Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“PENGAPLIKASIAN PERISTIWA PEMBELAJARAN BERDASARKAN


TEORI YANG DI GUNAKAN SERTA ALTERNATIF TINDAKANYA”
Dosen Pengampu Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran: Dr. Mursito S. Bialangi, M.Pd

Disusun Oleh: Kelompok 7

Misbahun Syudur A22 122 090

Mudrikah Tus Sa’diah A22 122 036

Sherly A22 122 132

Vadillah A22 122 064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik
lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam


pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Rabu, 17 Mei 2023 Kelompok 7

Minggu, 17 mei 2023

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Analisis Peristiwa Yang Terjadi Dalam Proses Pembelajaran Berdasarkan Teori

2.2. Alternatif Tindakan Yang Di Lakukan Untuk Memecahkan Masalah Permasalahan Yang
Terjadi Dalam Proses Pembelajaran

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Latar belakang dari materi "Pengaplikasian Peristiwa Pembelajaran Berdasarkan Teori
yang Digunakan serta Alternatif Tindakannya" melibatkan pemahaman mengenai pentingnya
penerapan teori pembelajaran dalam konteks pendidikan. Pemahaman tentang teori-teori
pembelajaran yang relevan dan kemampuan untuk mengaplikasikan konsep-konsep tersebut
dalam peristiwa pembelajaran menjadi kunci dalam menciptakan pengalaman belajar yang
efektif dan bermakna bagi siswa.

Penerapan teori-teori pembelajaran yang relevan memungkinkan pendidik untuk merancang


situasi dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Dalam
konteks ini, latar belakang materi tersebut melibatkan pemahaman tentang berbagai teori
pembelajaran seperti behaviorisme, kognitivisme, konstruktivisme, teori sosial, dan teori kognitif
sosial. Melalui pemahaman tentang teori-teori pembelajaran tersebut, pendidik dapat
menentukan pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Pemilihan teori yang tepat dan penerapannya dalam peristiwa pembelajaran
membantu menciptakan pengalaman belajar yang menggugah minat siswa, meningkatkan
pemahaman konsep, dan memfasilitasi pembentukan keterampilan dan sikap yang diharapkan.

Selain itu, latar belakang materi juga melibatkan pemahaman tentang alternatif tindakan atau
strategi yang dapat diambil jika kondisi atau situasi pembelajaran mengharuskan penyesuaian.
Adanya pemahaman yang mendalam tentang teori pembelajaran dan fleksibilitas dalam memilih
strategi pembelajaran memungkinkan pendidik untuk menghadapi tantangan yang mungkin
timbul selama proses pembelajaran dan menyesuaikan pendekatan mereka sesuai kebutuhan
siswa.

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang efektif, latar belakang materi "Pengaplikasian
Peristiwa Pembelajaran Berdasarkan Teori yang Digunakan serta Alternatif Tindakannya"
menjadi penting bagi pendidik dalam mengembangkan kemampuan mereka dalam merancang
dan melaksanakan peristiwa pembelajaran yang sesuai dengan teori-teori pembelajaran yang
relevan serta memiliki fleksibilitas dalam mengadaptasi strategi pembelajaran jika diperlukan.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang kami ambil dalam makalah ini adalah:

A. Menjelaskan analisis peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran berdasarkan


teori
B. Menjelaskan alternatif tindakan yang di lakukan untuk memecahkan permasalahan
yang terjadi dalam proses pembelajaran
1.3. Tujuan
A. Untuk mengetahui analisis peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran
berdasarkan teori
B. Untuk mengetahui alternatif tindakan yang di lakukan untuk memecahkan
permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Analisis Peristiwa Yang Terjadi Dalam Proses Pembelajaran


Berdasarkan Teori
A. Teori Pembelajaran yang Digunakan
1. Teori Behaviorisme
Teori Behaviorisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya
perilaku yang dapat diamati secara eksternal dan pengaruh lingkungan dalam
membentuk perilaku individu. Definisi dan prinsip-prinsip utama dari teori
Behaviorisme meliputi:

a. Definisi: Teori Behaviorisme menganggap bahwa perilaku manusia dapat


dipelajari dan diubah melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
eksternal. Fokus utama teori ini adalah pada perilaku yang dapat diamati secara
objektif, seperti respons motorik, reaksi verbal, dan tindakan nyata.
b. Prinsip-prinsip utama:
 Belajar adalah hasil dari respons terhadap rangsangan eksternal: Teori
Behaviorisme mengemukakan bahwa individu belajar melalui pengalaman-
pengalaman yang memicu respons atau reaksi tertentu. Rangsangan eksternal,
seperti insentif atau penguatan, mempengaruhi terbentuknya perilaku baru atau
penghentian perilaku yang tidak diinginkan.
 Penguatan (reinforcement): Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku yang
diperkuat atau didukung cenderung diulang. Penguatan dapat berupa hadiah
positif (reward) seperti pujian atau hadiah fisik, atau penguatan negatif seperti
penghapusan stimulus yang tidak diinginkan.
 Penghukuman (punishment): Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku yang
dihukum cenderung dikurangi atau dihindari. Penghukuman dapat berupa
sanksi atau konsekuensi negatif yang diberikan sebagai respons terhadap
perilaku yang tidak diinginkan.
 Generalisasi dan diskriminasi: Individu cenderung memgeneralisasikan
pembelajaran mereka dari satu situasi ke situasi lain yang serupa. Namun,
mereka juga mampu membedakan situasi yang berbeda dan menyesuaikan
perilaku mereka sesuai konteks yang relevan.

Teori Behaviorisme, dengan fokusnya pada pengamatan perilaku dan pengaruh


lingkungan eksternal, telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pengembangan metode pembelajaran dan pendekatan intervensi dalam berbagai
bidang, termasuk pendidikan, psikologi, dan analisis perilaku. Penerapan teori
Behaviorisme telah membantu mengembangkan teknik-teknik pembelajaran yang
efektif, seperti penguatan positif, penggunaan penjadwalan penguatan yang tepat,
dan desensitisasi sistematis.
c. Contoh Penerapan Dalam Peristiwa Pembelajaran
Berikut adalah beberapa contoh penerapan Teori Behaviorisme dalam peristiwa
pembelajaran:
 Penguatan Positif: Dalam kelas, guru dapat menerapkan penguatan positif
sebagai bentuk apresiasi terhadap perilaku yang diinginkan. Misalnya,
memberikan pujian atau hadiah kepada siswa yang menjawab pertanyaan
dengan benar atau menyelesaikan tugas dengan baik. Hal ini akan
meningkatkan kemungkinan siswa untuk mengulangi perilaku tersebut.
 Hukuman: Hukuman dapat digunakan sebagai konsekuensi terhadap perilaku
yang tidak diinginkan. Misalnya, jika seorang siswa melanggar peraturan
dalam kelas, guru dapat memberikan hukuman seperti penalti atau tugas
tambahan. Tujuan hukuman adalah untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya perilaku yang tidak diinginkan di masa depan.
 Pembentukan Kondisi: Dalam pembelajaran keterampilan baru, teori
behaviorisme dapat diterapkan melalui pembentukan kondisi atau langkah-
langkah bertahap dalam memperoleh perilaku yang diinginkan. Misalnya,
ketika mengajari siswa cara mengikat tali sepatu, guru dapat membagi tugas
menjadi langkah-langkah kecil dan memberikan penguatan positif setiap kali
langkah tersebut berhasil dilakukan.
 Latihan Berulang: Prinsip behaviorisme menekankan pentingnya latihan
berulang dalam memperkuat pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa,
misalnya, siswa perlu berlatih mengucapkan kata-kata baru berulang kali
untuk memperkuat asosiasi antara suara dan makna. Dengan latihan yang
konsisten, siswa akan memperoleh kemahiran bahasa yang lebih baik.
 Penghapusan Respons: Jika terdapat perilaku yang tidak diinginkan, seperti
kebiasaan mengganggu dalam kelas, guru dapat menggunakan penghapusan
respons. Ini berarti menghilangkan stimulus yang memperkuat perilaku
tersebut. Misalnya, jika seorang siswa terus-menerus berbicara tanpa izin,
guru dapat mengabaikan atau mengurangi perhatian terhadap perilaku tersebut
sehingga siswa tidak mendapatkan penguatan positif dari perilaku tersebut.

Penerapan prinsip-prinsip teori behaviorisme ini dalam peristiwa pembelajaran


dapat membantu mengatur lingkungan belajar yang kondusif dan memfasilitasi
perolehan perilaku yang diinginkan. Namun, penting juga untuk memperhatikan
bahwa pendekatan lain, seperti kognitif atau konstruktivis, juga dapat melengkapi
dan memperkaya pengalaman pembelajaran siswa

2. Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan bahwa
individu aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi
dengan lingkungan dan pengalaman pribadi. Berikut adalah definisi dan prinsip-
prinsip utama dari teori Konstruktivisme:

a. Definisi: Teori Konstruktivisme berpendapat bahwa pembelajaran adalah


proses aktif di mana individu secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan
pemahaman
b. mereka sendiri melalui refleksi, dialog, dan interaksi dengan lingkungan fisik
dan sosial.

c. Prinsip-prinsip utama:
 Konstruksi Pengetahuan Aktif: Individu secara aktif terlibat dalam
membangun pengetahuan mereka sendiri melalui interpretasi dan
penerapan konsep-konsep yang telah ada dan pengalaman langsung dengan
dunia nyata.
 Pemahaman Individual: Setiap individu memiliki pemahaman unik yang
dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, dan persepsi mereka sendiri.
Pemahaman tersebut dipengaruhi oleh interaksi antara pengetahuan
sebelumnya dan informasi baru.
 Pembelajaran Kolaboratif: Proses pembelajaran didorong oleh interaksi
sosial dan kolaborasi antara individu. Diskusi, refleksi bersama, dan
kerjasama dengan orang lain memperkaya pemahaman individu.
 Peran Fasilitator: Guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang
mendukung dan mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri melalui pengalaman, dialog, dan refleksi. Guru membantu
mengarahkan siswa ke arah pemahaman yang lebih dalam dan pemecahan
masalah yang lebih kompleks.
 Konteks Relevan: Pembelajaran yang bermakna terjadi ketika siswa dapat
menghubungkan pengetahuan baru dengan konteks dan pengalaman yang
relevan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Teori Konstruktivisme menekankan pada peran aktif siswa dalam


pembelajaran dan pentingnya membangun pemahaman yang mendalam dan
bermakna. Pendekatan ini memberikan penekanan pada pengembangan
keterampilan berpikir kritis, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan
dalam konteks nyata, serta kerjasama dan komunikasi efektif dengan orang
lain.

Dalam konteks pembelajaran, pendekatan konstruktivis mempromosikan


pembelajaran yang berpusat pada siswa, di mana siswa aktif terlibat dalam
proses konstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui eksplorasi, refleksi, dan
proyek nyata. Guru berperan sebagai fasilitator yang mendukung dan
mendorong siswa untuk berpikir kritis, bertanya, dan berkolaborasi dalam
mencapai pemahaman yang lebih mendalam.

d. Contoh Penerapan Dalam Peristiwa Pembelajaran


Berikut adalah beberapa contoh penerapan Teori Konstruktivisme dalam
peristiwa pembelajaran:
 Pembelajaran Berbasis Masalah: Guru dapat menghadirkan situasi atau
masalah yang menantang siswa untuk berpikir kritis dan mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri. Misalnya, dalam pelajaran sains, guru dapat
memberikan sebuah masalah atau eksperimen yang memerlukan siswa
untuk merancang hipotesis, mengumpulkan data, dan menginterpretasikan
hasil.
 Pembelajaran Kooperatif: Teori konstruktivisme menekankan pentingnya
interaksi sosial dalam pembelajaran. Melalui kerja kelompok atau proyek
kolaboratif, siswa dapat saling berbagi ide, berdiskusi, dan membangun
pengetahuan bersama. Guru dapat memberikan tugas-tugas kelompok yang
memerlukan pemecahan masalah bersama, berpikir kritis, dan negosiasi
pemahaman bersama.
 Pembelajaran Berbasis Proyek: Dalam pendekatan ini, siswa terlibat dalam
proyek nyata yang memerlukan mereka untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan, dan konsep yang telah dipelajari. Misalnya,
siswa dapat diminta untuk merancang dan membangun model bangunan
menggunakan konsep matematika, fisika, dan desain.
 Refleksi dan Metakognisi: Teori konstruktivisme mendorong siswa untuk
menjadi sadar akan proses belajar mereka sendiri dan mengembangkan
kemampuan metakognisi. Guru dapat mendorong siswa untuk
merefleksikan pemahaman mereka, mengidentifikasi kesulitan atau
kebingungan, dan merencanakan strategi pembelajaran yang efektif. Ini
dapat dilakukan melalui jurnal refleksi, diskusi kelompok, atau penggunaan
rubrik evaluasi diri.
 Penggunaan Sumber Daya Autentik: Guru dapat menghubungkan
pembelajaran dengan konteks dunia nyata dan menghadirkan sumber daya
autentik, seperti studi kasus, wawancara dengan ahli, atau kunjungan
lapangan. Ini membantu siswa untuk melihat relevansi dan aplikasi praktis
dari pengetahuan yang mereka konstruksi.

Penerapan prinsip-prinsip konstruktivisme ini dalam peristiwa pembelajaran


memungkinkan siswa untuk aktif terlibat dalam konstruksi pengetahuan
mereka sendiri, membangun pemahaman yang lebih mendalam, dan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Guru berperan sebagai fasilitator
dan pendukung dalam proses ini, membangun lingkungan yang
mempromosikan eksplorasi, refleksi, dan kolaborasi siswa

3. Teori Kognitivisme
Teori Kognitivisme adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya
pemahaman bagaimana informasi diproses, diperoleh, dan diorganisir oleh
individu. Berikut adalah definisi dan prinsip-prinsip utama dari teori Kognitivisme:

a. Definisi: Teori Kognitivisme berfokus pada pemahaman tentang bagaimana


individu memperoleh, memproses, menyimpan, dan mengambil informasi.
Teori ini menekankan peran penting kognisi atau proses kognitif dalam
pembelajaran.

