NIM : 11230163000008 Kelas : Tadris Fisika 1B Mata Kuliah : Belajar dan Pembelajaran Judul : Teori Pembelajaran Behaviorisme dan Aplikasinya Dalam Pembelajaran
Teori pembelajaran behaviorisme adalah salah satu pendekatan dalam psikologi
pembelajaran yang fokus pada perilaku yang dapat diamati dan diukur. Teori ini menekankan bahwa perilaku manusia dapat dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan eksternal. Banyak ahli psikologi yang berkontribusi pada perkembangan teori ini, tetapi tokoh yang paling terkenal adalah Ivan Pavlov, John B. Watson, dan B.F. Skinner. Berikut ini adalah prinsip-prinsip utama dari teori pembelajaran behaviorisme beserta aplikasinya dalam pembelajaran: 1. Pembelajaran melalui Asosiasi: Behaviorisme berpendapat bahwa individu belajar melalui asosiasi antara stimulus (rangkaian peristiwa atau situasi) dan respons (reaksi terhadap stimulus tersebut). Contohnya adalah eksperimen klasik Ivan Pavlov dengan anjing, di mana dia mengaitkan bunyi lonceng dengan makanan sehingga anjing merespons bunyi lonceng dengan saliva yang keluar. • Aplikasi: Guru dapat menggunakan prinsip ini dengan menghubungkan informasi atau konsep yang harus dipelajari dengan pengalaman atau stimulus yang relevan bagi siswa. Misalnya, mengaitkan materi pelajaran dengan contoh- contoh dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman pribadi siswa untuk memudahkan pemahaman dan mengingat informasi tersebut. 2. Penguatan (Reinforcement): Teori behaviorisme menekankan pentingnya penguatan positif atau negatif dalam membentuk perilaku. Penguatan positif meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku, sedangkan penguatan negatif mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku. • Aplikasi: Dalam konteks pembelajaran, guru dapat menggunakan penguatan positif, seperti pujian, hadiah, atau pengakuan, untuk memperkuat perilaku yang diinginkan, seperti partisipasi aktif dalam kelas atau pencapaian dalam tugas. Penguatan negatif, seperti mengurangi beban tugas jika siswa menyelesaikan pekerjaan dengan baik, juga dapat digunakan untuk memotivasi siswa. 3. Modeling (Pemodelan): Teori ini juga mengakui pentingnya belajar melalui pengamatan dan peniruan perilaku orang lain. Proses ini disebut "modeling" atau "observational learning." • Aplikasi: Dalam pembelajaran, guru dapat menggunakan model yang baik untuk menunjukkan kepada siswa bagaimana suatu tugas harus dilakukan atau bagaimana mengatasi masalah tertentu. Ini juga dapat diterapkan dalam pembelajaran sosial, di mana siswa belajar dari interaksi dengan teman-teman mereka. 4. Generalisasi dan Diskriminasi: Behaviorisme menyatakan bahwa individu dapat menggeneralisasi respons yang telah mereka pelajari dari satu situasi ke situasi lain yang mirip, sementara diskriminasi melibatkan kemampuan untuk membedakan antara situasi yang berbeda. • Aplikasi: Dalam pembelajaran, guru dapat membantu siswa mengidentifikasi kapan menggunakan konsep atau keterampilan tertentu (diskriminasi) dan kapan menerapkannya dalam konteks yang relevan (generalisasi). 5. Pembelajaran Berulang (Drill and Practice): Behaviorisme mendukung praktik-praktik pembelajaran berulang untuk memperkuat koneksi antara stimulus dan respons. • Aplikasi: Guru dapat menggunakan latihan dan pengulangan dalam pembelajaran, seperti latihan soal atau pengulangan materi pelajaran, untuk membantu siswa memperkuat pemahaman dan keterampilan mereka. Meskipun teori behaviorisme telah mengalami perkembangan selama bertahun-tahun dan banyak teori pembelajaran lainnya yang telah muncul, konsep-konsep behaviorisme masih relevan dalam pendidikan dan dapat digunakan dalam berbagai konteks pembelajaran. Namun, penting untuk diingat bahwa pendekatan behaviorisme tidak selalu dapat menjelaskan seluruh spektrum pembelajaran dan perkembangan manusia. Oleh karena itu, banyak pendekatan pembelajaran lainnya telah muncul untuk melengkapi dan menggantikan pendekatan behaviorisme dalam pendidikan modern. Pembelajaran behaviorisme adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan observasi perilaku yang teramati sebagai hasil dari rangsangan dan respons, dengan sedikit perhatian terhadap proses mental internal. Meskipun behaviorisme memiliki beberapa kelebihan, ada juga kelemahan dan kekurangan yang perlu diperhatikan:
Kelebihan Pembelajaran Behaviorisme:
1. Mudah Diukur: Perilaku yang teramati relatif mudah diukur dan diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk secara objektif mengukur hasil pembelajaran. 2. Aplikasi di Bidang Praktis: Konsep-konsep dari behaviorisme telah digunakan dalam pengembangan teknik-teknik pembelajaran, terutama dalam konteks pendidikan dan pelatihan. Ini menciptakan dasar bagi banyak strategi pengajaran yang efektif. 3. Penting untuk Pembentukan Kebiasaan: Behaviorisme sangat relevan dalam pembentukan kebiasaan dan penghentian perilaku yang tidak diinginkan. Konsep operant conditioning (pembelajaran berdasarkan konsekuensi) digunakan dalam berbagai konteks, termasuk psikoterapi. Kelemahan dan Kekurangan Pembelajaran Behaviorisme: 1. Ignores Proses Kognitif: Salah satu kekurangan besar behaviorisme adalah bahwa itu mengabaikan proses kognitif internal seperti pemikiran, persepsi, dan pengertian. Ini bisa menjadi keterbatasan dalam memahami bagaimana individu benar-benar memahami dan memproses informasi. 2. Kurang Fleksibel: Pendekatan ini terbatas dalam menjelaskan situasi di mana pembelajaran melibatkan pemahaman konsep-konsep yang kompleks atau pemecahan masalah. Behaviorisme lebih cocok untuk pembelajaran yang sederhana dan tindakan refleksif. 3. Tidak Mengakomodasi Perbedaan Individual: Behaviorisme tidak selalu mempertimbangkan perbedaan individual dalam pembelajaran. Setiap individu memiliki cara belajar yang berbeda, dan pendekatan behaviorisme mungkin tidak cukup fleksibel untuk mengakomodasi perbedaan ini. 4. Kritik Terhadap Penggunaan Hadiah dan Hukuman: Beberapa kritikus behaviorisme berpendapat bahwa penggunaan hadiah dan hukuman dalam konteks pembelajaran dapat mengarah pada pembelajaran yang bersifat mekanis dan terfokus pada eksternalitas, daripada intrinsik atau motivasi yang berkelanjutan. 5. Mengabaikan Aspek Emosional dan Motivasi: Behaviorisme tidak mempertimbangkan peran emosi dan motivasi dalam pembelajaran. Faktor-faktor ini dapat memiliki dampak signifikan pada bagaimana seseorang belajar dan berpartisipasi dalam pembelajaran. 6. Mengabaikan Pengalaman Sebelumnya: Behaviorisme cenderung tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya yang dapat memengaruhi pembelajaran. Seorang individu mungkin memiliki pengetahuan atau pengalaman yang relevan sebelumnya, yang dapat mempengaruhi respons terhadap pembelajaran baru.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu