memberikan
jawaban yang benar.
Apersepsi
Guru memberikan gambaran tentang
pentingnya memahami ruang sampel dan
kejadian dari suatu fenomena, yaitu materi
ini akan sangat penting untuk pembelajaran
selanjutnya, misalnya menentukan banyak
kejadian dan peluang dari suatu kejadian.
Sebagai apersepsi untuk mendorong rasa
ingin tahu dan berpikir kritis, siswa diajak
20
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
memecahkan masalah mengenai banyak
titik sampel. Misalnya, Budi mempunyai 3
kertas yang berukuran sama, tetapi dengan
warna yang berbeda, misalnya merah, putih,
dan biru. Berapa banyak bendera dua warna
yang dapat dibuat oleh Budi?
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai yaitu (1) menentukan
kejadian dan ruang sampel dari suatu
fenomena, dan (2) menentukan banyak
kejadian dan titik sampel dari suatu
fenomena.
Inti 1. Fase 1 : Orientasi siswa pada masalah 70 menit
Guru mengajukan masalah 1 yang tertera
pada Lembar Aktivitas Siswa (LAS) dengan
bantuan IT (power point).
Guru meminta siswa mengamati (membaca)
dan memahami masalah secara individu dan
mengajukan hal-hal yang belum dipahami
terkait masalah yang disajikan.
Jika ada siswa yang mengalami masalah,
guru mempersilahkan siswa lain untuk
memberikan tanggapan. Bila diperlukan,
guru memberikan bantuan secara klasikal
melalui pemberian scaffolding.
Guru meminta siswa menuliskan informasi
yang terdapat dari masalah tersebut secara
teliti dengan menggunakan bahasa sendiri.
2. Fase 2 : Mengorganisasikan siswa belajar
Guru meminta siswa membentuk kelompok
heterogen (dari sisi kemampuan, gender,
21
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
budaya, maupun agama) sesuai pembagian
kelompok yang telah direncanakan oleh
guru.
Guru menyediakan logistik (media) untuk
setiap kelompok berupa, misalnya 3 biji
halma merah untuk nasi campur, 3 biji
halma putih untuk nasi goreng, dan 3 biji
halma hijau untuk bakso, 3 kertas merah
yang bertuliskan Rp 5.000, 3 kertas putih
yang bertuliskan Rp 4.000, dan 3 kertas
hijau yang bertuliskan Rp 4.500.
Guru membagikan Lembar Aktivitas Siswa
(LAS) yang berisikan masalah dan langkah-
langkah pemecahan serta meminta siswa
berkolaborasi untuk menyelesaikan
masalah.
Guru berkeliling mencermati siswa bekerja,
mencermati dan menemukan berbagai
kesulitan yang dialami siswa, serta
memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya hal-hal yang belum
dipahami.
Guru memberi bantuan (scaffolding)
berkaitan kesulitan yang dialami siswa
secara individu, kelompok, atau klasikal.
Meminta siswa bekerja sama untuk
menghimpun berbagai konsep dan aturan
matematika yang sudah dipelajari serta
memikirkan secara cermat strategi
pemecahan yang berguna untuk pemecahan
masalah.
22
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Mendorong siswa agar bekerja sama dalam
kelompok.
3. Fase 3 : Membimbing penyelidikan
individu dan kelompok.
Meminta siswa melihat hubungan-hubungan
berdasarkan informasi/data terkait
membangun
Guru meminta siswa melakukan eksperimen
dengan media yang disediakan untuk
menyelesaikan masalah, yaitu (a) mencatat
semua jenis pesanan yang mungkin beserta
harganya, (b) menghitung banyak pesanan
yang mungkin, (c) menghitung banyak
pesanan yang mungkin dipesan yang mana
harganya tidak lebih dari Rp. 13.000,00.
Guru meminta siswa mendiskusikan cara
yang digunakan untuk menemukan semua
kemungkinan dari jenis pesanan tersebut,
misalnya dengan tabel, diagram pohon,
koordinat kartesius, cara mendaftar. Bila
siswa belum mampu menjawabnya, guru
memberi scaffolding dengan mengingatkan
siswa mengenai cara mereka menentukan
jenis pesanan.
4. Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan
hasil karya
Guru meminta siswa menyiapkan
laporan hasil diskusi kelompok secara
rapi, rinci, dan sistematis.
Guru berkeliling mencermati siswa
bekerja menyusun laporan hasil diskusi,
23
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
dan memberi bantuan, bila diperlukan.
Guru meminta siswa menentukan
perwakilan kelompok secara
musyawarah untuk menyajikan
(mempresentasikan) laporan di depan
kelas.
5. Fase 5: Menganalisa dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
Guru meminta semua kelompok
bermusyawarah untuk menentukan satu
kelompok yang mempresentasikan
(mengkomunikasikan) hasil diskusinya
di depan kelas secara runtun, sistematis,
santun, dan hemat waktu.
Guru memberi kesempatan kepada siswa
dari kelompok penyaji untuk
memberikan penjelasan tambahan
dengan baik.
Guru memberi kesempatan kepada siswa
dari kelompok lain untuk memberikan
tanggapan terhadap hasil diskusi
kelompok penyaji dengan sopan. Guru
melibatkan siswa mengevaluasi jawaban
kelompok penyaji serta masukan dari
siswa yang lain dan membuat
kesepakatan, bila jawaban yang
disampaikan siswa sudah benar.
Guru memberi kesempatan kepada
kelompok lain yang mempunyai jawaban
berbeda dari kelompok penyaji pertama
untuk mengkomunikasikan hasil diskusi
24
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
kelompoknya secara runtun, sistematis,
santun, dan hemat waktu. Apabila ada
lebih dari satu kelompok, maka guru
meminta siswa bermusyawarah
menentukan urutan penyajian.
Langkah (c), (d), dan (e) sebagai satu
siklus dapat dilaksanakan lagi dan
disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
6. Selanjutnya, guru membuka cakrawala
penerapan ide dari penyelesaian masalah
tersebut untuk menemukan rumus (ide)
umum untuk menentukan banyak
kemungkinan yang terjadi dari suatu
fenomena. Misalkan terdapat n orang dan
m jenis makanan. Setiap orang memesan
satu jenis makanan. Berapa banyak
variasi jenis makanan yang dapat dipesan
oleh semua orang tersebut?
7. Guru mendorong agar siswa secara aktif
terlibat dalam diskusi kelompok serta
saling bantu untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
8. Selama siswa bekerja di dalam
kelompok, guru memperhatikan dan
mendorong semua siswa untuk terlibat
diskusi, dan mengarahkan bila ada
kelompok yang melenceng jauh
pekerjaannya.
9. Salah satu kelompok diskusi (tidak harus
yang terbaik) diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya ke
25
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
depan kelas. Sementara kelompok lain,
menanggapi dan menyempurnakan apa
yang dipresentasikan.
10. Guru mengumpulkan semua hasil diskusi
tiap kelompok
11. Dengan tanya jawab, guru mengarahkan
semua siswa pada kesimpulan mengenai
permasalahan tersebut.
Penutup Siswa diminta menyimpulkan tentang 10 enit
bagaimana menentukan banyak ruang
10 menit
Dengan bantuan presentasi komputer,
guru menayangkan apa yang telah
dipelajari dan disimpulkan mengenai
cara menentukan banyak ruang sampel
dan kejadian.
Guru memberikan tugas PR beberapa
soal mengenai penerapan rumus yang
diperoleh.
Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan
memberikan pesan untuk tetap belajar.
26
2. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
Menurut Buck Institute for Education (1999), project based learning adalah
pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan
masalah dan memberi peluang peserta didik bekerja secara otonom mengkontruksi
belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai
dan realistik.
Sani (2014 : 172 ) mendefinisikan pendekatan pembelajaran berbasis proyek
sebagai sebuah pendekatan pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang
melibatkan siswa dalam merancang,membuat, dan menampilkan produk untuk
mengatasi permasalahan dunia nyata.
Sedangkan Wena dalam Al-Tabany (2014 : 42 ) mendefinisikan pendekatan
pembelajaran berbasis proyek / project based learning sebagai pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.
27
Proyek yang dimaksud dalam pendekatan pembelajaran berbasis proyek
berbeda dengan “proyek” yang dibuat oleh siswa dan tidak menyelesaikan
permasalahan masyarakat atau permasalahan konstektual. Jika guru meminta siswa
membuat sebuah “proyek” elektronik seperti bel listrik atau membuat karya seni
tertentu yang tidak berkaitan dengan permasalahan masyarakat, pembelajaran bukan
merupakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek.
28
Fokus pada
konsep penting
Belajar
Proses Inkuiri berpusat pada
siswa
Pendekatan
pembelajaran
Terkait berbasis proyek
permasalahan Proyek bersifat
nyata/autentik realistik
Menghasilkan Investigasi
produk konstrukif
29
c) Membuat jadwal aktivitas
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Jadwal ini disusun untuk mengetahui berapa lama
waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
d) Monitoring perkembangan proyek peserta didik
Pendidik bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
e) Penilaian hasil kerja peserta didik
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f) Evaluasi pengalaman belajar peserta didik
Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek.
30
Atau tahapan pembelajaran berbasis proyek secara umum digambarkan sebagai
berikut :
31
4. memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar dan melatih keterampilan
interpersonal bekerja sama dalam kelompok dan orang dewasa;
5. memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih keterampilan yang
dibutuhkan untuk hidup dan bekerja (mengalokasikan waktu, bertanggung
jawab, belajar melalui pengalaman, dan sebagainya);
6. mencakup aktivitas refleksi yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis
tentang pengalaman dan menghubungkan pengalaman tersebut pada standar
belajar.
Selain itu, Sani (2014 : 177) menambahkan beberapa keuntungan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek adalah (1) meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar dan mendorong mereka melakukan pekerjaan penting ;
(2) meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah; (3) membuat
siswa lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks; (4)
meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama ; (5) mendorong siswa
mempraktekkan keterampilan berkomunikasi; (6) meningkatkan keterampilan siswa
dalam mengelola sumber daya ; (7) memberikan pengalaman kepada siswa dalam
mengorganisasi proyek, mengalokasikan waktu, dan mengelola sumber daya seperti
peralatan dan bahan untuk menyelesaikan tugas; (8) memberikan kesempatan belajar
bagi siswa untuk berkembang sesuai kondisi dunia nyata; (9) melibatkan siswa
untuk belajar mengumpulkan informasi dan menerapkan pengetahuan tersebut untuk
menyelesaikan permasalahan dunia nyata; dan (10) membuat suasana belajar
menjadi menyenangkan.
Adapun beberapa kelemahan pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang
dikemukakan Sani (2014 : 177-178) :
32
e) Contoh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
A. Materi Matematika
1. Jarak antara dua titik
2. Jarak antara titik dengan garis
3. Jarak antara titik dengan bidang
4. Jarak antara garis dengan garis
B. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Pra Pembelajaran 10 menit
1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana
kondusif untuk berlangsungnya pembelajaran.
2. Guru memberikan motivasi tentang pentingnya
memahami Geometri khususnya materi jarak dan
sudut antar titik dan garis dan bidangdan
mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai.
4. Guru menginformasikan tentang proses
pembelajaran yang akan dilakukan termasuk
aspek-aspek yang dinilai selama proses
pembelajaran berlangsung.
5. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan
pertanyaan secara klasikal yang bersifat
menuntun dan menggali.
Inti Fase 1 : Penentuan Pertanyaan Mendasar 70 menit
1. Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang
bersifat eksplorasi pengetahuan yang telah
dimiliki siswa berdasarkan pengalaman
belajarnya yang bermuara pada penugasan peserta
didik dalam melakukan suatu aktivitas.
Bagaimana menentukan jarak antara titik
dengan garis?
Bagaimana menentukan jarak titik dengan
bidang?
Bagaimana menentukan jarak antara garis
33
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
dengan bidang?
Bagaimana menentukan jarak antara bidang
dengan bidang?
Fase 2 : Mendesain Perencanaan Proyek (Design a
Plan for the Project)
1. Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok
kelompok yang heterogen (4-5) orang. Heterogen
berdasarkan tingkat kognitif atau etnis.
2. Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk
menentukan ketua dan sekretaris secara
demokratis, dan mendeskripsikan tugas masing-
masing setiap anggota kelompok.
3. Guru dan peserta didik membicarakan aturan
main untuk disepakati bersama dalam proses
penyelesaian proyek.Hal-hal yang disepakati:
pemilihan aktivitas, waktu maksimal yang
direncanakan, sansi yang dijatuhkan pada
pelanggaran aturan main, tempat pelaksanaan
proyek, hal-hal yang dilaporkan, serta alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu
penyelesaian proyek
Fase 3 : Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
1. Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat
jadwal aktifitas yang mengacu pada waktu
maksimal yang disepakati.
2. Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun
langkah alternatif, jika ada sub aktifitas yang
molor dari waktu yang telah dijadwalkan.
3. Guru meminta setiap kelompok menuliskan
alasan setiap pilihan yang telah dipilih.
Fase 4 : Memonitor peserta didik dan kemajuan
proyek
1. Guru Membagikan Lemba Kerja siswa yang
berisi tugas proyek dengan tagihan: 1)
34
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
menuliskan informasi yang secara eksplisit
dinyatakan dalam tugas, 2) menuliskan beberapa
pertanyaan yang terkait dengan masalah/tugas
yang diberikan, 3) menuliskan
konsep-konsep/prinsip-prinsip matematika
berdasarkan pengalaman belajarnya yang terkait
dengan tugas, 4) mengaitkan konsep-konsep yang
dinyatakan secara eksplisit dalam tugas dengan
konsepkonsep/ prinsip-prinsip yang dimiliki oleh
siswa berdasarkan pengalaman belajarnya, 5)
melakukan dugaan-dugaan berdasarkan kaitan
konsep poin 4), 6) menguji dugaan dengan cara
mencoba, 6) menarik kesimpulan
2. Guru memonitoringterhadap aktivitas peserta
didik selama menyelesaikan proyek dengan cara
melakukan scaffolding jika terdapat kelompok
membuat langkah yang tidak tepat dalam
penyelesaian proyek.
Fase 5 : Menguji Hasil (Assess the Outcome)
1. Guru telah melakukan penilaian selama
monitoring dilakukan dengan mengacu pada
rubrik penilaian.yang bertujuan: mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
Fase 6 : Mengevaluasi Pengalaman
1. Peserta didik secara berkelompok melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang
sudah dijalankan. Hal-hal yang direfleksi adalah
kesulitan-kesulitan yang dialami dan cara
mengatasinya dan perasaan yang dirasakan pada
35
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
saat menemukan solusi dari masalah yang
dihadapi. Selanjutnya kelompok lain diminta
menanggapi
Penutup 1. Guru memfasilitasi peserta didik untuk 10 menit
menyimpulkan hasil temuan barunya,
2. Guru memberikan tugas proyek pada buku
halaman 312 untuk dikerjakan selama satu
minggu
36
membuat keputusan , dan membuat kesimpulan. Pentingnya pendekatan inkuiri
(inquiry) dinyatakan oleh Freinet dalam Sani (2014 : 89) sebagai berikut.
“The normal method of acquiring knowledge is not through observation,
explanation and demonstration, as is most common in school, but rather through
enquiry-based learning, which is a natural and universal course of action. ...One does
not gain knowledge through studying rules and laws,as some believe, but through
exprerience”.
Freinet berpendapat bahwa pengetahuan akan diperoleh melalui pengalaman
secara inkuiri dan tidak cukup hanya mengamati, mendengarkan penjelasan, atau
melihat demonstrasi. Perolehan pemahaman dimulai dari pengalaman dengan
mengikuti siklus dasar proses inkuiri yang dideskripsikan sebagai berikut.
Pengalaman
Menyajikan masalah
(mengajukan pertanyaan),
mendiskusikan ide, menganalisis
pertanyaan
Pemahaman
Menjelaskan pendapat baru, Informasi
menerapkan, Memperoleh, mengkritik,
mengevaluasi,memunculkan ide menganalisi, mengintretasi,
baru, melakukan hal yang mengajukan pertanyaan baru
dipahami,refleksi
Membangun pengetahuan
Menyajikan masalah
(mengajukan pertanyaan),
mendiskusikan ide, menganalisis
pertanyaan
37
sebagai sumber belajar,akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.
