Anda di halaman 1dari 39

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Belajar Dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang

sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang

Pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan

sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa disekolah dan

dilingkungan sekitarnya.

Menurut Syah (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:1) pada

dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang

relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan

berproses yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar

tergantung pada fase-fase belajar, salah satu tahapannya adalah yang

dikemukakan oleh Witting, yaitu :

a. Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi.


b. Tahap storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi.
c. Tahap retrival, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah).

Sudjana (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:2) berpendapat,

belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan

dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman,

13

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


14

sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta

perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

Hamalik (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:2) menyajikan dua

definisi yang umum tentang belajar yaitu :

a. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui


pengalaman (learning is defined as the modification or strenghening
of behavior through experiencing).
b. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan.

Harold Spears (Agus Suprijono 2009:2) menyatakan Learning is

to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to

follow direction. Yang berarti bahwa belajar adalah mengamati,

membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah

tertentu.

a. Prinsip-prinsip Belajar Menurut Agus Suprijono (2009:4) :

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku

sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri :

a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu

perubahan yang disadari.

b) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d) Positif atau berakumulasi.

e) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

f) Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witting,

belajar sebagai any relatively permanent change in an

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


15

organism’s behavioral reperoire that occurs as a result of

experience.

g) Bertujuan dan terarah.

h) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2) Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong

kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses

sistematik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar

merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar.

3) Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada

dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A good

learning situation consist of a rich and varied series of learning

experience unifed around a vigorous purpose and carried on in

interaction with a richt varied and propocative environment.

b. Tujuan Belajar

Menurut Robert F. Mager dalam (http//www.psb-psma.com)

mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku yang

hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi

dan tingkat kompetensi tertentu. Sedangkan menurut David E. Kapel

menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran merupakan suatu

pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau

penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk

menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


16

Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran

yang beragam, tetapi semuanya merujuk pada esensi yang sama,

bahwa :

1) Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku

atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran.

2) Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi

yang spesigik.

c. Teori-Teori Belajar

1) Teori Belajar Menurut Bruner

Menurut Bruner (Slameto 2010:11) menyatakan bahwa

belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi

untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa

sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Didalam

proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap

siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan

kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu

lingkungan yang dinamakan“discovery learning environment”,

ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi,

penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian

yang mirip dengan yang sudah diketahui.

2) Teori Belajar Menurut Piaget (Slameto 2010:11)

Pendapat Piaget mengenai perkembangan proses belajar

pada anak-anak adalah sebagai berikut :

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


17

a) Anak mempunyai struktur mental yang berbeda dengan

orang dewasa.

b) Perkembangan mental pada anak melalui tahap-tahap

tertentu, menurut suatu urutan yang sama bagi semua anak.

c) Walaupun berlangsungnya tahap-tahap perkembangan itu

melalui suatu urutan tertentu, tetapi jangka waktu untuk

berlatih dari satu tahap ke tahap yang lain tidaklah selalu

sama pada setiap anak.

d) Perkembangan mental anak dipengaruhi oleh 4 faktor,

yaitu:

(1) Kemasakan

(2) Pengalaman

(3) Interaksi sosial

(4) Equilibration (proses dari ketiga faktor diatas bersama-

sama untuk membangun dan memperbaiki struktur

mental).

e) Ada 3 tahap perkembangan, yaitu :

(1) Berpikir secara intuitif ± 4 tahun.

(2) Beroperasi secara konkret ± 7 tahun.

(3) Beroperasi secara formal ± 11 tahun.

Perlu diketahui pula bahwa perkembangan intelektual terjadi

proses yang sederhana seperti melihat, menyentuh, menyebut nama

benda dan adaptasi yaitu suatu rangkaian perubahan yang terjadi

pada tiap individu sebagai hasil interaksi dengan dunia sekitarnya.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


18

2. Pengertian Hasil Belajar

Setiap melaksanakan kegiatan tertentu akan diperoleh suatu hasil,

begitu pula dengan hasil belajar. Hasil kegiatan belajar biasa dikenal

sebagai hasil belajar. Menurut Suprijono (2013:5) hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi

dan ketrampilan. Hasil belajar mempunyai ukuran keberhasilan peserta

didik melaksanakan belajar.

Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 5-6) mengemukakan Lima

kategori hasil belajar, yaitu: informasi verbal, keterampilan intelektual,

strategi kognitif, keterampilan motorik dan sikap. Sedangkan menurut

Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Menurut Sardiman (2007:20), hasil belajar merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya

dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain

sebagainya. Belajar juga akan lebih baik, kalau subjek belajar itu

mengalami atau melakukannya.

Menurut Winkel (Purwanto 2008:38), hasil belajar merupakan

proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk

mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas

mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


19

usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif

lama dan merupakan hasil pengalaman.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan

psikologi menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam

arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu

pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya

kepribadian seutuhnya. Melihat pengertian tersebut maka relevan dengan

pengertian bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan.

Menurut Muhibbin Syah (2011:63), hasil belajar adalah kegiatan

yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Bahwa berhasil

atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada

proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah

maupun dilingkungan rumah atau keluarga sendiri.

Hasil belajar (achievement) diartikan sebagai tingkat keberhasilan

dengan mempelajari mata pelajaran disekolah yang dinyatakan dalam

bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah mata

pelajaran tertentu (Arikunto, 1997:30). Penilaian hasil belajar

dimaksudkan untuk mengetahui perubahan perilaku yang terjadi pada diri

siswa kaitannya dengan tujuan instruksional yang telah ditetapkan.

Menurut Oemar Humalik (2009:73) dalam bukunya menyebutkan

hasil belajar sebagai tujuan belajar. Selanjutnya tujuan belajar sebagai

jumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan

perbuatan belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, ketrampilan dan

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


20

sikap-sikap yang baru yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan

belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan

tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

3. Karakteristik Perubahan Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2011:117) ciri-ciri perubahan khas

yang menjadi karakteristik perilaku hasil belajar yang terpenting adalah :

a. Perubahan intensional

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalaha

berdasarkan pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan

sengaja dan disadari atau dengan kata lain kebetulan. Karakteristik

ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya

perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan,

kebiasaan, sikap dan pandangan tertentu, ketrampilan dan

seterusnya.

b. Perubahan positif-aktif

Perubahan ini terjadi karena proses belajar bersifat positif dan

aktif. Positif artinya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan.

Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa

merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru yang

lebih baik dari apa yang telah ada sebelumnya.

c. Perubahan efektif-fungsional

Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif,

yakni berhasil guna. Artinya perubahan tersebut membawa

pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


21

d. Manifestasi perilaku hasil belajar

Menurut Muhibbin Syah (2011:120) manifestasi atau

perwujudan perilaku hasil belajar biasanya lebih sering tampak

dalam perubahan-perubahan sebagai berikut : 1) kebiasaan; 2)

ketrampilan; 3) pengamatan; 4) berpikir asosiatif dan daya ingat; 5)

berpikir rasional dan kritis; 6) sikap; 7) inhibisi; 8) apresiasi; 9)

tingkah laku afektif.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

a. Faktor intern siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang

mampuan psiko-fisik, yakni :

1) Yang bersifat kognitif, antara lain seperti rendahyna kapasitas

intelektual/inteligensi.

2) Yang bersifat afektif antara lain seperti labilnya emosi dan

sikap.

3) Yang bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya alat-

alat indera penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

b. Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi

lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar faktor

lingkungan ini meliputi :

1) Lingkungan keluarga, contohnya ketidakharmonisan hubungan

antara ayah dan ibu dan rendahnya ekonomi keluarga.

2) Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya wilayah

perkampungan kumuh dan tempay sepermainan yang nakal.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


22

3) Lingkungan sekitar, contohnya kondisi dan letak gedung

sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-

alat yang berkualitas rendah.

Faktor lain juga dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

disebut sebagai hambatan atau kesulitan belajar akibat kondisi

keluarga yang kurang kondusif. Terkait hal ini, ihsan (2005)

menyebutkan 7 (tujuh) hambatan-hambatan yang dihadapi siswa

akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu :

1) Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang

tua.

2) Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan

kepada anak.

3) Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung

untuk memanjakan anak.

4) Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang

tidak bisa menunjang belajar.

5) Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak

atau tuntutan orang tua yang terlalu tinggi.

6) Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan

kreativitas kepada anak.

5. Tujuan Hasil Belajar

a. Tujuan Umum

1) Menilai pencapaian kompetensi peserta didik.

2) Memperbaiki proses pembelajaran.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


23

3) Sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan belajar siswa.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui kemajuan dan hasil belajar siswa.

2) Mendiagnosis kesulitan belajar.

3) Memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar.

4) Penentuan kenaikan kelas.

5) Memotivasi belajar siswa dengan cara mengenal dan memahami

diri dan merangsang untuk melakukan usaha perbaikan.

6. Aspek-Aspek Hasil Belajar

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif adalah aspek yang berkaitan dengan hasil

belajar intelektual. Dalam aspek kognitif terdiri dari enam aspek,

yaitu 1) pengetahuan, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah

dipelajari dan disimpan dalam ngatan. 2) pemahaman, mencakup

kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang

dipelajari. 3) penerapan, mencakup kemamp;uan untuk menerapkan

suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus/problem yang

konkret dan baru. 4) analisis, mencakup kemampuaaan untuk

merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian sehingga dapat

dipahami dengan mudah. 5) sintesis, mencakup kemampuan ntuk

membentuk suatu kesatuan atau pola baru. 6) evaluasi, mencakp

kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu,

(Winkel, 1996 : 150).

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


24

Dalam penelitian ini, aspek kognitif yang akan lebih

difokuskan yaitu pada kategori jenis perilaku pemahaman, penerapan

dan analisis. Kisi-kisi dari aspek kognitif yang akan diteliti dapat

dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1 Rancangan kisi-kisi hasil belajar kognitif

No. Indikator kognitif Aspek

1 Siswa dapat menjelaskan hakekat Pemahaman


kemerdekaan mengemukakan pendapat

2 Siswa dapat menyebutkan dasar hukum Pemahaman


kemerdekaan mengemukakan pendapat

3 Siswa dapat menguraikan arti penting Analisis


mnghargai kemerdekaan mengemukakan
pendapat

4 Siswa dapat menjelaskan akibat Pemahaman


penyampaian pendapat yang tanpa batas

5 Siswa dapat menyebutkan faktor Pemahaman


penyebab, penghambat proses
mengemukakan pendapat

6 Siswa dapat mengaktualisasikan Penerapan


kemerdekaan mengemukakan pendapat
sevcara bebas, benar sesuai dengan
prosedur yang ada

b. Aspek Afektif

Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan

nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai

tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,

motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


25

belajar dan hubungan dengan sosial. Ada beberapa jenis kategori

aspek afektif yaitu (1) penerimaan, mencakup kepekaan adanya

suatu perangsang, dan kesediaan untuk memperhatian rangsangan

tersebut. (2) partisipasi, mencakup kerelaan untuk memperhatikan

secara aktifg dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. (3) penilaian/

penentuan sikap mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

system nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. (5)

pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan untuk menghayati

nilai-nilai kehidupan. (Winkel, 1996: 152).

Dalam penelelitian ini, penilian aspek afektif ditekakan pada

semua aspek. Kisi-kisi hasil belajar pada aspek afektif dapat dilihat

pada tabel 2.2 berikut ini :

Tabel 2.2 Rancangan kisi-kisi hasil belajar afektif


No Indikator Aspek Kegiatan
afektif

1 Siswa mengikuti Penerimaan Sisiwa bersedia


pembelajaran mengikuti pembelajaran
dengan baik

2 Siswa Penerimaan Siswa bersedia


mendengarkan mendengarkan
penjelasan guru penjelasan gru dengan
baik

3 Siswa bertanya Pembentukan Siswa mampu bertanya


kepada guru pola hidup kepada guru

4 Siswa berdiskusi Organisasi Siswa terbuka dalam


dalam kelompok berdiskusi dalam
kelompok

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


26

No Indikator Aspek Kegiatan


afektif

5 Siswa Partisipasi Siswa senang


menerangkan menerangkan materi
materi pembelajaran kepada
pembelajaran teman
kepada
temannya

6 Siswa saling Penilaian/pene Siswa bersedia untuk


membantu ntuan sikap saling membantu teman
dalam rangka dalam memahami
pemahaman materi pembelajaran
materi

7 Siswa Partisipasi Siswa berkeinginan


mengemukakan mengemukakan
ide/gagasan

8 Siswa Organisasi Siswa bersedia dan mau


menghormati menghormati pendapat
pendapat teman teman

c. Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor adalah aspek yang berkaitan dengan

bentuk keterampilan dan kmampuan bertindak individu. Ada

beberapa tingkatan keterampilan yaitu (1) persepsi, mencakup tujuan

agar memahami/mengerti konsep/pengetahuan/figure sesuatu

sesungguhnya, memahami keharusan/ kelayakannya. (2)

kesiapan/kesediaan, mencakup tujuan agar tumbuh

keinginan/kemauan dan kesediaan diri, membina motivasi untuk

melaksanakan/ mengerjakan/ membuat terampil, lahir jawaban

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


27

dirinya bahwa mampu/ sanggup dan lain-lain. (3) imitasi/ peniruan,

mencakup tujuan agar mau mencoba, meniru, bersimulais, melatih

atau membisakan. (4) peningkatan/ penyempurnaan penyesuaian,

mencakup tujuan agar terangsang untuk lebih bai, lebih sempurna,

lebih kompleks, dan baku serta sesuai dengan diri, keadaan atau

kebutuhan. (5) organsasi/penciptaan, mencakup tujuan agar lahir hal

baru, ciptaan sendiri, model atau gaya mandiri dan mau atau mampu

berkreasi.

Dalam penelitian ini, aspek psikomotor yang akan lebih

difokuskan yaitu pada kategori jenis perilaku persepsi dan kesiapan.

Kisi-kisi hasil beajar pada aspek psikomotor dapat dilihat pada table

2.3 berikut ini :

Tabel 2.3 Rancangan kisi-kisi hasil belajar psikomotor

No Indikator psikomotor Aspek Kegiatan

1 Minat dan gairah Kesiapan Siswa berkeinginan


dalam melakukan dalam melakukan
kegiatan kelompok kegiatan kelompok

2 Melakukan kegiatan Persepsi Siswa memahami


kelompok sesuai dalam melaukan
dengan petunjuk kegiatan kelompok
sesuai dengan
petunjuk

3 Mampu Kesiapan Siswa mampu


menunjukkan hasil mengerjakan
yang baik dengan hasil yang
baik

4 Dapat Menirukan Siswa


mempresentasikan mempresentasikan

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


28

hasil diskusi hasil kelompok


kelompok

Untuk hasil belajar dalan penelitian ini adalah lebih

menekankan pada aspek kognitif yaitu dilihat dari nilai hasil

ulangan siswa.

7. Prinsip Penilaian Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar dalam pendidikan dilaksanaan atas dasar

prinsip-prinsip yang jelas sebagai landasan pijak. Prinsip dalam hal ini

berarti rambu-rambu atau pedoman yang perlu dipegangi dalam

melaksanakan kegiatan penilaian hasil belajar. Untuk itu, dalam

pelaksanaan penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut :

a. Valid

Penilaian hasil belajar harus mengukur apa yang

seharusnya diukur dengan menggunakan jenis tes yang terpercaya

atau sahih. Artinya, adanya kesesuaian alat ukur dengan fungsi

pengukuran dan sasaran pengukuran. Apabila alat ukur tidak

memiliki kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka

data yang masuk juga salah dan kesimpulan yang ditarik juga

menjadi salah.

b. Mendidik

Penilaian hasil belajar harus memberikan sumbangan

positif pada pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu,

PBK harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


29

untuk memotivasi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu

semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang

berhasil, sehingga keberhasilan dan kegagalan siswa harus tetap

diapresiasi dalam penilaian.

c. Berorientasi pada kompetensi

Penilaian hasil belajar harus menilai pencapaian

kompetensi siswa yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap,

ketrampilan dan nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir

dan bertindak. Dengan berpijak pada kompetensi ini, maka

ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui

secara jelas dan terarah.

d. Adil dan obyektif

Penilaian hasil belajar harus mempertimbangkan rasa

keadilan dan obyektifitas siswa, tanpa membeda-bedakan jenis

kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang

memberikan kontribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan

dalam penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar

siswa, karena mereka merasa dianaktirikan.

e. Terbuka

Penilaian hasil belajar hendaknya dilakukan secara terbuka

bagi berbagai kalangan, sehingga keputusan tentang keberhasilan

siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada

rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua

pihak.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


30

f. Berkesinambungan

Penilaian hasil belajar harus dilakukan secara terus-

menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk

mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga

kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat dipantau melalui penilaian.

g. Menyeluruh

Penilaian hasil belajar harus dilakukan secara menyeluruh,

yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta

berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai

bukti hasil belajar siswa yang dapat dipertanggungjawabkan

kepada semua pihak.

h. Bermakna

Penilaian hasil belajar diharapkan mempunyai makna

yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, PBK hendaknya

mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang

berkepentingan. Hasil penilaian hendaknya mencerminkan

gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung

informasi keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat

penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah

ditetapkan.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:36) hasil belajar

adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan

biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


31

belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya

proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang

diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada

satu pokok bahasan.

B. Model Pembelajaran Examples Non Examples

Model pembelajaran tipe Examples Non Examples atau juga biasa

disebut Example and Non-Example merupaka model pembelajaran yang

menggunakan gambar sebagai media pembelajaran.Model pembelajaran tipe

Examples Non Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan

media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan

mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan

permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar

yang disajikan.

Menurut Buehl (Apariani 2010:20), menjelaskan bahwa model

pembelajaran Examples Non Examples adalah taktik yang dapat digunakan

untuk mengajarkan definisi konsep.Taktik ini bertujuan untuk

mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri

dari model pembelajaran Examples Non Examples dari suatu definisi konsep

yang ada dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai

dengan konsep yang ada.

Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh

akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan Non Examples

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


32

memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi

yang sedang dibahas.

Menurut Roestiyah (2006:1), Examples Non Examples merupakan

model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram,atau tabel

sesuai materi bahan ajar dan kompetensi, sajian gambar ditempel atau

memakai OHP/LCD, dengan petunjuk guru, siswa mencermati sajian, diskusi

kelompok tentang sajian gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan

penyimpulan, evaluasi dan refleksi.

Model pembelajaran Examples Non Examples menggunakan gambar

sebagai media pembelajaran. Media gambar merupakan salah satu alat yang

digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong

siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan

menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat

secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran

siswa diharapkan akan aktif dan semangat untuk belajar.

Dimana contoh-contoh tersebut dapat diambil dari kasus-kasus atau

gambar yang relevan dengan kompetensi dasar. Menurut Agus Suprijono,

(2009:125) adapun langkah-langkah metode Examples Non Examples adalah

sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru menempatkan gambar dipapan atau ditayangksn lewat LCD,

maupun OHP.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


33

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk

memperhatikan atau menganalisa gambar melalui diskusi kelompok 2-3

orang siswa.

4. Hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar atau hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan

matri sesuai tujuan yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan.

Menurut Uno dan Mohammad (2011:80-81) langkah-langkah model

pembelajaran Examples Non Examples sebagai berikut :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru menayangkan gambar dipapan atau ditayangkan lewat OHP.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar.