b. Prinsip-prinsip utama:
 Pemrosesan Informasi: Teori Kognitivisme menganggap bahwa belajar
terjadi melalui pemrosesan informasi oleh otak. Individu mengambil
informasi dari lingkungan, mengorganisasikannya, menghubungkannya
dengan pengetahuan yang sudah ada, dan menggunakannya dalam
berpikir dan pemecahan masalah.
 Struktur Pengetahuan: Individu memiliki struktur pengetahuan yang unik
dan kompleks yang memengaruhi pemahaman dan interpretasi mereka
terhadap informasi baru. Pengetahuan ini dapat diperluas melalui
pengalaman, refleksi, dan koneksi dengan pengetahuan sebelumnya.
 Pemecahan Masalah: Belajar melibatkan kemampuan untuk menghadapi
masalah, mengidentifikasi solusi yang mungkin, dan menggunakan
strategi pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Individu
menggunakan kognisi mereka untuk memecahkan masalah dengan
mengumpulkan informasi, merencanakan langkah-langkah, dan
mengevaluasi hasilnya.
 Peran Kognisi dalam Motivasi: Motivasi dan emosi berinteraksi dengan
kognisi dalam pembelajaran. Kognisi individu, seperti keyakinan diri,
persepsi efikasi diri, dan tujuan yang ditetapkan, memengaruhi motivasi
mereka untuk belajar dan melakukan upaya yang diperlukan.
 Transfer Pengetahuan: Pengetahuan yang dipelajari dalam satu konteks
dapat ditransfer dan diterapkan dalam konteks lain. Transfer pengetahuan
memungkinkan individu untuk menghubungkan dan menerapkan
pengetahuan yang telah dipelajari dalam situasi baru.

Teori Kognitivisme memiliki implikasi yang signifikan dalam pendidikan.


Guru dapat memanfaatkan prinsip-prinsip Kognitivisme dengan menyajikan
informasi dengan cara yang terstruktur, membantu siswa membuat koneksi
antara pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada, dan mendorong
pemecahan masalah dan berpikir kritis. Pendekatan seperti pengajaran
berbasis masalah, penggunaan model pemecahan masalah, dan strategi
pemberian umpan balik yang efektif sesuai dengan prinsip-prinsip
Kognitivisme.

c. Contoh Penerapan Dalam Peristiwa Pembelajaran


Berikut adalah beberapa contoh penerapan Teori Kognitivisme dalam
peristiwa pembelajaran:

 Organisasi Materi Pembelajaran: Guru dapat mengorganisasi materi


pembelajaran dengan jelas dan terstruktur untuk membantu siswa
memahami hubungan antara konsep-konsep yang dipelajari. Misalnya,
guru dapat menggunakan peta konsep, kerangka berpikir, atau skema
yang menggambarkan hierarki atau keterkaitan antara ide-ide penting.
 Strategi Pembelajaran Aktif: Teori kognitivisme mendorong keterlibatan
aktif siswa dalam pembelajaran. Guru dapat menggunakan berbagai
strategi seperti diskusi kelompok, permainan peran, simulasi, atau
eksperimen untuk melibatkan siswa secara langsung dalam pemrosesan
informasi dan konstruksi pengetahuan mereka sendiri.
 Pemberian Umpan Balik: Penting bagi guru untuk memberikan umpan
balik yang jelas dan konstruktif kepada siswa. Umpan balik ini
membantu siswa memahami kesalahan atau kekurangan dalam
pemahaman mereka dan memberikan panduan untuk perbaikan. Guru
juga dapat memberikan umpan balik positif untuk menguatkan
pemahaman yang benar atau pencapaian siswa.
 Penggunaan Metode Mengajar Varied: Menggunakan berbagai metode
pengajaran dapat membantu siswa dengan gaya belajar yang berbeda
untuk memproses informasi dengan lebih efektif. Misalnya, guru dapat
menyajikan materi dengan menggunakan cerita, gambar, video,
demonstrasi, atau percobaan langsung untuk memenuhi kebutuhan
beragam siswa.
 Metode Pengulangan dan Latihan: Dalam teori kognitivisme,
pengulangan dan latihan diperlukan untuk memperkuat dan
mempertahankan pengetahuan dalam memori jangka panjang. Guru dapat
memberikan tugas-tugas atau latihan berkala untuk memastikan
pemahaman siswa dan membantu mereka mengonsolidasikan
pengetahuan baru ke dalam skema kognitif yang ada.
 Model Peran: Siswa dapat belajar melalui pengamatan dan pemodelan
perilaku guru atau rekan sebaya. Guru dapat menjadi model peran yang
baik dengan menunjukkan strategi pemecahan masalah, berpikir reflektif,
atau keterampilan lain yang ingin dikembangkan oleh siswa. Penggunaan
peer tutoring atau mentorship juga dapat memberikan kesempatan bagi
siswa untuk belajar dari satu sama lain.

Penerapan prinsip-prinsip kognitivisme ini dalam peristiwa pembelajaran


dapat membantu siswa dalam pemrosesan informasi, pengembangan
pemahaman yang mendalam, dan pengembangan keterampilan berpikir
kritis. Guru berperan penting dalam memfasilitasi dan mendukung proses
kognitif siswa, memberikan panduan, dan menciptakan lingkungan
pembelajaran yang menantang dan memadai.

4. Teori Kognitif Sosial


Teori Pembelajaran Sosial, juga dikenal sebagai teori Observasional,
dikembangkan oleh Albert Bandura dan menekankan pentingnya pembelajaran
melalui pengamatan dan interaksi sosial. Berikut adalah definisi dan prinsip-
prinsip utama dari teori Pembelajaran Sosial:

a. Definisi: Teori Pembelajaran Sosial berpendapat bahwa individu belajar


melalui pengamatan dan model peran yang diperlihatkan oleh orang lain di
sekitar mereka. Proses pembelajaran terjadi melalui interaksi sosial, pemodelan
perilaku, dan pengaruh lingkungan sosial.

b. Prinsip-prinsip utama:
 Pengamatan dan Imitasi: Individu belajar melalui pengamatan perilaku
orang lain dan meniru perilaku yang diamati. Proses ini melibatkan
perhatian terhadap perilaku model, retensi informasi, produksi perilaku
yang ditiru, dan motivasi untuk meniru.
 Penguatan dan Hukuman: Penguatan dan hukuman yang diberikan kepada
model perilaku berdampak pada pembelajaran dan kecenderungan meniru
perilaku tersebut. Jika perilaku model mendapatkan penguatan positif,
individu cenderung meniru perilaku tersebut.
 Identifikasi: Individu cenderung meniru perilaku yang mereka identifikasi
dengan model tersebut. Identifikasi terjadi ketika individu merasa
terhubung dengan model dan memiliki kesamaan karakteristik atau nilai-
nilai dengan model tersebut.
 Self-Efficacy: Keyakinan diri individu dalam kemampuan mereka untuk
melaksanakan perilaku tertentu memainkan peran penting dalam
pembelajaran. Semakin tinggi tingkat self-efficacy, semakin besar
kemungkinan individu untuk mencoba dan meniru perilaku baru.
 Pengaruh Lingkungan: Lingkungan sosial, termasuk keluarga, teman, dan
masyarakat, memengaruhi pembelajaran dan perilaku individu. Interaksi
dengan lingkungan sosial dapat membentuk norma dan nilai-nilai yang
mempengaruhi pembelajaran.
 Teori Pembelajaran Sosial menekankan pentingnya peran model dalam
pembelajaran dan mengidentifikasi beberapa faktor yang memengaruhi
kemungkinan individu untuk meniru perilaku tersebut. Dalam konteks
pendidikan, teori ini menekankan pentingnya memperhatikan model peran
yang positif dan memberikan penghargaan yang tepat untuk memperkuat
perilaku yang diinginkan.

Penerapan teori Pembelajaran Sosial dalam pendidikan melibatkan penggunaan


model peran yang baik oleh guru dan menghadirkan kesempatan untuk
pengamatan dan pemodelan perilaku yang diinginkan. Penggunaan strategi
penguatan positif, memberikan umpan balik yang efektif, dan menciptakan
lingkungan belajar yang inklusif dan kooperatif juga mendukung pembelajaran
sosial yang efektif.

c. Contoh Penerapan Dalam Peristiwa Pembelajaran


Berikut adalah beberapa contoh penerapan Teori Kognitif Sosial dalam
peristiwa pembelajaran:
 Pembelajaran Kolaboratif: Teori Kognitif Sosial menekankan pentingnya
interaksi sosial dalam pembelajaran. Guru dapat mendorong kerja
kelompok atau kolaborasi antara siswa dalam memecahkan masalah,
berdiskusi, atau melakukan proyek bersama. Ini memberikan kesempatan
bagi siswa untuk berbagi pengetahuan, berinteraksi dengan sudut pandang
yang berbeda, dan memperluas pemahaman mereka melalui kolaborasi.
 Model Peran: Guru dapat menjadi model peran yang baik dalam mengajar
keterampilan atau perilaku tertentu. Misalnya, guru dapat memodelkan cara
berpikir kritis, berkomunikasi efektif, atau menyelesaikan konflik dengan
baik. Siswa akan mengamati dan meniru perilaku guru, yang membantu
mereka mengembangkan keterampilan sosial dan kognitif yang diinginkan.
 Penguatan Diri: Guru dapat membantu siswa mengembangkan penguatan
diri atau keyakinan pada kemampuan mereka sendiri. Ini dapat dilakukan
dengan memberikan tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa,
memberikan umpan balik positif, dan memberikan kesempatan bagi siswa
untuk mencapai keberhasilan. Dengan membangun kepercayaan diri siswa,
mereka akan lebih termotivasi untuk belajar dan berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
 Observasi dan Pemodelan: Guru dapat menggunakan observasi dan
pemodelan perilaku yang diinginkan untuk membantu siswa memperoleh
keterampilan sosial atau akademik. Guru dapat memperlihatkan cara-cara
yang efektif dalam berkomunikasi, berkolaborasi, atau menyelesaikan
tugas. Siswa kemudian dapat mengamati dan meniru perilaku yang sama
dalam konteks pembelajaran.
 Pembelajaran Berbasis Proyek: Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa
memiliki kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang mereka pelajari dalam konteks nyata. Mereka dapat berkolaborasi
dalam tim, mengatasi tantangan, dan mencapai tujuan proyek. Melalui
proses ini, siswa mengembangkan keterampilan sosial, berpikir kritis, dan
pemecahan masalah yang konsisten dengan pendekatan kognitif sosial.

Penerapan prinsip-prinsip Kognitif Sosial ini dalam peristiwa pembelajaran


membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial, pemahaman diri,
dan keterampilan akademik. Guru berperan sebagai fasilitator, memberikan
panduan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung kolaborasi dan
interaksi sosial yang produktif.

5. Teori Kognitif Sosial


Teori Kognitif Sosial, yang dikembangkan oleh Albert Bandura, merupakan
pendekatan yang menggabungkan aspek kognitif, sosial, dan belajar dalam
memahami perilaku manusia. Berikut ini adalah penjelasan mengenai Teori
Kognitif Sosial:

a. Definisi: Teori Kognitif Sosial, yang dikembangkan oleh Albert Bandura,


menyatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi antara faktor kognitif
(pikiran, persepsi, keyakinan) dan lingkungan sosial. Teori ini menekankan
pentingnya peran pemikiran, pengamatan, dan refleksi dalam pembelajaran.

b. Prinsip-prinsip utama:
 Pengamatan dan Pemodelan: Individu belajar melalui pengamatan perilaku
orang lain dan proses pemodelan. Mereka mengamati perilaku orang lain,
memperoleh informasi tentang hasil dari perilaku tersebut, dan meniru
perilaku yang relevan dengan konteks dan tujuan mereka.
 Keyakinan Diri (Self-Efficacy): Keyakinan individu tentang kemampuan
mereka untuk melaksanakan tugas tertentu memainkan peran penting
dalam motivasi dan pembelajaran. Keyakinan diri yang tinggi
meningkatkan motivasi untuk mencoba, memperhatikan, dan bertahan
dalam menghadapi tantangan.
 Pembelajaran oleh Dampak: Konsekuensi atau dampak dari perilaku
mempengaruhi pembelajaran. Penguatan positif, seperti pujian atau
penghargaan, meningkatkan kemungkinan terjadinya perilaku tersebut,
sementara hukuman atau konsekuensi negatif dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya perilaku tersebut.
 Regulasi Diri: Individu mampu mengatur dan mengontrol perilaku mereka
sendiri melalui pemantauan diri, pengaturan tujuan, perencanaan, dan
refleksi. Kemampuan ini memungkinkan individu untuk mengelola dan
mengarahkan perilaku mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan.
 Interaksi Sosial: Lingkungan sosial, termasuk interaksi dengan orang lain,
kelompok, dan budaya, memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Individu dapat belajar melalui pengaruh dan interaksi sosial, termasuk
umpan balik dari orang lain dan pemodelan perilaku yang diinginkan.

Teori Kognitif Sosial mengakui bahwa pembelajaran dipengaruhi oleh faktor


kognitif, sosial, dan lingkungan. Hal ini memungkinkan individu untuk
mengembangkan keterampilan kognitif, sosial, dan emosional yang kompleks
melalui interaksi dengan lingkungan dan orang lain.

c. Contoh Penerapan Dalam Peristiwa Pembelajaran


Berikut adalah beberapa contoh penerapan Teori Kognitif Sosial dalam
peristiwa pembelajaran:
 Kegiatan Pemodelan: Guru dapat melakukan kegiatan pemodelan untuk
mengajarkan keterampilan atau perilaku tertentu kepada siswa. Guru dapat
menunjukkan langkah-langkah atau strategi yang efektif dalam
menyelesaikan tugas atau situasi tertentu. Siswa kemudian dapat
mengamati dan meniru perilaku guru tersebut.
 Diskusi Kelompok: Melalui diskusi kelompok, siswa memiliki kesempatan
untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan sudut pandang mereka. Guru
dapat memfasilitasi diskusi dengan memberikan pertanyaan terarah dan
mendorong siswa untuk saling mendengarkan dan menghormati pendapat
orang lain. Hal ini membantu siswa dalam membangun pemahaman yang
lebih mendalam melalui interaksi sosial.
 Proyek Kolaboratif: Menggunakan proyek kolaboratif memungkinkan
siswa untuk bekerja bersama dalam menyelesaikan tugas atau proyek yang
kompleks. Mereka dapat berinteraksi, berkomunikasi, dan membagikan
pemikiran serta ide mereka. Melalui kolaborasi ini, siswa dapat
mengembangkan keterampilan sosial, pemecahan masalah, dan pemikiran
kritis.
 Penugasan Peran: Guru dapat memberikan penugasan peran kepada siswa
untuk memainkan karakter atau situasi tertentu. Hal ini membantu siswa
dalam mengembangkan pemahaman empati, perspektif-taking, dan
pemecahan masalah. Mereka belajar melalui pengalaman langsung tentang
bagaimana tindakan dan interaksi sosial dapat mempengaruhi hasil dan
hubungan antarindividu.

Penerapan prinsip-prinsip Kognitif Sosial ini dalam peristiwa pembelajaran


membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial, pengertian diri,
dan kemampuan belajar secara efektif. Guru berperan sebagai fasilitator,
memberikan bimbingan, dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang
mendukung interaksi sosial, pemodelan perilaku yang positif, dan refleksi diri
siswa.

2.2. Alternatif Tindakan Yang Di Lakukan Untuk Memecahkan Masalah


Permasalahan Yang Terjadi Dalam Proses Pembelajaran
Beberapa alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan
yang terjadi dalam proses pembelajaran antara lain sebagai beriku

A. Mengidentifikasi Permasalahan dengan Teliti


Langkah pertama dalam memecahkan permasalahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran adalah dengan mengidentifikasi permasalahan dengan teliti. Hal ini
melibatkan pengamatan dan analisis yang cermat terhadap situasi pembelajaran.
Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:

 Melakukan observasi langsung terhadap siswa dan interaksi antara siswa dan guru.
 Mengumpulkan data melalui kuesioner, wawancara, atau catatan observasi.
 Menganalisis hasil evaluasi dan penilaian, seperti ujian atau tugas siswa.
 Melibatkan siswa dalam refleksi dan diskusi mengenai permasalahan yang mereka
alami dalam pembelajaran

Dengan mengidentifikasi permasalahan secara teliti, kita dapat memahami akar


penyebabnya dan merumuskan solusi yang tepat

B. Mencari Solusi yang Relevan dengan Teori yang Digunakan


Setelah mengidentifikasi permasalahan, langkah berikutnya adalah mencari solusi yang
relevan dengan teori pembelajaran yang digunakan. Setiap teori pembelajaran memiliki
prinsip-prinsip dan strategi yang dapat diaplikasikan untuk memecahkan permasalahan
pembelajaran. Contohnya:

 Jika menggunakan teori behaviorisme, solusi yang relevan dapat melibatkan


penguatan positif atau hukuman yang sesuai untuk mengubah perilaku siswa.
 Jika menggunakan teori konstruktivisme, solusi yang relevan dapat melibatkan
pemberian tugas-tugas yang mendorong siswa untuk aktif berpartisipasi dalam
membangun pengetahuan mereka sendiri.
 Jika menggunakan teori kognitivisme, solusi yang relevan dapat melibatkan
penggunaan strategi pemrosesan informasi, seperti mengorganisasi informasi secara
terstruktur atau memberikan panduan langkah demi langkah.

Pemilihan solusi yang sesuai dengan teori yang digunakan dapat membantu
meningkatkan efektivitas pembelajaran.

C. Mengadaptasi Metode Pembelajaran


Salah satu alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk memecahkan permasalahan
pembelajaran adalah dengan mengadaptasi metode pembelajaran. Setiap siswa memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda, dan dengan mengadaptasi metode pembelajaran, kita
dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa secara lebih efektif. Beberapa contoh adaptasi
metode pembelajaran antara lain:

 Menggunakan pendekatan visual untuk siswa yang lebih responsif terhadap gambar
atau grafik.
 Menggunakan pendekatan auditif untuk siswa yang lebih baik dalam belajar melalui
pendengaran.
 Menggunakan pendekatan kinestetik yang melibatkan gerakan fisik untuk siswa
yang lebih responsif terhadap aktivitas fisik.

Dengan mengadaptasi metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, proses


pembelajaran dapat menjadi lebih menarik dan efektif.

D. Menggunakan Teknologi dan Sumber Daya Pendukung


Dalam memecahkan permasalahan pembelajaran, penggunaan teknologi dan sumber
daya pendukung juga dapat menjadi alternatif tindakan yang efektif. Beberapa contoh
penerapan adalah sebagai berikut:

 Memanfaatkan perangkat lunak pembelajaran interaktif atau aplikasi pendidikan


untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan interaktif bagi siswa.
 Menggunakan multimedia, seperti video pembelajaran atau presentasi multimedia,
untuk menggambarkan konsep yang kompleks dengan lebih jelas dan menarik.
 Memanfaatkan internet dan sumber daya digital lainnya untuk mengakses informasi
tambahan, materi pelajaran, atau sumber belajar yang relevan.
 Menggunakan perangkat keras seperti proyektor, komputer, atau papan interaktif
untuk memfasilitasi presentasi, diskusi, atau kolaborasi dalam pembelajaran.

Dengan memanfaatkan teknologi dan sumber daya pendukung yang tersedia,


pembelajaran dapat menjadi lebih bervariasi, menarik, dan memungkinkan siswa untuk
mengakses sumber belajar dengan lebih mudah.

E. Melibatkan Kolaborasi dan Diskusi


Kolaborasi dan diskusi antara siswa dapat menjadi alternatif tindakan yang efektif untuk
memecahkan permasalahan pembelajaran. Dengan melibatkan siswa dalam kolaborasi
dan diskusi, mereka dapat saling berbagi pemahaman, belajar satu sama lain, dan
mencari solusi bersama. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain:

 Menggunakan metode pembelajaran kooperatif, di mana siswa bekerja secara


kelompok untuk menyelesaikan tugas atau memecahkan masalah.
 Mendorong siswa untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan pendapat mereka
melalui diskusi kelompok atau forum kelas.
 Menggunakan teknik pengajaran berbasis masalah, di mana siswa diajak untuk
berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah yang relevan dengan konteks
pembelajaran.

