Anda di halaman 1dari 19

1

KEGIATAN PEMBELAJARAN I
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

A. Uraian Materi

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pada bagian ini, Saudara akan menilik pengertian model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang bertumpu pada kerjasama antar peserta didik dalam
kelompok - kelompok kecil untuk menyelesaikan kegiatan selama
pembelajaran berlangsung.
Di dalam situs yang diakses pada 29 Mei 2012
http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm. dijelaskan
bahwa kerjasama kelompok tersebut bersifat heterogen. Artinya, kelompok
kecil tersebut terdiri dari berbagai peserta didik dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan berbeda-beda. Proses pembelajarannya juga
dilaksanakan dengan berbagai aktivitas. Setiap anggota kelompok dituntut
untuk tidak saja bertanggungjawab memahami materi yang diajarkan, tetapi
juga membantu teman satu kelompoknya sehingga tercipta suatu suasana
keberhasilan. Semua peserta didik terlibat menyelesaikan tugas hingga
semua anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.
Semua hasil usaha yang dilakukan oleh setiap anggota kelompok
dimaksudkan untuk kebaikan bersama sehingga semua anggota
kelompok: 1) Memperoleh manfaat dari usaha satu sama lainnya.
(keberhasilan Anda memberikan manfaat untuk saya dan keberhasilan saya
bermanfaat pula untuk Anda); 2) Memahami bahwa semua anggota
kelompok senasib sepenanggungan (kita semua tenggelam atau
mengapung bersama); 3) Memahami bahwa keberhasilan individu tidak
saja disebabkan oleh dirinya sendiri tetapi juga oleh semua anggota
kelompok (kami bukan apa-apa tanpa kamu); 4) Merasa bangga dan
secara bersama merayakan keberhasilan ketika anggota suatu kelompok
2

mencapai suatu keberhasilan (kami semua merasa sukses atas kesuksesan
Anda).
Selain pengertian yang dipaparkan di atas, banyak pakar juga
menjelaskan pengertian pembelajaran kooperatif diantaranya, Johnson
(1994) dan Slavin (1995) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
sebagai teknik dalam pembelajaran menekankan pada kerjasama tim dalam
melaksanakan tugas belajar. Demikian pula Chinnel dalam Killen, (1996)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara pengajaran yang
memaksimalkan hasil belajar melalui belajar bersama. Melalui pembelajaran
tim tersebut diharapkan para peserta didik memiliki semangat untuk bekerja
sama dalam mencapai keberhasilan.
Berdasarkan definisi di atas dapat disarikan bahwa model
pembelajaran kooperatif adalah tahap-tahap pembelajaran yang
mementingkan aspek kerjasama (gotongroyong) dalam mencapai
keberhasilan belajar.


Gambar 1. Peserta didik sedang berdisikusi kelompok




3

2. Teori Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif dilAndasi oleh teori kognisi sosial
(Social Cognition) yang dikembangkan oleh Lev Vigotsky. Teori ini disebut
juga Social Constructivism (Sosial Konstruktivisme) yang merupakan salah
satu aliran dalam konstruktivisme. Salah satu teory Vigotsky adalah
scaffolding. Scaffolding adalah sejumlah bantuan yang diberikan orang
dewasa/guru kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran,
dan kemudian mengurangi bantuan tersebut serta memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin
besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri tugas-tugas yang
diberikan (http://edukasi.kompasiana.com diakses 30 Mei 2012).
Menurut Vigotsky bantuan yang diberikan kepada peserta didik dapat
berupa petunjuk, peringatan, dorongan, atau berbagai aktivitas yang
memungkinkan peserta didik dapat mandiri. Teori belajar yang dikemukakan
oleh Vygotsky memunculkan dua implikasi terhadap suatu proses
pembelajaran. Pertama, untuk menyelenggarakan pembelajaran dengan
teori tersebut, diperlukan setting kelas kooperatif. Setting kelas kooperatif
adalah suatu bentuk pengelolaan kelas dimana peserta didik di kelompokkan
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang sehingga peserta
didik dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal
development mereka. Zone of proximal development adalah kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial
yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah
bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat
yang lebih mampu (http://surianto200477.wordpress.com diakses tanggal 13 Juli
2012). Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran
menekankan scaffolding dimana guru memberikan sejumlah bantuan kepada
peserta didik pada tahap awal pembelajaran yang berupa penjelasan
mengenai konsep materi ajar, prosedur pelaksanaan kegiatan, kriteria-
kriteria keberhasilan atau karakter yang harus dikembangkan siswa selama
4

proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya guru meminta peserta didik
mengambil alih tanggung jawab proses pembelajaran dengan berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran.


Gambar 2: Guru sedang membantu peserta didik.

Selanjutnya, Vigotsky dalam teori Kognisi Sosial menjelaskan bahwa
budaya (culture) merupakan penentu utama dalam perkembangan kognitif
seseorang. Manusia adalah spesies yang menciptakan budaya dan setiap
anak manusia akan belajar sesuai dengan konteks budaya tersebut. Menurut
Vigotsky budaya menyebabkan dua hal bagi perkembangan intelektual anak.
Pertama, melalui budaya anak memperoleh banyak pengetahuan. Kedua,
budaya menyediakan kepada anak bagaimana cara berpikir yang oleh
Vigotsky disebut tools of intellectual adaptation (alat penyesuaian
intelektual). Singkatnya, menurut teori kognisi sosial, budaya mengajari anak
apa yang dipikirkan (what to think) yaitu pengetahuan dan bagaimana cara
berpikir (how to think (Funderstanding.com., diakses tangal 13 Mei 2007
dalam Asip. 2008).

5


Gambar 3. Sekelompok peserta didik sedang praktek.

Dalam praktek pembelajaran, teori tersebut dapat dijadikan landasan
untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik dimana peserta didik akan
belajar di dalamnya. Lingkungan belajar harus dibangun sehingga
merupakan sebuah komunitas yang memiliki budaya tertentu sebagai
wahana bagi peserta didik untuk belajar. Model Pembelajaran Kooperatif
dibangun diatas landasan teori di atas. Model ini merupakan teknik
pembelajaran yang menyediakan kultur bagi peserta didik untuk belajar
dalam komunitas yang memiliki budaya gotong royong (kerja sama).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif memiliki landasan teori yang kuat untuk dapat diterapkan dalam
pembelajaran yang menghendaki tujuan akhir dari pendidikan adalah agar
peserta didik mandiri, berbudaya dan berkolaborasi. Pertama, konsep
skafolding akan membantu membebaskan peserta didik dari
ketergantungan terhadap guru. Bantuan guru terhadap peserta didik
memang sangat diperlukan pada tahap awal pembelajaran, namum lambat
laun tanggungjawab terhadap tugas-tugas selanjutnya beralih kepada
6

peserta didik. Peran guru hanya sebagai pendamping dan penyedia fasilitas
belajar yang diperlukan peserta didik.
Kedua, konsep culture (budaya) yang dijadikan unsur utama
pengembangan kognitif peserta didik. Guru yang mengajar di depan kelas
merupakan orang dewasa yang merepresentasikan orang yang memiliki
budaya dan peserta didik kemudian mengadaptasi budaya tersebut. Ini
artinya bila seorang guru logis, cermat dan sistematis dalam berfikir, santun
dalam bertutur kata dan bertindak maka peserta didik akan langsung
mengadaptasikan cara berfikir dan berindak, dan bertutur kata guru tersebut
ke dalam cara berfikirnya dan menjadikannya sebuah budaya. Dengan kata
lain, peserta didik akan berfikir, bertindak dan berucap seperti yang di
representasikan gurunya. Demikian sebaliknya bila guru memperlihatkan
cara berfikir dan bertindak semaunya, asal-asalan dan berperilaku negatif
lainnya, maka cara berfikir dan bertindak itulah yang kemudian dianut oleh
peserta didiknya.
Ketiga, konsep pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dalam
memecahkan masalah. Pembelajaran kooperatif bukanlah pembelajaran
yang mengandalkan pada salah satu peserta didik yang kuat. Dalam
pembelajaran kooperatif eksistensi individu sangat dihargai. Dalam setiap
kegiatan pembelajaran kooperatif, individu setiap peserta didik terlebih
dahulu melakukan aktivitas sampai tuntas, baru kemudian mereka
mendiskusikan dan mensharing (berbagi) hasil pengembangan
intelektuanya dengan anggota lain dalam kelompoknya. Dengan demikian
peserta didik akan terbiasa mengkomunikasikan apa yang telah dia
usahakan dan mensharingnya dengan orang lain. Pembelajaran kooperatif
akan melahirkan perilaku saling memberi, menerima dan membantu (gotong
royong).
7


Gambar 4. Seorang peserta didik sedang presentasi

3. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran Kooperatif menjadi sebuah model pembelajaran
yang establish (kokoh) karena selain didasari oleh teori yang kokoh juga
didukung dengan hasil penelitian yang menunjukkan keunggulannya dalam
meningkatkan hasil pembelajaran. Model Pembelajaran Kooperatif juga
memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan model-model lain.
Menurut Slavin dan Johnson (1984) dalam Asip (2008), ciri-ciri model
pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
a) Saling ketergantungan yang positif,
b) Dipertanggungjawabkan secara individu,
c) Kelompok kecil yang heterogin,
d) Berbagi kepemimpinan,
e) Berbagi tanggung jawab,
f) Ditekankan pada tugas dan kebersamaan,
g) Mempunyai keterampilan dalam berhubungan sosial,
h) Guru mengamati,
i) Efektivitas tergantung pada kelompok.


8

Johnson, Johnson and Smith (1991) dalam Asip (2008) memperjelas
ciri-ciri kooperatif learning dengan cara membandingkannya dengan
pembelajaran yang bernuansa competitif dan individual seperti pada tabel di
bawah :

NO KOOPERATIF KOMPETITIF INDIVIDUAL
1 Bekerja dalam
kelompok kecil yang
heterogen.
Bekerja sendiri. Bekerja sendiri.

2
Bekerja untuk
mencapai
keberhasilan
bersama.
Bekerja untuk
menjadi yang terbaik
dalam kelas.
Bekerja untuk
mencapai kesuksesan
sendiri.
3 Keberhasilan pribadi
sangat tergantung
kepada keberhasilan
anggota kelompok.
Keberhasilan pribadi
menyisihkan orang
lain.
Keberhasilan pribadi
tidak berpengaruh
terhadap keberhasilan
orang lain.

4
Merayakan suses
bersama.
Merayaan
kesuksesan pribadi
di atas kegagalan
orang lain.
Merayakan
kesuksesan pribadi.

5
Hadiah dianggap
sebagai sesuatu yang
nilainya tak terbatas.
Hadiah dianggap
terbatas.
Hadiah dianggap
sebagai sesuatu yang
nilainya tak terbatas.
6 Keberhasilan dinilai
dengan cara
membandingkan
penampilan dengan
kriteria.
Kesuksesan
direngking dari yang
terbaik sampai
terburuk
Dinilai dengan cara
membandingkan
penampilan dengan
kriteria.
9

Menurut Johnsosn, Jonhnson & Smith (1991) dalam Asip (2008)
model pembelajaran kooperatif memiliki lima elemen yang menjadikannya
sebagai sistem pembelajaran yang kokoh. Kelima elemen tersebut adalah:
a) Positive interdependence. Peserta didik harus meyakini bahwa mereka
diikat antara satu dengan lainnya, sehingga tidak ada sukses tanpa
kesuksesan angota kelompok.
b) Face to face promotive interaction. Sebuah kerjasama terjadi ketika
antara angota kelompok saling menolong, saling membantu, dan saling
mendukung satu dengan lainnya.
c) Individual accountability. Tugas-tugas harus benar-benar terstrutur dan
terdistribusi kepada setiap anggota kelompok. Kesempatan harus
diberikan kepada semua anggota untuk memberikan kontribusi yang
sama. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas
tugasnya karena keberhasilan menyelesaikan tugas akan merupakan
keberhasilan kelompok. Apabila dalam kelompok koooperatif hanya dua
orang saja yang aktif sedangkan anggota lainnya hanya duduk dan
menonton maka pekerjaan-pekerjaan kelompok tidak akan selesai. Oleh
karena itu, setiap anggota harus memiliki tugas tertentu dan
bertanggung jawab atas keberhasilan menyelesaikan pekerjaan masing-
masing.
d) Social skill. Sebuah kelompok tidak akan berfungsi secara efektif apabila
anggotanya tidak memiliki kemampuan sosial seperti kepemimpinan,
kemampuan membuat keputusan, saling mempercayai, kemampuan
berkomunikasi, dan kemampuan menyelesaikan konflik.
e) Maintaining group achievement. Sebuah kelompok kooperatif harus
dapat menjaga dan memelihara secara kesinambungan prestasi yang
pernah diraih. Selanjutnya sebuah group harus memiliki srategi untuk
meningkatkan prestasinya di masa yang akan datang.


10

Untuk menegakkan kelima elemen tersebut maka peserta didik harus
ditempatkan dalam ruang dimana antara anggota kelompok dapat
berhadapan untuk bekerja kelompok. Sebaiknya mereka memiliki tempat
duduk yang melingkar sehingga dapat bekerja tanpa hambatan. Guru
berfungsi sebagai konsultan, mengembalikan masalah kepada kelompok
untuk diselesaikan dan memberi umpan balik untuk menyusun strategi
penyelesaian yang lebih baik.
Kelima komponen tersebut memungkinkan peserta didik untuk
mengembangkan banyak kompetensi. Beberapa manfaat dari model
pembelajaran kooperatif diantaranya:
a) Menurut Stahl (1994) dalam model kooperatif peserta didik belajar
dalam kelompok secara produktif mendengar dan mengemukakan
pendapat, membuat keputusan bersama
b) Banyak penelitian menyimpulkan bahwa belajar dengan model
kooperatif sangat membantu dalam meningkatkan hasil belajar
akademis.
c) Pengakuan adanya keragaman peserta didik dapat menerima teman-
temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang.
d) Pengembangan keterampilan sosial. Keterampilan sosial yang dimaksud
dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah: berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok,
dan sebagainya.
e) Mengembangkan keterampilan kooperatif. Yang dimaksud keterampilan
kooperatif adalah: menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi,
mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi,
menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, menghormati perbedaan
individu, menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan
ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, menggunakan
kesabaran, menerima tanggungjawab, dan berkompromi.

11


Gambar 5. Pameran hasil karya peserta didik

4. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif memiliki sekurang-kurangnya tiga
tujuan. Ketiga tujuan tersebut adalah :
a. Peningkatan Hasil Belajar Akademik
Model pembelajaran kooperatif sarat dengan interaksi dalam
proses pembelajaran. Interaksi antara peserta didik dengan
peserta didik, interaksi peserta didik dengan bahan ajar, interaksi
peserta didik dengan guru, dan interaksi peserta didik dengan
kelompok. Interaksi yang intens ini tentu saja dapat merangsang
perkembangan intelektual peserta didik yang pada akhirnya
berdampak pada peningkatan kemampuan akademiknya.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Model Pembelajaran Kooperatif membuka peluang yang sangat
luas pada peserta didik untuk bekerja sama dan saling bergantung
satu sama lain dalam melaksanakan tugas-tugas terstruktur yang
diberikan guru. Dalam melaksanakan tugas tersebut peserta didik
dikelompokkan dalam satu kelompok tanpa membedakan kelas
sosial, ras, agama, suku bangsa, kemampuan dan ketidak
mampuan. Hal ini dimaksudkan agar adanya kesiapan peserta
didik untuk menyadari dan menerima adanya perbedaan individu.
12

c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini
sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat, karena sebagai
manusia kita adalah membutuhkan orang lain dan perlu bekerja
sama dengan orang lain.



Gambar 6. Pembelajaran kooperatif menjalin kebersamaan

5. Sintaks
Secara umum model pembelajaran kooperatif dilaksanakan
dengan fase-fase berikut:
FASE PERILAKU GURU
Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa.
Guru memotivasi siswa dan
menyampaikan tujuan.
Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi dan
materi dengan demonstrasi atau teks/
handout.
13

Membentuk kelompok Guru membimbing pembentukkan
kelompok.
Membimbing kelompok
untuk bekerja
Guru berkeliling membantu kelompok
saat siswa mengerjakan LKS atau
tugas.
Evaluasi Guru memberi tes, atau kelompok yang
menyajikan hasil pekerjaannya.
Memberikan penghargaan Guru dan siswa memberi penghargaan
kepada kelompok dan siswa yang
memperoleh prestasi baik.

Fase-fase ini pada pelaksanaannya akan sangat beragam
berkaitan dengan strategi apa yang digunakan.

6. Strategi Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi atau tipe-tipe
kooperatif. Banyaknya variasi ini tentu membawa keuntungan tersendiri bagi
guru. Guru dapat menggunakan berbagai variasi model pembelajaran
kooperatif sesuai dengan karakteristik tema atau konsep materi ajar yang
akan disampaikan kepada peserta didik. Di samping itu, peserta didik yang
mengikuti pembelajaran dengan model ini tidak akan mudah bosan. Selain
beberapa jenis model pembelajaran kooperatif yang akan disajikan dalam
pembelajaran kali ini, berikut penulis sajikan sebagian variasi model
pembelajaran kooperatif.

a. Student Team Achievment Devision (STAD) (Slavin, 1990)
STAD adalah salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana dan merupakan model yang cocok untuk guru yang
baru mencoba melakukan pendekatan kooperatif.


14

Langkah-langkah :
1) Guru melaksanakan pembelajaran suatu konsep dengan metode
tertentu seperti ceramah/ eksperimen, atau membahas buku teks.
2) Setiap anggota kelompok belajar memenyimpulkan dan
merenungkan kembali apa saja yang baru diajarkan oleh guru untuk
menyiapkan tes individu.
3) Setiap kelompok memiliki nama yang dikehendaki, sebaiknya nama-
nama konsep/ istilah yang dibahas atau topik yang sedang dipelajari.
4) Peserta didik melaksanakan tes individu. Setelah setiap anggota
mendapatkan nilai tes maka semua nilai individu digabungkan
menjadi nilai kelompok (diambil rata-ratanya). Penghargaan
diberikan kepada 3 kelompok terbaik, misalnya Good Team, Great
Team atau Super Team.

b. Learning Together ( David and Roger Johnson, 1975)
Strategi Learning Together dapat dilakukan pada akhir kegiatan
untuk memperoleh nilai/hasil kerja perorangan dengan cara kerja
kelompok.
Langkah-langkah :
1) Guru memberikan kartu soal atau lembar pertanyaan yang isinya
berbeda untuk tiap peserta pada tiap kelompok.
2) Peserta bekerja sebagai satu kelompok untuk melengkapi hasil kerja
perorangan pada kelompok, saling bertukar ide dan membantu satu
sama lain.
3) Guru menghargai dan memberi ganjaran pada kelompok yang
berperilaku baik.

c. Teams-Games-Tournament (TGT) (Slavin, 1990)
Strategi ini digunakan untuk meningkat kedalaman pemahaman
peserta didik terhadap suatu konsep atau penguasaan informasi detil.

15

Langkah-langkah :
1) Guru melaksanakan pembelajaran dengan metode tertentu.
2) Setiap kelompok belajar bersama untuk menyiapkan tes.
3) Setiap anggota meninggalkan kelompok menuju meja pertandingan
untuk bertanding dengan peserta dari kelompok lain (dicampur),
setiap meja terdiri dari 3 peserta didik. Pada setiap meja terdapat
setumpuk kartu yang telah disiapkan berisi pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan materi yang telah diajarkan
4) Di atas meja pertandingan setiap peserta bergiliran membaca
dengan suara keras dan berusaha menjawab pertanyaan yang ada
dalam kartu. Peserta yang lain dapat menentang untuk menjawab
pertanyaan tersebut bila ada jawaban peserta didik yang mendapat
giliran dianggap meragukan. Setiap jawaban benar mendapat skor.
5) Peserta didik kembali pada kelompoknya dan menghitung rata-rata
nilai yang diperoleh setiap anggota kelompok. Nilai anggota
digabungkan mejadi nilai kelompok dan nilai terbesar mendapat
penghargaan.

d. Group Investigation (GI) (Sharan, 1992)
Langkah langkah :
1) Guru memberi masalah yang menantang.
2) Setiap kelompok menyelidiki berbagi aspek dari masalah.
3) Setiap kelompok merencanakan apa yang akan diselidiki dan
bagaimana menyelidikinya.
4) Setiap kelompok melaksanakan rencananya.
5) Setiap kelompok menampilkan hasil kerjanya.
6) Guru dan peserta dari kelompok lain dan anggota kelompok yang
tampil melakukan eveluasi dan tanggapan pada presentasi dari hasil
penyelidikannya.


16


e. Roundrobin
Setiap anggota kelompok diberi kesempatan bergilir untuk
mengemukakan pendapat, sementara anggota yang lain mendengarkan.

f. Roundtable
Langkah langkah :
1) Setiap anggota kelompok diberi kesempatan bergilir untuk
mengemukakan pendapat, sementara yang lain mendengarkan.
2) Setiap anggota memberikan kertasnya pada teman yang ada di
sebelahnya.
3) Salah satu anggota kelompok membaca apa yang telah ditulis oleh
temannya dan menambahkan pendapatnya.

g. Two Stay Two Stray
Langkah-langkah
1) Anggota kelompok terdiri dari 4 orang
2) Kelompok mengerjakan suatu tugas. Kemudiam 2 orang pergi
berkunjung ke kelompok lain untuk mengamati apa yang telah
dikerjakan oleh kelompok lain dan melaporkannya kepada
kelompoknya dan apa yang telah mereka alami .
3) Mengambil kesimpulan









17


7. Rambu-Rambu Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Penerapan Model pembelajaran kooperatif di kelas memerlukan
perencanaan dan persiapan yang matang. Perencanaan yang matang
perlu dilakukan agar hasil belajar sesuai dengan tujuan yang telah
ditentapkan. Semakin matang perencanaan dan persiapan semakin baik
hasil pembelajaran yang akan dicapai. Oleh karena itu, sebelum saudara
menggunakan model pembelajaran itu, saudara hendaklah memperhatikan
hal-hal berikut. :
1) Model pembelajaran kooperatif digunakan apabila guru merencanakan
pembelajaran untuk meningkatkan keamampuan kerjasama.
2) Model kooperatif relatif dapat digunakan secara luas untuk materi apa
saja dalam mata pelajaran apa saja. Meskipun begitu hendaknya materi
pembelajaran dipilih yang lebih sesuai dengan karakter model
kooperatif dan disiapkan dengan matang. Yang harus diperhatikan
adalah ketika menentukan strategi pembelajaran. Materi pembelajaran
harus sesuai dengan strategi yang digunakan. Misalnya, Strategi
Jigsaw cocok digunakan ketika menemukan materi ajar yang banyak
namun waktu terbatas.
3) Banyak ragam strategi yang dapat digunakan untuk meyelenggarakan
pembelajaran dengan model kooperatif. Setiap strategi memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Misalnya, strategi jigsaw
memiliki kelebihan untuk dapat menyelesaikan materi ajar yang relatif
banyak dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu memilih strategi
yang tepat merupakan salah satu faktor penentu pencapaian tujuan.
Pemilihan strategi dapat dilakukan melalui pertimbangan berikut: a).
kompetensi yang hendak dikembangkan, b) jenis materi, c). waktu, d)
sarana, e). kemampuan guru.
4) Setiap kelompok kooperatif ditetapkan sebanyak 4-5 orang anggota
yang merupakan campuran putra dan putri, mempunyai prestasi
belajar yang tinggi, sedang dan rendah, dan dari berbagai tingkat
18

sosial. Setiap anggota dalam kelompok memiliki nomor diri misalnya A1
Ahmad artinya Ahmad menjadi anggota kelompok A dengan nomor diri
1, dan seterusnya.
5) Untuk dapat melaksanakan kegiatan kooperatif dimulai dengan
mengenalkan pembelajaran kooperatif dan menginformasikan aturan
main dalam pembelajaran kooperatif. Aturan main itu diantaranya selalu
tetap berada dalam kelompoknya sampai selesai dan semua siswa
dalam kelompok dipastikan dapat memahami apa yang telah
dipelajarinya. Selain itu diterapkan tanggung jawab bersama, saling
menghargai pendapat individu.
Demikianlah, model pembelajaran secara kooperatif merupakan salah
satu strategi untuk dapat meningkatkan hasil pembelajaran, di samping
menguatkan aspek afeksi yaitu sikap sosial dan kerjasama.

B. Rangkuman
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bertumpu
pada kerjasama peserta didik dalam kelompok kecil untuk
menyelesaikan kegiatan selama pembelajaran berlangsung. Kelompok
tersebut tidak homogen tetapi heterogen. Proses pembelajarannya juga
dilaksanakan dengan berbagai strategi dan metode. Setiap anggota
kelompok dituntut untuk tidak saja bertanggungjawab memahami materi
yang diajarkan tetapi juga membantu teman satu kelompoknya sehingga
tercipta suatu suasana keberhasilan. Semua siswa terlibat
menyelesaikan tugas hingga semua anggota kelompok berhasil
memahami dan menyelesaikannya.
Pembelajaran Kooperatif dilAndasi teori kognisi sosial (Social
Cognition) yang dikembangkan oleh Lev Vigotsky. Vigotsky
mengungkapkan terori scaffolding. Scaffolding adalah memberikan
bantuan belajar kepada peserta didik sejumlah besar bantuan selama
tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan
tersebut serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk
19

mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah
mereka mampu mengerjakan sendiri. Karena itu, model pembelajaran
yang sesuai dengan teori belajar Vygotsky adalah model pembelajaran
kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif
sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa
dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan
masalah. Di samping itu, Vigotsky juga berpendapat bahwa budaya
merupakan unsure utama pengembangan kognisi peserta didik karena
budaya merupakan wahana peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan dan membangun cara berfikir anak.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain Saling ketergantungan
yang positif, dipertanggungjawabkan secara individu, belajar dalam
kelompok kecil yang heterogen, berbagi kepemimpinan, berbagi
tanggung jawab, ditekankan pada tugas dan kebersamaan, mempunyai
keterampilan dalam berhubungan sosial, dan guru mengamati proses
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat
meningkatkan kemampuan akademis, diterima di kalangan sesama
indivdu tanpa membedakan latar belakang agama, tingkat sosial, suku
bangsa dan kemampuan intelektual, dan meningkatkan keterampilan
sosial yang sangat penting untuk pengembangan pribadinya.
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak variasi, antara lain
student team achievement division (STAD), numbered head together,
jigsaw, learning together, team game tournament, group investigation
(GI), roundrobin, roundtable, think-pair-share-square dan lain
sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai