Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil Belajar Siswa


1. Pengertian Belajar
Dalam proses pengajaran unsur proses belajar memegang peranan
yang vital. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru memahami
sebaik – baiknya tentang proses belajar mengajar agar guru dapat
memberikan bimbingan dan penyediaan lingkungan belajar yang tepat dan
serasi bagi peserta didik.
Menurut Abin Syamsuddin (dalam Taufiq. dkk, 2010:5.4) belajar
adalah proses mengalami sesuatu untuk menghasilkan perubahan tingkah
laku dan pribadi.
Belajar pada dasarnya adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2001:28)
Menurut Hilgard (dalam Sanjaya, 2005:89) belajar itu adalah
proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di
dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.
Menurut Gagne (dalam Winataputra. dkk, 2007:2.3) belajar adalah
suatu proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil
dari pengalaman
Sedangkan Morgan et.al (dalam Anni. dkk, 2006:2) menyatakan
bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena
hasil dari praktik atau pengalaman.
Dari kelima pengertian tersebut tampak bahwa konsep tentang
belajar mengandung tiga unsur utama berikut ini.
a. Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perilaku tersebut
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku tertentu seperti menulis,
membaca, berhitung yang dilakukan secara sendiri – sendiri /
kombinasi dari berbagai tindakan.
b. Perubahan perilaku itu terjadi karena di dahului oleh proses
pengalaman.

7
c. Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Menurut Gagne (dalam Anni. dkk, 2006:4) Belajar merupakan
sebuah sistem yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-
mengkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Beberapa unsur
yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Pembelajar dapat berupa peserta didik, pembelajar warga belajar, dan
peserta pelatihan. Pembelajar memiliki organ pengideraan yang
digunakan untuk merangkap rangsangan.
b. Rangsangan (stimulus). Peristiwa yang merangsang penginderaan
pembelajar disebut situasi stimulus. Agar pembelajar mampu belajar
optimal ia harus belajar memfokuskan pada stimulus tertentu yang
diminati.
c. Memori. Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktifitas
belajar sebelumnya.
d. Respon. Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut
respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus maka mempri
yang ada didalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap
stimulus tersebut.
a. Ciri – Ciri Belajar
1. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, di mana perubahan
itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga
ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2. Belajar merupakan suatu poerubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman, dalam arti perubahan – perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,
seperti perubahan – perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
3. Untuk dapat di sebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap,
harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.
Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan
pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu

8
periode yang mungkin berlangsung berhari – hari, berbulan – bulan,
atau bertahun – tahun.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti
perubahan pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir,
ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar.
Menurut Depdikbud (1997:149) ada dua faktor yang mempengaruhi
belajar seperti berikut.
1) Faktor Intern (faktor yang ada dalam diri Individu)
Faktor dari dalam diri siswa berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi,
perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa. Salah satu
hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri
siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya.
Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka
atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari siswa. Minat
inila yang dimunculkan lebih awal dari dalam diri siswa. Minat,
motivasi dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru. Setiap
individu memiliki kecakapan (ability) yang berbeda-beda. Kecakapan
tersebut dikelompokkan berdasarkan kecepatan belajar; yakni sangat
cepat, sedang, atau lambat.
2) Faktor Ekstern (faktor yang ada di luar diri Individu)
Faktor ini meliputi lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana
kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan),
lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah
(termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan
pembelajaran, dan teman sekolah. Guru merupakan faktor yang palinh
berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru
merupakan manager atau sutradara dalam kelas.

