KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Belajar
1. Pengertian Belajar
Pendidikan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Revolusi di bidang teknologi komunikasi dan informasi ternyata telah
mempengaruhi hampir seluruh sendi-sendi kehidupan manusia modern, termasuk
dalam dunia pendidikan dengan munculnya istilah-istilah seperti e-learning, e-
book sampai e-education. Revolusi ini juga berpengaruh pada paradigma
pendidikan akan “tempat” belajar, dimana gedung sekolah yang berdiri tegak
dengan atap dan dinding akan semakin tak populer karena manusia bisa belajar di
mana saja dengan bantuan teknologi. Di sini yang terpenting adalah interaksi
manusia itu dengan materi pelajaran dan proses terusannya, pemahaman dan
penguasaan ilmu. Di mana (sekolah?) atau kapan (pagi atau siang?) tidak lagi
menjadi pertanyaan penting sebab otak manusia sekarang sudah terbiasa dengan
konsep ruang dan waktu yang bersifat relatif.
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan
penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih
Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan
individu berlangsung melalui kegiatan belajar.
Moh. Surya (1997) menyebutkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku
baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
7
8
Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa
ciri belajar, yaitu:
a. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).
b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan
tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap
atau tidak berubah-ubah.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:
a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung
pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-
ciri dari perubahan perilaku, yaitu:
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar
adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-
ciri dari perubahan perilaku, yaitu:
a. Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu
yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi
perubahan.
10
c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang
lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang
dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar
yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa yang tidak hanya mengamati
secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d. Pengulangan
Pada teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme mengungkapkan bahwa
belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan
pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang
timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akan melatih daya-
daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berfikir yang
akan membuat daya-daya tersebut berkembang.
e. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa mengahadapi suatu tujuan yang ingin dicapai,
tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut.
f. Balikan atau Penguatan
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.
Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan
positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
13
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas
ia terdorong untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan
negatif.
g. Perbedaan Indiviual
Siswa yang merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa.
3. Unsur-unsur Belajar
Menurut Gagne, ada sembilan tahap pengolahan (proses) kognitif yang
terjadi dalam belajar yang kemudian disebut fase-fase belajar. Sembilan perristiwa
ini adalah aktifitas – aktifitas belajar yang perlu diterapkan sebagaimana dalam
fase-fase belajar. Dengan penerapan model ini diharapkan hasil belajar dapat
ditingkatkan dan dipertahankan. Kesembilan peristiwa pembelajaran yang
dimaksud adalah:
a. Membangkitkan Perhatian
Kegiatan paling awal dalam pembelajaran adalah menarik perrhatian siswa
agar mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir pelajaran.
b. Memberitahukan Tujuan Pembelajaran siswa
Agar siswa mempunyai tujuan dan pengharapan selama belajar maka kepada
siswa perlu dijelaskan tujuan apa saja yang akan dicapai selama
pembelajaran, manfaat materi yang akan dipelajari bagi siswa, dan tugas-
tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran. Keuntungan
menjelaskan tujuan adalah agar siswa dapat menjawab sendiri pertanyaan
apakah ia telah belajar? Jawabanya atas pertanyaan tersebut dapat
membangkitkan harapan dalam diri siswa tentang kemampuan dan upaya
yang harus dilaksanakan agar tujuan tercapai.
c. Merangsang Ingatan dan Materi Prasyarat
Bila siswa telah memiliki perhatian dan pengharapan yang baik pada
pelajaran, guru perlu meningkatkan siswa pada materi apa saja yang telah
dikuasai sehubungan materi yang akan diajarkan. Dengan pengetahuan
14
awal yang ada pada memori kerjanya diharapkan siswa siap untuk
membuat hubungan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan
yang baru yang akan dipelajari.
d. Menyajikan Bahan Perangsang
Pada fase ini guru menyajikan bahan kepada siswa berupa pokok-pokok
materi yang penting yang bersifat kunci. Sebelum itu guru sudah harus
menentukan bahan apa yang akan disajikan, apakah berupa informasi
verbal, ketrampilan intelektual, atau belajarr sikap. Berdasarkan jenis
kemampuan / bahan maka dapat dipilih untuk kegiatan yang akan
disajikan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar.