Ketiga, tujuan penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri adalah untuk
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis, atau
mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan
demikian, dalam pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri siswa tidak hanya dituntut
agar menguasai materi pelajaran,akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan
potensi yang dimilikinya.
Ciri-ciri Pendekatan
Pembelajaran Berbasis
Inkuiri
38
dalam berhubungan dengan orang lain. Melalui pengalaman sosial, anak bukan hanya
dituntut untuk mempertimbangkan atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi
juga menumbuhkan kesadaran bahwa ada aturan lain disamping aturannya sendiri.
Dan yang terakhir adalah equilibration adalah proses penyesuaian antara pengetahuan
yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannnya. Ada kalanya anak
dituntt untuk memperbaharui pengetahuan yang sudah terbentuk setelah ia
menemukan informasi baru yang tidak sesuai.
39
mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis
yang diajukannya.
Berorintasi pada
pengembangan intelektual
Prinsip Pendekatan
Pembelajaran Berbasis
Inkuiri
40
dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis)
setiap anak adalah dengan mengajaukan berbagai pertanyaan yang mendorong siswa
dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
3. Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya guru membimbing siswa untuk merancang
percobaan, dengan cara memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan
langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Kemudia guru
membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
4. Mengumpulkan data & Menganalisis data
Data dapat berupa tabel, matriks, atau grafik. Pada kegiatan ini kemampuan yang
dituntut yaitu : (a) merakit peristiwa, terdiri dari mengidentifikasi peristiwa yang
dibutuhkan, mengumpulkan data dan mengevaluasi data.Setelah itu, siswa
bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan cara
menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis yaitu
pemikiran “benar” atau “salah”.
5. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data
yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap
masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat hendak sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang
relevan.
41
Menyajikan pertanyaan
/Merumuskan masalah
Merumuskan hipotesis
Merumuskan kesimpulan
42
Disamping memiliki keunggulan, pendekatan ini juga mempunyai kelemahan
di antaranya :
43
Lem kertas
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Guru mengingatkan siswa kembali tentang materi yang 5 menit
telah dipelajari sebelumnya yaitu tentang unsur-unsur
lingkaran.
Guru memotivasi siswa dengan menceritakan
pemasangan rumput di taman:
“Di sebuah kota rencananya akan dibuat sebuah
taman berbentuk lingkaran dengan berdiameter 56
m . Jika di taman tersebut akan ditanami rumput
dengan biaya Rp 6000,00/m2. Berapa biaya yang
harus dikeluarkan?”
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada
siswa.
44
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
4. Guru membagikan LKS: Menemukan Rumus Luas
Daerah Lingkaran kepada masing-masing
kelompok.
Fase 2: Merumuskan hipotesis
5. Guru membimbing siswa dalam menentukan
hipotesis yang relevan dengan permasalahan
menemukan rumus luas daerah lingkaran. Setiap
kelompok diberi kesempatan untuk membuat
hipotesis tentang rumus luas daerah lingkaran.
6. Guru memilih hipotesis yang menjadi prioritas
untuk selanjutnya diselidiki kebenarannya oleh
siswa dengan mengerjakan LKS: Menemukan
Rumus Luas Daerah Lingkaran.
Fase 3: Melakukan percobaan untuk memperoleh
informasi
7. Guru meminta siswa untuk mulai bekerja dalam
kelompok untuk megerjakan LKS: Menemukan
Rumus Luas Daerah Lingkaran.
8. Guru meminta siswa untuk menyiapkan semua alat
dan bahan yang diperlukan: kertas, jangka,
penggaris, gunting, busur derajat, pensil, dan lem
kertas.
9. Guru memberi kesempatan kepada siswa beberapa
menit untuk membaca langkah-langkah kerja pada
LKS: Menemukan Rumus Luas Daerah Lingkaran
dan menanyakan langkah kerja yang kurang
dipahami oleh siswa
10. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dan
mengerjakan LKS: Menemukan Rumus Luas
Daerah Lingkaran dengan langkah-langkah kerja
sehingga siswa mendapatkan informasi tentang
rumus luas daerah lingkaran. Diharapkan siswa
bekerja dengan teliti dan dinilai menggunakan LP2:
penilaian berkarakter
45
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Fase 4: Mengumpulkan dan menganalisis data
11. Guru meminta beberapa kelompok untuk
menyampaikan hasil kerja kelompok mereka ke
depan kelas.
12. Siswa diminta untuk menjelaskan bagaimana
mereka mendapatkan rumus luas daerah lingkaran
yang telah mereka temukan melalui langkah kerja
LKS: Menemukan Rumus Luas Daerah Lingkaran.
13. Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk
mengajukan pertanyaan dan siswa yang
presentasi untuk merespon pertanyaan yang
dinilai menggunakan LP3: penilaian keterampilan
sosial. Siswa yang mengajukan pertanyaan juga
diharapkan untuk menghargai jawaban penyaji
yang dinilai menggunakan LP2: penilaian
berkarakter.
Penutup Fase 5: Merumuskan Kesimpulan 20 menit
1. Guru membimbing siswa untuk menarik
kesimpulan dari hasil kerja mereka tentang
menemukan rumus luas daerah lingkaran.
Rumus luas daerah lingkaran: π r 2
2. Guru membagikan LP1: Luas Daerah
Lingkaran pada siswa dan meminta siswa untuk
mengerjakannya secara individu
3. Guru memberikan pekerjaan rumah yaitu pada
buku BSE halaman 137 nomor 1-5
4. Siswa diminta untuk menuliskan kesannya
selama proses pembelajaran yang berkaitan
dengan materi dan cara mengajar guru.
5. Guru meminta siswa mempelajari materi
selanjutnya yaitu tentang Sudut Pusat, Sudut
Keliling, dan Juring Lingkaran
46
Penilaian
No Indikator Penilaian Instrumen
1. Menghitung luas daerah lingkaran LP1: Luas
Mengaplikasikan rumus luas daerah Tertulis Daerah
2.
lingkaran dalam masalah sehari-hari. Lingkaran
Rubrik
Menemukan kembali rumus luas daerah
3. Kinerja Penilaian
lingkaran
LKS
4. Ketelitian
Penghargaan terhadap pendapat orang LP2
5.
lain Observasi
6. Kerjasama
LP3
7. Mengajukan dan merespon pendapat
47
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara
rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang
kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek
utama dalam pembelajaran kooperatif.
Menurut Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok dari
belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok.
Karena siswa bekerja dalam satu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki
hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,
mengembangkan keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
48
Pembelajaran kooperatif adalah npembelajaran secara tim tim
merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Semua nggota tim harus saling
membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria
keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.
49
saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing – masing, akan tetapi
juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, yang pintar perlu
membantu yang kurang pintar
4. Keterampilan untuk bekarja sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui
aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja
sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup
berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu
mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi,
sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat,
dan memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok.
Sedangkan prinsip-prinsip pendekatan pembelajaran kooperatif
adalah
a. Prinsip ketergantungan positif (positive independence)
b. Tanggung jawab perorangan (Individual accauntability)
c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
d. Partisipasi dan komunikasi (participation communacation)
50
SPK bersifaft heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan
– perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaaan gender, latar belakang
agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik.
Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri
dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan
kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis
kurang (Anita Lie,2015). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan
lebih disukainya pengelompokkan heterogen. Pertama, kelompok heterogen
memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling
mendukung. Kedua , kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar
ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan
pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan
akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang.
melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar –
menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan
secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal – hal
yang kurang tepat.
3. Penilaian
Penilaian dalam SPK bisa dilakukan dengan tes dan kuis. Tes atau kuis
dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual
nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dn tes
kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil
akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai
setiap kelompok memiliki nilai sma dengan kelompoknya. Hal ini
disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang
merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
4. Pengakuan tim
Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang di
anggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian
diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan
tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga
membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi
mereka.
51
d) Keunggulan Dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Keunggulan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif:
a. Melalui SPK siswa tidak terlalu menggantukan pada guru, akan tetapi
dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa lain.
b. SPK dapat mengembangkan kemampuan mengungkapakn ide atau gagasan
dengan kata – kata secara verbal dan membandingkanya dengan ide – ide
yang lain.
c. SPK dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari
akan segala perbedaan
d. SPK dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif:
a. Ciri utama dari SPK adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh
karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka di bandingkan
dengan pengajaran langung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang
demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah
dicapai oleh siswa.
b. Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja
kelompok. Namun demikian, guru perlu mennyadari, bahwa sebenarnya
hasil atau presentasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
c. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh arena itu,
idealnya melalui SPK selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus
belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua
hal itu dalam SPK memang bukan pekerjaan yang mudah.
52
e) Contoh kegiatan pendekatan pembelajaran kooperatif:
53
untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan
situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka.
54
(learning community), pemodelan modeling), refleksi (reflektion), penilaian
sebenarnya (outhentic assesment). Suatu kelas dikatakan menggunakan pendekatan
CTL jika menerapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas
yang bagaimanapun keadaannya. (Depdiknas, 2002)
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik yang
diajarkan.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok) seperti melalui kegiatan
kelompok, berdiskusi, tanya jawab dsb
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran bisa melalui ilustrasi, model
bahkan media yang sevbenarnya.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7. Lakukan penilaian secara objektif, yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara.
d) Kelebihan dan Kekurangan dari Pembelajaran Konstektual
Kelebihan CTL, antara lain :
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan rill,
Artinya sisa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di
sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi
siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajariya
akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan udah dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada
siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana
seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melaui landasan
filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan
n”menghapal”.
55
3. Konstektual adalah pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa secara penuh, baik
fisik maupun mental
4. Kelas dalam pembelajran konstektual bukan sebagai tempat untuk memperoleh
informasi, akan tetapi sebagai tembpat untuk menguji hasil temuan mereka di
lapangan.
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil dari pemberian guru
6. Penerapan pembelajaran konstektual dapat menciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna.
Kelemahan dari pembelajaran Konstektual:
1. Diperlukan waktu yang lama, saat proses pembelajaran berlangsung
2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi kelas yang
kurang kondusif.
3. Guru lebih intensif dlam membimbing, karena dalam CTL, guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengella kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi
siswa, siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan
belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan
pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah
membimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan
sendiri ide – ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi –strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun, dalam konteks
ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
56
e) Contoh pendekatan Konstektual
57
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
kinerja kelompok
7. Guru dan siswa melakukan diskusi kelas untuk
menarik kesimpulan.
8. Guru memberikan penguatan dan
pengembangan konsep serta aplikasinya dalam
kehidupan sehari-hari, contohnya pada
pengubinanan untuk kekongruenan dan lainnya.
Penutup Refleksi 10 menit
58
DAFTAR PUSTAKA
Alberta Learning. 2004. Focus on inquiry : A Tacher’s Guide To Implementing Inquiry-
Based Learning, (online) (http://www.lrc.learning.gov.ab.ca)
Al-Tabany,T. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Kontekstual
(Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum 2013). Jakarta : Kencana.
Buck Institute for Education. 1999. Project Based Learning.http://www.bgsu.edu/
organizations/etl/proj.html.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Modul pelatihan implementasi kurikulum
2013 SMP/MTS matematika. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pembelajaran berbasis kompetensi mata
pelajaran matematika (Peminatan) melalui pendekatan saintifik. Jakarta:
DIREKTORAT PSMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ngalimun. (2014). Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Okudan, G & Sarah, E. 2004. “A project-Based Approach to Entreprenurial Leadership
Education”. Journal Technovation. Desember. Volume XX, hlm 1-16.
Sani, R. A. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Sanjaya,W. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta :
Kencana.
Stripling,B. 2009. Project Based Learning : Inspiring Middle School Students to Enggage in
Deep and Active Learning. New York : NYC Department of Education.
Thomas,J.W. 2000. A Review of Research on Project Based Learning.Online.
(http://www.bie.org/research/study/review_of_project_based_learning_2000)
59
60
61