9
c. Prinsip – Prinsip Belajar
Belajar tidak sederhana seperti yang digambarkan oleh ilmu jiwa
asosiasi melainkan sangat kompleks. Berikut adalah prinsip belajar
menurut Suprijono (2009:4) ;
1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai
hasil belajar memiliki ciri – ciri berikut ini.
a) Sebagai hasil tindakan rasional Instrumental yaitu perubahan
yang disadari.
b) Kontinyu / berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
c) Fungsional / bermanfaat sebagai bekal hidup.
d) Positif / berakumulasi.
e) Aktif / sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
f) Permanen / tetap.
g) Bertujuan dan terarah.
h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
2) Belajar merupakan proses
Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang
ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis,
konstruktif, dan organik.
3) Belajar merupakan bentuk pengalaman
Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya.
2. Pengertian Mengajar
Barbara L. Wiit (dalam Sanjaya, 2005:20) Mengajar adalah suatu
seni mentransfer informasi dengan cara yang dapat menginspirasikan
peserta didik untuk lebih ingin tahu tentang materi ajar.
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian
informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa (Sanjaya, 2005 : 73).
Smith (dalam Sanjaya, 2005:74) menyatakan bahwa mengajar
adalah menanamkan pengetahuan atau ketrampilan.
Pengertian mengajar menurut Hamalik (2001:44,53) seperti
berikut.

10
a. Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau
murid di sekolah.

b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda


melalui lembaga pendidikan sekolah.

c. Mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan sehingga


menciptakan kondisi belajar bagi siswa.

d. Mengajar adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.

e. Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga


negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.

f. Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi


kehidupan masyarakat sehari – hari.
Jadi kesimpulan mengajar adalah suatu usaha dari pendidik untuk
menyampaikan sejumlah pesan atau pelajaran agar terdidik mengalami
perubahan dan sikap.
3. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU RI No. 20
: 2003, Bab I Pasal 1 ayat 20)
Menurut Rooi jakkers (dalam Rachmawati, 2008:16) proses belajar
atau pembelajaran merupakan sesuatu yang harus di tempuh seseorang
untuk mengerti sesuatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.
Pembelajaran merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang
pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui.
Seseorang yang melakukan belajar dapat disebut telah mengerti sesuatu
hal bila ia juga dapat menerapkan apa yang telah ia pelajari. Keberhasilan
seorang belajar akan terjamin apabila ia dapat mengajak para siswanya
mengerti suatu masalah melalui tahap proses belajar, karena dengan itu
siswa akan memahami hal yang diajarkan.

11
a. Prinsip – Prinsip Pembelajaran
Prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaaan kegiatan
pembelajaran menurut Sanjaya (2005:30–32) adalah sebagai berikut.
1) Berpusat pada Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa menempati posisi sentral sebagai
subyek belajar.
2) Belajar dengan Melakukan
Belajar bukan hanya sekedar mendengarkan, mencatat sambil duduk
di bangku, akan tetapi belajar adalah prose beraktifitas dan berbuat
(Learning By Doing).
3) Mengembangkan Kemampuan Sosial
Proses pembelajaran bukan hanya mengembangan kemampuan
Intelektual akan tetapi juga kemampuan sosial. Proses pembelajaran
harus dapat mengembangkan dua sisi ini secara seimbang .
4) Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi dan Fitrah
Proses pembelajaran harus mampu melatih kepekaan dan
keingintahuan setiap individu terhadap segala sesuatu yang terjadi.
5) Mengembangkan Keterampilan Pemecahan Masalah.
Pembelajaran adalah proses berfikir untuk memecahkan masalah.
Oleh sebab itu pengetahuan yang diperoleh mestinya dapat dijadikan
sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah.
6) Mengembangkan Kreatifitas Siswa.
Dalam proses pembelajaran guru harus mampu mendorong kreatifitas
siswa sehingga dapat menjadikannya manusia yang kreatif dan
inovatif.
7) Mengembangkan Kemampuan Menggunakan Ilmu dan Teknologi
Pendidikan dibentuk untuk membekali setiap siswa agar mampu
memanfaatkan hasi – hasil teknologi
8) Menumbuhkan Kesadaran sebagai Warga Negara yang Baik

12
Setiap guru memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan
manusia yang sadar dan penuh tanggung jawab sebagai seorang warga
negara.
9) Belajar Sepanjang Hayat
Belajar tidak terbatas pada waktu sekolah saja namun harus terus
menerus seiring perkembangan zaman.
b. Faktor – Faktor Pembelajaran
Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran
agar berlangsung efektif menurut Sanjaya (2005:32–33) yaitu sebagai
berikut.
1) Proses pembelajaran harus memberikan peluang kepada siswa agar
mereka secara langsung dapat berpartisipasi dalam proses
pembelajaran.

2) Guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksi


apa yang telah dilakukannya.

3) Proses pembelajaran harus mempertimbangkan perbedaan individual.

4) Proses pembelajaran harus dapat memupuk kemendirian di samping


kerjasama.

5) Proses pembelajaran harus terjadi dalam iklim yang kondusif baik


iklim sosial maupun iklim psikologis.

6) Proses pembelajaran yang dikelola guru harus dapat mengembangkan


kreatifitas dan rasa ingin tahu.
4. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau nilai yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2005: 895).

Menurut Anni dkk. (2006:5) prestasi atau hasil belajar merupakan


perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas
belajar.

13
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupa-
kan tingkat penguasaan terhadap suatu hal setelah mengalami proses dan
aktivitas belajar dan dinyatakan dengan nilai yang meliputi keterampilan
pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia


Pembelajaran merupakan terjemahan dari instructional. Proses
memberi rangsangan kepada siswa supaya belajar. Pembelajaran berbeda dari
pengajaran yang merupakan terjemahan dari teaching. Pada proses pengajaran
biasanya ada guru yang mengajar siswa, sedangkan dalam proses
pembelajaran tidak selalu demikian. Sesekali siswa harus belajar sendiri dari
media belajar atau dari lingkungan yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.Tugas guru mengatur supaya terjadi interaksi antara siswa dengan
media belajar atau lingkungan belajar itu. Jadi pembelajaran bahasa adalah
proses memberi rangsangan belajar berbahasa kepada siswa dalam upaya
siswa mencapai kemampuan berbahasa.
Kemampuan berbahasa dalam arti luas adalah kemampuan
mengorganisasi pemikiran, keinginan, ide, atau pendapat atau gagasan dalam
bahasa lisan maupun tulis.Secara umum, kemampuan ini tergantung pada
frekuensi dan kualitas materi dengar, bicara, baca, tulis yang dilakukan oleh
seseorang dalam keseharianya.Semakin kerap seseorang mendengar,
berbicara, membaca, menulis dan semakin berkualitasnya materi yang
didengar, dibicarakan, dibaca dan ditulisnya maka semakin komunikatiflah
kalimat–kalimat yang dituturkanya.Dengan demikian, kemampuan berbahasa
orang tersebut semakin baik.
Itulah sebabnya diperlukan upaya agar seseorang meningkatkan
kemampuan kebahasaanya sehingga fungsi bahasa dapat diperoleh secara
maksimal. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara menggiatkan latihan –
latihan kebahasaan. Semakin awal upaya ini dilakukan maka semakin baik
hasilnya.Latihan ini sebaiknya dilakukan sejak anak duduk di sekolah
dasar.Usia sekolah dasar merupakan masa yang tepat untuk melatih kegiatan
berbahasa.

14
Ketentuan pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi dua di bawah ini.
1. Ketentuan untuk kelas 1 dan 2
Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran
bahasa Indonesia pada aspek peningkatan kemampuan membaca dan
menulis permulaan. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan
tematik untuk menciptakan pembelajaran yang lebih
bermakna.Pengelolaan waktunya diserahkan kesekolah masing – masing.
2. Ketentuan untuk kelas 3, 4, 5, dan 6
Dalam kurikulum berbasis kompetensi penekanan mata pelajaran
bahasa Indonesia pada aspek yang menigkatkan kemampuan
berkomunikasilisan dan tulis. Mulai kelas 3 menggunakan pendekatan
mata pelajaran tunggal sesuai dengan jenis mata pelajaran dalam struktur
kurikulum.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
Hasil belajar Bahasa Indonesia dalam kurikulum berbasis
kompetensi ada enam hal berikut ini:
a. Mendengarkan
Siswa mendengarkan dan mendenarkan tanggapan secara kritis dengan
pemahaman dan kepekaan terhadap gagasan, pendapat, dan perasaan
orang lain dalam berbagai bentuk wacana lisan dan informasi yang
dilihat
b. Berbicara
Siswa berbicara secara aktif untuk mengungkapkan gagasan, pendapat
dan perasaan, dalam berbagi bentuk dan cara kepada berbagai saasaran
sesuai dengan tujuan dan konteks pembicaraaan.
c. Membaca
Siswa membaca beragam teks, menunjukkan pemahaman secara kritis
terhadap gagasan pendapat dan perasaan baik tersurat maupun tersirat
memanfaaatkanya untuk berbagai tujuan serta gemar membaca
berbagai jenis teks.

15
d. Menulis
Siswa menulis berbagai jenis karangan untuk berbagai tujuan dan
pembaca dengan memperhatiklan kosakata, ejaan, tanda baca, strukrtur
kalimat, dan paragraph secara efektif.
e. Pemahaman Penggunaan
Siswa memahami penggunaan bahasa secara beragam bergantung pada
tujuan dan konteks, serta menguasai komponen – komponen
kebahasaan untuk mendukung penggunaan bahasa Indonesia.
Siswa mencintai, menghargai,dan menggunakan Bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan memahami bahwa bahasa Indonesia
mempunyai peran penting terhadap diri dan ingkunganya.
f. Apresiasi Sastra
Siswa mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra dalam berbagai
jenis dan bentuk.
Tujuan pembelajaran ini dapat diupayakan dengan menggunakan lima
langkah – langkah pembelajaran bermakna berikut ini.
a. Pemanasan – apersepsi,
b. eksplorasi,
c. konsolidasi pembelajaran,
d. pembentukan sikap dan perilaku, serta
e. penilaian formatif.

C. Mendengarkan

Menurut Munadi (2008), mendengar sesungguhnya suatu proses rumit


yang melibatkan empat unsur penting, yaitu:
1. Mendengar, 2). memperhatikan, 3). Memahami, 4). Mengingat. Jadi
mendengarkan adalah proses selektif untuk mendengar, memperhatikan,
memahami dan mengingat simbol-simbol. Mendengar merupakan proses
fisiologis otomatik penerimaan rangsangan pendengaran (aural stimuli), di
mana gelombang suara masuk melalui saluran telinga bagian luar terhubung
dengan gendang telinga  di bagian tengah dan kemudian menimbulkan
getaran-getaran yang merangsang sampai ke otak; 

16
Memperhatikan rangsangan disekitar kita berarti memusatkan kesadaran
kita pada rangsangan khusus tertentu. Ketika kita memperhatikan rangsangan
tertentu sambil membuang rangsangan yang lainnya disebut perhatian
selektif; Memahami. Unsur ini adalah yang paling rumit dalam
mendengarkan. Memahami biasa diartikan sebagai proses pemberian makna
pada kata yang kita dengar, yang sesuai dengan makna yang dimaksudkan
oleh pengirim pesan; dan mengingat adalah menyimpan informasi untuk
diperoleh kembali (Munadi, 2008: 59-63).
Sedangkan menurut Santosa (2010: 6.31) mendengarkan dalam hal ini
menyimak memerlukan adanya kedisiplinan, konsentrasi, partisipasi aktif,
pemahaman, dan penilaian seperti halnya orang yang mempelajari seni music,
seni peran dan seni suara. Secara umum, bahan pembelajaran menyimak
dapat menggunakan bahan pembelajaran membaca, menulis, kosakata, karya
sastra, bahan yang disusun sendiri atau dapat diambil dari media cetak (Puji
Santosa, 2010: 6.32).
D. Cerita Anak
Cerita anak adalah cerita milik anak – anak yang diceritakan dari mulut
ke mulut. Cerita rakyat teramsuk karangan berbentuk prosa karena tidak ada
keterikatan bait, baris, maupun rima. Tujuan dari cerita anak adalah untuk
mendidik dan menghibur anak.
Cerita anak dapat digolongkan sesuai dengan jenis-jenisnya, yaitu:
1. Mite
Mite adalah cerita khayal yang dihubungkan dengan roh halus.
Contoh : Ratu Pantai Selatan
2. Legenda
Legenda adalah cerita khayal yang dihubungkan dengan terjadinya suatu
tempat
Contoh : Rawa Pening, Gunung Tangkuban Perahu, Asal Mula Kota
Cianjur
3. Sage
Sage adalah cerita yang mengandung unsur sejarah tentang
kepahlawanan

17
Contoh : Joko Tarub, Ken Arok.

4. Fabel
Fabel adalah dongeng tentang binatang.
Contoh : Kancil dan Buaya, Pak Belalang.
5. Cerita jenaka
Cerita jenaka adalah cerita yang lucu, karena tokohnya konyol dan
bijaksana.
Contoh : Si Kabayan, Si Pandir.
6. Pelipur lara
Pelipur lara adalah cerita untuk menghibur para tamu yang sedang
istirahat karena mengadakan perjalanan jauh.
Contoh : Wayang kulit yang diceritakan oleh dalang.
Sebuah cerita dibangun oleh unsur-unsur sebuah cerita, yang oleh
Titiek W.S., dkk. disebut sebagai elemen-elemen cerita. Elemen-elemen atau
unsur-unsur cerita tersebut adalah tema dan amanat, tokoh, latar, alur atau
plot, sudut pandang dan gaya.
E. Pengertian Metode Diskusi

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya


memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing
– masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
Untuk mendapatkan hal yang disepakati, tentunya masing – masing
menghilangkan perasaan subjektivitas da emosionalitas yang akan
mengurangi bobot pikir dan pertimbangan akal yang semestinya (Majid,
2008:141). Nana Sudjana (dalam Majid 2008: 142) menyatakan diskusi pada
dasarnya adalah tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman untuk
mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan teliti tentang sesuatu.
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan metode diskusi adalah Cara belajar atau mengajar yang
melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid
sebagai peserta diskusi.

18
Namun tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan
berdiskusi. Menurut Arsjad dan Mukti (1991:37) diskusi pada dasarnya
adalah Suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam
kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan,dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.
Sedangkan menurut Zuhairini dkk (1993:89) yang dimaksud metode
diskusi ialah suatu metode didalam mempelajari bahan atau menyampaikan
bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehingga berakibat menimbulkan
pengertian serta perubahan tingkah laku murid.
Metode diskusi bertujuan untuk (1) melatih peserta didik
mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan
menyimpulkan bahasan; (2) melatih dan membentuk kestabilan sosio-
emosional;(3) mengembangkan kemampuan berpikir sendiri dalam
memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif; (4)
mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat; (5)
mengembangkan sikap terhadap isu – isu kontroversial; dan (6) melatih
peserta didik untuk berani berpendapat tentang sesuatu masalah, Mulyani
Sumantri (dalam Majid, 2008: 142).
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penyampaian materi
pelajaran dengan jalan bertukar pikiran atau mendiskusikannya, baik antara
guru dengan siswa ataupun sesama siswa.Seiring dengan itu, metode diskusi
berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya
sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan
wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik (alternatif
terbaik).
F. Model Pembelajaran Kooperative Jigsaw
Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan kelompok yang
menekankan pada keterlibatan semua anggota kelompok dalam
merampungkan tugas kelompok; dapat membantu siswa menggunakan

