Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

APLIKASI TEORI BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN


PERAN GURU DAN PERAN SISWA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan pembelajaran IPA
Dosen pengampu Mochammad Ludfy Hadis M.Pd

Disusun Oleh :
1. Desi Adinda Putri ( 2086206023 )
2. Galang Bagus Prasetyo ( 2086206043 )
3. Kharisatul Khusna ( 2086206054 )
4. Mochammad Fadel Saifullah ( 2086206051 )
5. Nur Aisyah ( 2086206039 )
6. Nurul Azizah
7. Seri Kurwadi ( 2086206044 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


STKIP PGRI SIDOARJO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula kita
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul “Aplikasi Teori Behaviorisme Dalam Pembelajaran Peran Guru Dan
Peran Siswa ” bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Pembelajaran IPA pada
program studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, dengan dosen pengampu Bapak Mochammad
Ludfy Hadis M.Pd.

Pada makalah ini kami menyadari akan kesalahan maupun kekurangan pada makalah yang kami
buat ,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu pada mata perkuliahan
ini demi kesempurnaan makalah dan tidak terkecuali dari teman-teman seperjuangan. Karena tidak
seorang pun didunia ini yang memiliki pengatahuan yang sempurna, dan semoga Allah SWT
memberikan sebuah pengatahuan yang dimiliki-Nya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini, baik terkait penulisan, konten kami memohon maaf. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Sidoarjo, 05 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  latar belakang

     Dalam meningkatkan kemampuan siswa guru mempunyai banyak strategi, metode dan
implementasi pembelajaran yang dilakukan untuk Teori-teori belajar banyak diterapkan dalam
pembelajaran untuk memberikan landasan kepada guru menentukan metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik siswa dan keadaan yang ada. Teori belajar yang beragam tentu saja
menjadikan guru perlu cermat dalam memilih teori pembelajaran yanga tepat dalam
mengembangkan metode, strategi dan materi pembelajaran. Kesalahan dalam pemilihan penerapan
teori pembelajaran menjadikan hasil yang diperoleh siswa dalam menyerap pembelajaran menjadi
tidak maksimal.

Belajar adalah perubahan perilaku atau potensi perilaku yang relatif permanen yang berasal
dari pengalaman dan tidak bisa dinisbahkan ke temporary body state (keadaan tubuh temporer)
seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan atau obat-obatan. (BR Hergenhahn , 2008).

     Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan
yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah. Behavior merupakan perubahan perilaku yang diakibatkan oleh
pengalaman.

     Teori belajar yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran salah satunya adalah
teori behavior. Teori behavior ternyata sampai saat ini masih diterapkan dalam pembelajaran
modern, walaupun merupakan teori pembelajaran yang sudah lama ditemukan.

Menurut Kerlinger, teori adalah konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya yang
mengandung suatu pandangan sistematis dari suatu fenomena. Belajar merupakan karakteristik
yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya dan merupakan aktivitas yang
dilakukan sepanjang hayat untuk mendapatkan perubahan pada dirinya melalui pelatihan atau
pengalaman. Terdapat beberapa teori dalam belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli
yang dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan pembelajaran IPA. (Farida Nur Kumala.
2016. Pembelajaran IPA SD.)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian teori belajar behaviorisme ?


2. Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar behaviorisme?
3. Siapa saja tokoh-tokoh Teori Behaviorisme ?
4. Dimana pertamakali teori behaviorisme muncul ?(belum ada)
5. Kapan teori behaviorisme mulai dikembangkan ?
6. Bagaimana ciri-ciri teori belajar behavior ?
7. Bagimana pengaplikasian teori behaviorisme dalam pembelajaran?
8. Apa saja Peran guru dan siswa dalam pembelajaran ?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu teori behaviorisme
2. Mengatahui kelenihan dan kekurangan yang ada di teori behaviorisme
3. Mengetahui siapa saja tokoh yang andil dalam munculnya teori ini
4.
5. Mengatahu sejarah singkat teori behaviorisme
6. Mengetahui ciri-ciri belajar teori behaviorisme
7. Mengetahu car pengaplikasikan teori behaviorime
8. Menjadi tahu peran guru dan siswa dalam teori behaviorisme.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Behavioristik

     Teori belajar Behavioristik adalah teori belajar yang lebih mementingkan pengaruh


lingkungan dalam proses belajarnya. Selain itu teori belajar behavioristik juga lebih
mengutamakan peranan reaksi. Hasil belajar teori behavioristik terbentuk secara sistematis dan
dipengaruhi oleh pengalaman masalalu. Teori belajar Behavioristik lebih mementingkan
pembentukan kebiasaan dan dalam memecahkan suatu masalah, teori ini menggunakan metode
trial dan error.

   Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang


yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

      Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang
dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama
teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan
perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau memperoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui
bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang
lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif
yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk
perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada
teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian
dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan
stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa
merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
     Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah
laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus untuk merangsang pebelajar
dalam berperilaku. Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara
hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek (Paul, 1997).

     Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
responpun akan semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1)
Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement;(3) Schedules of
Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6)
The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).

B. Apa saja kekurangan dan kelebihan teori belajar behavior


a. Kekurangan/ kelemahan Teori belajar Behavior
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan
situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan
dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan
stimulus dan respon.
Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang  terjadi
dalam hubungan stimulus dan respon.
Pelajar/siswa dianggap obyek yang pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan
pengutan dari pendidik.
Dalam proses evaluasi belajar hanya dapat mengevaluasi pada hal-hal yang nyata dan
dapat diamati sehingg hal-hal yang bersifat tidak diamati kurang dijangkau dalam
proses evaluasi.
Proses pembelajaran kurang memberikan ruang gerak bagi siswa untuk berkresi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemempuannya sendiri.
b. Kelebihan Teori Belajar Behavior
Tepat untuk proses pembelajaran psychomotor/ motorik.
Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsure-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak
produktif.
membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta
didik untuk bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.

C. Siapa saja tokoh-tokoh teori belajar behavioristik


Teori belajar behavioristik ini dianut dan dipelajari secara mendalam oleh beberapa
ahli. Terdapat beberapa ahli yang menjadi tokoh dalam teori ini. Setiap tokoh memiliki
pendapat berdasarkan pemahamannya masing-masing. Di samping itu, mereka memiliki
penilaian yang berbeda-beda. Penjelasan teori behavioristik menurut beberapa tokoh akan
dijabarkan sebagai berikut :

1. Edward Lee Thorndike

Edward Thorndike (31 Agustus 1874 sampai 9 Agustus 1949) merupakan seorang
psikolog berkebangsaan Amerika yang dikenal menghabiskan hampir seluruh karirnya di
Columbia University. Karya yang diciptakannya dalam bidang Psikologi Perbandingan dan
proses pembelajaran akhirnya berhasil membuahkan dasar ilmiah dalam psikologi pendidikan
modern.

Thorndike memiliki pengertian dari teori belajar behavioristik yang dipahaminya


sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah rangsangan, contohnya
seperti pikiran dan perasaan. Sedangkan respon adalah reaksi yang ditunjukkan akibat stimulus.
Perubahan tingkah laku akibat pembelajaran bagi Thorndike bisa berupa hal konkrit (bisa
diamati dengan kasat mata) maupun tak konkrit.

Thorndike dikenal akan percobaannya yang paling fenomenal yaitu meneliti perilaku
pembelajaran oleh kucing. Ia meletakkan kucing yang lapar pada sebuah tempat transparan
yang mengurung kucing tersebut dan makanan di luar tempat pengurungan itu. Kucing tersebut
diamati melakukan beberapa gerakan untuk mencapai makanan yang dilihatnya dan inilah yang
diamati Thorndike.

Pada awalnya, kucing berusaha untuk meloncat ke sana ke mari guna meraih makanan
yang dilihatnya. Sampai akhirnya kucing tersebut tidak sengaja menyetuh kenop yang
membukakan jalan dari tempat transparan tersebut dan memperbolehkan kucing meraih
makanan yang dilihatnya. Percobaan ini dilakukan beberapa kali hingga kucing, secara
otomatis, melakukan gerakan menyentuh kenop untuk membuka jalan agar ia bisa
mendapatkan makanan.

Pemahaman dari tokoh Thorndike akhirnya melahirkan beberapa dalil belajar, antara lain:

