Anda di halaman 1dari 12

PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

Sumber: https://sekolahdasar.net

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Esensi belajar dan pembelajaran mempunyai makna yang tidak bisa dipisahkan.

Pada aktivitas belajar dan mengajar, siswa berperan sebagai subjek dan objek dari

aktivitas pendidikan tersebut. Untuk dapat mengetahui arti proses pembelajaran, seorang

tenaga pengajar harus mengetahui tentang makna tersendiri dari proses pengajaran.

Metode pengajaran ialah aktivitas peserta didik dalam menuntut ilmu guna memenuhi

tujuan pengajaran yang akan diraih. Jadi, esensi belajar merupakan sebuah transformasi

dalam diri individu selepas melakukan kegiatan belajar (Pane & Dasopang, 2017).

b. Prinsip Belajar

Banyak teori dari para berbagai ahli mengemukakan tentang prinsip belajar.

Beberapa terori tersebut mempunyai kesamaan dan perbedaan. Prinsip dalam belajar

yang dimaknai yaitu berupa atensi dan stimulus, ketekunan, keikutsertaan langsung,
pengulangan, tantangan dan yang terakhir adalah variasi individu (Ali, 2013). Berikut ini

adalah uraian singkatnya:

(1) Atensi dan stimulus

Kegiatan belajar merupakan hal yang wajib dilakukan pada proses pendidikan

sekolah. Saat kegiatan belajar mengajar dibutuhkan perhatian (atensi) serta fokus

anak agar apa yang di jelaskan dapat dengan sepenuhnya dimengerti. Pada situasi ini,

atensi turut andil dalam aktivitas yang dilakukan di kelas. Atensi saat proses

pembelajaran muncul pada peserta didik, apabila materi dan cara penyampaian yang

diberikan terlihat menarik di mata anak, sehingga dapat menimbulkan stimulus dari

dalam diri yang membuat anak terpacu untuk mempelajari dengan serius (Ali, 2013).

Ada atau tidak adanya motivasi belajar pada anak sangat berpengaruh pada

keberhasilan belajar anak. Kesuksesan belajar anak akan tergapai saat di dalam

dirinya memiliki keinginan untuk belajar (Emda, 2017).

(2) Keaktifan Belajar

Keaktifan pada proses belajar merupakan hal yang ditunjukkan semua anak

pada saat belajar. Beragam tindakan dari keaktifan belajar tersebut. Keaktifan belajar

tersebut dapat dilihat dari peserta dan tenaga pendidik. Dari sudut pandang peserta

didik, belajar merupakan kegiatan yang dilalui sebagai sebuah prosedur untuk

menghadapi materi ajar. Keaktifan belajar dapat mudah diamati pada saat anak

melakukan aktivitas membaca, menulis, mendengar dan sebagainya.

(3) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman

Pada tahap proses belajar, pentingnya keterlibatan langsung dalam praktek

belajar dapat menggali potensi yang dimiliki anak secara optimal. Misalnya, anak
terlibat langsung dalam proses pembuatan batik. Hal ini menuntut anak untuk terlibat

aktif dalam mengerjakan proses kegiatan pembelajaran tersebut. Namun demikian,

hal itu belum bisa menjamin keaktifan belajar anak. Karena untuk dapat melibatkan

anak didik secara intelektual, fisik, mental serta emosional, tenaga pengajar

diharuskan untuk hendaknya merancang kegiatan pembelajaran yang sistematis.

(4) Pengulangan dalam proses pembelajaran

Pengulangan dalam pembelajaran bertujuan untuk melatih kinerja otak dalam

mengingat, mengamati, serta berpikir agar dapat memantapkan hasil pembelajaran

yang didapatkan oleh anak berupa latihan berulangkali. Adanya proses mengulangi

materi pembelajaran yang diajarkan dapat meningkatkan kemampuan dalam

menguasai suatu materi. Salah satu teori pembelajaran terkenal menurut Thorndike

terdapat tiga prinsip belajar yaitu: Pertama, Law of readiness, memiliki kesiapan

yang matang akan membuat proses belajar akan berhasil. Kedua, Law of exercise,

mencapai keberhasilan dalam belajar dapat diiringi dengan memperbanyak latihan

dan ulangan. Ketiga, Law of effect, yaitu mendapatkan hasil yang baik akan

memotivasi proses belajar menjadi semakin bersemangat. Kesiapan belajar yang

dimiliki para peserta didik membuat proses belajar akan tercapai apabila murid

mempunyai kesiapan untuk belajar. Mengulang pembelajaran berfungsi untuk

menjamin para murid menguasai materi pelajaran, dan mengingat materi pelajaran

dalam kurun waktu yang lebih lama.

(5) Tantangan

Tantangan dalam kegiatan proses belajar timbul karena adanya hambatan yang

muncul saat ingin mencapai sebuah tujuan. Maka ketika halangan telah terlewati,
artinya tujuan dari pembelajaran sudah tercapai yang mengakibatkan tujuan baru

akan timbul lagi setelah itu. Demikian siklus tersebut berulang-ulang seterusnya.

Tantangan yang didapatkan saat proses belajar dapat membuat siswa menjadi lebih

bergairah dan semangat dalam dalam mengatasinya.

c. Ciri-ciri Belajar

Pada kegiatan belajar, banyak kondisi yang memperlihatkan individu telah melalui

proses pembelajaran. Secara singkat Djamarah (dalam Lestari dkk, 2018) menjelaskan

ciri-ciri dalam belajar ialah sebagai berikut:

(1) Transformasi yang dirasakan diri.

(2) Transformasi belajar bersifat fungsional.

(3) Transformasi belajar bersifat positif dan aktif.

(4) Transformasi belajar bukan bersifat tentatif.

(5) Transformasi belajar yang memiliki tujuan dan arah.

(6) Transformasi yang melibatkan seluruh aspek.

Hal itu sesuai dengan Baharuddin, dkk (dalam Shanti, 2015) menyimpulkan ciri-

ciri belajar, sebagai berikut:

(1) Terjadinya transformasi (perubahan) perilaku diakibatkan oleh belajar (change

behavior).

Hal tersebut berarti, bahwa kita dapat melihat transformasi perilaku individu

ketika yang tadinya tidak paham menjadi paham dengan belajar. Tanpa

mengamati perubahan perilaku seseorang, kita tidak akan mengetahui apakah

pembelajaran yang di lalui berefek kepada individu tersebut.

(2) Perubahan perilaku secara optimal yang relative permanent.


Hal tersebut menandakan bahwa perubahan perilaku yang terjadi karena belajar

dalam jangka waktu tertentu akan membuat perilaku secara permanent. Tetapi,

belum tentu perubahan perilaku tersebut bersifat selamanya. Hal ini berpengaruh

karena tingkatan belajar yang bakal dilalui kedepannya.

(3) Transformasi perilaku yang bersifat tersembunyi

Artinya, proses pembelajaran tengah berlangsung, perubahan perilaku tidak bisa

dengan segera diamati.

(4) Terjadinya perubahan perilaku yang merupakan efek dari pelajaran atau

pengalaman individu.

(5) Pengalaman atau latihan yang dilalui memberikan penguatan sehingga

menghasilkan stimulus untuk mengubah perilaku.

d. Unsur-unsur Belajar

Terdapat sebuah sistem yang saling berkaitan pada proses belajar sehingga

menyebabkan terjadinya perubahan prilaku pada individu. Hamalik (2010) mengatakan

bahwa komponen yang terpaut pada proses belajar terdiri dari: Pertama, motivasi yang

ada pada peserta didik, merupakan dorongan yang berakar dari dalam diri maupun luar

yang dapat menyebabkan terjadi suatu perbuatan. Kedua, bahan belajar. Sebelum

mengikuti suatu materi pembelajaran dari guru memerlukan bahan belajar untuk

mendukung proses belajar. Ketiga, sarana dan prasarana dalam belajar. Semua alat yang

berguna untuk mendukung proses pembelajaran membuat aktivitas belajar menjadi

efektif dan efesien. Keempat, situasi belajar. Situasi belajar yang nyaman dan

menyenangkan membantu kegiatan belajar menjadi lebih bergairah. Apabila suasana

pada suatu proses pembelajaran kacau, berisik tak tenang dan banyak gangguan maka
akan hanya akan mengganggu kegiatan belajar. Kelima, kondisi subjek belajar. Subjek

disini ialah para peserta didik. Apabila kondisi peserta didik tidak memumpuni baik

secara jasmani dan rohani, maka peserta didik akan kesuiltan untuk mengikuti proses

pembelajaran.

Unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar juga meliputi:

(1) Pembelajar, meliputi peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran

(2) Rangsangan (stimulus), yaitu sesuatu yang mestimulus pengindaraan pembelajar

agar mampu belajar optimal.

(3) Memori, berisi kemampuan mengingat tentang pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang dihasilkan dari kegiatan belajar sebelumnya.

(4) Reaksi, ialah hasil dari kegiatan yang diamati pada akhir proses pembelajaran

sehingga menghasilkan sebuah perubahan perilaku.

Dapat ditarik kesimpulan dari beberapa pendapat diatas bahwa hasil yang baik

pada proses pembelajaran bisa tercapai apabila unsur-unsur dalam pembelajaran dapat

berjalan dengan baik.

e. Jenis-jenis Belajar

Terdapat jenis-jenis belajar yang bisa dilakukan oleh manusia. Menurut Gagne

(dalam Shanti, 2015) berpendapat bahwa terdapat delapan jenis belajar yang dapat dilihat

dari prosesnya, yaitu: Pertama, belajar signal yaitu proses pemberian reaksi terhadap

rangsangan; Kedua, belajar mereaksi perangsang melalui penguatan yang berulang;

Ketiga, belajar membuat suatu runtunan yaitu belajar mengaitkan faktor dan gejala antara

satu dengan lainnya sehingga terbentuk menjadi sebuah kesatuan informasi; Keempat,

belajar konotasi lisan yaitu merespon sebuah umpan balik yang diterima dari perangsang
dalam bentuk kata-kata, bahasa; Kelima, belajar memberikan berbagaimacam hal yaitu

member respon dengan reaksi yang berbeda pada setiap perangsan yang mempunyai

kesamaan sifat; Keenam, belajar merancang yaitu belajar mngklasifikasikan sebuah objek

menjadi sebuah klasifikasi tertentu; Ketujuh, belajar prinsip yaitu menghubungkan antara

konsep satu dan yang lain sehinggan terkumpul satu kesatuan dari beberapa konsep

tersebut; Kedelapan, belajar menyelesaikan sebuah masalah (problem solving) yaitu

belajar menyatukan beberapa prinsip dengan tujuan untuk mencari jalan keluar

pemecahan suatu masalah/persoalan. Seorang tenaga pendidik harus paham mengenai

jenis-jenis belajar tersebut karena akan berguna pada saat proses pembelajaran

berlangsung (Shanti, 2015).

f. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Terdapat banyak hal yang mempengaruhi proses belajar. Secara umum, pengaruh

proses belajar dapat dibagi menjadi dua aspek yaitu internal dan ekstrenal (Nursyaidah,

2014).

(1) Aspek Internal yang berpengaruh terhadap proses belajar

Aspek internal yang merupakan aspek dari dalam diri yang terbagi

kedalam beberapa faktor: Pertama, faktor jasmani. Faktor jasmani merupakan

faktor yang terdiri dari faktor kesehatan dan Kecacatan fisik. Sehat berarti

keadaan baik seluruh tubuh yang bebas dari segala macam penyakit. Kesehatan

tubuh harus di utamakan, badan yang lelah dapat mengganggu proses belajar

peserta didik.

Cacat tubuh merupakan tidak jalannya keseluruhan fungsi tubuh yang

menyebabkan tubuh yang kurang sehat atau sempurna. Cacat dapat berupa tuna
rungu, tuna netra, tuna wicara dan sebagainya. Kondisi fisik yang cacat dapat

mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Apabila hal tersebut terjadi, maka sudah

seharusnya siswa tersebut mendapatkan pendidikan khusus.

Kedua, Faktor Psikologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi belajar

terdiri dari; kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan

(Nursyaidah, 2014). Ketujuh faktor tersebut dapat di uraikan sebagai berikut:

a) Kecerdasan

Pengaruh kecerdasan lekat kaitannya dengan belajar. Semakin besar

tingkat kecerdasan seseorang maka akan lebih tinggi tingkat pemahaman

belajar dari siswa dengan tingkat kecerdasan rendah. Meskipun begitu,

siswa dengan kecerdasan yang relatif rendah belum tentu gagal dalam

belajar. Karena belajar merupakan suatu proses yang pelik dengan banyak

faktor yang dapat mempengaruhinya.

b) Perhatian

Menarik perhatian siswa merupakan hal yang sedikit sulit dilakukan. Ada

masanya siswa tidak tertarik dengan salah satu mata pelajaran. Maka itu

akan menimbulkan kebosanan yang menyebabkan iatak suka belajar.

Untuk dapat mencegah hal tersebut, usahakanlah agar materi yang akan

disampaikan dapat dikemas dengan menarik sehingga perhatian siswa

dapat tertuju kepada pembelajaran.

c) Minat

Keadaan proses belajar yang efektif dapat di capai dengan adanya minat

dan ketertarikan siswa dalam belajar. Minat memiliki pengaruh besar


terhadap jalannya suatu proses pembelajaran. Karena dengan adanya

minat, seorang siswa dapat melakukan sesuatu sesuai dengan yang

diminatinya. Sedangkan siswa yang tidak memiliki minat maka akan

sangat memungkinkan siswa tersebut tidak dapat melakukan sesuatu.

Dalam proses pembelajaran, perlu memperhatilan minat serta kebutuhan

siswa, karena dengan dua hal tersebut dapat menimbulkan perhatian dari

siswa. Suatu yang dapat menarik minat dan menimbulkan kebutuhan

siswa dapat menjadikan perhatian yang dimiliki siswa tertuju pada hal

tersebut. Pengaruh minat dapat dirasakan ketika pembelajaran. Karena

apabila materi yang di ajarkan tidak sesuai dengan minat para peserta

didik, maka mereka cenderung tidak bisa mengikuti pembelajaran dengan

baik. Bahan ajar yang menarik akan lebih mudah dikuasi, karena minat

dapat menambah kesuksesan aktivitas belajar. Apabila terdapat beberapa

peserta didik yang tidak mempunyai minat pada pembelajaran maka harus

digali lebih dalam lagi minat yang siswa punya sehingga hal tersebut

dapat berguna dan berhubungan dengan cita-citanya.

d) Bakat

Bakat dapat diartikan sebagai potensi yang ada pada diri yang perlu digali

dan diasah sehingga dapat berkembang secara maksimal. Dalam

mengasah bakat, diperlukan yang namanya latihan/pendidikan yang

berhubungan langsung dengak bakat yang siswa miliki. Belajar sesuai

dengan bakat yang dimiliki akan memungkinkan seseorang untuk

berhasil.
e) Motivasi

Dorongan dari dalam diri anak untuk melaksanakan suatu kegiatan

disebut dengan motivasi. Kuat tidaknya suatu motivasi dapat terpengaruh

oleh keinginan seseorang yang ingin dipenuhi. Motivasi yang bersifat

instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu.

Sedangkan, motivasi yang bersifat ekstrinsik adalah motivasi yang

dibangkitkan karena adanya stimulus dari luar individu. Menentukan

tujuan motivasi dapat di tentukan secara sadar atau tidak, yang terpenting

adanya tujuan yang ingin dicapai agar dapat menjadi penggerak untuk

menggapai apa yang ingin dicapai. Apa yang menjadi faktor penggerak

siswa dalam belajar harus diperhatikan. Karena faktor penggerak itu dapat

membuat siswa melaksanan suatu kegiatan yang berhubungan dengan

belajar. Penjelasan di atas dapat direalisasikan kepada siswa agar proses

belajar dapat berjalan dengan baik.

f) Kematangan

Fase kematangan seseorang timbul pada saat anggota tubuhnya siap untu

berfungsi secara maksimal. Misalnya, kaki pada anak yang siap dipakai

untuk berjalan, otak yang sudah bisa mencerna berbagai macam stimulus

yang ada dan sebagainya. Untuk mencapai sebuah fase kematangan anak

diperlukan untuk melatih anggota tubuhnya.

g) Kesiapan

Kesiapan adalah kemampuan dalam memberi respon saat berinteraksi.