19
pengetahuan awalnya dan belajar dari pengetahuan awal temannya (Santosa,
2010: 1.27)
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berangkat dari dasar
pemikiran getting better together yang menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif pada siswa
untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai serta
keterampilan sosial yang bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat
(Subroto, 2012).
Menurut Stahl (dalam Subroto, 2012) Proses pembelajaran dengan
model kooperatif, mampu merangsang dan mengembangkan potensi siswa
secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 6 siswa. Anggota dari berbagai kelompok yang
mempelajari topik yang sama berkumpul untuk berdiskusi dan mempelajari
topik bagiannya. Kumpulan dari siswa yang mempelajari satu topik yang
sama ini dinamakan kelompok ahli (tim ahli). Selanjutnya anggota tim ahli ini
kembali ke kelompok asal untuk mengajarkan apa yang telah dipelajari dari
kelompok ahli tadi kepada anggota kelompok asal atau kelompknya sendiri.
Pada hakekatnya, pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengandalkan sesama
teman sekelompoknya dalam memahami materi pembelajaran. Siswa bisa
belajar dari sesama temannya dalam mempelajari suatu topik kajian. Dalam
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa yang dikirim ke kelompok
ahli, bertanggung jawab untuk mempelajari topik tertentu yang diberikan
guru dan sekaligus membelajarkan kepada teman-teman kelompok asalnya.
Dengan demikian siswa tersebut memiliki tanggung jawab mempelajari topik
tertentu sampai memahami yang kemudian dibelajarkan kepada teman-teman
kelompok asalnya. model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menempatkan
siswa sebagai bagian penting dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai
suatu hasil yang optimal dalam belajar.
Jadi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengembangkan
suasana belajar yang berlangsung dalam interaksi yang saling percaya,
terbuka, rileks di antara anggota kelompok dan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memperoleh dan memberi masukan di antara mereka

20
untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan-
keterampilan yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Pola interaksi
yang bersifat terbuka dan saling percaya sangat penting bagi siswa untuk
memperoleh keberhasilan dalam belajar, karena setiap saat mereka bisa
melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan dan kemampuan serta saling
mengoreksi antar sesama dalam belajar.
G. Penggunaan Media Audio
Penggunaan media yang tepat sangat berpengaruh dalam keberhasilan
pembelajaran. Gagne (dalam Widyaiswara, 2007:2) mengartikan media
adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat
merangsangnya untuk belajar.
Menurut Paulus Lie ( 2002 : 64,65 ) ada 3 kelompok media
pembelajaran ( alat peraga ) yaitu :
a. Alat peraga berupa visual yaitu alat peraga yang dapat dilihat oleh siswa
sehingga membantu guru menjelaskan sesuatu kepada mereka. Macam-
macam alat peraga visual :
1).Visual aids berupa gambar dan poster.
2).Papan planel dengan Flash Cards
3).Peta lokasi, peta kota, peta dunia
4).Menggambar langsung di papan tulis
5).Barang/ model ( benda nyata )
6).Gambar-gambar
b. Alat peraga berupa audio yaitu alat peraga yang dapat didengar, Alat
peraga Audio misalnya : Radio, Tape, bunyi-bunyian dari alat.
c. Alat peraga berupa Audio Visual yaitu : alat peraga yang dapat dilihat dan
didengar. Audio Visual dapat berupa : Film, Vidio/ VCD, sound Slide.
Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya
diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya
melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata
(Setyosari dan Sihkabuden, 2005: 148).
Secara umum, media audio memiliki kelebihan dan keterbatasan.
Kelebihannya: fleksibel, relative murah, ringkas, mudah dibawa (portable).

21
Sedangkan keterbatasannya: memerlukan peralatan khusus, memerlukan
kemampuan/ketrampilan khusus untuk pemanfaatannya.
Hakekat dari jenis-jenis media dalam kelompok ini adalah berupa pesan
yang disampaikan atau dituangkan kedalam simbul-simbul auditif (verbal
dan/atau non-verbal), yang melibatkan rangsangan indera pendengaran.
Secara umum media audio memiliki karakteristik atau ciri sebagai berikut:
mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (mudah dipindahkan dan
jangkauannya luas), pesan/program dapat direkam dan diputar kembali
sesukanya, dapat mengembangkan daya imajinasi dan merangsang partisipasi
aktif pendengarnya, dapat mengatasi masalah kekurangan guru, sifat
komunikasinya hanya satu arah, sangat sesuai untuk pengajaran musik dan
bahasa, dan pesan/informasi atau program terikat dengan jadwal siaran (pada
jenis media radio).

22

Anda mungkin juga menyukai