 Hukum Sebab Akibat, yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antara stimulus
dengan respon tergantung pada akibat yang ditimbulkan.
 Hukum Pembiasaan, yang menunjukkan bahwa hubungan stimulus dengan respon bisa
menjadi kuat ketika dilatih atau diulang.
 Hukum Kesiapan, yang menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dengan respon
akan mudah terbentuk jika ada kesiapan dari individu itu.
 Hukum Reaksi Bervariasi, yaitu hukum yang menyatakan bahwa individu
melakukan trial and error lebih dulu untuk menunjukkan macam-macam respon sebelum
mendapat respon paling tepat.
 Hukum Sikap, yaitu hukum yang menyatakan bahwa perilaku seseorang juga ditentukan
oleh keadaan yang ada dalam diri individu seperti emosi dan psikomotor.
 Hukum Aktivitas Berat Sebelah, yaitu individu memberikan respon pada stimulus
tertentu sesuai dengan persepsi terhadap keseluruhan situasi.
 Hukum Respon, yang merupakan pemahaman bahwa individu bisa menyatakan respon
tindakan bahkan pada situasi yang belum pernah dialaminya.
 Hukum Perpindahan Asosiasi, yaitu proses peralihan situasi lama ke situasi baru dengan
cara bertahap, mengurangi unsur situasi lama dan mengenalkan unsur situasi baru.

2. Ivan Petrovich Pavlov

Tokoh selanjutnya adalah Ivan Pavlov (lebih dikenal dengan julukan Pavlov saja, 14
September 1849 sampai 27 Februari 1936), merupakan fisiolog sekaligus dokter asal Rusia.
Pavlov terkenal dalam pembahasan teori behavioristik karena percobaannya terhadap anjing.

Percobaan ini dilakukan dengan memperlihatkan makanan pada anjing. Anjing tersebut
kemudian mengeluarkan air liur yang merupakan stimulus alami dan diasosiasikan dengan
keinginan akan makanan tersebut. Percobaan ini dilanjutkan dengan membunyikan lonceng
untuk memanggil anjing yang kemudian akan diperlihatkan makanan.

Pada akhirnya, anjing akan menangkap pembelajaran bahwa lonceng memiliki


keterkaitan dengan makanan, sehingga ketika Pavlov mencoba membunyikan lonceng yang
awalnya digunakan untuk memanggil anjing tersebut, secara otomatis anjing tersebut sudah
menanggapi dengan mengeluarkan air liur.

Hasil eksperimen Pavlov ini akhirnya melahirkan beberapa hukum pembelajaran, yaitu:

 Hukum Pembiasaan yang Dituntut. Hukum ini menjelaskan bahwa jika ada dua macam
stimulus yang diberikan secara bersama-sama (dan salah satunya merupakan reinforcer),
maka gerakan reflek pada stimulus lainnya juga meningkat.
 Hukum Pemusnahan yang Dituntut. Hukum ini memaparkan jika reflek yang diperkuat
melalui respondent conditioning diberikan kembali tanpa adanya reinforcer, maka
kekuatannya akan melemah.
3. Burrhus Frederic Skinner

Burrhus Skinner (20 Maret 1904 sampai 18 Agustus 1990) adalah seorang psikolog dari
Amerika yang terkenal akan aliran behaviorismenya. Skinner memiliki pendapat bahwa
hubungan antara stimulus dengan respon yang ditunjukkan individu atau subyek terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan. Respon yang ditunjukkan pun tak seluruhnya merupakan hasil
dari rangsangan yang ada, tetapi karena interaksi antara stimulus yang menghasilkan respon.
Respon menghasilkan konsekuensi. Pada akhirnya konsekuensi akan menghasilkan atau
memunculkan perilaku.
Skinner dalam teori behaviorisitk melahirkan buah pemikirannya yang dikenal dengan
istilah Teori Operant Condiitioning. Teori ini mengungkapakan bahwa tingkah laku yang
dilihatkan subyek tak semata-mata merupakan respon terhadap stimulus tetapi juga tindakan
yang disengaja. Skinner menyatakan pendapatnya bahwa pribadi seseorang merupakan hasil
dari respon terhadap lingkungannya. Dua macam respon tersebut adalah:

 Respondent Response yaitu respon akibat rangsangan tertentu. Contoh: anjing yang


mengeluarkan air liurnya ketika majikannya membawakan makanan untuknya.Operant
 Response yaitu respon yang muncul dan semakin berkembang oleh rangsangan
tertentu. Contoh: seorang anak yang mendapatkan reward ketika ia menjadi juara kelas,
maka ia akan semakin giat belajar untuk mempertahankan bahkan menaikkan
prestasinya dengan harapan diberikan reward kembali (dengan nilai yang sama atau
lebih tinggi). 
4. Robert Gagne

Robert Gagne dikenal sebagai seorang ahli psikologi pendidikan. Gagne memiliki
pendapatnya sendiri mengenai istilah belajar, yaitu sebagai proses suatu organisasi atau siswa
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman yang pernah dialaminya. Belajar adalah
proses yang memerlukan waktu untuk dapat melihat perubahannya (dari kurang baik menjadi
lebih baik). Gagne juga berpendapat bahwa pembelajaran adalah periode terjadinya penerimaan
informasi yang kemudian diolah dan dihasilkan output dalam bentuk hasil belajar.

Tahapan proses pembelajaran menurun Gagne dijelaskan dalam beberapa tingkatan,


yaitu: 1) motivasi, 2) pemahaman, 3) perolehan, 4) penyimpanan, 5) ingatan kembali, 6)
generalisasi, 7) perlakuan, dan 8) umpan balik. Gagne juga menyatakan adanya beberapa
kategori belajar, di antaranya:

 Verbal Information. Informasi verbal bisa berwujud uraian kata-kata, ulasan, maupun


penjelasan yang bisa dikomunikasikan menggunakan bahasa baik secara lisan maupun
tulisan.
 Intellectual Skill. Kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam
aktivitas mental seperti berpikir, menggunakan logika, dan memecahkan masalah.
 Attitude atau perilaku.
 Cognitive Strategy. Strategi kognitif merupakan kemampuan internal atau dalam diri
seseorang dalam berpikir, memecahkan masalah, hingga mengambil keputusan terkait
suatu kejadian.
5. Albert Bandura

Albert Bandura merupakan ahli dalam teori belajar behavioristik yang paling muda. Ia
adalah seorang psikolog lulusan University of British of Columbia yang kemudian melanjutkan
pendidikannya di Universitas Iowa dan Universitas Stanford. Hingga saat ini, Bandura tercatat
sebagai dosen di Universitas Stanford.

Albert Bandura cukup terkenal dalam dunia psikologi pendidikan, terutama dengan
Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory), yaitu konsep dalam teori behavioristik
yang menekankan komponen kognitif, pikiran, pemahaman, dan evaluasi. Teori Pembelajaran
Sosial ini memiliki konsep utama pembelajaran dengan metode pengamatan. Menurut teori ini,
perilaku individu bisa timbul karena proses modeling, atau tindakan peniruan.

Modeling juga dikenal sebagai pembelajaran melalui proses observasi. Pembelajaran ini
tidak sekadar melakukan fotokopi pada tindakan yang dilihatnya tetapi juga menyesuaikan,
baik itu mengurangi, menambahi, atau menggeneralisasi dari satu observasi ke observasi
lainnya. Ada beberapa faktor yang memengaruhi dan menentukan apakah seseorang akan
belajar dari suatu situasi, faktor-faktor tersebut antara lain:

 Karakteristik model. Faktor ini menjelaskan kalau manusia lebih mungkin melakukan
modeling pada individu contoh dengan status (sosial, ekonomi, pekerjaan) yang lebih tinggi.
 Karakteristik orang yang mempelajari tersebut, biasanya adalah mereka yang tidak
memiliki status, kemampuan, atau pun kekuatan. Misalnya anak yang mengikuti atau modeling
perilaku orang tuanya.
 Konsekuensi dari tindakan yang ditiru. Konsekuensi yang semakin besar juga akan semakin
menekan orang untuk melakukan modeling. Misalkan, pegawai kantoran berusaha sedisiplin
mungkin seperti rekan kerjanya untuk menyabet gelar karyawan terbaik tahun ini.