4. Memulai diskusi kelompok 2-3 orang siswa, kemudian hasil diskusi dari

analisa gambar tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai tujuan yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan.

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Examples Non

Examples sebagai berikut :

1. Kelebihan model pembelajaran Examples Non Examples

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


34

a. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

2. Kelemahan model pembelajaran Examples Non Examples

a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

b. Memakan waktu lama.

Sedangkan menurut Buehl (1996) langkah-langkah model

pembelajaran Examples Non Examples adalah :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

2. Guru menempelkan gambar dipapan atau ditayangkan melalui

OHP/LCD.

3. Guru member petunjuk dan member kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisa gambar.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa

gambar tersebut dicatat pada kertas.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

7. Kesimpulan.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Examples Non

Examplesadalah :

a. Kelebihan

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


35

1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan

untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih

mendalam dan lebih komplek.

2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang

mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif

melalui pengalaman model pembelajaran Examples Non

Examples.

3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi

karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan

bagian Non Examples yang dimungkinkan masih terdapat

beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep

yang telah dipaparkan pada bagian Examples.

4) Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.

5) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.

6) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

b. Kekurangan

1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

2) Memakan waktu lama.

Setyawan,(2010:http//zonainfosemua.blogspot.com)

mengemukakan model pembelajaran tipe Examples Non Examples

merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai

media pembelajaran. Model Examples Non Examples adalah model

yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


36

pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir

kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang

terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

C. Tinjauan Tentang Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali

peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan

dengan hubungan antarwarga Negara dengan Negara serta pendidikan

pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan

oleh bangsa dan Negara (penjelasan pasal 39 Undang-Undang No.2

tahun 1986 tentang pendidikan nasional).

Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Zamroni (20030 dalam

Tukiran (2009:3) adalah :

“pendidikan demokrasai yang bertujuan untuk mempersiapakan


warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis,
melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
menjamin hak-hak warga masyarakat”.
Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan salah

satu bidang kajian yang mengemban misi Nasional untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa Indonesia melalui koridor “value based education”.

Konfigurasi kerangka sistematik PKn dibangun atas dasar Paradigma

sebagai berikut :

a. PKn secara kulikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang

bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


37

warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipasi,

dan bertanggung jawab.

b. PKn secara teoritik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang

memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang

bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam

konteks substansi ide, nilai, konsep dan moral Pancasila,

Kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

c. PKn secara pragmatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang

menekankan pada isiyang mengusung nilai-nilai (contect embedding

values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk

berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-

hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai

penjabaran lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila,

kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara.

Sejak diimpletasikannya pada berbagai jenis dan jenjang

Pendidikan (persekolahan maupun perguruan tinggi), PKn menghadapi

berbagai kendala dan keterbatasan. Kendala dan keterbatasan tersebut

adalah :

a. Masukan instrumental (instrumental input) terutama yang berkaitan

dengan kualitas guru/dosen serta keterbatasan fasilitas dan sumber

belajar.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


38

b. Masukan lingkungan (environmental input) terutama yang berkaitan

dengan kondisi dan situasi kehidupan politik negara yang kurang

demokratis. Dengan demikian PKn tidak mengarah pada misi

sebagaimana seharusnya. (Sunarso,dkk,2008:2)

Pendidikan kewarganegaraan (civic education) sesungguhnya

bukan merupakan agenda yang benar-benar baru dimuka bumi. Proses

globalisasi yang melanda dunia sepanjang dekade akhir abad ke – 20

mendorong munculnya pemikiran-pemikiran baru tentang pendidikan

kewarganegaraan diberbagai negara didunia. Di Amerika, untuk pertama

kalinya standar kurikulum nasional pendidikan sipil disusun pada tahun

1994. Dewan eropa juga memprakarsai proyek demokratisasi untuk

menopang pengembangan kurikulum pendidikan kewarganegaraan.

Kecenderungan serupa juga berlangsung di negara-negara Australia,

Canada, Jepang dan negara Asia lainnya.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mencakup kajian

dan pembahasan tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga

demokrasi agar generasi muda bisa menjadi warga negara yang

demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan diagonal.

2. Dasar Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

Dasar hukum Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana UU

No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional maupun UU baru

yaitu dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


39

Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

dilakukan atas dasar Surat Keputusan Dirjen Dikti

No.267/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-rambu pelaksanaan Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian merupakan pendidikan yang wajib diberikan

di semua jenjang pendidikan termasuk di jenjang perguruan tinggi

sebagaimana tertuang baik didalam UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem

Pendidikan Nasional maupun UU baru yaitu dalam UU No.20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Adapun dasar hukum yang mendasari perkuliahan pendidikan

kewarganegaraan adalah sebagai berikut :

a. Pancasila

b. Undang-Undang Tahun 1945 meliputi Pembukaan, pasal 27 dan

pasal 30 setelah diamandemen.

c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 (tentang undang-undang

pertahanan dan keamanan)

d. Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 (tentang system pendidikan

nasional)

e. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 232/UU/2000

f. Keputusan Dirjen Dikti nomor 38/Dikti/2002

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Tukiran (2013:3) pasal 4 keputusan ditjen depdiknas RI

pasal 3 no 267/DIKTI/2000 tentang penyempurnaan garis besar proses

pembelajaran mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK)

menyebutkan bahwa PKn bertujuan untuk :

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


40

a. Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban

secara santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga

Negara terdidik dalam kehidupan selaku warga Negara RI yang

bertanggung jawab.

b. Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam bernegara

yang hendak diatasi dengan penerapan pemikiran berlandasan

Pancasila, wawasan nusantara dan ketahanan Nasional secara kritis

dengan bertanggung jawab.

4. Visi Misi Pendidikan Kewarganegaraan

Visi Pendidikan Kewarganegaraan adalah menjadi sumber nilai

dan pedoman penyelenggaraan pembelajaran dalam mengantarkan siswa

mengembangkan kepribadiannya selaku warga Negara yang berperan

aktif menegakan demokrasi menuju masyarakat madani. Misi Pendidikan

Kewarganegaraan yaitu membantu siswa selaku warga Negara agar

mampu mewujudkan nilai-nilai dasar perjuangan bangsa Indonesia serta

kesadaran berbangsa, bernegara, dalam menerapkan ilmunya secara

bertanggung jawab terhadap kemanusiaan. (Subagyo,2004:4)

D. Tinjauan tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat

1. Komunikasi

Mengemukakan pendapat dapat dilakukan melalui dua jenis

saluran atau sarana komunikasi, yaitu :

a. Saluran tradisional

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


41

Saluran tradisional adalah saluran yang sejak dahulu sudah

merupakan sarana komunikasi antar manusia, baik secara pribadi

maupun kelompok. Contohnya adalah berdialog, berkirim surat,

rapat, musyawarah.

b. Saluran atau komunikasi modern

Saluran atau sarana komunikasi modern adalah saluran

komunikasi yang menggunakan media dengan peralatan atau

teknologi modern.

1) Saluran komunikasi antar pribadi, seperti telepon/handphone,

facsimile, dan surat elektronik (e-mail) melalui internet.

2) Saluran komunikasi massa, meliputi dua macam yaitu media

massa cetak dan media massa elektronik.

Media massa cetak meliputi : Koran, majalah, buku, jurnal, bulletin.

Media massa elektronik meliputi : radio, televisi, dan internet.

Penggunaan saluran komunikasi merupakan salah satu

perwujudan pelaksanaan hak asasi manusia.Hal ini dijamin di dalam

UUD 1945 Pasal 28 F yang berbunyi “Setiap orang berhak untuk

berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan

pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,

memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan

informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


42

2. Tata Cara Penyampaian Pendapat di Muka Umum

Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum dialur

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998. Bentuk penyampaian

pendapat dimuka umum dapat dilaksanakan dengan unjuk rasa atau

demonstrasi, pawai, rapat umum, dan mimbar bebas ( Pasal 9 ayat (1)

UU No. 9 Tahun 1998). Penyampaian pendapat di muka umum

dilaksanakan di tempat-tempat terbuka untuk umum, kecuali :

a. Di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instansi militer,

rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, setasiun kereta api, terminal

angkutan darat, dan obyek-obyek vital nasional.

b. Pada Hari Besar Nasional

(Pasal 9 ayat (2) UU No. 9 Tahun 1998). Dalam penjelasan

disebutkan yang dimaksud dengan hari-hari besar nasional adalah :

1) Tahun Baru

2) Hari Raya Nyepi

3) Hari Wafat Isa Almasih

4) Isra Mi’raj

5) Kenaikan Isa Almasih

6) Hari Raya Waisak

7) Hari Raya Idul Fitri

8) Hari Raya Idul Adha

9) Hari Maulid Nabi

10) 1 Muharram

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


43

11) Hari Natal

12) 17 Agustus

Peserta penyampaian pendapat dimuka umum dilarang membawa

benda-benda yang membahayakan keselamatan umum.

Tata cara menyampaikan pendapat dimuka umum diatur dalam

UU No. 9 Tahun 1998, yaitu :

Pasal 10

a. Penyampaian pendapat dimuka umum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 wajib diberitahukan secara tertulis kepada Polri.

b. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin, atau penanggung

jawab kelompok.

c. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selambat-

lambatnya 3x24 (tiga kali dua puluh empat) jam sebelum kegiatan

dimulai telah diterima oleh Polri setempat.

d. Pemberitahuan secara tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah didalam kampus dan kegiatan

keagamaan.

Pasal 11

Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat

(1) memuat :

a. Maksud dan tujuan

b. Tempat, lokasi dan rute

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


44

c. Waktu dan lama

d. Bentuk

e. Penanggung jawab

f. Nama dan alamat organisasai, kelompok atau perorangan

g. Alat peraga yang diperlukan

h. Jumlah peserta

Dan Pasal 13 menyatakan bahwa :

Setelah menerima surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11 Polri wajib :

a. Segera memberikan surat tanda terima pemberitahuan.

b. Berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat

dimuka umum.

c. Berkoordinasi dengan pimpinan instansi/lembaga yang akan menjadi

tujuan penyampaian pendapat.

d. Mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi, dan rute.

Polri bertanggung jawab memberikan perlindungan keamanan

terhadap pelaku atau peserta penyampaian pendaapt dimuka

umum.Sementara itu Pasal 14 menyatakan bahwa pembatalan

pelaksanaan penyampaian pendapat dimuka umum disampaikan secara

tertulis dan langsung oleh penanggung jawab kepada Polri selambat-

lambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum waktu pelaksanaan.

Pelaksanaan penyampaian pendapat dimuka umum dapat

dibubarkan bila tidak memenuhi ketentuan yang telah diatur.Dan peserta

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


45

yang melakukan perbuatan melanggar hokum dapat dikenakan sanksi

hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Menampilkan Sikap Positif dalam Mengemukakan Pendapat

Dalam tata kehidupan kenegaraan, Indonesia menerapkan

kehidupan demokratis yaitu dengan meningkatkan kesadaran dalam

menghargai kemerdekaan mengemukakan pendapat.

Berikut ini adalah sikap-sikap positif yang harus dimiliki dalam

mengemukakan pendapat :

a. Jujur, artinya menyatakan hal-hal yang sesuai dengan fakta atau

kenyataan yang ada, dengan tidak melebih-lebihkan atau mengurangi

dari kenyataan yang senyatanya.

b. Adil, artinya dalam menyampaikan pendapat tidak menimbulkan

kerugian salah satu pihak demi keuntungan pribadi atau kelompok.

c. Bijaksana, artinya pendapat disampaikan dengan memperhatikan

etika/tata nilai yang dijunjung tinggi serta mempertimbangkan situasi

dan kondisi yang ada.

d. Disiplin, artinya penyampaian pendapat dilakukan dengan

memperhatikan/mengindahkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

e. Tanggung jawab, artinya berani menanggung resiko yang mungkin

terjadi atas pernyataan/pendapat yang disampaikannya.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat dapat dilaksanakan

dalam berbagai lingkungan :

a. Lingkungan Keluarga

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


46

Setiap anggota keluarga memiliki tugas, peran, hak dan

kewajiban secara proposional sesuai dengan kedudukannya sesame

anggota keluarga yang saling mengakui, menghormati dan menaati

hak-hak dan kewajibannya.

Dengan kondisi yang demikian, maka segala permasalahan

yang dihadapi oleh keluarga akan dapat dimusyawarahkan oleh

segenap anggota keluarganya, sehingga akan dapat dicapai suatu

kesepakatan yang merupakan solusi terbaik dari permasalahan yang

ada. Ayah/ibu sebagai pimpinan keluarga harus mampu menampung

semua pendapat yang ada sehingga terwujudlah suatu keluarga yang

demokratis, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama dan

moralitas yang kita junjung tinggi.

b. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan wahana untuk mendidik anak-anak

bangsa agar kelak menjadi manusia-manusia yang berkualitas dalam

arti memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi serta memiliki

kecerdasan emosional dan spiritual yang mantap.Disekolah anak-

anak diberi kebebasan menyatakan pendapat/pikirannya melalui

berbagai forum/kegiatan yang ada. Contoh-contoh yang dapat

dikemukakan disini adalah :

1) Melalui diskusi kelompok dalam suatu proses belajar mengajar

(KBM).

2) Dalam pemilihan pengurus kelas.

3) Dalam rapat hari besar agama.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


47

4) Lomba debat dalam class meeting.

5) Pemilihan pengurus OSIS, dan sebagainya.

Melalui kegiatan-kegiatan seperti tersebut diatas para siswa

dapat mengekspresikan keinginannya dan berlatih mengahadapi

berbagai keanekaragaman, termasuk perbedaan pendapat.Dengan

kenyataan tersebut diatas, maka sekolah/institusi pendidikan

sekaligus dapat berperan sebagai “laboratorium demokratis” bagi

pesertanya didiknya.

c. Lingkungan Masyarakat

Dalam kehidupan bermasyarakat selalu terjadi interaksi

antara yang satu dengan yang lain. Dalam interaksi ini salah satu

aktivitas yang mesti terjadi dalah komunikasi. Seiring dengan

perkembangan peradaban manusia, cara dan norma komunikasi

mengalami perkembangan yang demikian pesat sehingga batas

daerah atau negara tidak lagi menjadi penghambat bagi lancarnya

suatu komunikasi.

Dalam era global seperti sekarang ini komunikasi memegang

peranan yang amat penting, karena akan sangat berpengaruh bagi

cepat/lambatnya perkembangan suatu masyarakat/daerah.

Sehubungan dengan hal ini maka media massa memegang peranan

yang amat penting, karena :

1) Dapat memperkarya wawasan para pembaca/pemirsanya.

2) Sebagai penyebar informasi yang cepat dan akurat.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


48

3) Mengajak masyarakat berfikir kritis.

4) Sebagai pembentuk opini dalam masyarakat.

5) Sebagai pengontrol kebijakan pemerintah.

6) Sarana pendidikan warga negara untuk berfikir kritis dan berani

mengemukakan pendapat.

E. Penelitian Yang Relevan

1. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn melalui Metode Examples Non

Examples Pokok Bahasan Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat pada

Siswa Kelas VIIE Semester II SMP Negeri 2 Sumbang Tahun Ajaran

2010/2011 disusun oleh Isah Candani tahun 2011. Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan

metode Examples Non Examples telah terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar Pendidikan Kewarganegaraan pokok bahasan Kemerdekaan

Mengemukakan Pendapat. Pada saat pre test presentase nilai hasil belajar

yang didapat adalah 21,87% dengan rata-rata kelas 63,51 setelah

dilaksanakan tindakan siklus I presentase nilai hasil belajar menjadi 50%

dengan rata-rata kelas 67,03 dan pada saat tindakan siklus II presentase

nilai hasil belajar sidswa meningkat menjadi 81,25% dengan rata-rata

kelas 79,84.

2. Peningkatan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Kembaran

dengan Metode Examples Non Examples Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan Konsep Mengidentifikasi Kasus Korupsi

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


49

Dan Upaya Pemberantasannya disusun oleh David Hendranto tahun

2012. Berdasarkan hasil kesimpulan dan pembahasan bahwa penggunaan

metode Examples Non Examples telah terbukti dapat meningkatkan hasil

belajar Pendidikan Kewarganegaraan pokok bahasan Mengidentifikasi

Kasus Korupsi dan Upaya Pemberantasannya. Berpikir kritis siswa

meningkat dilihat berdasarkan lembar angket berpikir kritis dari siklus I

ke siklus II dengan nilai rata-rata 2,84 dengan kriteria baik menjadi 3,47

dengan kriteria sangat baik. Dari kesimpulan di atas dapat dikatakan

bahwa hasil penelitian yang dilaksanakan dapat meningkatkan berpikir

kritis siswa.

3. Upaya meningkatkan Hasil Belajar Dengan Metode Examples Non

Examples Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kompetensi

Dasar Menyebutkan Contoh Organisasi Di Sekolah Dan Masyarakat di

Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pesanggrahan 1 Kecamatan Kesugihan

Kabupaten Cilacap Tahun Ajaran 2009/2010 disusun oleh Tumini tahun

2010. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik

kesimpulan bahwa penggunaan metode Examples Non Examples terbukti

dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Kompetensi Dasar Menyebutkan Contoh Organisasi di Sekolah yaitu

pada pre test nilai rata-rata kelas 56,63 pada post test siklus 1 meningkat

menjadi 67,25, kemudian pada post test siklus 2 meningkat lagi menjadi

76,88 dan selanjutnya dalam post test siklus 2 meningkat lagi menjadi

82,00.

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


50

F. Kerangka Berpikir

Pada kondisi awal hasil belajar siswamasihkurang maksimal dan mutu

pembelajaran masih rendah. Selanjutnya pada rencana tindakan siklus I dan II

dengan menerapkan model pembelajaran tipe Examples Non Examples yang

baik, peserta didik akan mengalami peningkatan mutu pembelajaran.

Kondisi awal (sebelum tindakan)

Kondisi Kondisi Guru : Guru Suasana


Siswa: Hasil mengajar dengan metode pembelajaran
belajar PKn konvensional belum pasif,
masih menggunakan metode membosankan
rendah Examples Non Examples

Pembelajaran PKn dengan metode


Examples Non Examples (Siklus 1
dan 2)

Kondisi akhir (sesudah tindakan)

Kondisi Kondisi Guru : Guru Suasana


Siswa : Hasil mengajar dengan pembelajaran
belajar PKn metodeExamples Non aktif dan
meningkat Examples menyenangkan

Gambar 2.3 Alur Kerangka Berpikir

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015


51

G. Hipotesis Tindakan

Dari kerangka berpikir diatas maka dapat dirumuskan hipotesis

tindakan sebagai berikut :

Model pembelajaran tipe Examples Non Examples dapat

meningkatkan hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan Kompetensi Dasar

Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat pada siswa kelas VII A SMP Negeri

1 Kalibagor Semester Genap Tahun Akademik 2014/2015.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian

tindakan kelas adalah bentuk kajian yang bersifat refleksi oleh pelaku

tindakan. Untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan

mereka dalam melaksanakan tugas, memperoleh pemahaman terhadap

tindakan-tindakan yang dilakukan serta memperbaiki dimana praktek-praktek

Peningkatan Hasil Belajar..., Tri Nurul Indrasari, FKIP UMP, 2015

Anda mungkin juga menyukai