Melalui kolaborasi dan diskusi, siswa dapat memperluas pemahaman mereka,


mengembangkan keterampilan sosial, dan menemukan solusi yang lebih kreatif dan
inovatif

F. Memberikan Dukungan dan Bimbingan Individual


Setiap siswa memiliki kebutuhan dan kemampuan belajar yang berbeda. Oleh karena itu,
memberikan dukungan dan bimbingan individual kepada siswa dapat menjadi alternatif
tindakan yang efektif dalam memecahkan permasalahan pembelajaran. Beberapa strategi
yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

 Melakukan konseling individual dengan siswa untuk mengidentifikasi dan


memahami masalah yang dihadapi serta memberikan solusi yang sesuai.
 Memberikan waktu tambahan atau bimbingan ekstra kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi tertentu.
 Menyediakan materi atau sumber belajar tambahan yang sesuai dengan kebutuhan
dan minat siswa.
 Menggunakan pendekatan remedial atau pengayaan untuk menyesuaikan
pembelajaran dengan tingkat kemampuan siswa.

Dengan memberikan dukungan dan bimbingan individual, siswa dapat merasa didukung
dan lebih mampu mengatasi permasalahan.
G. Mengevaluasi dan Melakukan Perbaikan
Setelah mengimplementasikan alternatif tindakan, langkah selanjutnya adalah
melakukan evaluasi untuk mengevaluasi efektivitas solusi yang diadopsi dan
mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki. Beberapa strategi yang dapat dilakukan
antara lain:

 Melakukan penilaian formatif dan sumatif untuk mengukur kemajuan siswa dan
memperoleh umpan balik tentang efektivitas solusi yang diimplementasikan.
 Melibatkan siswa dalam refleksi dan evaluasi diri untuk mengevaluasi tingkat
pemahaman mereka dan mendapatkan masukan tentang pengalaman belajar
mereka.
 Menggunakan instrumen penilaian lain, seperti rubrik penilaian atau angket siswa,
untuk mengumpulkan data yang lebih komprehensif tentang efektivitas solusi yang
diterapkan.

Berdasarkan hasil evaluasi, perbaikan dan penyesuaian dapat dilakukan untuk


meningkatkan solusi yang diimplementasikan dan mengatasi permasalahan yang
muncul dalam proses pembelajaran.

H. Melibatkan Dukungan dan Kolaborasi dengan Rekan Sejawat


Dalam menghadapi permasalahan pembelajaran, penting untuk melibatkan dukungan dan
kolaborasi dengan rekan sejawat, seperti guru lain atau ahli pendidikan. Beberapa cara
untuk melibatkan dukungan dan kolaborasi dengan rekan sejawat adalah sebagai berikut:

 Berbagi pengalaman, masalah, dan solusi dengan rekan sejawat dalam forum diskusi
atau pertemuan berkala.
 Melakukan observasi saling mengajar untuk mendapatkan umpan balik dan saran
dari rekan sejawat.
 Membentuk tim kerja atau kelompok studi untuk berkolaborasi dalam merumuskan
solusi dan mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Melalui kolaborasi dengan rekan sejawat, guru dapat memperluas wawasan mereka,
memperoleh perspektif yang berbeda, dan mendapatkan ide-ide baru untuk memecahkan
permasalahan pembelajaran.

Dengan menerapkan alternatif tindakan yang relevan dengan teori-teori pembelajaran,


dan melalui proses evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan, diharapkan permasalahan
yang terjadi dalam proses pembelajaran dapat diatasi, dan efektivitas pembelajaran dapat
ditingkatkan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam pengaplikasian peristiwa pembelajaran, penting untuk mempertimbangkan teori-
teori pembelajaran yang relevan. Terdapat beberapa alternatif tindakan yang dapat
dilakukan untuk memecahkan permasalahan dalam proses pembelajaran.
Diantaranya, mengidentifikasi permasalahan dengan teliti, mencari solusi yang sesuai
dengan teori yang digunakan, mengadaptasi metode pembelajaran, menggunakan
teknologi dan sumber daya pendukung, melibatkan kolaborasi dan diskusi, memberikan
dukungan dan bimbingan individual, serta melakukan evaluasi dan perbaikan.
Dengan mengaplikasikan alternatif tindakan yang relevan, diharapkan permasalahan
dalam proses pembelajaran dapat diatasi, efektivitas pembelajaran meningkat, dan siswa
mencapai hasil belajar yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mustofa, M. Thobroni, 2012. "Belajar & Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik

Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Jakarta: Ar Ruzz Media)

Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran, cet. 1 Jakarta: Rincka Cipta

Gagne, M. Robert. 1970. The Conditions of Learning, United States of America

Les J. Briggs, Robert M. Gagne, Principles of Instructional Designl, 1978. New York Chicago

San Francisco Dallas

Ramayulis, 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Syah, Muhibbin. 2003, Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grapindo Persada

Anda mungkin juga menyukai