D. Kapan Teori Behaviorisme Mulai Dikembangkan

Teori belajar behavioristik yang dikemukan oleh Watson berangkat dari gagasan
Pavlov. Watson mengungkapakan manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi
emosional cinta dan kemarahan. Semua prilaku dibentuk melalui asosiasi stimulus-respons
dengan jalan pengkondisian. Ekperimen Watson yang terkenal adalah dengan melibatkan
seorang anak dan tikus, dimana seorang anak yang awalnya tidak takut dengan seekor tikus
dengan pengkondisiaan tertentu dapat berubah menjadi takut. Hal ini menunjukan
pengkondisoan sangant mempengaruhi perilaku seseorang. B.F. Skinner percaya pada pola
stimulus-respons dalam prilaku yang terkondisikan. Karya Skinner berbeda dengan
pendahulunya (pengkondisia klasik) karena Skinner mengkaji operant behavior (perilaku
disengaja yang digunakan dalam pengoperasian pada lingkungan). Mekanisme pengkondisian
operant behavior yaitu (1) penguatan atau imbalan positif; respons yang diberi imbalan
kemungkinan akan diulangi. (2) penguatan negatif; respons yang membuat lari dari rasa sakit
atau situasi yang tidak diharapkan kemunkinan akan diulangi. (3) penghentian atau tidak ada
penguatan; respons yang tidak diperkuat kemungkinan tidak akan diualangi. (4) hukuman;
respon yang membawa rasa sakit atau konsekuensi yang tidak diharapkan akan ditekan.
Teori belajar behaviorisme telah melahirkan banyak desain pembelajaran dan
memberikan dampak yang luas terhadap praktik pengajaran serta penggunaan perangkat
pembelajaran. Teori behaviorime menjadi pijakan bagi hadirnya model-model pembelajaran
seperti mastery learning, belajar terprogram, pembelajaran individual, pembelajaran berbantuan
komputer, pendekatan sistem dalam pembelajaran dan lain sebagainya. Termasuk dalam hal ini
pengaruh teori belajar behaviorime dalam pengembangan media pembelajaran.
E. Bagaimana Ciri-Ciri Teori Behaviorisme dan Teori belajar behaviorisme
- Ciri-Ciri Teori Behaviorisme
1. Pertama, aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan
mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-
pengalaman batin di kesampingkan serta gerak-gerak pada badan yang dipelajari. Oleh
sebab itu, behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
2. Kedua, segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari unsur-unsur
yang paling sederhana yakni perbuatanperbuatan bukan kesadaran yang dinamakan refleks.
Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap
sesuatu yang kompleks refleks atau suatu mesin.
3. Ketiga, behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama.
Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa, manusia hanya makhluk yang
berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek
keinginan hati.
- Ciri-Ciri Teori Belajar Behavior

a. Mengutamakan pengaruh lingkungan.


b. Hasil pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan.
c. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon.
d. Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis tertentu, misalnya meminta maaf.
e. Menganggap latihan itu adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran.

F. Pengaplikasian Teori Bhaviorisme Dalam Pembelajaran

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti; tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar
atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.
Jaman modern ini, aplikasi teori behavioristik berkembang pada pembelajaran dengan
powerpoint dan multimedia. Dalam pembelajaran dengan powerpoint, pembelajaran cenderung
terjadi satu arah. Materi disampaikan dalambentuk powerpoint yang telah disusun secara rinci.
Sementara itu pada pembelajaran dengan multimedia, siswa diharapkan memiliki pemahaman
yang sama dengan pengembang, materi disusun dengan perencanaan yang rinci dan ketat
dengan urutan yang jelas, latihan yang diberikan pun cenderung memiliki satu jawaban benar.
Feedback pada pembelajaran dengan multimedia cenderung diberikan sebagai penguatan dalam
setiap soal, hal ini serupa dengan program pembelajaran yang pernah dikembangkan Skinner
(Collin, 2012), dimana Skinner mengembangkan model pembelajaran yang disebut “teaching
machine” yang memberikan feedback kepada siswa bila memberikan jawaban benar dalam
setiap tahapan dari pertanyaan test, bukan sekedar feedback pada akhir test.

Adapun contoh lain pengaplikasian Teori Behavior antara lain:

1. Guru menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap, mulai materi sederhana
sampai kompleks.
2. Selama mengajar, guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi.
3. Jika guru menjumpai adanya kesahalan, baik pada materi maupun pada peserta
didik maka akan segera diperbaiki.
4. Guru lebih aktif memberikan latihan agar terbentuk kebiasaan yang diinginkan.
5. Guru memberikan evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
6. Guru harus mampu memberikan penguatan (reinforcement), baik dari sisi positif
dan negatif.
G. Peran Guru Dan Siswa Dalam Pembelajaran
- Peran Guru
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa .
siswa diposisikan sebagai individu yang pasif, menerima berbagai stimulus dari guru.
Sedangkan guru diposisikan sebagai individu aktif. Karena itu dalam pandangan
Behaviorisme, guru berperan sebagai:
(a) Sosok yang menentukan dimana isyarat dapat memancing respon siswa;
(b) Pengajar, yaitu menyampaikan berbagai stimulus;
(c) Pengatur, yaitu mengatur promting (bimbingan )untuk dipasangkan dengan stimulus;
(d) Pengatur kondisi lingkungan sehingga siswa dapat merespon dengan benar dan siswa
dapat menerima reinfoecement
(e) Model yang selalu mencontohkan perilaku kepada siswa; dan
(f) Pemberi instruksi singkat yang diikuti contoh- contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi
- Peran siswa

a. Teori belajar behavioristik mengajarkan siswa untuk berperilaku dan berpikir secara
rasional. Pembelajaran seperti ini harus digunakan untuk mennciptakan pembelajar seumur
hidup. Siswa perlu diajari nilai pengendalian perilaku mereka sendiri dan agar mereka
bertanggung jawab atas tindakan mereka.
b. Perilaku tersebut memiliki efek mendalam pada perkembangan seseorang. Terserah kepada
guru untuk melatih siswa tentang bagaimana menanggapi situasi dengan
tepat. Pembelajaran berbasis perilaku ini mengajarkan siswa cara berpikir dan bertindak.
Sikap, kepercayaan, dan perilaku mereka dievaluasi dengan setiap situasi baru yang
mereka hadapi.
c. Teori belajar behavioristik mengajarkan siswa cara belajar dan berhasil dalam berbagai
mata pelajaran akademik seperti matematika, bahasa Inggris, ilmu sosial, sains, sejarah.
Proses evaluasi menentukan kekuatan dan kelemahan yang telah dipelajari siswa.
d. Teori belajar behavioristik jauh lebih dari sekadar cara untuk mengajar siswa. Siswa
diharapkan menjadi bagian dari solusi dan bukan masalah. Mereka harus dapat belajar
menggunakan keterampilan penalaran mereka untuk sampai pada kesimpulan yang tepat
tentang tindakan mereka. Jika siswa tidak dapat menggunakan keterampilan mereka
dengan benar maka seluruh program akan sia-sia. Perilaku perlu diterapkan secara efektif
dan prosesnya tidak pernah berakhir.
e. Perilaku dan kecerdasan ditentukan oleh fungsi otak seseorang. Ada tes berbasis kognitif
yang menunjukkan jumlah fungsi yang dimiliki seseorang dan area kelemahannya.
Pembelajaran berbasis perilaku mengajarkan siswa cara meningkatkan fungsi otak mereka
sehingga mereka dapat benar-benar produktif.
f. Masalah perilaku dapat dengan mudah diselesaikan melalui pembelajaran behavioristik,
jika hanya siswa yang mau berkomitmen pada program tersebut. Siswa harus bertanggung
jawab atas perilaku mereka. Mereka bertanggung jawab atas setiap keputusan yang mereka
buat. Jika seorang siswa tidak tertarik mengikuti aturan maka ada konsekuensi untuk
perilaku itu.
g. Teori belajar behavioristik juga mengajarkan siswa bagaimana menghindari masalah dan
menghindari situasi yang dapat menyebabkan mereka menjadi bermasalah di masa depan
mereka. Siswa perlu belajar menangani situasi dengan hati-hati, logis, dan rasional. Di
sinilah letak perbedaan antara pola pikir yang sehat dan yang buruk.
h. Siswa yang tidak mau mengubah perilaku mereka dapat dengan mudah jatuh ke dalam
perangkap kebiasaan buruk. Mereka akan terus menjadi korban perilaku buruk dan ini akan
menjadi pola yang siswa akan ulangi sepanjang karier akademis mereka. Kebiasaan-
kebiasaan negatif ini akan mempengaruhi cara siswa berperilaku ketika dia berada dalam
lingkungan kelompok.
i. Siswa yang tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk menangani diri mereka
cenderung menjadi siswa “masalah”. Guru akan menggunakan statistik untuk menentukan
kekuatan dan kelemahan siswa. Mereka akan menggunakan informasi ini untuk merancang
kurikulum untuk membantu siswa mengembangkan kualitas-kualitas ini.
j. Pembelajaran behavioristik mengajarkan siswa cara berpikir sebelum bertindak. Ketika
seorang siswa dihadapkan dengan suatu keputusan untuk diambil, ia harus memikirkannya
sebelum mengambil keputusan. Contoh yang baik dari ini adalah keputusan apakah atau
tidak mendengarkan profesor selama kuliah.
k. Teori belajar berbasis perilaku mengajarkan siswa cara berpikir untuk diri mereka sendiri
dan tidak hanya bereaksi berdasarkan faktor eksternal. Mereka harus menjadi warga negara
yang sadar diri, kompeten dan bertanggung jawab. Mereka harus mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang sifat manusia dan belajar untuk menangani interaksi
manusia dengan baik.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan masalah yang kita bahas, dapat diambil kesimpulan bahwa Teori behavioristik
merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon.

Menurut teori belajar behavioristik, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar apabila ia bisa
menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

.( ttps://journal.uir.ac.id )

https://www.academia.edu › Makalah_Teori_Belajar_Behavioristik

http://anaozen.blogspot.com/2017/12/teori-belajar-behavioristik.html

Anda mungkin juga menyukai