Kemampuan muncul seiring dengan kematangan yang ada dalam diri


seseorang. Karena kematangan yang terjadi merupakan sebuah tanda

untuk melaksanakan kecakapan. Dalam belajar perlu diperhatikan

mengenai kesiapan yang dimiliki siswa, karena jika peserta didik siap

untuk berlajar maka hasil dari pembelajaran yang didapatkan akan

cenderung meningkat.

Ketiga, Faktor kelelahan. Kelelahan yang dirasakan individu data dibedakan

menjadi kelelahan secara fisik dan kelelahan secara psikis. Kelelahan fisik dapat diamati

secara fisik jasmani yang lunglai lemah sehingga menimbulkan kecendrungan untuk

membaringkan tubuh. Sedangkan psikis yang lelah dapat ditandai dengan adanya

kelesuhan dan kebosanan, yang menyebabkan keinginan untuk melakukan sesuatu pudar

dan hilang. Kelelahan secara rohani dapat dirasakan pada bagian kepala yang terasa

pusing. Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulkan bahwa kelelahan berpengaruh terhadap

proses pembelajaran siswa. Agar dapat terhindar dari kelelahan ada beberapa cara yang

dapat dilakukan yaitu, dengan menggunakan waktu untuk istirahat dan tidur yang cukup,

perbanyak mengkonsumsi air putih, dan sebagainya.

(2) Aspek Eksternal yang Mempengaruhi Belajar Peserta Didik

Aspek eksternal, yaitu aspek yang berasal dari luar diri anak yang berpengaruh pada pola

belajar anak, antara lain; Pertama, faktor yang bersumber dari orang tua. Penerapan cara

mendidik anak yang akan diterapkan oleh orang tua haruslah dengan cara yang

manusiawi. Cara mendidik anak dapat di masukkan kedalam beberapa beberapa tipe

diantaranya demokratis, laisez-faire, otoriter, dan pseudo demokratis. Kedua, sekolah.

Faktor dari tenaga pendidik banyak menyebabkan kegagalan belajar pada anak yaitu

menyangkut dengan kepribadian dan cara mengajar guru.terakhir yang ketiga, yaitu
masyarakat. Faktor masyarakat sangat kuat dirasakan dan bahkan sangat sulit

dikendalikan pengaruhnya terhadap pendidikan anak dalam mendukung atau tidak

mendukung perkembangan anak (Nursyaidah, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Ali, G. H. (2013). Prinsip-prinsip Pembelajaran dan Implikasinya Terhadap Pendidik dan Peserta
Didik. Jurnal Al-Ta’dib, 6 (1), 31-42. http://dx.doi.org/10.31332/atdb.v6i1.288

Emda, A. (2017). Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran. Lantanida Jurnal, 5
(2), 172-182. http://dx.doi.org/10.22373/lj.v5i2

Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Lestari, P., Hudaya, A. (2018). Penerapan Model Quantum Teaching Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP PGRI 3
Jakarta. Research and Development Journal of Education, 5(1), 45-60. http://dx.doi.org/
10.30998/rdje.v5i1.3387

Nursyaidah. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar Peserta Didik. Forum


Pedagogik, 6(3), 70-79.  https://doi.org/10.24952/paedagogik.v0i0.446

Pane, A., Dasopang, M., D. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu
Keislaman, 3(2), 333-352. https://doi.org/10.24952/fitrah.v3i2.945

Shanti, F. T. (2015). Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
Terhadap Hasil Belajar Tematik di Sekolah Dasar. http://repository.upi.edu/16741/2/S_
KTP_1001977_Title.pdf

Anda mungkin juga menyukai