BAB II
KAJIAN TEORI
A. Belajar
semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam
kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku. Ciri-ciri perubahan tingkah laku
dalam hal ini yang dimaksudkan belajar adalah mengubah tingkah laku. Jadi
Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi
belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke
2
yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai sutau hasil dari
melalui aktivitas”.
(dalam arti luas) di timbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan.
yang paling pokok dalam pendidikan di sekolah, dimana proses belajar yang
B. Hasil Belajar
afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah
serta kemampuan peserta didik. Lebih lanjut Sudjana berpendapat bahwa hasil
pula pada proses belajar mengajar setiap mata pelajaran memiliki tujuan yang di
harapkan atau dengan harapan hasil yang di capai sesuai dengan yang telah di
Belajar merujuk pada apa yang harus di lakukan seseorang sebagai subjek dalam
sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan
orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitas,
metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk
(pertemuan antar suku). Menurut Kurniasih dan Berlin (2016: 82) bahwa :
Model pembelajaran talking tick merupakan suatu dari sekian banyak satu
tongkat. Tongkat dijadikan sebagai jatah atau giliran untuk berpendapat atau
materi pembelajaran.
pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat sebagai jatah atau giliran
kelompok
belakangnya.
siswa ataupun guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah
dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar
sekolah.
Begitu pula dengan metode talking stick, bagaimana juga harus sesuai dengan
stick bila dilihat dari rumusan konsep metode tersebut, yang didalamnya
salah satu metode dalam cooperative learning, maka tujuan pada metode
d). Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
f). Evaluasi
menutup pelajaran.
dan tentu saja dalam setiap metode atau model yang diterapkan tersebut
kekurangan seperti halnya dengan model Talking Stick ini. Adapun kelebihan
suatu tes yang dilakukan di kondisi awal suatu kegiatan belajar, guna
9
mengetahui kesiapan seseorang dalam memberi respon atau jawaban yang ada
berlangsung.
memahami dengan cepat. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran ini
baik akan mengatur kecepatan dan memilih jalan terbaik untuk mencapai
tujuannya.
Stick dapat membuat siswa lebih giat dalam belajar. Hal ini dikarenakan dalam
mendapatkan sebuah tongkat yang kemudian diberikan soal oleh guru untuk
10
menjawabnya. Oleh sebab itu, siswa terseut harus berani dalam mengemu-
mengalami senam jantung yaitu, “Membuat siswa tegang dan ketakutan dengan
pertanyaan yang akan diberikan oleh guru”.Model ini dapat memotivasi siswa
untuk terus belajar dan mempersiapkan diri untuk dapat menjawab pertanyaan
diberikan oleh guru antara satu dengan yang lain bisa berbeda, seperti takut
gagal, tidak percaya diri, trauma, takut salah, takut dinilai buruk, dan kurang
Faktor lain yang membuat tidak semua siswa siap menerima pertanyaaan
dari guru adalah faktor kognitif dan proses berpikir siswa yang berbeda antara
satu dengan yang lain. Hal ini terlihat ketika guru memberikan pertanyaan
Talking Stick.
umum, bahkan tanpa menyesuaikan model yang tepat berdasarkan sifat dan
centered sehingga siswa menjadi pasif, siswa tidak diajarkan model belajar
kontekstual, (2) tidak menantang, (3) pasif, dan (4) bahan pembelajarannya
pembelajaran yang membagi bahan ajar menjadi unit-unit kecil dan penyajian
bahan ajar antara materi yang satu terpisah dengan materi yang lain, antara
fonem, morfem, kata, dan kalimat tidak dikaitkan antara yang satu dengan yang
lain tiap materi pelajaran berdiri sendiri sebagai bidang ilmu, termasuk pula
begitu menuntut sarana dan prasarana yang memadai sehingga lebih mungkin
teori-teori yang diperoleh di dalam kelas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada
yaitu :
GURU
sumber daya yang terdapat dalam dirinya untuk membuat keterpaduan antara
konsep yang bersamaan satu dengan yang lain, (2) terjadi konsep keterampilan,
sikap yang tumpang tindih dan tidak jelas antara bidang studi dan bidang yang
lain, (3) pengalihan pembelajaran terhadap situasi baru sangat jarang terjadi
Wardarita (2010:56).
terutama.
b. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa
yang dipelajari.
d. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan
activities).
g. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.
F. Hipotesis
Arikunto (2006 :71) mengatakan bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan itu
belum final, masih harus dibuktikan kebenaranya atau hipotesis adalah jawaban
hubungan variabel dengan satu atau lebih variabel lainnya sehingga hipotesis
dapat dikatakan sebagai suatu prediksi yang melekat pada variabel yang
populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari
penelitian ini, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.
15
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Talking Stick dengan model konvensional pada mata pelajaran PAI kelas X Di
SMA-N 1 Sukamara.
Talking Stick dengan model konvensional pada mata pelajaran PAI kelas X Di
SMA-N 1 Sukamara.