Anda di halaman 1dari 12

TEORI BELAJAR

Disusun Oleh

Kelompok 5 : Anin Saraswati Azhari


Imelda Ani Yolanda Marbun
Maya Shopiani Hasibuan
Shinta Whentina Simbolon
Siti Mariam Mauliza

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Teori Belajar
Latar belakang Pendidikan ialah faktor utama pembentuk karakter pribadi manusia.
Pendidikan merupakan suatu kegiatan umum yang menjamin kelangsungan hidup untuk
manusia. Pendidikan berlangsung di manapun dan kapanpun pada setiap lapisan masyarakat.
Secara tidak sengaja maupun sengaja pada kegiatan aktivitas manusia sehari hari telah terjadi
kegiatan Pendidikan. Contohnya setiap kejadian dalam hidup manusia akan menghasilkan
sebuah pengalaman hidup. Sebuah pengalaman hidup akan dijadikan sebuah pembelajaran
untuk lebih baik di masa depan. Pengalaman hidup sendiri pada dasarnya merupakan hasil
belajar. Pada dasarnya, pendidikan adalah proses membantu manusia dalam mengembangkan
potensinya agar dapat menghadapi segala perubahan di depannya. Aspek penting dalam
Pendidikan adalah kegiatan belajar dan pembelajaran. Kegiatan belajar dan pembelajaran
merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia dapat
mencapai potensinya melalui kegiatan pembelajaran. Manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhan mereka tanpa belajar. Belajar merupakan sebuah proses perubahan. Perubahan-
perubahan tersebut membawa ke arah yang positif yaitu kemajuan atau perbaikan. Sedangkan
pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan kegiatan proses belajar sehingga mereka
bisa memperoleh tujuan dari belajar. Pendidikan adalah salah satu aset berharga suatu bangsa.
Bangsa yang memiliki kualitas pendidikan terbaik yang dapat meluluskan pekerja yang baik
dan memiliki rangkaian inovasi dan kreasi unik akan selalu dibutuhkan oleh perusahan
maupun instansi nasional bahkan internasional. Belajar menjadi sebuah usaha yang dilakukan
sesorang untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan baru unuk membantunya dalam
persiapan masa depan. Dalam belajar seseorang akan merasakan perubahan yang terjadi baik
secara psikologi maupun secara fisik. Perubahan yang terjadi seiring dengan bertambahnya
ilmu dan kedewasaan seseorang. Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan yang
menuju kearah yang lebih baik atau positif. Seorang tenaga pendidik adalah bagian terpenting
dalam proses pembelajaran sebagai wadah mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Seorang
tenaga pendidik diharapkan memiliki keahlia dan kemampuan sesuai dengan bidangnya. Hal
ini sangat berguna dalam menerapkan dan mewujudkan tujuan dari pendidikan di Indonesia.
Selain itu pendidik harus mengetahui karakteristik dan kemampuan peserta didik dalam
menerima mata pelajaran di sekolah. Hal ini nantinya akan membantu pesera didik dalam
menyerap materi yang diajarkan dengan mudah. Teori belajar merupakan gabungan dari
prinsip-prinsip belajar yang memuat langkah-langkah dan metode pembelajaran yang tepat
untuk menanamkan pemahaman dalam diri anak. Teori belajar ini didasarkan pada observasi
dan penelitian yang telah dilakukan dan dikembangkan oleh para ahli. Hal ini nantinya akan
sangat berguna dalam menentukan strategi pembelajaran ang berkualitas. Oleh karena itu
pada makalah ini akan membahas teori behavioristik, teori kognitif, teori konstruktivisme,
dan teori Humanistik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Belajar Behavioristik
a. Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang berfokus pada perubahan perilaku
peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran. Menurut teori ini, perubahan perilaku
peserta didik disebabkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus tersebut
berupa lingkungan belajar peserta didik, baik bersifat internal maupun eksternal, sedangkan
respon merupakan reaksi fisik terhadap rangsangan/stimulus yang diterima tersebut.
Berdasarkan sudut pandang teori behavioristik, hal yang terjadi di antara stimulus dan respon
dianggap tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Dengan kata lain, teori belajar ini menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Faktor lain yang dianggap penting
oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Penguatan adalah beragam
hal yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu juga bila penguatan dikurangi
(negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.
b. Ciri-Ciri Teori Belajar Behavioristik
Setelah mempelajari sekilas tentang teori belajar behavioristik, kini Anda memahami
bahwa semua tingkah laku manusia dapat dilihat dan ditelusuri dari bentuk refleks. Secara
psikologi, teori belajar behavioristik juga dikenal sebagai sebuah teori pembelajaran yang
berfokus pada tingkah laku sebagai hasil dari pengkondisian lingkungan. Berikut ini adalah
ciri-ciri teori belajar behavioristik.
1. Mementingkan pengaruh lingkungan;
2. Mementingkan bagian-bagian atau elementalistik;
3. Mementingkan peranan aksi;
4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus-
respon;
5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya;
6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan;
7. Memunculkan perilaku yang diinginkan sebagai hasil dari proses belajar.
Sedangkan sarakteristik dari Teori Behavioristik menurut (Munawaroh, 2021) antara
lain: 1. Mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil 2. Bersifat mekanistis 3. Menekankan
peranan lingkungan 4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon 5. Mementingkan
peranan kemampuan dan hasil belajar, menurut Jordan,Stack & Carlile (2009) dalam Nahar
(2016) inti dari behaviorisme adalah (1) behaviorisme berfokus pada peristiwa pembelajaran
yang diamati seperti yang ditunjukkan oleh hubungan stimulus dan respon, (2) belajar selalu
melibatkan perubahan perilaku, (3) proses mental harus dikeluarkan dari studi ilmiah tentang
belajar, (4) hukum yang mengatur pembelajaran berlaku untuk semua makhluk hidup,
termasuk manusia, (5) makhluk hidup memulai hidup sebagai papan tulis kosong: tidak ada
bawaan perilaku, (6) hasil Belajar dari peristiwa eksternal di lingkungan, (7) behaviorisme
adalah teori deterministik: subjek tidak memiliki pilihan selain untuk menanggapi rangsangan
yang tepat.
c. Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
(1) Teori behavioristik mampu menumbuhkan kebiasaan para guru untuk bersikap jeli
dan peka terhadap situasi dan kondisi belajar. Hal ini dikarenakan teori belajar
behavioristik mementingkan pengaruh lingkungan dalam proses pembelajaran.
(2) Teori behavioristik mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan dengan
pengkondisian yang dilakukan
(3) Teori behavioristik mampu mengoptimalkan bakat dan kecerdasan peserta didik yang
sudah terbentuk sebelumnya melalui kegiatan pengulangan dan pelatihan yang
berkesinambungan. Menurut teori belajar behavioristik, kegiatan pengulangan dan
pelatihan tersebut berfungsi sebagai proses penguatan untuk mengoptimalkan
kemampuan peserta didik agar semakin terampil.
(4) Teori behavioristik mampu menghasilkan suatu perilaku yang bersifat konsisten
terhadap bidang tertentu. Hal ini dapat dicapai dengan menyusun materi ajar secara
hirarkis dalam bentuk bagian-bagian kecil, dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks.
(5) Teori behavioristik mampu mengganti stimulus yang satu dengan stimulus yang
lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
(6) Teori behavioristik mampu membantu guru mengembangkan keterampilan belajar
peserta didik yang meliputi berfokus pada kecepatan, spontanitas, dan daya tahan
melalui praktik dan pembiasaan.
(7) Teori behavioristik juga dapat diterapkan untuk anak yang masih membutuhkan
dominasi peran orang dewasa, memerlukan pengulangan dan pembiasaan, berada
pada tahapan suka meniru, dan membutuhkan bentuk-bentuk penghargaan langsung.
Tentu saja hal ini dapat merujuk pada tahapan perkembangan dan kesiapan belajar
anak.
Selanjutnya menurut Thobroni dan Mustofa (2013) dalam Latifah (2016) antara lain: 1)
membiasakan guru bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar 2) murid
dibiasakan belajar mandiri 3) mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan
mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif 4) melalui pengulangan dan pelatihan yang berkesinambungan dapat mengoptimalkan
bakat dan kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya 5) bahan pelajaran yang
sederhana mampu menghasilkan sesuatu yang konsisten di bidang tertentu 6) dapat
mengganti stimulus satu dengan stimulus yang lainnya sampai muncul respon yang
diinginkan, 7) cocok untuk memperoleh pengetahuan praktik, pembiasaan spontanitas dan
daya tahan 8) cocok untuk melatih anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa.
d. Kekurangan Teori Belajar Behavioristik
(1) Teori belajar behavioristik cenderung membatasi kreativitas, produktivitas, dan
imajinasi peserta didik.
(2) Teori behavioristik bersifat teacher-centered atau hanya berpusat pada guru. Peserta
didik bersifat pasif karena hanya mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan oleh
guru.
(3) Teori belajar behavioristik membuat pembelajaran menjadi cenderung monoton
karena proses belajar yang berfokus ada pengulangan untuk membentuk kebiasaan
belajar.
(4) Teori belajar behavioristik masih menggunakan hukuman dan penghargaan untuk
membentuk perilaku peserta didik. Hal ini tentu saja dapat berdampak negatif pada
perubahan perilaku peserta didik. Salah satu contohnya adalah memberi hukuman
peserta didik yang melanggar aturan.
(5) Teori belajar behavioristik tidak mengakomodir kondisi belajar yang kompleks karena
hanya beracuan pada stimulus dan respon.
Sedangkan menurut Suyono dan Hariyanto (2014) dalam Latifah (2016) antara lain: 1)
dalam proses belajar mengajar siswa dianggap sebagai objek yang pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pengajar 2) memandang bahwa pengetahuan
bersifat objektif, tetap, pasti tidak berubah 3) siswa diharapkan memiliki pemahaman yang
sama tentang pengetahuan yang diajarkan, artinya siswa tidak bebas berkreasi sendiri 4)
proses berfikir siswa adalah meng-copy paste pengetahuan seperti apa yang dipahami
pengajar
e. Contoh Penerapan Teori Belajar Behavioristik di Kelas
Beberapa kegiatan di kelas yang dapat dikategorikan sebagai penerapan teori belajar
behavioristik antara lain sebagai berikut.
(1) Guru menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai dari materi sederhana
sampai kompleks.
(2) Guru lebih cenderung lebih mendominasi kegiatan pembelajaran dengan memberikan
banyak instruksi selama mengajar.
(3) Guru memberikan banyak pengulangan pembelajaran berupa latihan agar terbentuk
perilaku atau pembiasaan seperti yang diinginkan.
(4) Guru akan melakukan evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
(5) Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement), baik dari
sisi positif dan negatif.
f. Kesimpulan Teori Behavioristik
Kesimpulan dari Teori Behavioristik adalah teori ini menegaskan pola perubahan
perilaku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus-respon, selanjutnya ketika
pembelajaran menjadi kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh siswa harus mampu
menjelaskan kembali semua ilmu yang dipelajari kemarin. Belajar menurut teori ini adalah
sebagai bentuk gabungan kesan yang dipahami panca indra lebih cenderung dari melakukan
tindakan tertentu yang menghubungkan stimulus-respon. Teori ini merupakan aliran psikologi
yang meninjau individu lebih menekankan pada sisi fenomena jasmani serta merupakan
aspek psikis berupa kemampuan, minat, kecerdasan, dan kondisi hati individu dalam proses
ngajar mengajar. Tujuan utama dari Teori Behavioristik adalah bentuk tingkah laku yang
dapat diamati dan memiliki penyebab dari luar yang akan mempengaruhi stimulasinya.
Disamping itu, belajar dikatakan juga sebagai bentuk terjadinya perubahan tingkah laku
dengan hasil dari sebelumnya. Perlu kita pahami bahwa dalam pembelajaran selalu
didasarkan pada perilaku yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Ciri khas dari Teori
Behavioristik diantaranya: 1) Pada aliran ini akan memahami kelakuan seseorang bukan dari
kesadaran, melainkan dengan mengawasi perilaku berdasarkan kejadiannya. Perubahan yang
diawasi yakni gerak tubuh , sedangkan pengalaman batin dikesampingkan. Dengan demikian,
ilmu Behavioristik disebut ilmu jiwa tanpa jiwa (Dhori, 2021). Proses belajar mampu dibuat
pada teori ini yang melihat ilmu pengetahuan yakni objektif. Hal ini disebabkan oleh proses
pembelajaran yang merupakan suatu pendapatan ilmu pengetahuan, kemudian mengajar
adalah mentransfer ilmu pada siswa. Peranan terpenting pada teori ini adalah sebuah masuk
dan keluarnya respon. Maka dari itu, apabila seorang pendidik menjelaskan kepada peserta
didik, pendidik harus memahami pola tersebut supaya dapat merubah tingkah laku peserta
didik.

2) Teori Belajar Humanistik


a. Pengertian Teori Belajar Humanistik
Teori humanistik atau sering juga disebut sebagai teori belajar humanistik adalah satu
dari beberapa teori belajar yang sering digunakan oleh guru maupun tenaga pengajar lainnya.
Secara garis besar, teori ini bertujuan untuk menghasilkan hal baik bagi kemanusiaan supaya
bisa mencapai aktualisasi diri dan membuat individu mampu mengenali dirinya sendiri. Salah
satu ide yang penting dalam pendidikan berbasis humanistik adalah peserta didik harus
mempunyai kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self-
regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan, dan
bagaimana mereka akan belajar. Inti dari pendekatan ini adalah bagaimana peserta didik
belajar mengarahkan diri sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada
sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Pada teori humanistik dijelaskan bahwa
belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses
yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada.
Domain-domain tersebut meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan kata
lain, pendekatan humanistik dalam pembelajaran menekankan pentingnya emosi dan
perasaan, komunikasi yang terbuka antara peserta didik dengan guru maupun sebaliknya,
serta nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pada prinsipnya, tujuan teori belajar
humanistik adalah memanusiakan manusia, sehingga seorang individu bisa lebih mudah
dalam memahami diri dan lingkungannya untuk mencapai aktualisasi diri. Berdasarkan teori
ini, seorang pendidik harus mampu mengarahkan (menjadi fasilitator) tanpa ikut campur
terlalu mendalam pada proses pengendalian diri peserta didik, sehingga diharapkan bisa.
b. Ciri – Ciri Teori Belajar Humanistik
Berikut ini adalah ciri-ciri pembelajaran yang berlandaskan teori humanistik. (1)
Berfokus pada aktualisasi diri individu (manusia sebagai sosok individu yang bisa
mengeksplorasi dirinya); (2) Menitikberatkan bahwa proses merupakan hal penting yang
menjadi fokus belajar; (3) Melibatkan peran aspek kognitif dan afektif dalam proses
pembelajaran; (4) Mengutamakan pengetahuan atau pemahaman; (5) Berfokus pada bentuk
perilaku diri sendiri; (6) Tidak ada yang berhak mengatur proses belajar setiap individu.
c. Prinsip-prinsip Belajar Humanistik
1. Self Direction
Prinsip ini disebut juga prinsip swa arah yang menyatakan bahwa sekolah hendaknya
memberi kesempatan pada peserta didik untuk memutuskan bahan yang akan mereka pelajari
yang memenuhi kebutuhan, keinginan, hasrat ingin tahu, dan fantasi peserta didik. Prinsip ini
menekankan pada motivasi intrinsik, dorongan dari dalam diri untuk terus bereksplorasi, dan
hasrat ingin tahu yang timbul dari dalam diri.
Tugas fasilitator dalam mengarahkan peserta didik adalah sebagai berikut: 1)
mendorong peserta didik untuk memenuhi kompetensi baru; 2)Membantu memperjelas
aspirasi guna meningkatkan kompetensi peserta didik, 3) Membantu mendiagnosis
kesenjangan antara aspirasi dengan kinerjanya yang ia lakukan, 4)Melibatkan peserta didik
dalam proses perumusan tujuan belajar dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik
yang telah di diagnosis.
2. Learning How to Learn
Prinsip ini menghendaki bahwa sekolah menghasilkan lulusan yang secara terus
menerus menumbuhkan keinginannya untuk belajar. tugas sekolah adalah membuat anak
ingin belajar dengan tujuan yang eksplisit. Para pendidik memiliki keyakinan bahwa tujuan
akhir pendidikan adalah mengubah batas-batas yang menjadi pendorong individu untuk
mendidik diri sendiri. keinginan belajar merupakan kondisi motivasional yang diharapkan
oleh peserta didik lalu tugas pendidik dan sekolah yaitu membantu mereka belajar mengenai
cara belajar. Dengan pengetahuan ini, memiliki harapan dalam memadukan belajar baru
dengan belajar yang menantang mengenai situasi yang terus berubah supaya dapat
menyesuaikan diri.
Tugas fasilitator adalah sebagai berikut: 1) memotivasi peserta didik mempelajari
tugas-tugas belajar yang telah dirancang bersama, 2) Membantu merancang pengalaman
belajar, memilih bahan belajar, dan metode belajar, serta melibatkan peserta didik dalam
membuat keputusan Bersama.
3. Self Evaluation
Prinsip ini menyatakan bahwa evaluasi diri merupakan sesuatu yang diharapkan dari
diri peserta didik. Pemberian grading seperti A, B, C dan seterusnya dipandang dpaat
memprakarsai proses belajar untuk memperoleh nilai tersebut, namun tidak akan mampu
memberikan kepuasan personal peserta didik. Oleh karenanya peserta didik diharapkan
mampu melakukan self evaluation. Apabila peserta didik memilih apa yang dipelajari dan
mengembangkan keterampilan cara belajar maka peserta didik harus melakukan evaluasi diri.
Kapan peserta didik itu harus mengambil tanggung jawab untuk memutuskan kriteria yang
penting bagi dirinya sendiri, tujuan belajar yang akan dicapai, seberapa jauh mereka telah
mencapai tujuan tersebut, semuanya diputuskan oleh peserta didik. Untuk merealisasikannya
pendidik dan peserta didik harus bertemu secara reguler untuk melaksanakan perencanaan
kontrak dan kegiatan belajar. Tugas fasilitator disini adalah sebagai berikut: 1) Melibatkan
peserta didik dalam mengembangkan kriteria kinerja, dan metode dalam mengukur kemajuan
tujuan belajarnya. 2) Membantu mengembangkan dan menerapkan prosedur evaluasi
kemajuan belajar.
4. Importance of Feelings
Secara spesifik, pakar humanistik merekomendasikan bahwa pendidik dalam
pelaksanaan pembelajaran hendaknya menentukan nilai-nilai kerjasama, saling menghormati
dan kejujuran baik pada waktu membuat contoh dan pada waktu mendiskusikan serta
memperkuat nilai yang dipelajari oleh peserta didik. Tugas fasilitator adalah sebagai berikut:
1) Membantu peserta didik menggunakan pengalamannya sendiri sebagai sumber belajar
dengan menggunakan teknik seperti diskusi, permainan peran, studi kasus dan lainnya, 2)
menyampaikan isi pembelajaran berdasarkan sumber belajar yang sesuai dengan tingkat
pengalaman peserta didik. 3) membantu menerapkan hasil belajar dalam dunia nyata yang
akan membuat belajar lebih bermakna dan terpadu.
5. Freedom of Threat
Dalam kegiatan belajar ini, peserta didik diharapkan dapat mengungkapkan perasaaan
dan kerendahan hatinya. Tugas fasilitator dalam hal ini adalah sebagai berikut: 1)
Menciptakan kondisi fisik yang menyenangkan, seperti tempat duduk, ventilasi, lampu, dan
kondusif untuk terciptanya interaksi antar peserta didik, 2) memandang bahwa setiap peserta
didik merupakan pribadi yang bermanfaat, dan menghormati perasaan dan gagasan-
gagasannya, 3) Membangun hubungan saling membantu antar peserta didik dengan
mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat kooperatif dan mencegah adanya
persaingan dan saling memberi penilaian.
prinsip-prinsip belajar humanistic secara garis besar mengharapkan peserta didik dapat
mengungkapkan perasaaan dan kerendahan hatinya. Tugas fasilitator dalam hal ini adalah
sebagai berikut: 1) Menciptakan kondisi fisik yang menyenangkan, seperti tempat duduk,
ventilasi, lampu, dan kondusif untuk terciptanya interaksi antar peserta didik. 2) memandang
bahwa setiap peserta didik merupakan pribadi yang bermanfaat, dan menghormati perasaan
dan gagasan-gagasannya. 3) membangun hubungan saling membantu antar peserta didik
dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat kooperatif dan mencegah adanya
persaingan dan saling memberi penilaian.
d. Contoh Penerapan Teori Belajar Humanistik di Kelas
Teori belajar humanistik dalam pembelajaran dapat digunakan dalam menentukan
langkah-langkah pembelajaran dan pelaksanaan rencana pembelajaran. Berikut ini adalah
beberapa contoh penerapan teori humanistik di ruang kelas.
(1)Pada awal kegiatan belajar, guru mengidentifikasi kemampuan peserta didik dengan
melakukan pengamatan atau penilaian awal ;
(2)Guru mendorong peserta didik untuk memahami makna dari pengalaman dalam proses
belajar ;
(3)Guru menyediakan fasilitas dan sumber belajar, baik buku, media visual, maupun audio
untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam.
e. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
Kelebihan Teori Humanistik
1. Mengedepankan demokratis, partisipatif dialogis, dan humanis Kelebihan pertama yang
dapat diperoleh dari ilmu psikologi humanistis adalah prinsipnya yang selalu
mengedepankan sifat sifat dan aturan yang berkaitan dengan demokratis, partisipatif
dialogis, dan humanis sehingga sangat mengesankan menghargai seseorang dengan baik.
Teori humanistik menjadi lebih baik dibandingkan teori belajar kognitif.
2. Suasana yang saling menghargai Kelebihan selanjutnya dari teori pembelajaran
humanistik adalah dapat membuat suasana jadi semakin menghargai satu sama lain,
Munculnya kebebasan untuk berpendapat tanpa dibatasi, dan kebebasan mengungkapkan
batasan. Dengan begitu maka peserta didik dapat menjadi lebih kreatif. Ada banyak
contoh penerapan psikologi humanistik dalam pembelajaran yang berhasil dilakukan
dalam suasana saling menghargai.
3. Peran aktif peserta didik Sebagai teori untuk memberikan pembelajaran yang baik
berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan teori humanistik, pendekatan demokratis,
humanis seperti yang disebutkan sebelumnya dapat menjadikan pembelajaran lebih
mendapatkan peran aktif dari peserta didik. Selain peran aktif, antar individu juga dapat
hidup bersama meskipun memiliki berbagai macam pertimbangan masing masing yang
memicu perbedaan.
f. Kekurangan Teori Humanistik
1. Pengujian yang tidak mudah Kekurangan atau kelemahan yang pertama dalam teori
belajar humanistik untuk mempelajari ilmu psikologi adalah pengujiannya yang dirasa
tidak mudah atau dapat dikatakan cukup sulit. Bahkan kerap kali ditemukan kecurangan
kecurangan yang menjadi sebuah tradisi.
2. Beberapa konsepnya masih buram dan subjektif Hal lainnya yang juga menjadi salah
satu kekurangan dari teori humanistik dalam pembelajaran ilmu psikologis adalah
adanya beberapa konsep yang masih dikatakan buram dan subjektif karena guru tidak
dapat memberikan informasi yang jelas. Konsep yang masih buram tersebut dapat
menjadi penghambat pembelajaran.
3. Kreatifitas yang sering disalahgunakan Kelemahan lain dari teori humanistik atau
kreatifitas yang semakin bebas dan tanpa batas, kerap kali sering disalahgunakan untuk
tujuan yang tidak sesuai dengan arah pendidikan. Kondisi ini terjadi ketika ada individu
yang tidak bertanggung jawab di tengah tengah kelompok.
4. Pemikiran yang tidak terpusat Pembelajaran teori humanistik dapat menyebabkan
adanya pemikiran yang tidak terpusat pada pokok permasalahan karena tiap individu
diberikan kebebasan untuk dapat menggali potensinya masing masing untuk menjawab
persoalan yang diberikan.
g. Kesimpulan Teori Humanistik
Dalam pandangan humanism, belajar bertujuan untuk menjadikan manusia selayaknya
manusia, keberhasilan belajar ditandai bila peserta didik mengenali dirinya dan lingkungan
sekitarnya dengan baik. Peserta didik dihadapkan pada target untuk mencapai tingkat
aktualisasi diri semaksimal mungkin. Teori humanistic berupaya mengerti tingkah laku
belajar menurut pandangan peserta didik dan bukan dari pandangan pengamat. Penerapan
teori humanistic pada kegiatan belajar hendaknya pendidik menuntun peserta didik berpikir
induktif, mengutamakan praktik serta menekankan pentingnya partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran. Hal tersebut dapat diaplikasikan dengan diskusi sehingga peserta didik mampu
mengungkapkan pemikiran mereka di hadapan audience (Sumantri, 2019).

Anda mungkin juga menyukai