Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RESUME

FILSAFAT DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL


“Behaviorisme dalam Pendidikan Non Formal”

Dosen Pengampu:
Prof, Dr. Jamaris, M.Pd
Dr. Setiawati, M.Pd

Disusun Oleh:
Anggun Muliya Warni (23359004)

PENDIDIKAN NON FORMAL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
RESUME

A. Ringkasan Materi
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan dalam psikologi yang
memiliki dampak besar dalam konteks pendidikan, termasuk pendidikan non formal.
Aliran ini berakar dari pandangan bahwa perilaku manusia dapat dipelajari dan
dijelaskan secara ilmiah, dengan fokus pada stimulus dan respons sebagai mekanisme
utama pembelajaran. Sejarah behaviorisme dalam pendidikan bermula dari pemikiran
tokoh-tokoh seperti E.L. Thorndike, Ivan Pavlov, B.F. Skinner, J.B. Watson, dan
lainnya yang menekankan pentingnya lingkungan dalam membentuk perilaku
individu.
Dalam konteks pendidikan formal, behaviorisme telah menjadi landasan bagi
pengembangan metode-metode pembelajaran yang berorientasi pada perubahan
perilaku. Teori-teori behaviorisme memberikan pemahaman yang mendalam tentang
bagaimana proses pembelajaran dapat terjadi melalui stimulus dan respons, serta
pentingnya penguatan positif dan negatif dalam membentuk perilaku yang
diinginkan.
Namun, penting untuk diakui bahwa pendidikan tidak terbatas pada
lingkungan formal seperti sekolah dan universitas. Pendidikan non formal juga
memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan pembelajaran kepada
masyarakat di luar konteks formal tersebut. Dalam pendidikan non formal, konsep-
konsep behaviorisme dapat diaplikasikan secara fleksibel untuk menciptakan
program-program pembelajaran yang efektif dan relevan bagi peserta didik.
Pengembangan pendidikan non formal yang berkualitas memerlukan
pemahaman yang mendalam tentang bagaimana prinsip-prinsip behaviorisme dapat
diterapkan secara kontekstual dalam berbagai situasi pembelajaran di masyarakat.
Dengan pemahaman yang kuat tentang konsep-konsep behaviorisme dan aplikasinya
dalam pendidikan non formal, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang
kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan yang berkelanjutan.
B. Pembahasan
1. Defenisi Behaviorisme dalam Pendidikan
Muhibbin Syah menjelaskan bahwa “Behaviorisme berasal dari kata
“behave” yang berarti berprilaku dan “isme” berarti aliran. Behaviorisme merupakan
pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa
perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Aliran behaviorisme sering
disebut dengan aliran perilaku yang merupakan filosofi dalam psikologi yang
menganggap bahwa semua yang dilakukan organisme (tindakan, pikiran dan
perasaan) dapat dan harus dianggap sebagai perilaku.
Ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
yang dialami oleh individu sebagai hasil dari pengalaman dan peran lingkungan.
Menurut Sihkabuden (2012) behaviorisme merupakan proses perubahan perilaku
hasil pengalaman yang relatif menetap hasil hubungan stimulus dan respons. Para
tokoh yang mengembangkan teori ini antara lain E.L. Thorndike, Ivan Pavlov, B.F.
Skinner, J.B. Watson, Clark Hull dan Edwin Guthrie. Kata kunci dari teori belajar
behavioristik yaitu latihan, pengalaman, stimulus/ rangsangan, respons/tanggapan
yang berperan dalam belajar.
B.F Skinner yang merupakan salah satu pelopor terbesar pada behaviorisme
ini menjelaskan bahwa perilaku dapat diubah dan dibentuk melalui penguatan seperti
penghargaan (reward) dan hukuman (punshment). Beliau percaya bahwa perilaku
yang dinginkan dapat diperkuat dengan penguatan yang positif serta perilaku yang
tidak diinginkan dapat dikurangi dengan penguatan negative atau hukuman. Dan pada
intinya ia menekankan bahwa dalam pendidikan sangat penting adanya umpan balik
dan konsekuensi untuk mempromosikan pembelajaran dan perubahan perilaku.
Selanjutnya Ivan Pavlov yang juga seorang ahli yang berperan besar dalam
melopori behaviorisme yang mana ia melakukan penelitian dan eksperimen terkait
hal ini dan mengutarakan bahwa pembelajaran pada pendidikan yang dilakukan dapat
terjadi melalui stimulus dan respons, juga perilaku yang mana dapat dibentuk dan
diperkuat melalui pengulangan dan penguatan serta lingkungan belajar memiliki
peran dan pengaruh terhadap proses pendidikan.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang kemudian sangat berpengaruh
terhadap bidang pendidikan yang menekankan pada tingkah laku/perilaku manusia
(individu) sebagai makhluk yang reaktif yang memberikan respon terhadap
lingkungan di sekitarnya. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku
orang tersebut.
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah
filosofi dalam psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan
organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap
sebagai perilaku. Aliran ini berpendapat bahwa perilaku demikian dapat digambarkan
secara ilmiah tanpa melihat peristiwa fisiologis internal atau konstrak hipotetis seperti
pikiran. Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang
bisa diamati, tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara
publik (seperti tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran
dan perasaan).
Adapun konsep penting pada behaviorisme ini yaitu:
a. Stimulus
Stimulus dan Respons: Behaviorisme menekankan pada stimulus (apa pun
yang memicu respons) dan respons (tindakan atau perilaku sebagai tanggapan
terhadap stimulus). Dalam pembelajaran, pendidik dapat menggunakan stimulus
untuk memicu respons dari siswa, seperti memberikan tugas atau pertanyaan yang
harus dijawab.
b. Penguatan
Penguatan dan Hukuman: Behaviorisme mengajarkan bahwa perilaku
manusia dikendalikan oleh penguatan (reward) atau hukuman (penalti) dari
lingkungan. Penguatan positif (reward) dapat digunakan untuk memperkuat perilaku
yang diinginkan, sedangkan hukuman dapat mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan.
c. Perubahan Perilaku
Behaviorisme menekankan bahwa perubahan perilaku dapat terjadi dengan
atau melalui suatu pengulangan dan latihan yang konsisten. Hal ini berarti perilaku
yang diinginkan harus diperkuat secara berulang agar menjadi suatu kebiasaan.
d. Peran/Pengaruh Lingkungan
Behaviorisme juga memandang bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang
amat penting dalam pendidikan, yang mana lingkungan yang kondusif dapat
membantu dalam dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif.
Dalam ditarik kesimpulan bahwa, behaviorisme memandang bahwa
kehidupan manusia dapat dipengaruhi dan diubah oleh stimulus-respons, penguatan
yang diberikan, pengulangan/latihan serta peran atau pengaruh lingkungan Penerapan
poin ini dapat membantu meningkatkan efektivitas pembelajaran dalam pendidikan.
2. Ciri-Ciri Teori Behaviorisme
Terkait behaviorisme ini ada beberapa poin yang menjadi ciri atau
karakteristiknya. Berikut ciri atau karakteristik daripada behaviorisme ini:
a. Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistis)
b. Mementingkan peranan reaksi (respon)
c. Mementingkan mekanisme terbentuknya hasil belajar
d. Mementingkan hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
e. Mementingkan pembentukan kebiasaan
f. Ciri khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal” atau
“trial and error”.
3. Behaviorisme dalam Pendidikan Non Formal
Seperti yang telah dipaparka dalam poin sebelumnya bahwa behaviorisme ini
merupakan suatu ilmu atau aliran yang dipelopori oleh beberapa ahli, yang mana
dapat kita tarik kesimpulan bahwa behaviorisme ini adalah suatu pandangan pada
prilaku manusia yang mana kehidupan manusia dapat dipengaruhi dan diubah oleh
stimulus-respons, penguatan yang diberikan, pengulangan/latihan serta peran atau
pengaruh lingkungan.
Pada pendidikan non formal kita dapat melihat ini dari sudut pandang kita
dalam memberikan suatu program kepada masyarakat atau warga belajar, yang mana
kita sebagai praktisi pendidikan non formal penting untuk memerhatikan bagaimana
program yang kita rancang dapat berjalan dengan efektif serta dapat membantu
meningkatkan kehidupan dari sasaran kita nantinya.
Seperti degan kita memahami bagaimana memberikan stimuluskepada
sasaran yang sesuai dengan pembelajaran yang diajarkan yang mana tentunya ini juga
sesuai dengan kebutuhan mereka maka akan memberikan respon yang baik nantinya
dari sasaran itu sendiri. Serta dalam memberikan pembelajaran melalui program yang
kita telah rancang tersebut harus memiliki keberlanjutan bagi sasaran, yang mana
maksudnya disini adalah tidak hanya pada saat program berjalan namun setelah
program berjalan sasaran dapat menerapkan apa yang kita berikan melalui
pembiasaan yang telah kita rangsang dan ajarkan.
Dalam pengembangan program pendidikan non formal, behaviorisme dapat
diintegrasikan untuk merancang kurikulum/program dan metode pengajaran yang
efektif. Berikut adalah beberapa cara penerapan prinsip behaviorisme dalam
pengembangan program pendidikan non formal:
a. Analisis Kebutuhan: Sebelum merancang program, penting untuk melakukan
analisis kebutuhan untuk mengidentifikasi perilaku yang ingin ditingkatkan
atau diubah. Ini membantu dalam menentukan tujuan pembelajaran yang
spesifik dan terukur
b. Desain Instruksional: Menggunakan prinsip behaviorisme, desain
instruksional dapat dibuat untuk memfasilitasi pembelajaran melalui
penguatan positif, seperti memberikan umpan balik yang konstruktif dan
hadiah atas pencapaian.
c. Pembelajaran Berbasis Kompetensi: Program pendidikan non formal
seringkali berfokus pada pengembangan kompetensi tertentu. Behaviorisme
mendukung pendekatan ini dengan menekankan pada pembelajaran yang
hasilnya dapat diukur dan diamati secara langsung dalam perilaku peserta
didik.
d. Penggunaan Media dan Bahan Ajar yang Terprogram: Bahan ajar yang
terprogram dan media pembelajaran yang dirancang berdasarkan prinsip
behaviorisme dapat membantu peserta didik melalui langkah-langkah
pembelajaran yang jelas dan memberikan penguatan positif secara langsung.
e. Evaluasi dan Penilaian: Evaluasi dan penilaian dalam pendidikan non formal
harus berfokus pada perubahan perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari
proses pembelajaran. Ini sesuai dengan prinsip behaviorisme yang
menekankan pada hasil pembelajaran yang nyata.
f. Fleksibilitas dan Adaptasi: Pendidikan non formal memiliki kelebihan dalam
hal fleksibilitas dan adaptasi. Program dapat disesuaikan dengan kebutuhan
dan kondisi lokal, memungkinkan penerapan prinsip behaviorisme yang lebih
kontekstual dan relevan
Dengan menerapkan prinsip-prinsip behaviorisme, program pendidikan non
formal dapat dikembangkan dengan cara yang memastikan pembelajaran efektif dan
relevan dengan kebutuhan peserta didik
Adapun contoh nyata dari behaviorisme dapat diterapkan melalui berbagai
program yang dirancang untuk mempengaruhi dan mengubah perilaku peserta didik
berdasarkan prinsip stimulus dan respons. Berikut adalah beberapa contoh nyata dari
penerapan filosofi behaviorisme:
1. Kursus dan Pelatihan, Program ini sering menggunakan penguatan positif
untuk mendorong peserta didik mengulangi perilaku yang diinginkan.
Misalnya, memberikan sertifikat atau penghargaan setelah menyelesaikan
kursus
2. Program Pengembangan Kecakapan Hidup, Dalam program ini, peserta didik
diajarkan keterampilan praktis melalui latihan berulang dan umpan balik
langsung, yang merupakan aplikasi dari konsep penguatan dalam
behaviorisme
3. Program Kewirausahaan, Program ini dapat menggunakan simulasi bisnis di
mana peserta didik belajar melalui trial and error, yang mencerminkan proses
pembelajaran operant conditioning
4. Program Kesehatan dan Kesejahteraan, Program seperti ini mungkin
menggunakan teknik behaviorisme seperti shaping, di mana perilaku
kompleks dibentuk melalui penguatan bertahap dari perilaku yang lebih
sederhana menuju target akhir
5. Kegiatan Budaya dan Seni, Melalui kegiatan ini, peserta didik dapat belajar
menghargai seni dan budaya dengan cara yang terstruktur, sering kali melalui
penguatan positif dari pengalaman estetika
6. Program Kesadaran Lingkungan, Program ini bisa menggunakan prinsip
behaviorisme dengan memberikan penguatan positif kepada peserta didik
yang menunjukkan perilaku ramah lingkungan
Dalam semua contoh ini, prinsip utama behaviorisme seperti stimulus dan
respons, penguatan dan hukuman, serta pembentukan perilaku melalui penguatan
bertahap, diterapkan untuk membantu peserta didik mengembangkan perilaku dan
keterampilan yang diinginkan.
C. Tanggapan
Penerapan behaviorisme dalam pendidikan non formal memerlukan
pemahaman yang mendalam tentang prinsip- prinsipnya. Contoh nyata dari penerapan
behaviorisme dalam pendidikan non formal termasuk kursus dan pelatihan, program
pengembangan kecakapan hidup, program kewirausahaan, program kesehatan dan
kesejahteraan, kegiatan budaya dan seni, serta program kesadaran lingkungan. Dalam
semua contoh ini, prinsip-prinsip behaviorisme seperti stimulus-respons, penguatan,
dan pembentukan perilaku melalui pengulangan diterapkan untuk membantu peserta
didik mengembangkan perilaku dan keterampilan yang diinginkan.
D. Kesimpulan
Behaviorisme dalam pendidikan merupakan pendekatan yang menekankan pada
pengaruh lingkungan dalam membentuk perilaku individu. Teori ini didasarkan pada ide
bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah, serta bahwa pembelajaran
terjadi melalui stimulus dan respons.
Pertama, penting untuk memahami konsep-konsep kunci behaviorisme, seperti
stimulus, respons, penguatan, dan pengulangan. Stimulus adalah apa pun yang memicu
respons dari individu, sedangkan respons adalah tindakan atau perilaku sebagai tanggapan
terhadap stimulus. Penguatan positif dan negatif digunakan untuk memperkuat atau
mengurangi perilaku, sementara pengulangan dan latihan konsisten diperlukan untuk
membentuk kebiasaan.
Kedua, penerapan behaviorisme dalam pendidikan non formal melibatkan analisis
kebutuhan, desain instruksional, penggunaan media pembelajaran yang terprogram, dan
evaluasi yang fokus pada perubahan perilaku yang diamati. Program- program pendidikan
non formal harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal,
sehingga dapat mengintegrasikan prinsip-prinsip behaviorisme secara kontekstual dan
relevan.
E. Referensi

Freire, Poulo. 2008. Pendidikan Kaum Tertindas. (terj.).Yogyakarta: LP3ES. Freire,


Paulo, Ivan Illich, dan Erich Fromm. Menggugat Pendidikan: Fundamentalis,
Konservatif, Liberal, Anarkis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009/.
Fudyartanto, Ki RBS., 2002, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Global
Pustaka Utama. Jogjakarta.
M. Ihsan Dacholfany dan Ayi Sofyan. 2009 KURIKULUM BERDASARKAN
FILSAFAT BEHAVIORISME. Tugas Makalah Bidang Studi Manajemen
Kurikulum Program S3 PPS Universitas Islam Nusantara Dari Dosen: Prof.
Dr. Harry Soedrajat
Uyoh Sadulloh, 2007, Pengantar Filsafat Pendidikan. Alfabeta. Bandung. Zidniyati.
Behaviorisme And Social Learning Theory . intern
Teori Behaviorisme: Pengertian, Tokoh, dan Prinsip - detikcom.
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6470535/teori-behaviorisme-
pengertian-tokoh-dan-prinsip.
Behaviorisme - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
https://id.wikipedia.org/wiki/Behaviorisme.
Behaviorisme: Pengertian, Perkembangan, Tokoh & Eksperimennya.
https://serupa.id/behaviorisme-pengertian-perkembangan-tokoh-
eksperimennya/.
PSIKOLOGI BEHAVIORISTIK | Psikologi.Net. https://psikologi.net/psikologi-
behavioristik/.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pendidikan Non Formal - UNY.
https://eprints.uny.ac.id/67625/3/Bab%20II.pdf.

Anda mungkin juga menyukai