Anda di halaman 1dari 3

1.

Ada 3 Konsep yang saya temukan dari membaca pemaparan bahan ajar pada
artikel jurnal 2 yang berjudul PENERAPAN TEORI BELAJAR
BEHAVIORISTIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN
1.1 Teori belajar behavioristik adalah pendekatan yang mempelajari
perubahan perilaku manusia melalui interaksi antara stimulus dan respons.
Teori ini menekankan pengamatan perilaku yang dapat diamati dan
mengabaikan proses yang terjadi di antara stimulus dan respons. Fokusnya
adalah pada pembentukan perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori belajar behavioristik melihat tingkah laku manusia sebagai hasil dari
pengkondisian lingkungan. Teori ini berfokus pada perbuatan dan tingkah
laku yang dapat diamati, tanpa mempertimbangkan kesadaran atau
pengalaman batin. Behaviorisme menganggap bahwa manusia adalah
mesin yang terdiri dari refleks-refleks yang sederhana. Teori ini juga
menyatakan bahwa setiap individu memiliki kesamaan pada saat lahir, dan
pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan dan refleks
yang diinginkan.

1.2 Tokoh-tokoh teori belajar behavioristik meliputi John B. Watson, Ivan P.


Pavlov, dan B.F. Skinner. John B. Watson mengemukakan bahwa tingkah
laku manusia dipengaruhi oleh faktor genetis dan pengaruh lingkungan
atau situasional. Ivan P. Pavlov mengembangkan teori kondisioning klasik
yang menekankan pada proses pelatihan untuk membentuk hubungan
antara stimulus dan respons. B.F. Skinner menjelaskan konsep belajar
secara komprehensif dengan teori operant conditioning, di mana
perubahan perilaku terjadi melalui interaksi dengan lingkungan dan
respons yang dihasilkan. Ketiga tokoh ini berkontribusi dalam
pengembangan teori belajar behavioristik dan memberikan pemahaman
tentang pembentukan perilaku melalui stimulus dan respons.

1.3 Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran melibatkan


penggunaan stimulus dan respons untuk membentuk perilaku yang
diinginkan. Guru memberikan instruksi dan siswa memberikan respons.
Metode yang digunakan termasuk pelatihan, pengkondisian, dan
penguatan. Lingkungan pembelajaran juga penting. Tujuannya adalah
membentuk perilaku melalui latihan dan penguatan, dengan fokus pada
perubahan perilaku yang terlihat.
 Kelebihan dan kekurangan konsep tersebut : Lebih dari sekadar mencatat poin-
poin penting, di bawah ini adalah kelebihan dan kekurangan konsep teori
belajar behavioristik:

Kelebihan:

1. Objektif dan dapat diamati: Teori ini berfokus pada perilaku yang dapat diamati
secara langsung, membuatnya mudah untuk diukur dan dievaluasi.
2. Praktis dalam penerapannya: Pendekatan stimulus-respons yang jelas dan terukur
menjadikan teori ini mudah diterapkan dalam konteks pembelajaran dan pengajaran.
3. Mengutamakan latihan dan penguatan: Teori ini menekankan pentingnya latihan dan
penguatan positif untuk membentuk perilaku yang diinginkan.

Kekurangan:

1. Mengabaikan aspek kognitif: Teori ini tidak mempertimbangkan proses kognitif


dalam belajar, seperti pemahaman, penalaran, dan pengolahan informasi.
2. Kurang memperhatikan konteks sosial dan emosional: Fokus pada stimulus dan
respons dapat mengabaikan faktor sosial dan emosional yang memengaruhi perilaku.
3. Menekankan perilaku yang tampak: Teori ini cenderung mengabaikan aspek batin dan
internal individu yang tidak dapat diamati secara langsung.

Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran melibatkan penggunaan


stimulus dan respons untuk membentuk perilaku yang diinginkan. Metode pelatihan,
pengkondisian, dan penguatan digunakan untuk membantu siswa mempelajari
keterampilan dan perilaku baru. Lingkungan pembelajaran yang dirancang dengan
baik dan instruksi yang jelas menjadi faktor penting dalam penerapan teori ini.

2. Coba kontekstualisasikan isi bahan ajar pada artikel 2 tersebut dengan realitas
sosial!

Dalam masyarakat, konsep behavioristik dapat diterapkan untuk mengubah perilaku


individu dalam hal-hal seperti penggunaan narkoba, perilaku agresif, atau perilaku
merusak lingkungan. Melalui penguatan positif dan negatif, serta pelatihan yang tepat,
perilaku negatif dapat dihentikan atau dikurangi, sementara perilaku positif dapat
ditingkatkan.

Namun, penting untuk diingat bahwa teori belajar behavioristik juga harus
mempertimbangkan faktor sosial yang memengaruhi perilaku. Konteks sosial, seperti
norma budaya, nilai, dan sistem reward/penghargaan dalam masyarakat, dapat
mempengaruhi cara individu belajar dan merespons stimulus. Oleh karena itu,
penerapan teori ini harus disesuaikan dengan konteks sosial yang relevan agar efektif
dan berkelanjutan dalam menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan.
3. Refleksikan hasil kontekstualisasi tersebut dengan pengalaman pembelajaran
bermakna pada kelas GKMI Bapak/ ibu
Dalam konteks pembelajaran bermakna pada kelas GKMI, penerapan teori belajar
behavioristik dapat membantu membentuk perilaku siswa sesuai dengan nilai dan
norma sosial yang diinginkan. Guru dapat menggunakan pendekatan ini untuk
mengajarkan kedisiplinan, kerjasama, dan etika kerja kepada siswa. Selain itu, teori
ini juga dapat digunakan untuk mengubah perilaku negatif dan memperkuat perilaku
positif. Namun, penting untuk mengingat bahwa penerapan teori ini harus disesuaikan
dengan konteks sosial yang relevan agar efektif dan berkelanjutan dalam
menghasilkan perubahan perilaku yang diinginkan.

pembelajaran yang bermakna tidak hanya mencakup aspek behavioristik, tetapi juga
melibatkan faktor-faktor seperti pemahaman konsep, refleksi, dan penerapan
pengetahuan dalam konteks kehidupan nyata. Oleh karena itu, dalam pengalaman
pembelajaran yang bermakna, pendekatan behavioristik dapat digunakan sebagai
salah satu alat untuk membantu siswa mengembangkan perilaku yang diinginkan,
namun tetap perlu disesuaikan dengan konteks dan kebutuhan siswa secara holistik.

Anda mungkin juga menyukai