Anda di halaman 1dari 12

TEORI BELAJAR DAN

PEMBELAJARAN

DIO PRANTA BANGUN

Prakata
PENGERTIAN BELAJAR
DAN
PEMBELAJARAN
a. Pengertian Belajar
Terkait dengan pengertian belajar, Aunurrahman (201: 35) menjelaskan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Selajutnya, Dimyati (2009:
5) menjelaskan bahwa bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri
siswa.
Slameto (2010: 2) menjelaskan bahwa pengertian belajar secara psikologis,
belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Rumusan
lain adalah: belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Syaifuddin (2008)
menambahkan bahwa belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu
keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena pertumbuhan atau keadaan
sementara.
Selanjutnya dijelaskan bahwa ciri-ciri perubahan tingkah laku adalah:
- Perubahan secara sadar, berarti seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya
perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu
perubahan dalam dirinya.
- Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional, artinya sebabagai hasil
belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara
berkesinambungan, tidak statis. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif,
artinya dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah
dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.
- Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, artinya perubahan yang terjadi
karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah
laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
- Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, artinya perubahan tingkah laku itu
terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan mencakup seluruh aspek
tingkah laku, artinya perubahan yang diperoleh setelah melalui proses belajar
meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.
Selanjutnya dikatakan Aunurrahman (2011: 6) bahwa: menurut komisi pendidikan
untuk abad XXI (Unesco 1996: 85), bahwa hakikat pendidikan sesungguhnya adalah
belajar (learning). Pendidikan bertumpuh pada 4 pilar menurut Unesco (1996), sebagai
berikut: 1) Learning to know, upaya memahami instrumen-instrumen pengetahuan baik
sebagai alat maupun sebagai tujuan, 2) Learning to do, lebih ditekankan pada
bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktekkan segala sesuatu yang telah
dipelajari dan dapat mengadaptasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah
diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan di masa depan, 3) Learning to live
together, learning to live with other, pada dasarnya manusia adalah mengajarkan,
melatih dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan
melalui komunikasi yang baik, menjauhi prasangka-prasangka buruk terhadap orang
lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik, 4) Learning to
be, sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh komisi pendidikan, bahwa prinsip
fundamental pendidikan hendaklah mampu memberikan kontribusi untuk
perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika,
tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual.
b. Pengertian Pembelajaran
Menurut Lefrancois (dalam Yamin: 2013: 15) bahwa pembelajaran (instruction)
merupakan persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu situasi belajar dalam rangka
memudahkan pebelajar belajar, menyimpan (kekuatan mengingat informasi), atau
mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Pendapat lain, Miarso (dalam Yamin: 2013:
15) bahwa pembelajaran adalah usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali, agar
orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Usaha
tersebut dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
kemampuan atau kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar
yang diperlukan. Dapat juga dikatakan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan
oleh pendidik atau orang dewasa lainnya untuk membuat pebelajar dapat belajar dan
mencapai hasil belajar yang maksimal. Menurut Syaifuddin (2008) bahwa pembelajaran
(instructional) adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung
pembelajaran itu nantinya.
Terkait dengan ciri orang dewasa, Soetopo (2005: 135) menjelaskan bahwa orang
dewasa cederung memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. pribadi yang sudah dapat mengarahkan diri sendiri,
2. merupakan sumber yang kaya untuk belajar bagi diri sendiri maupun orang lain,
3. individu yang siap dan perlu difasilitasi orang lain, dan
4. orientasi terhadap belajarnya dikembangkan dari tugas-tugas kehidupan dan
masalah-masalahnya.
Dari uraian di atas, tampaklah bahwa pembelajaran bukan menitikberatkan pada “apa
yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana membuat pebelajar mengalami proses belajar,
yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara
pengorganisasian materi, cara menyampaikan pelajaran, dan cara mengelola pelajaran.
Dalam berbagai kajian ditemukan bahwa instruction atau pembelajaran sebagai suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya
proses belajar siswa yang bersifat internal. Dalam pembelajaran, situasi atau kondisi yang
memungkinkan terjadinya proses belajar harus dirancang dan dipertimbangkan terlebih
dahulu oleh guru (Aunurrahman, 2010: 34).
Menurut Piaget (dalam Mudjiono, 2009: 14) bahwa pembelajaran terdiri dari empat
langkah berikut:
a) menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
b) memilih atau mengambangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut,
c) mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan yang
menunjang proses pemecahan masalah,
d) menilai pelaksanaan setiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan
revisi.
Strategi
Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam
kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara
bergantian. Menurut Udin S. Winataputra & Tita Rosita istilah strategi secara harfiah
adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan
langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana
tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.
Secara bahasa, Strategi bisa diartikan sebagai siasat, Kiat, Trik atau cara.2
Sedangkan Strategi secara umum adalah suatu rencana tentang pendayagunaan dan
penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi pengajaran.3 Secara harfiah, kata “Strategi” dapat diartikan sebagai seni
(art) melaksanakan stratagem yakni siasat atau rencana. Dalam prespektif Psikologi,
kata strategi yang berasal dari Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas
seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Seorang
pakar Psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson mengartikan strategi sebagai
prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah
cipta untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe &
Sekar Ayu Aryani adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk
belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang
mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman menyatakan lingkungan
fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif.
Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk
menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun
begitu di tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada
banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan
kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi,
lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar,
formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman menyatakan penggunaan
meja, kursi dan papan tulis berroda memungkinkan berlangsungnya proses interaksi
belajar dan membelajarkan yang bergairah.
Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman menyatakan hubungan
timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya
masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa
belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis
antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat
dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi
kebutuhannya. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik
aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan
dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Silberman
menuliskan 101 metode pembelajaran yang termasuk ke dalam strategi
pembelajaran aktif (active learning), lima diantaranya digunakan dalam prosedur
penelitian ini. Pertama, dengan menerapkan metode diskusi. Kedua, dengan
menerapkan jigsaw. Ketiga, dengan menerapkan metode tutor sebaya. Keempat,
dengan menerapkan group to group dan yang kelima, dengan menerapkan metode
simulasi.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan
Maslow, Silberman,11 menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi
sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, 7 Syamsu Mappa &
Basleman, Anisah, Teori Belajar Orang Dewasa,. (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1994), h. 46 8 Ibid., h. 46 9 Melvin L. Silberman, Active learning
101 Cara Belajar siswa aktif, (Bandung: Nuansa, 2006), h. xxii 10 Ibid., h. 238 11
Melvin L. Silberman, Op.cit., h. 30 26 mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru.
Strategi pembelajaran aktif adalah pola-pola umum suatu kegiatan pembelajaran
yang lebih menekankan/ menitik bertatkan pada keaktifan siswanya yang
merupakan inti dari kegiatan belajar agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efesien.

2. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar


Ada beberapaa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan strategi
belajar mengajar. Pengklasifikasian dimaksudkan untuk dapat digunakan sebagai
kerangka acuan guna memahami dan memilih secara lebih tepat serta
menggunakannya secara efektif dalam penciptaan sistem lingkungan belajar
mengajar. Di antaranya. adalah:
1. Ditinjau dari segi pengaturan guru dan siswa dapat dibedakan:
a. Dari segi peraturan guru, ada dua macam yaitu pengajaran oleh seorang guru
dan pengajaran yang dilakukan oleh suatu tim.
b. Dari segi hubungan antara guru dengan siswa, ada dua macam, yaitu : -
Pengajaran dengan tatap muka guru dan siswa - Pengajaran dengan
perantara media baik media cetak atau media visual.
c. Dari segi siswa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: - Pengajaran klasikal
atau dalam kelompok besar. - Pengajaran dalam kelompok kecil (antara 5-7
siswa) - Pengajaran perorangan.
2. Ditinjau dari segi struktur peristiwa belajar mengajar dibedakan menjadi:
a. Struktur belajar mengajar yang bersifat tertutup, artinya segala sesuatu sudah
ditentukan secara ketat sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung.
b. Struktur belajar mengajar yang bersifat terbuka, dalam arti tujuan khusus;
materi, prosedur yang ditempuh ditentukan sementara pada saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
3. Ditinjau dari segi peranan guru dan siswa dalam mengolah pesan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Strategi belajar mengajar ekspositorik, yaitu pengajaran yang menyampaikan
pesan dalam keadaan “telah siap” dalam arti telah diolah secara tuntas oleh
guru sebelum disampaikan.
b. Strategi belajar mengajar heuristik, yakni pengajaran yang mengharuskan
siswa untuk mengolah pesan. Strategi heuristik yang akhir-akhir ini
dikembangkan dan sering dikemukakan orang adalah penemuan (discovery)
dan inkuiri (inquiry), atau dengan kata lain dalam pengolahan pesan
mengharuskan siswa untuk menemukan dan mencari sendiri melalui
pendekatan pemecahan masalah.
4. Ditinjau dari proses pengolahan pesan, dapat dibedakan menjadi dua:
a. Strategi belajar mengajar yang bersifat deduktif, artinya peristiwa belajar
mengajar yang bertolak dari umum untuk dilihat keberlakuannya atau akibatnya
pada khusus.
b. Strategi belajar mengajar yang bersifat induktitif artinya strategi belajar
mengajar yang ditandai oleh proses berpikir ymg bergerak dari khusus ke umum.
5. Ditinjau dari segi tujuan belajar Dalam hal ini terdapat lima kemampuan hasil belajar
yang menjadi tujuan belajar, yang daripadanya dapat dijabarkan strategi-strategi
belajar mengajar yang sesuai. Kelima kemampuan hasil belajar yang menjadi tujuan
belajar tersebut adalah:
a. Ketrampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem
sekolah)
b. Strategi kognitif, mengatur “cara belajar” dan berpikir seseorang dalam arti
seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah
c. Informasi verbal, yakni pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.
d. Ketrampilan motorik, misalnya ketrampilan menulis, mengetik, menggambar,
menggunakan jangka dan sebagainya.
e. Sikap dan nilai yang dapat dilihat dari kecenderungan bertingkah laku terhadap
orang, barang atau kejadian.
6. Pengklasifikasian lain yang lebih komprehensif (dikemukakan oleh Bruce Joyce dan
Marsha Weil) yang mengelompokkan strategi belajar mengajar menjadi 4 famili
model mengajar, yaitu:
a. Famili kelompok model pengolahan informasi, terdiri atas:
1. Model pencapaian konsep
2. Model berpikir induktif
3. Model latihan penelitian (Inquiry Training)
4. Model pemandu awal
5. Model memorisasi (Memorization)
6. Model pengembangan intelektual
7. Model penelitian ilmiah
b. Famili kelompok model personal yang terdiri atas: 1
1. Pengajaran tanpa. arahan
2. Model sinektis
3. Latihan kesadaran
4. Model pertemuan kelas
c. Famili/kelompok model interaksi sosial, terdiri dari:
1. Model investasi kelompok (kerja kelompok)
2. Model bermain peran
3. Model penelitian yurispredensi (penelitian peradilan)
4. Model latihan laboratoris (mengadakan percobaan/eksperimen di
laboratorium)
d. Famili/kelompok model sistem perilaku (modifikasi tingkah laku = “Behaviour
System”) yang terdiri dari:
1. Model belajar tuntas (Mastery Learning). Pengajaran langsung (Direct
Instruction) dan Teori belajar sosial (Sosial Learning Theory).
2. Model belajar kontrol diri
3. Model latihan ketrampilan dan pengembangan konsep
4. Model latihan asertif (latihan menerima) Terhadap kelompok/famili model di
atas diharapkan guru dapat memilih secara tepat, sesuai dengan tujuan dan
bahan pelajaran, mengenal karakteristik atau ciri-cirinya serta mengetahui
kelebihan dan kelemahan dari setiap model. Karena dalam proses belajar
mengajar tidak ada salah satu yang dapat diandalkan sebagai pendekatan
yang paling manjur; masingmasing mempunyai ciri utama.
Ciri-ciri utama dari ke-4 famili model di atas adalah :
1. Kelompok model pengolahan informasi, orientasi pokok pada: - Proses
kognitif - Pemahaman dunia - Femecahan masalah - Berfikir induktif
2. Kelompok model personal, orientasi pokok pada: - Kesadaran individu -
Pembinaan kepribadian - Kemandirian - Uniqueness
3. Kelotnpak model interaksi sosial, orientasi pokoknya pada: - Semangat
kelompok - Kebersamaan - Interaksi sosial - Individu sebagai aktor
4. Kelompok model sistem perilaku, orientasinya pada: - Social learning -
Koreksi diri - Terapi perilaku - Respon terhadap tugas.
Daftar Pustaka
Udin S. Winataputra, Tita Rosita. Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta. Depdikud Dirjend. Dikdasmen.
1997)

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Jogjakarta: Pustaka
Insan Madani, 2007)

Syamsu Mappa & Basleman, Anisah, Teori Belajar Orang Dewasa,. (Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1994)

Anda mungkin juga menyukai