e. Memberi Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar diberikan dengan tujuan untuk membantu siswa agar
mudah mencapai tujuan pembelajaran atau kemampuan – kemampuan
yang harus dicapainya pada akhir pelajaran.
f. Menampilkan Unjuk Kerja
Untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai kemampuan yang
diharapkan, mintalah siswa untuk menampilkan kemampuanya dalam
bentuk tindakan yang dapat diamati guru. Misalnya, bila ingin mengetahui
kemampuan informasi verbal siswa, beri siswa pertanyaan-pertanyaan
yang dapat mengukur tingkat penguasaanya atau bila ingin mengetahui
ketrampilan siswa maka mintalah mereka melakukan suatu tindakan
tertentu. Jawaban yang diberikan siswa hendaknya sesuai dengan
kemampuan yang diminta dalam tujuan pembelajaran.
g. Memberikan Umpan Balik
Untuk mendapatkan hasil terbaik maka umpan balik secara inovatif dengan
cara memberikan keterangan tentang tingkat unjuk kerja yang telah
dicapai siswa. Misalnya, jelaskan jawaban yang sudah lengkap dan yang
perlu dilengkapi atau dipelajari kembali oleh siswa dengan cara”sudah
baik, pelajari kembali atau lengkapi”dan lain sebagainya.
h. Menilai Unjuk Kerja
15
Menilai unjuk kerja bertujuan untuk menilai apakah apakah siswa sudah
mencapai tujuan atau belum. Untuk itu perlu disiapkan alat penilaian yang
relevan dengan tujuan dapat digunakan untuk mengukur tingkat
pencapaian hasil belajar siswa.
i. Meningkatkan Retensi
Peristiwa pembelajaran terakhir yang harus dilakukan guru adalah upaya
untuk meningkatkan retensi dan alih belajar. Guru perlu memberikan
latihan-latihan dalam berbagai situasi agar siswanya dapat mengulangi dan
menggunakan pengetahuan barunya kapan saja jika diperlukan.
Menurut Gagne, yang terpenting dalam pembelajaran adalah
menciptakan suatu kondisi pembelajaran (eksternal) yang dirancang untuk
mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat internal. Bigge (dalam
Dahar, 1989) merangkum perbedaan penting antarateori belajar perilaku
dan belajar kognitif. Seorang guru penganut teori perilaku berkeinginan
untuk mengubah perilaku siswanya, sedangkan guru yang berorientasi
teori kognitif berkeinginan untuk mengubah pemahaman siswanya.
4. Teori-teori Belajar
Sesungguhnya ada dua kutub belajar dalam pendidikanya, yaitu
tabularasa dan konstruktivisme. Menurut rujukan tabularasa siswa
diibaratkan sebagai kertas putih yang dapat ditulis apa saja oleh gurunya
dan ibarat wadah kosong yang dapat diisi apa saja oleh gurunya. Dengan
pendapat ini seakan-akan siswa pasif dan memiliki keterbatasan dalam
belajar. Menurut rujukan konstruktivisme setiap orang yang belajar
sesungguhnya membangun pengetahuanya sendiri. Jadi siswanya aktif dan
dapat terus meningkatkan diri dalam kondisi tertentu.
Jadi dalam persepektif konstruktivisme belajar itu merupakan
perubahan konsepsi. Oleh karena itu belajar dipandang sebagai perubahan
konsepsi, maka dapat dikatakan belajar merupakan suatu kegiatan yang
rasional. Belajar hanya akan terjadi apabila seseorang mengubah atau
berkeinginan mengubah pikirannya. Dalam perubahan konsepsi siswa
dipandang sebagai pemproses pengalaman dan informasi bukan hanya
16
belajar merupakan perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil
belajar.
B. Hakikat Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang
lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini
tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para
pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002:
128).
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara
guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran
oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher
of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi
kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi
pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar,
karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman
& Sutikno, 2007: 9).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
18
5. Tujuan Pembelajaran
Tujuan dari sebuah pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Intruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar
Guru-guru merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus. Tujuan instruksional khusus juga disebut sebagai
sasaran belajar siswa. Tujuan instruksional khusus mempertimbangkan
pengetahuan awal dan kebutuhan belajar siswa. Dari segi guru tujuan
instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan pedoman tindak
mengajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksiona (umum dan khusus)
dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah. Dari segi
siswa, sasaran belajar tersebut murupakan panduan belajar. Panduan
belajar tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan
belajar. Keberhasilan belajar siswa merupakan prasyarat belajar
selanjutnya. Keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan belajar
26
C. Hakikat IPA
1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin
Scientia yang arti harfiahnya pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi
khusus Ilmu Penetahuan Alam atau Sains. Sund dan Trowbribge merumuskan
bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan
Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara
untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan
produk dan proses yang tak dapat dipisahkan. “Real Science is bith product and
process, inseparably Joint”
Sains menurut Suyoso (1998: 23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan
manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh
melalui metode tertentu yaitu teratur, sistem matis, berobyak, bermetode dan
27
berlaku secara universal” Sedangkan menurut suyoso (1998: 18), IPA merupakan
“pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau
khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimen, penyimpulan,
penyusunan teori, dan seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain”. Sedangkan Sains menurut Sumaji (1998: 46) merupakan “suatu Ilmu
Pengetahuan Alam yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teiritis melainkan
gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.
Pembelajaran IPA untuk mencakup semua materi yang terkait dengan
obyek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energy,
dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA
terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi, dan Kimia. Pada aspek Fisika IPA
lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada aspek Biologi IPA
mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya.
Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada
pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang di alam.
Dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan
manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang
berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang
bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.
2. Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya
dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Tetapi
pengajaran IPA yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak?
Anak-anak memang perlu diberi kesempatan untuk berlatih keterampilan-
keterampilan proses IPA, sebab diharapkan mereka dapat berpikir dan
memiliki sikap ilmiah. Namun karena struktur kognitif anak-anak tidak
dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan, maka pengajaran
IPA untuk mereka hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap
perkembangan kognitifnya.
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo
dan Marten (Carin 1993: 5) sebagai berikut:
28
menjadi seorang insinyur elektronika yang baik, atau seorang dokter yang
baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. Untuk
itu perlu belajar IPA. Jadi IPA juga dapat dikatakan sebagai “tulang
punggung pembangunan”.
IPA tidak hanya diperlukan oleh ahli-ahli teknologi seperti insinyur-
insinyur, dokter-dokter dan lain sebagainya, tetapi juga oleh ahli-ahli
politik dan kemasyarakatan. Dalam dunia modern yang dipengaruhi oleh
teknologi, pengetahuan IPA yang luas, meskipun tidak mendalam, sangat
perlu. Sebab berbagai keputusan yang harus diambil oleh pemimpin-
pemimpin ini memahami politik dan masyarakat menyangkut masalah
yang berhubungan erat dengan IPA dan teknologi. Bila seorang pemimpin
ini memahami IPA, maka keputusan-keputusan yang diambil tentu akan
merupakan keputusan yang lebih tepat. Jika tidak, mungkin sukar baginya
untuk mengambil keputusan yang tepat. Ia segera akan dapat memahami,
mengapa perlu diadakan perencanaan yang teliti mengenai lokasi (tempat)
yang cocok untuk pendirian suatu pabrik tertentu, karena ia memiliki
pengetahuan tentang lingkungan serta pengaruh keadaan lingkungan
terhadap kehidupan manusia. Ia akan memahami adanya saling
ketergantungan antara makhluk-makhluk hidup: ia akan memahami bahwa
pemusnahan makhluk yang satu akan mempengaruhi keadaan makhluk
yang lain. Dengan demikian ia dengan sadar dan penuh keyakinan akan
membantu usaha-usaha pelestarian alam. Ia juga akan memahami bahwa
IPA ialah suatu ilmu yang didasari percobaan-percobaan, sehingga
mengajarkan IPA tampa percobaan bukan lagi mengajarkan IPA
melainkan bercerita tentang IPA. Banyak masalah lain yang tidak langsung
berhubungan dengan IPA atau teknologi memerlukan pemahaman akan
IPA itu. Jadi mengajarkan IPA di sekolah tidak saja untuk menanamkan
benih-benih untuk ahli-ahli IPA dan teknologi, tetapi juga ahli-ahli politik
dan masyarakat. Dan yang lebih penting lagi ialah bahwa pendidikan IPA
dapat merupakan salah satu unsue dalam mendidik anak menjadi warga
negara yang baik.
30
barang yang aneh bagi kebanyakan bangsa kita. Bahan pakaian yang
terbuat dari serat sintetis (serat buatan) sekarang merupakan bahan yang
umum digunakan. Perawatan kesehatan menurut cara yang lebih baik telah
dikenal sampai ke pelosok-pelosok. Orang telah paham fungsi dokter.
Orang-orang sekarang mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan
yang lebih baik, sehingga hidup lebih sehat, lebih rasional. Ia mulai lebih
mementingkan kebersihan hidup, karena kebersihan merupakan pangkal
kesehatan. Pendeknya makin banyak segi hidup kita dipengaruhi oleh
hasil-hasil Ilmu Pengetahuan Alam. Bila makin banyak segi hidup kita
dipengaruhi oleh IPA, maka dengan sendirinya IPA menjadi bagian dari
kebudayaan kita. Sebab kebudayaan merupakan seluruh cara hidup suatu
bangsa.
Keadaan itu telah berubah dalam pendidikan IPA modern,
pelajaran IPA modern tidak hanya mengajarkan fakta-fakta seperti jenis-
jenis hewan atau tumbuhan, hukum-hukum ini dan itu, tetapi juga
mengajarkan metode-metode memecahkan masalah yang baik,
menganjurkan sikap yang baik, melatih kemampuan, mengambil
kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan, melatih bersikap objektif
dan tidak buru-buru mengambil kesimpulan, melatih bekerjasama dalam
kelompok, melatih menghargai pendapat orang lain. IPA sekarang bukan
lagi disebut “pelajaran IPA” tetapi “mendidik anak melalui pelajaran
IPA”. IPA ternyata memang banyak mengandung nilai-nilai pendidikan,
apabila diajarkan menurut cara yang tepat. Tetapi bila diajarkan menurut
cara kurang tepat, maka IPA hanya akan merupakan pelajaran fakta-fakta
yang merupakan pengetahuan tentang jenis-jenis hewan dan tumbuhan,
hukum-hukum ini dan itu, yang sebagian besar bersifat hapalan.
3. IPA SD dalam Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang
produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa
mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang
semakin rumit dan kompleks. Keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan
32
peserta didik yang produktif, kreatif, dan inovatif. Tolak ukur dari suksesnya
penerapan Kurikulum 2013 berkaitan dengan beberapa faktor kunci yaitu : (1).
Kepemimpinan Kepala Sekolah, (2). Kreativitas Guru, (3). Aktivitas Peserta
Didik, (4). Sosialisasi, (5). Fasilitas dan Sumber Belajar, (6). Lingkungan
Akademik yang Kondusif, dan (7). Partisipasi Warga Sekolah. (Mulyasa, 2013:
36). Dalam pengembangan Kurikulum 2013 difokuskan pada pembentukan
kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, ketrampilan,
dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman
terhadap konsep yang dipelajari secara kontekstual.
IPA pada hakikatnya meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa
ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab
akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkanmelalui prosedur
yang benar; IPA bersifat open ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah
melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan; (3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan (4) aplikasi:
penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Empat
unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam pembelajaran IPA.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir
berkaitan dengan pola pembelajaran, yaitu: (1) berpusat pada peserta didik; (2)
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan
alam, sumber / media lainnya); (3) pembelajaran dirancang secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubungi serta diperoleh melalui internet); (4) pembelajaran bersifat aktif-
mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model
pembelajaran pendekatan sains); (5) belajar kelompok (berbasis tim); (6)
pembelajaran berbasis multimedia; (7) pembelajaran berbasis kebutuhan
pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik; (8) pola pembelajaran menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak (multidisciplines); dan (9) pembelajaran kritis.
33
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi
siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru
memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas,
atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru
memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab
kelompok keseluruhan.
2. Manfaat Model Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)
Model pembelajaran think pair share adalah pembelajaran di mana siswa
bisa bekerja sama untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan
mengenai apa yang ditugaskan guru. Berikut merupakan beberapa manfaat dari
pembelajaran ini berdasarkan pada Kagan dalam (Atik Widarti: 2007):
a. Siswa bisa memanfaatkan waktu untuk membuat tugas yang telah
diberikan dan juga bisa saling berinteraksi lebih lama dalam berdiskusi.
Sehingga secara tidak langsung akan memberikan penguatan terhadap
materi dan kualitas pembelajaran bisa meningkat.
b. Guru juga bisa memanfaatkan waktu lebih lama untuk merencanakan hal
lain saat memakai think pair share. Guru bisa lebih fokus untuk
memperhatikan setiap siswa dan bisa memberikan pertanyaan yang
berkualitas.
3. Tahapan Model Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)
Terdapat tiga tahapan atau karakteristik dalam pembelajaran think pair
share, seperti namanya yang terdiri tiga kata yakni think (berpikir secara
mandiri), pair (berpasangan) dan share (berbagi dalam segala hal termasuk
pengetahuan ke satu individu atau grup belajar). Berikut penjelasan lebih
lengkapnya:
a. Think (Berpikir)
1) Pada sesi ini pengajar menyampaikan
sebuah pertanyaan atau materi ke seluruh siswa di kelas. Dan siswa
mempunyai kesempatan 3 hingga 5 menit untuk bisa menyiapkan
jawaban secara individu.
38
2) Kekuatan pada sesi ini adalah siswa bisa mempunyai waktu untuk
berpikir untuk menentukan jawaban secara mandiri.
b. Pair (Berpasangan)
Guru akan menginstruksikan ke siswa untuk membuat grup belajar yang
terdiri dari dua pasangan bebas, tapi lebih diutamakan teman satu bangku.
Selanjutnya siswa akan melakukan diskusi dengan pasangan mengenai
pertanyaan atau materi yang telah disampaikan guru. Pada proses diskusi
pasti akan terjadi penyatuan opini dan pendapat tentang pikiran mereka
mengenai pertanyaan. Proses ini berjalan dalam waktu 6 hingga 8 menit.
c. Share (Berbagi)
Saat sesi ini guru menginstruksikan siswa untuk
mempresentasikan/membagikan hasil diskusi grup mengenai pertanyaan
atau materi kepada teman satu kelas. Membagikan pikiran atau hasil tugas
tersebut dilakukan di kelas agar setiap siswa bisa tahu dan akan terjadi
sintesis. Tugas guru disini adalah dengan membimbing setiap jawaban
yang dirasa kurang tepat.
Sesi ini adalah langkah tuntas dari sesi di atas. Karena sesi ini bisa
membuat setiap grup belajar bisa lebih memahami setiap pendapat dari
sebuah materi. Ini juga bisa mendorong lebih menguasai setiap apa yang
dikatakan guru ketika meluruskan jawaban yang kurang tepat.
4. Langkah-langkah Model Pembelajaran Think Pair and Share (TPS)
Pembelajaran yang merupakan salah satu dari model kooperatif ini
memiliki lima sesi umum dengan tiga sesi utama yang merupakan dasar dari
pembelajaran yakni think, pair dan share. Sesi belajar mengajar yang spesifik dan
detail bisa dilihat dengan jelas pada gambar di bawah ini.
39
E. Kerangka Berpikir
Pelaksanaan pembelajaran metematika pada materi konsep perkalian yang
telah dilaksanakan dan hasilnya kurang memuaskan, menuntut untu dilaksanakan
perbaikan pembelajaran melalui sebuah PTK. Dalam pelaksanaan PTK metode
yang akan digunakan adalah Model Means Ends Analysis. Pelaksanaan perbaikan
ditampilkan dalam kerangka berpikir berikut:
Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan Rata-rata
pembelajaran
Pembelajaran melalui PTK ketuntasan
masih
dengan menggunakan hasil belajar
berlangsung
Model Means Ends Analysis mencapai 80 %
secara Klasikal
Pelaksanaan Pelaksanaan
Siklus I Siklus II
Ketuntasan Ketuntasan
belajar siswa belajar siswa
mecapai 70% mecapai ≥75%
Hasil belajar
siswa belum
42
memenuhi KKM
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir